BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TANAMAN KECOMBRANG 1.
Definisi Tanaman Kecombrang Tanaman kecombrang (Nicolaia spesiosa Horan) adalah sejenis tanaman rempah dan merupakan tumbuhan tahunan berbentuk terna yang bunga, buah serta bijinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Kecombrang (Nicolaia spesiosa Horan) mempunyai nama lain kincung (Medan), Siantan (Melayu), kaalaa (Thai), honje (Sunda), bongkot (Bali), bunga kantan (Malaysia) (www.wikipedia.org). Bunga kecombrang akan tumbuh dan berkembang dengan baik bila ditanam di tempat yang relatif ternaungi, tanahnya beraerasi, berdrainase baik, cukup air dan unsur hara. Bila persyaratan itu terpenuhi maka tanaman akan menghasilkan bunga terus menerus sepanjang tahun. Bunga kecombrang berwarna kemerahan seperti jenis tanaman pisang-pisangan jika batang sudah tua bentuk tanamannya mirip jahe dengan tinggi 5 meter. Bunga kecombrang termasuk salah satu anggota famili Zingiberaceae dan merupakan sejenis tumbuhan rempah. Batangbatangnya berbentuk semu bulat gilig membesar di pangkalnya tumbuh tegak dan banyak, saling berdekat-dekatan, membentuk rumpun jarang dan keluar dari rimpang yang menjalar di bawah tanah. Rimpangnya tebal, berwarna krem kemerah-jambuan ketika masih muda. Daun 15-30 helai
4
tersusun dalam dua baris berseling di batang semu, helaian daun jorong lonjong dengan ukuran 20-90 cm × 10-20 cm, dengan pangkal membulat atau bentuk jantung tepinya bergelombang dan ujung meruncing pendek, gundul namun dengan bintik-bintik halus dan rapat
berwarna hijau
mengkilap sering dengan sisi bawah yang keunguan ketika muda. Kecombrang dipetik saat bunganya masih kuncup dan berwarna merah muda. Batangnya yang muda dapat diiris halus ditumis atau sebagai campuran sayuran berkuah. Di bagian dalam batangnya yang tua terdapat batang berwarna putih yang sering disebut dengan rias, yang dapat digunakan untuk campuran pada sambal atau hidangan ikan/seafood (www.wikipedia.org). 2. Klasifikasi Tanaman Kecombrang Tanaman Kecombrang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (Berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus
: Nicolaia
Spesies
: Nicolaia speciosa Horan
3. Morfologi Tanaman Kecombrang a. Batang Tanaman Kecombrang (Nicolaia spesiosa Horan ) mempunyai batang berbentuk semu bulat gilig membesar di pangkalnya tumbuh tegak dan banyak. Batang saling berdekat-dekatan membentuk rumpun jarang keluar dari rimpang yang menjalar di bawah tanah. Rimpangnya tebal berwarna krem kemerah-jambuan ketika masih muda.
Gambar 1.1 batang b. Akar Tanaman kecombrang (Nicolaia spesioasa Horan) mempunyai akar berbentuk serabut dan berwarna kuning gelap. c. Daun Tanaman kecombrang (Nicolaia spesiosa Horan ) mempunyai daun 15-30 helai tersusun dalam dua baris berseling, di batang semu helaian daun berbentuk jorong lonjong dengan ukuran 20-90 cm × 1020 cm dengan pangkal membulat atau bentuk jantung, tepinya bergelombang dan ujung meruncing pendek gundul namun dengan
bintik-bintik halus dan rapat berwarna hijau mengkilap sering dengan sisi bawah yang keunguan ketika muda. d. Bunga Tanaman kecombrang ( Nicolaia spesiosa Horan ) mempunyai bunga dalam karangan berbentuk gasing bertangkai panjang dengan ukuran 0,5-2,5 m × 1,5-2,5 cm, dengan daun pelindung bentuk jorong 7-18 cm × 1-7 cm berwarna merah jambu hingga merah terang berdaging, ketika bunga mekar maka bunga tersebut akan melengkung dan membalik. Kelopak berbentuk tabung dengan panjang 3-3,5 cm bertaju 3 dan terbelah. Mahkota berbentuk tabung berwarna merah jambu berukuran 4 cm. Labellum serupa sudip dengan panjang sekitar 4 cm berwarna merah terang dengan tepian putih atau kuning.
Gambar 1.2 bunga yang kuncup
Gambar 1.3 bunga yang mekar
e. Buah Tanaman kecombrang (Nicolaia spesiosa Horan) mempunyai buah berjejalan dalam bongkol hampir bulat berdiameter 10-20 cm, masing-masing butir besarnya 2-2,5 cm, berambut halus dan pendek
di bagian luar, berwarna hijau dan ketika masak warnanya menjadi merah. f. Biji Tanaman kecombrang ( Nicolaia spesiosa Horan ) mempunyai biji banyak berwarna coklat kehitaman dan diselubungi salut biji (arilus) berwarna putih bening atau kemerahan yang berasa masam. 4. Kandungan zat kimia pada bunga kecombrang Bunga kecombrang mempunyai kandungan zat kimia sebagai berikut : Karbohidrat sebesar 4,4 gram, Serat pangan 1,2 gram, Lemak 1,0 gram, Protein 1,3 gram, Air 91 gram, Zat besi 4 mg, Fosforus 30 mg, Kalium 541 mg, Kalsium 32 mg, Magnesium 27 mg, Seng 0,1 mg dan Vitamin C (www.wikipedia.org). Selain itu bunga kecombrang juga mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol, steroid, saponin dan minyak atsiri. 5. Manfaat Bunga kecombrang banyak bermanfaat di antaranya adalah : menghilangkan bau badan, menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan kulit misalnya campak. Vitamin C yang terkandung didalamnya bermanfaat sebagai antioksidan untuk mengurangi akumulasi produk radikal bebas, menetralisir racun dan melindungi penyakit genetik.
Selain itu bunga kecombrang juga dapat memperbanyak ASI, pembersih darah, hal ini sangat baik bagi ibu yang sedang menyusui. Di beberapa kalangan masyarakat kecombrang juga dipercaya sebagai penetral kolesterol, juga sebagai antimikrobia.
B. VITAMIN C 1.
Definisi Vitamin C Asam
askorbat
(Vitamin
C)
adalah
suatu
heksosa
dan
diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorpsi adalah 90% untuk konsumsi diantara 20 dan 120 mg sehari. Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C, bila konsumsi mencapai 100 mg sehari (Sunita Almatsier, 2001). Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen interseluler. Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian dalam tulang, dentin, dan vasculair endothelium. Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksilisin. Vitamin C juga memiliki peran dalam berbagai fungsi yang melibatkan respirasi sel dan kerja enzim yang mekanismenya belum sepenuhnya diketahui, peran-peran itu adalah oksidasi fenilanin menjadi
tirosin, reduksi ion feri menjadi fero dalam saluran pencernaan sehingga besi lebih mudah terserap, melepaskan besi dari transferin dalam plasma agar dapat bergabung ke dalam feritin jaringan, serta pengubah asam folat menjadi bentuk yang aktif asam folinat. Diperkirakan vitamin C juga berperan dalam pembentukan hormon steroid dan kolesterol. (F.G Winarno, 2004) 2.
Nama dan Struktur a. Nama umum 1) Vitamin C Nama ini pertama kali diusulkan J. C. Drummond pada tahun 1920 untuk menamakan suatu senyawa yang dapat mencegah dan mengobati penyakit “scurvy”. 2) Asam askorbat Pertama kali diusulkan oleh Szent-Gyorgyi dan Hawort pada tahun 1933. 3) Asam ceritamat(Ceritamic acid) Nama ini diperkenalkan oleh badan kimia dan farmasi Amerika Serikat (Council on Fharmacy and Chemistry of the America Medical Association). Organisasi ini kemudian mengubah nama tersebut menjadi asam askorbat. b. Nama Trivial Asam Heksuronat (Hexuronic Acid) diusulkan oleh SzentGyorgyi pada tahun 1928 untuk suatu senyawa yang bersifat
pereduksi kuat yang diisolasi dari kelenjar anak ginjal (adrenal), jeruk dan kubis, Anti-scorbutin pertama kali diusulkan oleh Holst pada tahun 1912, Vitamin anti-scorbut (anti-scorbutat vitamin), dan Scorbutamin diusulkan oleh R. L. Jones pada tahun 1928. c. Nama kimia
:
- L-Asam askorbat - L-Xylo-Asam askorbat - L-threo-3-keto-asam heksuronat lakton - L-keto-threo-asam heksuronat lakton - L-threo-2,3,4,5,6-pentoksi-heksa-2-asam karboksilat lakton d. Rumus empiris
: C6H8O6
e. Berat molekul
: 176,13
f. Struktur vitamin C CH2OH
H
C
OH O
H
O
3-Okso-L-gulo-furanolaleton (Farmakope Indonesia. Edisi IV, 1995)
3.
Fungsi vitamin C Vitamin C berfungsi dalam proses metabolisme yang berlangsung di dalam jaringan tubuh. fungsi fisiologis dari vitamin C ialah: a. Kesehatan substansi matrix jaringan ikat. b. Integritas epitel melalui kesehatan zat perekat antar sel. c. Mekanisme immunitas dalam rangka daya tahan tubuh terhadap berbagai serangan penyakit dan toksin. d. Kesehatan epitel pembuluh darah. e. Penurunan kadar kolesterol, dan f. Diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi-geligi. (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000).
4.
Sifat Vitamin C Vitamin C sangat mudah larut dalam air (1 gram dapat larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam alkohol (1 gram larut dalam 50 ml alkohol absolute atau 100 ml gliserin) dan tidak larut dalam benzene, eter, chloroform, minyak dan sejenisnya. Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah kemampuan mereduksinya yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh beberapa logam, terutama Cu dan Ag (Nuri Andarwulan, Sutrisno Koswara, 1992).
5.
Sumber Vitamin C Sumber vitamin C di dalam bahan makanan terutama buah-buahan segar dan dengan kadar yang lebih rendah juga di dalam sayuran segar. Di
dalam buah, vitamin C terdapat dengan konsentrasi tinggi di bagian kulit buah, agak lebih rendah terdapat di dalam daging buah dan lebih rendah lagi di dalam bijinya (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000).
C. Metode Penetapan Kadar Vitamin C 1. Metode Fisika a. Metode spektroskopis Metode ini berdasarkan pada kemampuan vitamin C yang terlarut dalam air untuk menyerap sinar ultraviolet, dengan panjang gelombang maksimum pada 256 nm. b. Metode polarografi Metode ini berdasarkan pada potensial oksidasi asam askorbat dalam larutan asam atau bahan pangan yang bersifat asam, misalnya ekstrak buah-buahan dan sayuran. 2. Metode Kimia a. Titrasi dengan iodin Kandungan vitamin C dalam larutan murni dapat ditentukan secara titrasi menggunakan larutan 0,01 N iodin. b. Titrasi dengan 2,6-dikhlrofenol indofenol atau larutan dye Pengukuran vitamin C dengan titrasi menggunakan 2,6dikhlrofenol indofenol pertama kali dilakukan oleh Tillmas pada tahun 1972.
c. Titrasi dengan methylelen-blue (biru metilen) Asam askorbat dapat mereduksi methylelen-blue dengan bantuan cahaya menjadi bentuk senyawa leuco (leuco- methylelenblue). d. Metode Tauber Larutan vitamin C dalam asam asetat ditambah /dicampurkan dengan larutan ferrosulfat dan asam folat, kemudian ditambahkan larutan permanganat yang akan membentuk warna biru. e. Tes Furfural Jika vitamin C dididihkan dalam asam klorida akan membentuk furfural,
yang
jumlahnya
dapat
ditentukan
dengan
aniline
phtorogencinal atau dengan resorsinol. 3. Metode biokimia Metode ini berdasarkan kemampuan enzim asam askorbat oksidase untuk mengoksidasi asam askorbat. 4. Metode biologi Walaupun banyak diganti dengan metode kimia dan fisika untuk menentukan vitamin C, metode biologi tetap merupakan metode penentu vitamin C yang paling realistis dan paling mendekati kebenaran.
D. Penetapan Kadar Vitamin C Dengan Larutan Dye Prinsip penetapan kadar: vitamin C dalam suasana asam akan mereduksi larutan dye membentuk larutan yang tidak berwarna. Apabila
semua asam askorbat sudah mereduksi larutan dye sedikit saja akan terlihat dengan terjadinya perubahan warna (merah jambu). Metode titrasi dengan 2,6 dikhlrofenol indofenol atau larutan dye merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk menentukan kadar vitamin C dalam bahan pangan. Banyak modifikasi telah dilakukan untuk memperbaiki hasil pengukuran yang didasarkan pada penghilangan pengaruh senyawa-senyawa penganggu yang terdapat dalam bahan pangan. Disamping mengoksidasi vitamin C, pereaksi indofenol juga mengoksidasi senyawasenyawa lain, misalnya piridium, bentuk tereduksi dari turunan asam nikotinat dan riboflavin. Dalam larutan vitamin C terdapat juga bentuk dehydro asam askorbat yang tidak tertitrasi oleh indofenol atau tidak dapat ditentukan jumlahnya dengan senyawa indofenol. Agar dapat menghitung jumlah dehydro asam askorbat, diperlukan perlakuan pendahuluan untuk mengubah bentuk dehydro asam askorbat menjadi asam askorbat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan gas nitrogen atau CO2 ke dalam larutan. Kadang dilakukan suatu modifikasi untuk menyempurnakan hasil sebagai berikut, yaitu : menentukan senyawa-senyawa pereduksi yang tertinggal (selain vitamin C) dan kandungan vitamin C ditentukan dengan titrasi indofenol. Selisih antara nilai yang diperoleh dari titrasi indofenol merupakan jumlah atau konsentrasi dari bahan pangan. Karena jumlah dehydro asam askorbat dari jaringan segar sangat kecil dan tidak berarti sebagai vitamin C (tetapi dalam bahan-bahan yang disimpan, jumlahnya cukup besar) maka kadar vitamin C dapat
ditentukan dengan titrasi secara langsung menggunakan larutan dye. Tapi untuk bahan pangan yang akan diukur kandungan vitamin C-nya harus dilarutkan dengan asam kuat terlebih dahulu. Asam kuat yang dapat digunakan antara lain asam asetat, asam trikhloroasetat, asam metafosfat, dan asam oksalat. Penggunaan asam yang dimaksud untuk mengurangi oksidasi vitamin C oleh enzim-enzim oksidasi dan pengaruh glutation yang terdapat dalam jaringan tanaman. Titrasi dilakukan dengan segera setelah perlakuan selesai (Nuri Andarwulan, Sutrisno Koswara, 1992).