BAB II TINJAUAN TENTANG METODE MENYANYI DAN CERITERA SERTA PENGENALAN NILAI-NILAI AKHLAK
A. Metode Ceritera 1. Pengertian Metode Ceritera Metode ceritera mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.1 Menurut E.L. Ritter dan L.A. Shepherd, Story Method (metode ceritera) adalah: The way of telling matery by message from story such as familiar family characters, animals that talk surprising events, absurdities, magic incongruity, imaginary action repetition of phrase and conversation, so the children feel that you like what you are doing.2 Artinya: Suatu cara penyampaian materi berupa pesan dari ceritera seperti ceritera sifat-sifat keluarga terkenal, hewan yang berbicara, kejadian-kejadian yang menakjubkan, magic, dll. sehingga anak yakin dan merasakan apa yang sedang diceritakan. Dalam mengaplikasikan metode ini dalam proses belajar mengajar (PBM), metode ceritera merupakan salah satu metode pendidikan yang
1
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press,
2002), hlm. 160. 2
E.L. Ritter and L.A. Shepherd, Methods of Teaching in Town and Rural Schools, (New
York : Holt Rinehart and Winston, 1962), hlm. 136.
11
12 masyhur dan baik. Metode ini mempunyai pengaruh tersendiri bagi jiwa dan akal, dengan mengemukakan argumentasi yang logis. 3 At Tarbiyah bi al-Qishah (mendidik dengan cara memberikan ceritera), cara semacam ini merupakan ciri khas yang dimiliki oleh Al-Qur’an yaitu saat memaparkan ceritera-ceritera para Nabi dan orang-orang terdahulu dengan maksud untuk menjadikan sebagai peringatan dan pelajaran.4 Kisah yang mendidik merupakan kisah yang memuat unsur keteladanan perilaku yang baik. Mengenai metode ceritera / kisah ini disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 111 yang berbunyi :
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. 5 Imam Abu Hanifah juga berkata, “Kisah-kisah tentang para ulama dan perbuatan-perbuatan baik mereka lebih saya sukai dari pada ilmu fikih sebab kisah tersebut merupakan adab suatu kaum yang mempunyai pengaruh besar dalam menarik perhatian dan meningkatkan kecerdasan berfikir seorang anak . 6
3
Abdu’l-Lah Nashih ‘Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung : Asy-
Syifa’, 1988), hlm. 77. 4
Muhammad Sa’id Mursy, Seni Mendidik Anak, Ar-Royan, hlm. 117.
5
R.H.A. Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : CV. Al-Waah, 1996),
hlm. 366. 6
Muhammad Sa’id Mursy, op. cit., hlm. 117.
13 Metode berceritera merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan di TK. 7 Metode berceritera merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan ceritera kepada anak secara lisan. Ceritera yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK. Dunia kehidupan anak itu penuh suka cita, maka kegiatan berceritera harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu, mengasyikkan. Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah. Kegiatan berceritera juga harus diusahakan dapat menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik, yang menggetarkan perasaan anak dan memotivasi anak untuk mengikuti ceritera itu sampai tuntas. Berdasarkan uraian diatas maka yang dimaksud dengan metode ceritera adalah cara memberikan penjelasan/penerangan atau bertutur dan menyampaikan ceritera secara lisan. Dalam hal-hal tertentu guru perlu memberikan penjelasan kepada anak, tapi mengingat daya tangkap anak masih terbatas maka sebaiknya dihindari memberikan penjelasan/ penerangan yang terlalu banyak. Tetapi sebaliknya anak sangat menyukai ceritera/dongeng sehingga bentuk metode ceritera sangat cocok untuk mengajar anak tentang akhlak. Adapun tujuan dari metode berceritera diantaranya yaitu dapat melatih daya tangkap anak, melatih daya pikir, melatih daya konsentrasi, membantu perkembangan fantasi / imajinasi anak. 8
7
Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Rineka Cipta,
1999), hlm. 157. 8
Proyek Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan dan Non Kependidikan pada Pendidikan
Dasar dan Pra Sekolah, Materi Penataran, (Semarang : 2002), hlm. 7.
14 2. Bentuk Metode Ceritera a. Berceritera tanpa alat peraga Bentuk ceritera ini adalah bentuk ceritera yang tertua dan setiap anak pernah mengalami di rumah dari ibunya atau orang dewasa lain. Di Taman Kanak-kanak, hal ini dapat dilaksanakan apabila tidak ada alat peraga yang konkrit. Dalam hal ini mimik (ekspresi muka), pantomimik (gerak-gerik) dan suara guru harus menolong fantasi anak untuk menghayalkan hal-hal yang diceriterakan.9 Akan tetapi harus dijaga jangan semua itu dilakukan dengan berlebih-lebihan atau tidak wajar sehingga menimbulkan reaksi yang tidak dimaksudkan oleh guru. b. Berceritera dengan Alat Peraga Dalam melaksanakan kegiatan ini dipergunakan alat peraga dengan maksud untuk memberikan kepada anak suatu tanggapan yang tepat mengenai hal-hal yang didengar dalam ceritera.10 Dengan demikian, dapat dihindarkan bahwa tanggapan fantasi anak terlalu menyimpang dari apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh guru. Alat peraga yang dipergunakan, yaitu : 1). Alat peraga langsung (binatang atau benda yang sebenarnya). 2). Alat peraga tak langsung, yakni benda tiruan, gambar terlepas atau dalam buku dan guntingan-guntingan yang ditempelkan pada papan flannel. c. Berceritera dengan mempergunakan papan flanel Alat peraga yang dipergunakan ialah papan flanel dan gambar-gambar guntingan yang melukiskan hal-hal (orang-orang, binatang-binatang
9
Depdikbud, Pedoman Guru Bidang Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman
Kanak-kanak, (Jakarta : Proyek Pembinaan Taman Kanak-kanak, 1991), hlm. 7. 10
Ibid., hlm. 9.
15 dan benda-benda) yang ada dalam ceritera yang disajikan. Sambil berceritera, guru meletakkan guntingan-guntingan tersebut pada papan flanel dalam susunan yang menjelaskan isi ceritera itu. Sambil berceritera
guru
membuat
adegan-adegan.
Untuk
tidak
membingungkan anak, diusahakan suapya tidak terlalu banyak adegan yang dipasang di papan flanel itu pada saat yang sama. d. Membacakan Ceritera Dalam kegiatan ini guru membacakan sebuah ceritera dari buku kepada anak. Hal ini dilakukan karena kebanyakan anak antara 3 sampai 6 tahun, gemar akan ceritera-ceritera yang dibacakan oleh gurunya atau orang dewasa lain. Walaupun masih ada kata-kata yang belum mereka pahami, nada suara dan gambar-gambar membantu menjelaskan isi ceritera yang sedang dibacakan. 3. Langkah-langkah Pelaksanaan metode Ceritera Dalam memberikan pengalaman belajar melalui penuturan ceritera, guru terlebih dahulu menetapkan rancangan langkah-langkah yang harus dilalui dalam berceritera. Bentuk berceritera mana yang dipilih pada dasarnya langkah-langkah kegiatannya sama. Sesuai dengan rancangan tema dan tujuan maka ditetapkan langkah-langkah yaitu sebagai berikut:11 Langkah pertama, guru mengatur organisasi kelas (posisi tempat duduk anak) : Apakah sebagian anak atau seluruhnya yang ikut mendengarkan ceritera dan apakah anak harus duduk dilantai dan diberi alas tikar atau karpet, atau duduk di kursi dalam formasi setengah lingkaran.
11
Moeslichatoen, op. cit., hlm. 179.
16 Langkah kedua, guru merangsang anak agar mau mendengarkan isi ceritera, misalnya dengan menggali pengalaman-pengalaman anak dalam kaitannya dengan ceritera yang akan dituturkan guru. Langkah ketiga, guru mulai berceritera dengan terlebih dahulu menyebutkan judul ceritera.12 Contoh menyampaikan ceritera / kisah yang berkenaan dengan akhlak yang mulia. Tujuannya adalah agar anak dapat selalu memiliki sifat kasih sayang. Metode / teknik : -
Berceritera dengan menggunakan gambar. Langkah-langkah pelaksanaan : 1. Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan 2. Guru mengatur organisasi kelas (posisi tempat duduk anak) 3. Guru merangsang anak agar mau mendengarkan isi ceritera 4. Guru mulai berceritera dengan terlebih dulu menyebutkan judul ceritera dan memperlihatkan alat peraga 5. Setelah selesai berceritera, guru memberi tugas pada anak untuk menceriterakan kembali isi ceritera.13 Contoh ceritera : ULANG TAHUN IBU Resa dan adiknya yang bernama hesti berjalan bersama-sama pulang dari sekolah. Resa berkata, “dik hesti, besok kan ulang tahun Ibu, kami akan memberikan hadiah ulang tahun yang bagus untuk ibu”. Hesti menjawab,”untuk membeli hadiah itu kami tidakl mempunyai uang, kak.
12
Ibid., hlm. 180.
13
Depdikbud, Metodik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman kanak-
kanak, (Jakarta : Proyek Peningkatan Mutu Taman Kanak-kanak, 1996), hlm. 9.
17 Bagaimana kalau uang tabungan kita dipakai untuk membeli hadiah itu?”. Sekarang marilah kita minta ijin kepada ayah dahulu. Ayah sangat menghargai niat baik Resa dan hesti dan menyetujui permintaan anaknya untuk membuka celengan tersebut. Resa dan hesti kemudian pergi ke toko dekat rumahnya untuk membeli hadiah ulang tahun ibu. Ayah dan Ibu sedang duduk-duduk, kemudian Resa dan Hasti datang membawa kado. Mereka memberikan kado itu kepada ibunya. Ada apa ini anak-anak?. Sambil menyerahkan kado mereka berkata, “selamat ulang tahun bu !”. Oh ya saya lupa, terima kasih anakanak”, kata ibu. Kemudian ibu membuka bungkusan itu. Aduh cantik sekali. Ibu belum pernah mempunyai taplak meja sebagus itu.14 B. Metode Menyanyi 1. Pengertian Metode Menyanyi Metode menyanyi adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan cara berdendang, dengan menggunakan suara yang merdu, nada yang enak didengar dan kata-kata yang mudah dihapal.15 Nyanyian merupakan alat untuk mencurahkan pikiran dan perasaan untuk berkomunikasi. Nyanyian memiliki fungsi sosial selama nyanyian itu dikomunikasikan. Kekuatan nyanyian pada fungsi ini dapat kita lihat pada pendidikan. Melalui nyanyian, kita berupaya membantu diri anak menuju kedewasaan dalam hal menumbuhkembangkan aspek fisik, intelegensi, emosi dan rasa sosial anak.
14 15
Ibid., hlm. 23. Depdikbud, Petunjuk Teknis Proses Belajar Mengajar di Taman Kanak-kanak, (Jakarta :
Proyek Peningkatan Mutu Taman Kanak-kanak, 1994), hlm. 1.
18 Nyanyian yang sesuai untuk anak-anak, adalah antara lain : a. Nyanyian yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan diri anak (aspek fisik, intelegensi, emosi, sosial). b. Nyanyian itu bertolak dari kemampuan yang telah dimiliki anak : 1). Isi lagu sesuai dengan dunia anak-anak 2). Bahasa yang digunakan sederhana 3). Luas wilayah nada sepadan dengan kesanggupan alat suara dan pengucapan anak. 4). Tema lagu : mengacu pada GBPKBTK Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode menyanyi adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru menyanyi/berdendang dengan suara yang merdu dan nada yang enak didengar sebagai suatu upaya untuk menyampaikan bermacam informasi dan pengetahuan. 2. Bentuk Metode Menyanyi a. Menyanyi secara lisan Bentuk menyanyi ini adalah dengan cara guru berdendang/menyanyi secara langsung dengan mengunakan suara yang merdu dan nada yang enak didengar sebagai suatu cara penyampaian pelajaran/penyampaian bermacam informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. b. Melalui kaset Pemilihan menyanyi dengan menggunakan media kaset akan dapat lebih menarik perhatian anak. Dunia kehidupan anak itu penuh dengan kegembiraan, maka kegiatan menyanyi diusahakan dapat memberikan perasaan senang dan mengasyikkan. Sehingga nantinya dengan teknik menyanyi ini diharapkan akan berfungsi dengan baik.
19 3. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Menyanyi Dalam
memberikan
pengalaman
belajar
melalui
kegiatan
menyanyi, guru terlebih dahulu menetapkan rancangan langkah-langkah yang harus dilalui dalam kegiatan menyanyi. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut : Langkah pertama, pembukaan. Sebelum nyanyian diajarkan sebaiknya anak-anak diarahkan kepada isi dan maksud nyanyian yang akan diajarkan, melalui tanya jawab. Peranan guru disini sebagai motivator informator. Langkah kedua, pelaksanaan. Anak-anak belajar nyanyian dengan cara meniru. Nyanyian yang pendek diajarkan secara keseluruhan dan yang agak panjang diajarkan secara kalimat demi kalimat.16 Contoh : mengajarkan kepada anak untuk berbakti kepada kedua orang tua melalui nyanyian “Berbaktilah” a. Tujuan : Anak dapat berbakti kepada kedua orang tua. b. Langkah-langkah pelaksanaan : 1) Guru membicarakan isi nyanyian yang akan diajarkan melalui tanya jawab guru pada anak. 2) Guru menyanyikan lagu secara keseluruhan dua atau tiga kali. 3) Guru dan anak menyanyikan lagu bersama-sama, makin lama suara guru makin pelan. 4) Guru dan anak menyanyikan lagu dengan bersenandung. 5) Guru membacakan syair baris demi baris dan diikuti oleh anak. 6) Guru menjelaskan kata-kata yang sukar. 7) Guru dan anak menyanyikan lagu bersama-sama.
16
Chandrawaty, dkk., op. cit., hlm. 4.
20 8) Guru memberikan kesempatan pada anak yang sudah dapat dan mau menyanyikan sendiri atau dengan beberapa teman untuk maju kedepan kelas. 9) Guru
memberi
bimbingan,
dorongan
pada
anak
yang
memerlukan. 10) Guru memberi pujian secara tepat pada waktunya agar anak memperoleh kegembiraan. 11) Guru dan anak menyanyikan lagu lain sebagai selingan. 12) Guru dan anak menyanyikan kembali lagu tersebut.17 Contoh nyanyian : BERBAKTILAH Taatilah nasehat Ibu Bapakmu Janganlah kau lupakan nasehat itu Jadilah manusia yang dapat berguna Berguna bagi Nusa bangsa Agama.18 C. Pedoman Pelaksanaan Metode Menyanyi dan Ceritera 1. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan TK bertujuan meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan tersebut dapat optimal maka perlu ada perencanaan KBM di TK yang meliputi bagaimana memilih bahan, sumber belajar, dan
17
Depdikbud, Pedoman Guru Bidang Pengembangan Pengetahuan di Taman kanak-kanak,
(Jakarta : Proyek Pembinaan Taman Kanak-kanak, 1991), hlm. 8. 18
Ayunah, dkk., Pesan Bu Guru (Kumpulan Lagu Kanak-kanak), (Jakarta : WSP Group,
2000), hlm. 32.
21 metode/tekhnik kegiatan yang tepat sehingga guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang menarik dan bermakna.19 Untuk dapat melakukan perencanaan harus dipahami terlebih dahulu isi program kegiatan belajar di TK yaitu : a. Program kegiatan belajar dalam rangka pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari di TK yang meliputi moral pancasila, agama, perasaan / emosi dan kemampuan bermasyarakat. b. Program kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru yang meliputi kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta ketrampilan dan jasmani. Program pengembangan kemampuan dasar dilakukan melalui perencanaan yang dipersiapkan oleh guru yang tersusun dalam persiapan mengajar yaitu satuan kegiatan mingguan yang selanjutnya dijabarkan ke dalam kegiatan harian. Dalam GBPKB-TK (Garis Besar Program Kegiatan Belajar) terdapat deretan kemampuan-kemampuan yang akan dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak. Perencanaan pembelajaran terdiri dari : 1) Perencanaan tahunan dan catur wulan Untuk satu tahun sudah ditentukan dan disusun pembiasaan dan ketrampilan / kemampuan yang diharapkan dicapai dalam GBPKB. Disamping itu dipilih juga tema-tema yang terdekat dengan anak sampai yang lebih jauh dan yang sesuai dengan minat anak. Dari rencana satu tahun itu dibagi menjadi tiga bagian sehingga didapatkan perencanaan caturwulan.
19
Proyek Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan dan Non Kependidikan pada
Pendidikan Dasar dan Prasekolah, op. cit., hlm. 1.
22 2) Perencanaan Mingguan Untuk perencanaan mingguan disusun dalam bentuk Satuan Kegiatan Mingguan (SKM). SKM ini berisi kegiatan yang akan dilaksanakan dan disusun berdasarkan kemampuan-kemampuan yang akan dicapai dari tema yang akan dibahas dan segala sesuatu yang harus dipersiapkan guru yang ada kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan pada minggu yang bersangkutan. Adapun format yang dimaksudkan untuk penyusunan SKM terlampir. 3) Perencanaan Harian Perencanaan mingguan (SKM) yang telah disusun kemudian dijabarkan menjadi Satuan Kegiatan Harian (SKH). Pada terlihat pelaksanaan yang bersifat kelompok, individu, maupun yang dilakukan secara klasikal. Untuk setiap kegiatan tertulis kemampuan apa yang akan dicapai oleh anak, sarana, metode dan pengorganisasian anak sesuai dengan kebutuhan kemampuan yang akan dicapai. Perencanaan harian ini terdiri dari kegiatan pembukaan, kegiatan inti, kegiatan makan / istirahat dan penutup. Adapun format yang dimaksudkan untuk penyusunan SKH terlampir. Perencanaan harian terdiri dari : 1. Pembukaan Kegiatan tersebut terutama adalah kegiatan yang berhubungan dengan tema dan sub tema. 20 Urutan kegiatan yang dapat dilakukan adalah : a) Mengucapkan do’a dan salam b) Mendiskusikan dengan anak tentang tema atau sub tema yang akan diberikan hari ini.
20
Ibid., hlm. 11.
23 c) Pengorganisasian kelas pada saat pembukaan dilaksanakan secara klasikal. 2. Inti Sifat dari kegiatan inti adalah kegiatan yang mengaktifkan perhatiannya, kemampuan dan sosial emosi anak. 3. Istirahat / Makan Kegiatan ini kadang-kadang dapat dipakai untuk mengisi kemampuan yang hendak dicapai yang berkaitan dengan kegiatan makan. Misal : tata tertib makan. 4. Penutup Bagian waktu yang terakhir ini diisi dengan kegiatan yang bersifat menenangkan anak. Kegiatan ini diberikan secara klasikal. Kegiatan yang diberikan adalah : -
Membacakan ceritera dari buku
-
Dramatisasi suatu ceritera
-
Pantomim
-
Musik apresiasi musik dari berbagai daerah
-
Tanya jawab
2. Proses Pembelajaran a. Pelaksanaan Bidang Pengembangan Kemampuan Berbahasa : Prinsip-prinsip pelaksanaan : 1) Bahan latihan, percakapan, diambil dari lingkungan anak. 2) Anak diberi kebebasan dalam menyatakan fikiran dan perasaan serta ditekankan pada spontanitas. 3) Guru menguasai benar teknik-teknik penyampaian. 4) Guru memberi teladan dalam cara mempergunakan bahasa
24 5) Bahan mengandung isi untuk pengembangan intelektual, emosional dan moral, serta sesuai dengan taraf perkembangan dan lingkungannya. 6) Tidak diberikan pelajaran membaca dan menulis seperti pelajaran di sekolah dasar. 7) Kegiatan bidang pengembangan ini mengutamakan persiapan fisik dan mental anak. Metode / teknik yang digunakan dalam pelaksanaan bidang pengembangan ini adalah berceritera.21 Tujuan Khusus, mencakup : 1) Melatih daya tangkap 2) Melatih daya pikir 3) Melatih daya konsentrasi 4) Membantu perkembangan fantasi 5) Menciptakan suasana menyenangkan dan akrab di kelas. Mengagungkan ciptaan Tuhan melalui “Berceritera”. Contoh : Berceritera dengan judul “Memelihara Ayam”.22 1). Tujuan a) Anak dapat mengenal bermacam-macam jenis dan suara ayam serta makanannya. b) Anak dapat mengetahui kegunaan ayam bagi manusia. c) Anak dapat mengetahui cara memelihara ayam. d) Anak dapat membedakan ayam jantan dan ayam betina. 21
Depdikbud, Pedoman Guru Bidang Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-
kanak op. cit., hlm. 6. 22
Depdikbud, Pedoman Guru Bidang Pengembangan Pengetahuan di Taman Kanak-kanak, op.
cit., hlm. 17.
25 e) Anak dapat mengetahui keagungan ciptaan Tuhan. 2). Sarana / Alat Peraga Alat peraga yang digunakan adalah benda asli, benda tiruan, buku ceritera, ceritera karangan guru, gambar seri tentang ayam. 3). Langkah-langkah pelaksanaan : a). Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan. b). Guru mulai berceritera dengan menggunakan gambargambar tentang ayam c). Guru merangsang anak agar mau mengarahkan perhatian dan pikirannya pada isi ceritera. b. Pelaksanaan Bidang Pengembangan Pengetahuan Dalam melaksanakan kegiatan bidang pengembangan pengetahuan hendaknya berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut : 1) Memberikan kesempatan yang sebaik-baiknya “kepada anak untuk memenuhi rasa ingin tahu” dengan melakukan observasi dan eksperimen. 2) Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pengalaman-pengalamannya. 3) Pelaksanaan pengembangan pengetahuan didasarkan atas terjawabnya “apa” dan “mengapa” tentang segala sesuatu dalam lingkungan anak. 4) Diusahakan memberikan pengetahuan yang obyektif yang sesuai dengan kenyataan. 5) Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sarana dan sumber belajar.
26 6) Menggunakan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan minat dan kemampuan anak. 7) Dalam menyampaikan bahan pengembangan pengetahuan, guru dapat menggunakan satu atau gabungan beberapa metode yang sesuai dengan kemampuan anak. Metode / teknik yang digunakan dalam pelaksanaan bidang pengembangan pengetahuan diantaranya adalah menyanyi. Contoh : Mengajarkan anak untuk mengucapkan salam melalui nyanyian “Mengucap Salam”. 23 1) Tujuan a) Anak dapat mengetahui cara mengucapkan salam dan menjawab salam. b) Anak dapat membiasakan diri mengucapkan salam dan menjawab salam. 2) Sarana / Alat Peraga : Boneka dan gambar 3) Langkah-langkah pelaksanaan : a) Guru menyiapkan nyanyian yang sudah dikuasai dan alat peraga yang akan digunakan. b) Guru membicarakan isi nyanyian yang akan diajarkan. c) Guru menyanyikan lagu secara keseluruhan, dua atau tiga kali. d) Guru dan anak menyanyikan lagu bersama-sama, makin lama suara guru makin pelan. e) Guru dan anak menyanyikan lagu dengan bersenandung. f) Guru membacakan syair baris demi baris dan diikuti oleh anak.
23
Ayunah, dkk., op. cit., hlm. 35.
27 g) Guru menjelaskan kata-kata yang sukar. h) Guru dan anak menyanyikan lagu bersama. 3. Evaluasi (Penilaian) Rangkaian akhir dari suatu proses kependidikan adalah evaluasi atau penilaian.24 Berhasil atau tidaknya pendidikan dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap output yang dihasilkannya. Sehubungan dengan salah satu fungsi dari pendidikan usia pra sekolah yaitu untuk membentuk kepribadian anak secara menyeluruh agar dapat tumbuh dan berkembang dengan harmonis,25 maka penilaian di Roudhotul Athfal hendaklah menyeluruh dari semua aspek-aspek pribadi anak didik tersebut. Jadi penekannya bukan hanya pada kemampuan belajar / hasil belajar anak didik. Di sini nampak perbedaan yang jelas tentang pelaksanaan penilaian di tingkat Sekolah Dasar dan tingkat usia pra sekolah. Evaluasi di sekolah dasar dan menengah banyak melibatkan penggunaan tes-tes tertulis, evaluasi di TK akan lebih banyak menggunakan teknik observasi.26 Di dalam penilaian tujuan pendidikan adalah merupakan patokan atau standard dari keberhasilan daripada penyelenggaraan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari metode, guru, murid, perlengkapan pengajaran, bukubuku dan komponen-komponen tersebut tidak bisa terlepas dari penilaian.
24
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 77.
25
Nasrun Harahap, dkk., op. cit., hlm. 58.
26
Diah Harianti, Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak, Proyek Pembinaan
Tenaga Akademik, (Jakarta : 1994), hlm. 152.
28 Akan tetapi penilaian yang dilaksanakan di Raudhatul Atfal, sebagai tugas guru, hanya dititikberatkan kepada perkembangan pribadi anak didik. Secara umum fungsi penyelenggaraan penilaian di Roudhotul Atfal untuk mengetahui tingkat perkembangan seluruh kepribadian anak didik dalam rangka pencapaian tujuan yang dijabarkan dalam segi-segi sikap dan kemampuan-kemampuan. Untuk jelasnya akan diuraikan garis-garis besar fungsi penilaian pada lembaga pendidikan Raudhatul Atfal, sebagai berikut : -
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan fisik dan mental anak didik.
-
Untuk mengetahui hambatan-hambatan atau kesukaran-kesukaran yang dihadapi / dialami anak didik dalam proses belajar.
-
Dengan mengetahui hal-hal tersebut, maka dapat ditetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh ke arah perbaikan dan kemajuan. Bersamaan dengan fungsi penilaian di Roudhotul Atfal, maka
tujuan penilaian adalah untuk mengetahui sejauhmana tingkat perkembangan kepribadian anak setelah mengikuti program pendidikan yang diselenggarakan. Tingkat perkembangan kepribadian anak tersebut meliputi seluruh aspek kepribadian anak dalam rangka pencapaian tujuan yang dijabarkan dalam segi-segi sifat / sikap dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki anak didik. Aspek-aspek kepribadian yang dinilai itu antara lain segi perkembangan sifat jasmaniah, intelektual, emosional dan segi sosial. Pelaksanaan penilaian di Roudhotul Atfal dilaksanakan dua tahap : a) Tahap pertama melakukan pengamatan atau observasi terhadap tingkah laku anak, sifat atau sikap, segi-segi kemampuan serta keadaan jasmani dan kesehatan anak.
29 b) Tahap kedua melakukan penilaian kepribadian sebagai tafsiran atau rangkuman dari hasil observasi yang meliputi unsur-unsur yang diobservasi. Berbeda dengan penilaian pada murid-murid yang lebih tua, penilaian di Roudhotul Atfal tidak dilakukan secara terpisah dengan proses belajar mengajarnya. Hal ini dilakukan mengingat penilaian lebih banyak dilakukan untuk menilai perbuatan anak dan hasil perbuatan anak yang pada umumnya tidak dapat dilakukan dengan “paper and pencil test”. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam kegiatan penilaian adalah sebagai berikut : 1) Menyeluruh : Perubahan
perilaku
yang
telah
ditetapkan
dalam tujuan
pembelajaran perlu dicapai secara menyeluruh baik yang menyangkut pengetahuan, sikap, perilaku, dan nilai serta ketrampilan. Penilaian baru bersifat menyeluruh apabila penilaian yang digunakan mencakup aspek proses dan hasil pengembangan, yang secara bertahap menggambarkan perubahan perilaku.27 2) Berkesinambungan Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap dan terus menerus. Hal ini dilakukan agar informasi yang diperoleh betulbetul berasal dari gambaran perkembangan hasil belajar anak didik sebagai hasil kegiatan belajar mengajar.28 3) Berorientasi pada proses dan tujuan Penilaian dilakukan dengan berorientasi pada tujuan dan proses pertumbuhan dan perkembangan anak. 27
Depdibud, Pedoman Penilaian, (Jakarta : Proyek Peningkatan Mutu Taman Kanak-
kanak, 1994), hlm. 7. 28
Diah Harianti, op. cit., hlm. 153.
30 4) Obyektif Diusahakan agar selalu memperhatikan perbedaan-perbedaan individu dari anak didik supaya tidak selalu memberikan interpretasi yang sama terhadap gejala yang sama. 5) Pelaksanaan penilaian itu dilakukan secara sitematis serta teratur. Pelaksanaan observasi terhadap anak didik Roudhatul Atfal dilaksanakan paling kurang 10 hari sekali.29 Penilaian dilakukan bersama-sama dengan kegiatan belajar mengajar. Guru tidak harus secara khusus membuat kegiatan untuk penilaian, tetapi ketika kegiatan belajar berlangsung guru dapat sekaligus melaksanakan penilaian.30 Dalam melaksanakan penilaian ada beberapa alat penilaian yang dapat digunakan yang dikelompokkan sebagai berikut : 1.
Pengamatan (observasi) dan pencatatan Anekdot (Anecdotal Record). a. Pengamatan (Observasi) Suatu
cara
pengumpulan
data
yang
pengisiannya
berdasarkan atas pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak. b. Pencatatan Anekdot (Anecdotal Record) Merupakan kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak dalam siatuasi-situasi tertentu. Kesimpulan catatan tersebut meliputi aktivitas anak yang bersifat positif dan negatif.
29
Nasrun Harahap, dkk., op. cit., hlm. 63.
30
Depdikbud, Pedoman Penilaian, op. cit., hlm. 10.
31 2.
Pemberian Tugas Penilaian pemberian tugas dapat berupa : a. Hasil pekerjaan / buatan anak, misalnya, hasil lipatan, hasil gambar dan sebagainya. b. Perbuatan/perilaku anak, misalnya mencuci tangan, menyikat gigi dan sebagainya. c. Percakapan, yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan atau penalaran anak mengenai sesuatu hal.
D. Nilai-nilai Akhlak 1. Pengertian Akhlak Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari mufrad
yang mengandung arti budi pekerti, perangai dan
tingkah laku.31 Baik kata akhlak atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaiannya dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4 :
& !
" # $ %&
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam : 4)
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada pendapat Imam Al-Gazali yang dikenal sebagai Hujjatul Islam (pembela Islam) mengatakan akhlak adalah :
31
Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro, 1993), hlm. 11.
32
'()* + *,- #. &/ 0 1 +2 &/3 41& +56 ' / >+=/ )7.8&+9 :;< Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.32 Sementara itu menurut Elizabeth B. Hurlock mendifinisikan akhlak sebagai berikut : Behaviour which may be called “true morality” not only conforms to social standards but also is carried out valuntarilly, it comes with the transition from external to internal authority and consists of conduct regulated from within.33 Arti definisi tersebut di atas adalah: Tingkah laku boleh dikatakan sebagai moralitas yang sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat tetapi juga dilaksanakan dengan sukarela. Tingkah laku itu terjadi melalui transisi dari kekuatan yang ada di luar (diri) ke dalam (diri) dan ada ketetapan hati dalam melakukan (bertindak) yang diatur dari dalam (diri). Akhlak bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah sebagai penjelasannya dan manusia dilengkapi dengan suara hati atau insting untuk mengarahkan perbuatannya. Akhlak tercermin dari tujuan diutusnya Nabi Muhammad oleh dan Rasul sebagai tauladan yang harus dianut oleh umatnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21
32
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulum Al-Din, Jilid III, ( Bairut: Daar Al-Fikr, t.th.), hlm. 56.
33
Elizabeth B. Hurlock, Child Development, Edisi VI, (Kugalehisa : Mc. Grow Hiil, 1978),
hlm. 386.
33
? & @&9)
'A +1*:
&@&- / 7 >&;B @&) C ) &
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.34 Ahmad Amin dalam bukunya yang berjudul “Etika (Ilmu Akhlak) merumuskan pengertian akhlak sebagai “kehendak yang dibiasakan Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak”.35 Dengan merujuk pada pengertian akhlak yang dipaparkan diatas, maka menurut hemat penulis, akhlak dapat dikatakan sebagai tindakan, perbuatan, keinginan bahkan perasaan yang terkandung dalam batin manusia yang merupakan kehendak yang dibiasakan. Kebiasaan ini tanpa adanya suatu paksaan ataupun pertimbangan terlebih dahulu. 3. Dasar Pengenalan Nilai-nilai Akhlak Dasar pengenalan nilai akhlak tidak lain adalah dari dasar ajaran Islam yaitu : a. Al-Qur' an Al-Qur' an merupakan landasan sekaligus sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk.
34
R. H. A. Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 670.
35
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj. Farid Ma’ruf, (Jakarta : Bulan Bintang, 1975),
hlm. 62.
34 Al-Qur' an adalah kekuatan rohaniah yang paling hebat sebagaimana yang dinyatakannya sendiri. Sebab hanyalah dengan Qur' an manusia dapat maju kearah kesempurnaan. Kuat atau lemahnya, maju atau mundurnya umat Islam tergantung pada sikapnya terhadap qur’an. Qur’an tidak hanya berfungsi untuk dibaca dengan lagu-lagu merdu, bukan berfungsi hanya musabaqoh tilawatil qur’an,tapi ia harus difungsikan kedalam masyarakat, ia harus disosialisasikan…36 Al-Qur' an merupakan firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini dinyatakan sendiri oleh Allah SWT dalam Surat Al-Maidah ayat 16 sbb :
D E! &'( 9)F * &G H%&I/ J0&'( @&H,K L PA& > M*( N&)O 8& H%C,/ 1&8& Dengan kitab itulah Allah menunjuki telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaanNya kejalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizinNya dan menunjuki mereka kejalan yang lurus. (QS. Al-Maidah : 16 )37 b. Sunnah Pedoman kedua sesudah Al-Qur' an adalah Hadits Rasulullah SAW (Sunnah Rasul) yang meliputi perkataan dan tingkah laku beliau. Hadits nabi dipandang sebagai lampiran penjelasan dari Al-Qur' an, terutama dalam masalah-masalah yang dalam Al-Qur' an tersurat pokok-pokoknya saja.
36
Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1989), hlm. 100.
37
R.H.A. Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 161.
35 c. Ijma’ Dalam Islam selain Al-Qur' an dan Hadits, dikenal pula Ijma’, sebagai sumber hukum yang dipakai untuk menetapkan hukum suatu perkara bila di dalam Al-Qur' an maupun Al-Hadits tidak ditemukan hukumnya. 4. Tujuan Pengenalan Nilai-nilai Akhlak Akhlak
merupakan
pondasi
(dasar)
yang
utama
dalam
pembentukan pribadi manusia yang seutuhnya. Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi berakhlak, merupakan hal yang pertama yang harus dilakukan, sebab akan melandasi kesetabilan kepribadian manusia secara keseluruhan.38 Tujuan pengenalan nilai-nilai akhlak yaitu untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk.39 Selain itu juga secara efektif dapat membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. Diketahui bahwa manusia memiliki jasmani dan rohani. Jasmani dibersihkan secara lahiriah melalui fiqih, sedangkan rohani dibersihkan secara batiniah melalui akhlak. Jika tujuan tersebut dapat tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang pada gilirannya melahirkan perbuatan yang terpuji. Para filosof Islam sependapat bahwa pendidikan anak-anak sejak dari kecilnya harus mendapatkan perhatian penuh. Pepatah lama mengatakan : “belajar di waktu kecil ibarat lukisan di atas batu, pendidikan diwaktu besar ibarat lukisan di atas air”.40
38
Ramayulis Tuanku Khatib, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta : Kalam
Mulia, 2001), hlm. 87. 39 40
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 16. Moh. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan
Bintang, 1970), hlm. 104.
36
5. Macam-Macam Akhlak Secara operasional dibedakan antara akhlak terpuji (akhlakul karimah) yang sesuai dengan kehendak Allah dan akhlak tercela (akhlakul madzmumah) yang bertentangan dengan standar yang ditetapkan Allah. Yang dimaksud dengan akhlak dalam pemakaian kata sehari-hari adalah akhlak yang baik (al-akhlak al-karimah) dinyatakan dalam Hadits sebagai berikut :
;
-
H @ 41
O @&- / &@&QI/ ))6 R&' T/2 &U&/ > S & 71 :& ( S &
Dari Abi Hurairah ra. Bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW: “sesungguhnya orang-orang yang paling baik di antara kamu ialah yang paling baik akhlaknya”. (HR. Bukhari) Di dalam Hadits ini Rasulullah SAW telah menjelaskan bahwa sebaik-baik orang Islam ialah yang akhlaknya dan mulia sifat-sifatnya. Contoh akhlak yang baik (akhlakul karimah) di antaranya : •
Al-Amanah (jujur) Menurut bahasa Arab, amanah berisi kejujuran, kesetiaan dan ketulusan hati.42 Sedangkan menurut Hamzah Yaqub amanah adalah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan suatu yang dipercayakan kepadanya.43
•
Al-Rahman (kasih sayang) Kasih sayang merupakan naluri setiap manusia. Kasih sayang orang tua pada anaknya, guru kepada muridnya, hingga lingkungan yang
41
Imam Jalaluddin Abdur Rahman bin Abi Bakar As-Suyuti, Jami’us Shaghir, Jilid II,
(Bandung : Al-Ma’arif, t.th.), hlm. 12. 42
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), hlm. 42.
43
Hamzah Yaqub, op. cit., hlm. 98.
37 lebih luas, keluarga, sekolah, kampung, bangsa dan sesama manusia lainnya.44 Kasih sayang terhadap sesama manusia bahkan kepada binatang merupakan perwujudan kesempurnaan iman dan juga merupakan perwujudan sifat yang mulia dan akhlak yang terpuji.45 •
Sabar Menurut Ibnu Qoyyim sabar adalah salah satu akhlak yang termasuk dari akhlak jiwa (hati) yang menghalangi munculnya tindakan yang tidak baik. Adapun pengertiannya menurut beliau adalah menahan jiwa dari merasa tidak menerima dan marah dengan takdir dan menahan lisan dari merintih (mengadu) serta menahan anggota badan dari maksiat.46 Sabar juga berarti tekun beribadah, memelihara agama, bekerja dengan tekun, menegakkan kebenaran. Di samping ada akhlak yang baik ada juga akhlak yang buruk (al-
Akhlak Madzmumah). Orang yang berakhlak buruk yang dalam masyarakat sering disebut tidak berakhlak, bergelimang dalam keburukan secara obyektif dia menempati kedudukan yang hina.47 Adapun contoh akhlak yang buruk (al-akhlak al-madzmumah) diantaranya : -
Berkata kotor Kebahagiaan seseorang atau kesengsaraannya atau selamat dan celakanya terletak diujung lidahnya.48 Jika seseorang dapat menahan lisannya selalu berkata dengan baik atau berbicara dengan sopan maka
44 45
Ibid., hlm. 123. Mohammad Abdul Aziz Al-Khuly, Akhlak Rasulullah SAW, (Semarang : Wicaksana,
1989), hlm. 201. 46
Hasan bin Ali Hasan Al-Hijazi, Manhaj Tarbiyah Ibnu Qoyyim, (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2001), hlm. 219. 47
Muhammad Abdul Aziz Al-Khuly, op. cit., hlm. 197
48
Rachmat Djatnika, op. cit., hlm. 12.
38 akan menerima balasan kebaikannya dan terhindar dari kejahatan.49 Dusta itu diharamkan akal, syara’, dan undang-undang kemanusiaan. Juga diharamkan oleh akhlak yang suci. -
Gunjing (Al-ghibah) Adalah menyebutkan kata-kata keji atau meniru-niru suara atau perbuatan
orang
lain
dibelakangnya
dengan
maksud
untuk
menghinakannya.50 -
Sombong (takabur) Ialah membesar-besarkan diri dengan anggapan serba sempurna dan tidak mau menerima kebenaran orang lain karena membandel.51 Betapa pentingnya periode kanak-kanak dalam pendidikan akhlak
yang membiasakan anak-anak kepada tingkah laku yang baik sejak kecilnya.52 Pembentukan akhlak yang utama ialah diwaktu kecil, maka apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan kemudian
telah
menjadi
kebiasaannya,
maka
akan
sukarlah
meluruskannya. Pendidikan di TK merupakan kesempatan pertama yang sangat baik untuk membentuk pribadi anak setelah orang tua.53 Apabila guru mampu membina sikap positif terhadap agama dan berhasil membentuk pribadi dan akhlak anak maka anak telah mempunyai pegangan atau bekal dalam menghadapi berbagai goncangan.
49
Ibid., hlm. 70.
50
Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak, (Jakarta : Rineka Cipta, 1984, hlm. 212.
51 52 53
Ibid., hlm. 353. Moh. Athiyah Al-Abrasyi, op. cit., hlm. 105. Depdikbud, Bahan Dasar Peningkatan Wawasan Pendidikan Guru TK Program
Kegiatan Belajar Pengembangan Agama Islam, (Jakarta : Proyek Peningkatan Wawasan Kependidikan Guru Agama, 1994), hlm. 38.
39 E. Manfaat Metode Berceritera dan Menyanyi bagi Anak TK Metode berceritera dan menyanyi dalam kegiatan pengajaran anak TK mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan TK. Bagi anak usia TK mendengarkan ceritera dan bernyanyi merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Guru TK yang terampil dan kreatif akan dapat membawakan ceritera dan nyanyian dengan baik bagi anak TK. Kegiatan berceritera dapat menjadi sarana efektif untuk mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku anak.54 Guru dapat memanfaatkan kegiatan berceritera untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan dan sikap-sikap positif lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah.55 Kegiatan berceritera juga memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan. Kegiatan berceritera memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan. Dengan mendengarkan ceritera yang mendidik, anak-anak akan memeproleh contoh-contoh perilaku yang baik dan buruk serta akibatakibat yang ditimbulkan dari perilaku tersebut, sehingga dia bisa menentukan pilihan mana yang harus dia pergunakan dan mana yang harus dijauhi.56 Melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam-macam informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Memberi pengalaman belajar dengan menggunakan metode berceritera juga dapat memungkinkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor masing-masing anak. Bila anak terlatih untuk mendengarkan dengan baik, maka dia akan terlatih untuk menjadi
54
T. Handayu, Memaknai Ceritera Mengasah Jiwa, (Solo : Intermedia, 2001), hlm. 76.
55
Moeslihatoen, op. cit., hlm. 168.
56
T. Handayu, op. cit., hlm. 77.
40 pendengar yang kreatif dan kritis. Pendengar yang kreatif mampu melakukan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan apa yang didengarkannya. Pendengar yang kritis mampu menemukan ketidaksesuaian antara apa yang didengar dengan apa yang difahami. Metode menyanyi dipergunakan guru untuk memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, membangkitkan semangat, menimbulkan rasa senang dan gembira dalam diri anak didik. Melalui kegiatan menyanyi guru dapat meningkatkan jiwa seni dan sastra dalam diri anak didik, guru juga dapat mencerdaskan akal, membina jiwa dan meningkatkan daya imajinasinya serta dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak didik. Hal yang sangat perlu diwaspadai adalah bahwa nyanyian (musik) anak-anak yang beredar disertai dengan syair merupakan induksi yang amat kuat dan dapat mempengaruhi perilaku anak.57 Cara menghafal ayat-ayat suci dengan dinyayikan akan lebih cepat diingat daripada hanya sekedar membaca. Demikian juga dengan syair-syair yang dinyanyikan oleh para penyanyi cilik akan sangat mudah diresapi oleh anak-anak. Jika syair lagu anak-anak mengandung hal-hal umpatan seperti kata “rasain”, anak-anak akan dengan mudah terpengaruh perilakunya, dan hal ini cenderung membentuk sikap dan perilaku negatif terhadap diri orang lain. Sebaliknya jika syair-syair musik lebih menonjolkan aspek kasih sayang contoh lagu “kasih ibu” dan penghargaan atas alam semesta contoh lagu “pelangi”, sikap dan perilaku anak terhadap lingkungan sosial dan amalnya akan menjadi lebih positif. Musik atau nyanyian memiliki potensi untuk menginduktrinasi suatu masyarakat tertentu dari anak-anak hingga usia lanjut. Namun anak-anak merupakan sasaran yang paling peka terhadap induksi musik. Sehingga supaya anak-anak tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih posistif, sebaiknya mereka diberikan lebih banyak kesempatan untuk mendengarkan nyanyian
57
Monty P. Satiadarma, Terapi Musik, (Jakarta : Milenia Populer, 2002), hlm. 142.
41 yang bertutur tentang alam dan kasih sayang. Hal ini akan dapat membuka harapan yang lebih besar lagi agar perilaku anak terarah ke hal-hal yang lebih positif sifatnya.
42
DAFTAR PUSTAKA
Abdu’l-Lah Nashih ‘Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Asy-Syifa’, Bandung, 1988. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Raja Grafindo, Persada, Jakarta, 2000. Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj. Farid Ma’ruf, Bulan Bintang, Jakarta, 1975. Ayunah, dkk., Pesan Bu Guru (Kumpulan Lagu Kanak – kanak), WSP Group, Jakarta, 2000. Diah Harianti, Program Kegiatan Belajar Taman Kanak – kanak, Proyek Pembinaan Tenaga Akademik, Jakarta, 1994. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Guru Bidang Pengembangan Pengetahuan di Taman Kanak – kanak, Proyek Pembinaan Taman Kanak-kanak, Jakarta, 1991 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Guru Bidang Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-kanak, Jakarta, 1991. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Penilaian, Peningkatan Mutu Taman Kanak – kanak, Jakarta, 1994.
Proyek
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bahan Dasar Peningkatan Wawasan Pendidikan Guru TKK Program Kegiatan Belajar Pengembangan
43 Agama Islam, Proyek Peningkatan Wawasan Kependidikan Guru Agama, Jakarta, 1994 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Proses Belajar Mengajar di Taman Kanak – kanak, Proyek Peningkatan Mutu Taman Kanak – kanak, Jakarta, 1994. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Metodik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak – kanak, Proyek Peningkatan Mutu Taman Kanak-kanak, Jakarta, 1996. Hamzah Yaqub, Etika Islam, Diponegoro, Bandung, 1993. Hasan bin Ali Hasan Al Hijazy, Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, Pustaka Al – Kautsar, Jakarta, 2001. Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Hidakarya Agung, Jakarta, 1978. Muhammad Sa’id Mursy, Seni Mendidik Anak, Ar-Royan, …………, hlm. 117. Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak – kanak, Rineka Cipta, Jakarta, 1999. Proyek Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan dan Non Kependidikan pada Pendidikan Dasar dan Pra Sekolah, Materi Penataran, Semarang, 2002. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002. R.H.A. Soenarjo, dkk, Al Qur’an dan Terjemahannya, CV. Al – Walah, Semarang, 1996.
44