BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sikap 1.
Pengertian Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari sesorang terhadap suatu
stimulasi atau objek. Menurut Newcomb dalam Notoadmodjo (2007, hlm. 142), menyatakan bahwa sikap merupakan suatu kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. 2.
Tingkatan Sikap Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga memiliki berbagai tingkatan
(Notoadmodjo, 2005, hlm. 144), yaitu : a. Menerima (Receiving) Dapat diartikan bahwa orang (objek) mau dan memeperhatikan stmulasi yang diberikan (objek). b. Merespon (Responding) Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (Valving) Memberikan orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah atau suatu indikasi sikap.
d.
Bertanggung Jawab (responsible) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoadmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
3.
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap Faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2009,
dalam Kusumastuti, 2010, hal.13-16) adalah: a) Pengalaman pribadi Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. b) Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan. c) Orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, sesorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berati khusus bagi kita, akan
Universitas Sumatera Utara
banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang satatus sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri tau suami dan lain-lain. d) Media massa Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dll, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya. Media massa membawa pula pesanpesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. e) Institusi/ lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri ndividu. Pemahaman akan baik-dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. f) Faktor emosi dalam diri individu Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap
Universitas Sumatera Utara
yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. 4.
Pengukuran Sikap Model Likert Skala ini digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap gejala-gejala atau
masalah yang ada di masyarakat atau yang dialaminya (Hidayat, 2010, hlm. 102) Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala likert adalah sebagai berikut : a.
b.
Untuk pertanyaan/pernyataan positif Sangat Setuju
:4
Setuju
:3
Tidak Setuju
:2
Sangat Tidak Setuju
:1
Untuk pertanyaan/pernyataan negatif Sangat Setuju
:1
Setuju
:2
Tidak Setuju
:3
Sangat Tidak Setuju
:4
B. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Chabib Thoha (1996, hlm. 109, dalam Astuti, 2005, hlm. 36) pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari tanggung jawab kepada anak. Peran keluarga menjadi penting
Universitas Sumatera Utara
untuk mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Jika pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik maka mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif. Pola asuh menurut Soetjiningsih (2004, dalam Astuti, 2005, hlm. 36) adalah suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya. Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak,termasuk cara penerapan aturan,mengajarkan nilai / norma,memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi sikap anaknya (Theresia,2009, dalam Suparyanto, 2010) 2. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua Tipe pola asuh orangtua menurut Baumrind (1991, dalam Parke & locke, 1999) terdiri dari tiga tipe yaitu: a. Pola asuh authoritarian (otoriter) Pola asuh authoritarian (otoriter) adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua atau kontrol yang ditujukan kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh ini adalah pengasuhan yang kaku, diktaktor dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orangtua tanpa banyak alasan. Perilaku orangtua dalam berinteraksi dengan anak bercirikan tegas, suka menghukum, anak dipaksa untuk patuh terhadap aturan-aturan yang diberikan oleh orangtua tanpa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan alasan dibalik aturan tersebut, serta cenderung
Universitas Sumatera Utara
mengekang keinginan anak. Para orangtua mempunyai sifat keras, kekuasaan yang keras, kasar dan tidak mau mendengarkan keinginan anak-anak mereka. b. Pola asuh authoritative (demokratis) Pola asuh authoritative (demokratis) adalah pola asuh yang bercirikan adanya hak dan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi masih dalam pengawasan orangtua. Pola asuh ini dihubungkan dengan dengan sikap dan tingkah laku anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, sikap positif, sosial, dan pengembangan kognitif. Pola asuh ini adalah paling kondusif diterapkan pada anak. c. Pola asuh permessive Pola asuh permessive merupakan bentuk pengasuhan dimana orangtua memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya. Anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol orangtua. Pola asuh ini memandang
anak sebagai seorang pribadi dan mendorong mereka untuk tidak
berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur tingkah lakunya sendiri. Dengan pola asuh seperti ini anak mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari orangtua. Pola asuh permessive membuat hubungan antara anak dan orangtua penuh kasih sayang, tetapi menjadikan anak agresif dan suka menurutkan kata hatinya. Pola asuh ini membuat anak lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dengan teman yang membuat orangtuanya tidak suka, anak menjadi lebih cepat dewasa secara biologis. Orangtua yang permessive adalah orangtua yang kaku dan berfokus pada kebutuhan mereka sendiri. Terutama saat anak menjadi lebih dewasa, orangtua gagal mengawasi kegiatan anak atau untuk mengetahui dimana mereka, apa yang sedang mereka lakukan atau siapa teman anak mereka.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa pola asuh yang digunakan orangtua pada anak: a. Pola asuh Otoriter (parent oriented) Sifat pola asuh ini, yaitu orang tua menerapkan disiplin yang kaku dan menuntut anak untuk mematuhi aturan-aturannya, membuat remaja menjadi frustasi. b. Pola Asuh Permisif (children centered) Pola asuh permisif merupakan pola asuh dimana orang tua memberikan kebebasan pada anak, namun kurang disertai adanya batasan-batasan dalam berperilaku
sehingga
akan
membuat
anak
mengalami
kesulitan
dalam
mengendalikan keinginan-keinginannya maupun dalam prilaku untuk menunda pemuasan. c. Pola Asuh Demokratis Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang mengutamakan adanya dialog antara remaja dan orangtua, pola asuh ini akan lebih menguntungkan bagi remaja, karena selain memberikan kebebasan pada anak juga disertai adanya control dari orang tua sehingga apabila terjadi konflik atau perbedaan pendapat di antara mereka dapat dibicarakan dan diselesaikan bersama(Soetjaningsih, 2010, hlm. 152). Hasil penelitian Setiana (2010) yang berjudul hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang napza pada siswa kelas XI di SMA PGRI 1 Jombang Kabupaten Jombang 2010, bahwa mayoritas pola asuh yang diterapkan orangtua adalah demokratis yaitu 56,9%. Berdasarkan hasil penelitian Oktiva (2010) yang berjudul hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo, mayoritas pola asuh yang diterapkan orang tua pada remaja adalah authoritative (demokratis).
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua, yaitu: 1.
Pola asuh bina kasih (induction) Pola asuh bina kasih adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil bagi anaknya.
2.
Pola asuh unjuk kuasa (power assertion) Pola asuh unjuk kuasa adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun sebenarnya anak tidak dapat menerimanya.
3.
Pola asuh lepas kasih (love withdrawal) Pola asuh lepas kasih adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang dikehendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja, termasuk di dalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterapkan adalah pola asuh bina kasih (induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orang tua tentang anak remajanya atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat menegmbangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti
Universitas Sumatera Utara
atau tidak terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya (Ali & Asrori, 2010, hlm. 102). C. Remaja Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalh 10-19 tahun (Widyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum, 2009, hlm. 10-12). Masa remaja, menurut Mappiare (1982, dalam Ali & Asrori, 2010, hlm. 9), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 samapai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dibagi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampi dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu : a. Masa remaja awal (10-12 tahun) 1. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. 2. Tampak dan merasa ingin bebas. 3. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak). b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
Universitas Sumatera Utara
1. Tampak dan ingin mencari identitas diri. 2. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. 3. Timbul perasaan cinta yang mendalam. 4. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembnag. 5. Berkhayal dengan hal-hal yang berkaitan dengan seksual. c. Masa remaja akhir (16-19 tahun) 1. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri. 2. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. 3. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. 4. Dapat mewujudkan perasaan cinta. 5. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak (Widyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum, 2009, hlm. 10-12). D. Kesehatan Reproduksi 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Depkes, 2001:3, dalam Widyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum, 2009, hlm. 5).
2. Aspek-Aspek Sikap Remaja Putri tentang Kesehatan Reproduksi Menurut Muadz ( 2008:19), secara garis besar ruang lingkup substansi/isu kesehatan reproduksi remaja adalah seksualitas, HIV dan AIDS serta NAPZA (Narkotika, alkohol,
Universitas Sumatera Utara
psikotropika, dan zat adiktif lainnya). Ketiga substansi tersebut biasa dikenal dengan sebutan triad KRR yang mempunyai kaitan sebab akibat antara satu dengan lainnya. a. Seksualitas 1) Pengertian Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut dan sikap berkaitan dengan perilaku seksual maupun orientasi seksual. Kata seksualitas berasal dari kata dasar seks, yang memiliki beberapa arti, yaitu: a) Jenis kelamin Jenis kelamin merupakan keadaan biologis manusia yang membedakan laki-laki dan perempuan. b) Reproduksi seksual Reproduksi seksual merupakan proses dimana bagian-bagian tubuh tertentu laki-laki maupun perempuan bias menghasilkan bayi dengan kondisi-kondisi tertentu. Bagian tubuh itu disebut alat atau organ reproduksi. Organ reproduksi laki-laki berbeda dengan perempuan karena mempunyai fungsi yang berbeda (Muadz, 2008, hlm. 49). c) Organ reproduksi Secara umum organ reproduksi wanita dibagi atas dua bagian yaitu: (1) Organ reproduksi bagian luar : (a) Mons veneris Mons veneris disebut juga gunung venus, menonjol ke bagian depan menutup tulang kemaluan. (b) Labia myora (bibir besar) Labia mayora berasal dari mons veneris, bentuknya lonjong menjurus ke bawah dan bersatu di bagian bawah, bagian luar labia mayora terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
kulit berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat, bagian dalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitif saat hubungan seks. (c) Labia minora (bibir kecil) Labia minora merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora. Bagian depannya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah. (d) Klitoris Klitoris merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria, mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sehingga sensitif saat hubungan seks. (e) Vestibulum Bagian kelamin ini dibasahi oleh kedua labia kanan-kiri dan bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang senggama), saluran kencing, kelenjar
bartholin
dan
kelenjar
sken
(kelenjar-kelenjar
ini
akan
mengeluarkan cairan pada saat permainan pendahuluan dalam hubungan seks sehingga memudahkan penetrasi penis). (f) Himen (selaput dara) Himen merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina luar. Pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim). Pada saat hubungan seks pertama himen akan robek dan mengeluarkan darah.
Universitas Sumatera Utara
(2) Ogan reproduksi bagian dalam : (a) Vagina (saluran senggama) Vagina adalah saluran yang menghubungkan uterus dengan alat reproduksi bagian luar. Dinding depan vagina berukuran ± 9 cm dan dinding belakangnya ±11 cm yang bersifat elastis dengan berlipat-lipat. Vagina (saluran senggama) mempunyai fungsi penting sebgai jalan lahir bagian lunak, sebagai sarana hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan lendir dan darah menstruasi. (b) Uterus (rahim) Yaitu tempat calon bayi dibesarkan, bentuknya seperti buah pir dan berat normalnya antar 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung. (c) Cerviks (leher rahim) Yaitu bawah rahim bagian luar yang ditetapkan sebagai batas penis masuk ke dalam vagina. Pada saat persalinan tiba, leher rahim membuka sehingga bayi dapat keluar. (d) Tuba fallopii Yaitu saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk dilalui oleh ovum dari indung telur menuju rahim. Ujungnya adalah fimbrae. (e) Fimbrae Dapat dianalogikan dengan jari-jari tangan. Umbai-umbai ini berfungsi menangkap ovum yang dikeluarkan oleh indung telur.
Universitas Sumatera Utara
(f) Ovarium (indung telur) Indung telur merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti kanan dan kiri. Pada saat telur (ovum) dikeluarkan wanita disebut dalam masa subur. Pada masa menopause semua telur menghilang. (Manuaba, 2009, hlm. 49-52). d) Hubungan seks Hubungan seks (HUS) terjadi bila dua individu saling merasa terangsang satu sama lain sampai organ seks satu sama lain bertemu dan terjadi penetrasi. e) Orientasi seksual adalah kecenderungan seseorang mencari pasangan seksualnya berdasarkan jenis kelamin. Ada tiga orientasi seksual : (1) Heteroseksual (tertarik pada jenis kelamin yang berbeda). (2) Homoseksual (tertarik pada jenis kelamin yang sama: gay pada laki-laki, lesbian pada perempuan). (3) Biseksual (tertarik pada dua jenis kelamin : laki-laki dan perempuan). (Muadz, 2008, hlm. 49). 2) Menstruasi a) Pengertian -
Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam/endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina.
-
Menstruasi dimulai kira-kira umur 9 tahun (paling lambat 19 tahun) dan berhenti sesaat waktu hamil atau menyusui dan berakhir saat menopause.
Universitas Sumatera Utara
Ketika seorang perempuan berumur sekitar 40-50 tahun. Di Indonesia menopause terjadi rata-rata di atas usia 50 tahun. b) Proses Menstruasi Dalam satu siklus dinding rahim menebal sebagai persiapan jika terjadi kehamilan (akibat produksi hormon-hormon oleh ovarium). Sel telur yang matang akan berpotensi untuk dibuahi oleh sperma dalam waktu 3x24 jam. Bila ternyata tidak terjadi pembuahan maka sel telur akan mati dan terjadilah perubahan pada komposisi kadar hormon yang akhirnya membuat dinding rahim tadi akan luruh disertai perdarahan, inilah yang disebut menstruasi (Muadz, 2008:53). 3)
Hubungan Seks Pranikah a) Pengertian hubungan seks pranikah Hubungan seks pranikah adalah hubungan seks yang terjadi sebelum adanya ikatan pernikahan di mana dua individu saling merasa terangsang satu sama lain sampai organ seks satu sama lain bertemu dan terjadi penetrasi. b) Konsekwensi hubungan seks pranikah (1) Kehamilan Tak Diinginkan (KTD) (a) Pengertian KTD Kehamilan yang tak diinginkan (KTD) adalah kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak diharapkan oleh salah satu atau kedua-duanya calon orangtua bayi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
(b) -
Resiko KTD Resiko fisik Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti perdarahan, bahkan bisa sampai pada kematian.
-
Resiko psikis dan psikologis Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangannya tidak mau menikahinya atau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau mau menikah, hal ini bisa juga mengakibatkan perkawinan bermasalah dan penuh konflik karena sama-sama belum dewasa dan belum siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua.Selain itu pasangn muda terutama pihak perempuan akan dibebani oleh berbagai perasaan tidak nyaman seperti dihantui rasa malu terusmenerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan, pesimis, dll. Bila tidak ditangani dengan baik maka perasaan tersebut bisa menjadi gangguan kejiwaan yang lebih parah.
-
Resiko sosial Salah satu risiko sosial adalah berhenti/putus sekolah atau kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yang hamil. Risiko sosial lain adalah menjadi obyek pembicaraan, kehilangan masa remaja yang seharusnya dinikmati dan dianggap buruk karena melahirkan anak di luar nikah. Di Indonesia, melahirkan anak di luar nikah masih sering menjadi beban orang tua.
Universitas Sumatera Utara
-
Resiko ekonomi Merawat
kehamilan,
melahirkan
dan
membesarkan
bayi/anak
membutuhkan biaya besar. (2) Aborsi (a) Pengertian Aborsi Aborsi adalah usaha pengguguran yang disengaja. (b) Resiko melakukan aborsi: - Resiko fisik Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu resiko aborsi. Aborsi yang berulang selain mengakibatkan komplikasi juga bisa menyebabkan kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian. - Resiko psikis Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan-perasaan takut, panik, tertekan atau stres, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi juga sering kehilangan kepercayaan diri. - Resiko sosial Ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih besar karena perempuan merasa tidak perawan, pernah mengalami kehamilan yang tidak diinginkan atau aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih sulit menolak ajakan seksual pasangannya. Resiko lain adalah pendidikan menjadi terputus atau masa depan terganggu.
Universitas Sumatera Utara
- Resiko ekonomi Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya akan semakin tinggi. (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum, 2009, hlm. 152-153). (3) Infeksi Menular Seksual (IMS) (a) Pengertian Infeksi Menular seksual (IMS) Infeksi menular seksual (IMS) merupakan salah satu infeksi saluran reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus, dan parasit. Perempuan lebih mudah terkena ISR dibanding laki-laki, karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke anus dan saluran kencing (b)
Jenis-Jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) Di antara ISR, Infeksi menular seksual (IMS) merupakan infeksi yang paling
sering ditemukan dan ditularkan melalui hubungan kelamin. Termasuk di dalam kelompok IMS adalah gonorhoe, sifilis, ulkus molle, kondiloma akuminata, herpes genital. Macam-macam Infeksi menular seksual: a) Gonorhoe (GO)/Kencing Nanah (1)
Penyebab Penyebabnya adalah bakteri Nisseria Gonnoreae dengan masa inkubasi antara 2-10 hari setelah masuk ke dalam tubuh.
(2)
Gejala Gejala dan tanda-tanda pada wanita : -
Keputihan kental berwarna kekuningan.
Universitas Sumatera Utara
-
Rasa nyeri di rongga panggul.
-
Rasa sakit waktu haid
(3) Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul : -
Radang panggul.
-
Kemandulan.
-
Infeksi mata pada bayi yang baru dilahirkan dan dapat mengakibatkan kebutaan.
-
Rentan terhadap penyakit HIV.
b) Sifilis (Raja Singa) (1) Penyebab Penyebabnya kuman Treponema Pallidum dengan masa tanpa gejala antara 3-4 minggu. Bahkan terkadang sampai 3 bulan sesudah kuman masuk dalam tubuh. (2) Gejala : -
Primer: luka pada kemaluan tanpa nyeri.
-
Sekunder: bintil, bercak merah pada tubuh.
-
Kelainan saraf, jantung, pembuluh darah/kulit.
(3) Komplikasi: -
Jika tidak diobati dapat menimbulkan kerusakan berat pada otak dan jantung.
-
Bayi dalam kandungan dapat tertular, keguguran atau lahir cacat.
-
Memudahkan penularan HIV.
Universitas Sumatera Utara
c) Herpes genitalis (1) Penyebab Penyebabnya berupa virus Herpes Simplex dengan masa inkubasi antar 47 hari setelah virus berada dalam tubuh. Pada perempuan seringkali menjadi kanker mulut rahim setelah beberapa tahun kemudian, infeksi ini belum ada obatnya yang benar-benar mujarab. Dengan pengobatan antivirus dapat mengurangi rasa sakit dan lamanya episode infeksi. (2) Gejala dan tanda infeksi tahap awal : -
Bintil-bintil berair dan nyeri pada kemaluan.
-
Luka akibat pecahnya bintil-bintil.
-
Dapat muncul lagi seperti gejala awal, karena stres, haid, makan/minum beralkohol, hubungan seks yang berlebihan.
(3) Komplikasi : -
Rasa nyeri berasal dari saraf.
-
Dapat menular pada bayi dan terlihat saat lahir berupa bintil-bintil berair.
-
Infeksi berat abortus, dan kematian janin.
-
Memudahkan penularan HIV.
d) Trichomoniasis vaginalis (1) Penyebab Penyebabnya semacam protozoa disebut Trichomonas Vaginalis yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Universitas Sumatera Utara
(2) Gejala dan tanda-tanda : -
Keputihan encer, berwarna kekuning-kuningan, berbusa dan berbau busuk.
-
Vulva agak membengkak, kemerahan, gatal dan mengganggu.
(3) Komplikasi : -
Lecet pada kulit sekitar vulva.
-
Kelahiran prematur.
-
Dapat menularkan HIV.
e) Chancroid (1) Penyebab Disebabkan oleh bakteri Haemophillus Ducreyi yang menular karena hubungan seksual. (2) Gejala dan tanda-tanda : -
Luka-luka dan nyeri, tanpa radang jelas.
-
Benjolan mudah pecah dilipatan paha disertai sakit.
(3) Komplikasi : -
Luka dan infeksi hingga mematikan jaringan disekitarnya.
-
Memudahkan penularan HIV.
f) Klamidia (1) Penyebab Penyebabnya adalah Chlamidia Trachomatis. (2) Gejala : -
Keputihan encer berwarna putih kekuningan.
-
Nyeri di rongga panggul.
-
Pendarahan setelah hubungan seksual.
Universitas Sumatera Utara
(3) Komplikasi : -
Penyakit radang panggul.
-
Kemandulan.
-
Kehamilan di luar kandungan.
-
Infeksi mata berat.
-
Radang paru-paru pada bayi baru lahir.
-
Memudahkan penularan HIV.
g) Kondiloma Akuiminata Penyebabnya adalah virus Han Papilloma dengan gejala spesifik timbulnya kutil di sekitar kemaluan yang dapat membesar dan dapat menyebabkan kanker mulut rahim (Manuaba, 2009:49-51). b.
HIV/AIDS (1) Pengertian HIV/AIDS HIV adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Virus HIV akan masuk ke dalam sel darah putih dan merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh akan menjadi lemah dan penderita akan mudah terkena berbagai penyakit. Kondisi ini disebut AIDS. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh. Pada awalnya penderita HIV positif sering menampakkan gejala sampai bertahun-tahun (5-10 tahun). Sekitar 89% penderita HIV akan berkembang menjadi AIDS. Semakin lama menderita akan semakin lemah dan akhirnya akan berakhir dengan kematian, karena
Universitas Sumatera Utara
saat ini belum ditemukan obat untuk mencegah atau menyembuhkan HIV/AIDS. (2) Penularan dan Penyebaran HIV/AIDS: Syarat utama yang harus dipenuhi dalam penularan HIV untuk bisa masuk ke dalam tubuh melalui aliran darah, bisa berbentuk luka, pembuluh darah maupun lewat membran mukosa (selaput lendir). Media penularannya ada pada : (a) Darah (b) Cairan sperma (c) Cairan vagina (3) Beberapa kegiatan yang dapat menularkan HIV yaitu: (a) Hubungan seksual yang tidak aman (tidak menggunakan kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV (b) Penggunaan jarum suntik, tindik, tato yang dapat menimbulkan luka dan tidak disterilkan, dipergunakan secara bersama-sama dan sebelumnya telah digunakan oleh orang yang terinfeksi HIV. (c) Ibu hamil yang terinfeksi HIV pada anak yang dikandungnya pada saat: -
Antenatal yaitu saat bayi masih berada di dalam rahim, melalui plasenta.
- Intranatal yaitu saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan vagina. - Postnatal yaitu setelah proses persalinan, melalui air susu ibu.
Universitas Sumatera Utara
- Kenyataannya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sudah terinfeksi di negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak yang tertular HIV tertular dari ibunya. (4) Pencegahan Penularan HIV: -
A : Abstinence-memilih untuk tidak melakukan hubungan seks beresiko tinggi, terutama seks pranikah.
c.
-
B : Be faithful-saling setia dengan pasangannya
-
C : Condom-menggunakan kondom secara konsisten dan benar
-
D : Drugs-tolak penggunaan napza
-
E : Equipment-jangan pakai jarum suntik bersama.
NAPZA 1) Pengertian NAPZA NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Zat Additive lainnya) adalah zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik secara oral (melalui mulut), dihirup (melalui hidung). Kata lain yang sering dipakai adalah narkoba (Narkotika, psikotropika dan bahan-bahan berbahaya lainnya). 2) Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan
kesadaran,
hilangnya
rasa,
dan
dapat
menimbulkan
ketergantungan.
Universitas Sumatera Utara
Pecandu adalah orang yang menggunakan/menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik maupun psikis. Ketergantungan narkotika adalah gejala dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus menerus. Rehabilitas medis adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika. Jenis narkotika adalah opioid atau opiad yang berasal dari kata opium. Opiad alami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone (dialudid). Efek samping yang ditimbulkan adalah mengalami perlambatan dan kekacauan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan risiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan seks, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena overdosis. Adapun jenis narkotika adalah opioid (opiad) yang sering disalahgunakan adalah candu. 3)
Alkohol Alkohol terdapat dalam minuman keras (MIRAS). Minuman keras terbagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu: -
Gol. A berkadar alkohol 1%-5%
-
Gol. B berkadar alcohol 5 %-20%
-
Gol. C berkadar alcohol 20%-50% Beberapa jenis minuman beralkohol dan kadar yang terkandung di
dalamnya:
Universitas Sumatera Utara
-
Bir, Green Sand 1%-5%
-
Martini, Wind (anggur) 5%-20%
-
Whisky, Brandy 20%-55% Efek samping yang ditimbulkan adalah dalam jumlah kecil, alkohol
menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan. Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai berikut : merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebish emosional (sedih, senang, marah secara berlebihan). Pemabuk atau pengguna alcohol yang berat dapat terancam masalah kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit liver, dan kerusakan otot. 4) Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika, bersifat atau berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan tingkah laku. Zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak dan merangsang system saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku disertai dengan timbulnya halusinasi (menghayal), ilusi, gangguan cara berfikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Psikotropika terbagi dalam 4 golongan yaitu, psikotropika golongan I, golongan II, golongan III dan golongan IV. Psikotropika yang sekarang sedang popular dan banyak disalahgunakan adalah psikotropika golongan I, yang
Universitas Sumatera Utara
diantaranya yang dikenal dengan ekstasi dan psikotropika golongan II yang dikenal dengan nama shabu-shabu. 6. Tahapan Pengguna a. Pemakai coba-coba Biasanya untuk memenuhi rasa ingin tahu atau agar diakui oleh kelompoknya. b. Pemakai sosial atau rekreasi Biasanya untuk bersenang-senang, pada saat rekreasi atau santai, umumnya dilakukan dalam kelompok. c. Pemakai situasional Biasanya untuk menghilangkan rasa ketegangan, kesedihan, atau kekecewaan. d. Pemakai ketergantungan Biasanya sudah tidak dapat melalui hari tanpa mengkonsumsi NAPZA. 7. Dampak Penyalahgunaan a. Fisik 1) Gangguan pada system saraf (neurologis), seperti kejang-kejang. Halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan saraf. 2) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), seperti infeksi akut otot jantung dan gangguan pembuluh darah. 3) Gangguan pada kulit (dermatologist), seperti: adanya nanah, bekas suntukan atau sayatn dan alergi. 4) Gangguan pada paru-paru, seperti: kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru, dan penggumpalan benda asing yanmg terhirup. 5) Gangguan pada darah: pembentukan sel darah terganggu.
Universitas Sumatera Utara
6) Gangguan pencernaan: mencret, radang lambung, dan kelenjar ludah perut, hepatitis, perlemakan hati, pengerasan dan pengecilan hati. 7) Gangguan
sistem reproduksi:
gangguan
fungsi
seksual
sampai
kemandulan, gangguan fungsi reproduksi, ketidakteraturan menstruasi, serta cacat bawaan yang dikandung. 8) Gangguan pada otot dan tulang, seperti peradangan otot akut, penurunan fungsi otot. 9) Terinfeksi virus Hepatitis B dan C, serta HIV. 10) Kematian akibat pemakaian berlebihan (over dosis). b. Psikologis 1) Ketergantungan fisik dan psikologis kadangkala sulit dibedakan karena pada akhirnya ketergantungan psikologis lebih mempengaruhi. 2) Ketergantungan pada NAPZA menyebabkan orang tidak lagi dapat berpikir dan berperilaku normal. Perasaan, pikiran dan prilakunya dipengaruhi oleh zat yang dipakainya. 3) Berbagai gangguan psikis dan kejiwaan yang sering di alami oleh mereka yang yang menyalahgunakan NAPZA antara lain adalah: depresi, paranoid, percobaan bunuh diri, melakukan tindak kekerasan, dll. 4) Gangguan kejiwaan ini bias bersifat sementara tetapi juga bias permanent karena kadar ketergantungan pada NAPZA yang semakain tinggi. 5) Gangguan psikologis yang paling nyata ketika pengguna berada pada tahap compulsive yaitu berkeinginan sangat kuat dan hamper tidak bias mengendalikan dorongan untuk menggunakan NAPZA. Dorongan
Universitas Sumatera Utara
psikologis untuk memakai dan memakai ulang ini sangat nyata pada pemakai yang sudah kecanduan. 6) Banyak pengguna sudah mempunyai masalah psikologis sebelum memakai NAPZA dan penyalahgunaan NAPZA menjadi pelarian atau usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut. 7) NAPZA tertentu justru memperkuat perasaan depresi pada pengguna tertentu. 8) Gejala psikologis yang biasa dialami para pengguna NAPZA antara lain: a) Keracunan (Intoksikasi) Adalah suatu keadaan ketika zat-zat yang digunakan sudah mulai meracuni darah pemakai dan mempengaruhi perilaku pemakainya; misalnya tidak lagi bisa berbicara normal, berpikir lambat, dd. b) Peningkatan Dosis (Toleransi) Yaitu istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang membutuhkan jumlah zat yang lebih banyak untuk memperoleh efek yang sama setelah pemakaian berulang kali. Dalam jangka waktu lama, jumlah atau dosis yang digunakan akan meningkat. Toleransi akan hilang jika gejala putus obat hilang. c) Gejala Putus Obat Adalah keadaan dimana pemakai mengalami berbagai gangguan fisik dan psikis karena tidak memperoleh zat yang biasa ia pakai. Gejalanya antara lain gelisah, berkeringat, kesakitan, mual-mual. Gejala putus obat menunjukkan bahwa tubuh membutuhkan zat atau bahan yang biasa dipakai. Gejala putus obat akan hilang ketika kebutuhan akan zat
Universitas Sumatera Utara
dipenuhi kembali atau bila pemakai sudah terbebas sama sekali dari ketergantungan pada zat/obat tertentu. Perlu diketahui bahwa menangani
gejala
putus
obat
bukan
berarti
menangani
ketergantungannya pada obat. Gejala putus obatnya selesai, belum tentu ketergantungan pada obatnya juga selesai. d) Ketergantungan Adalah keadaan di mana seseorang selalu membutuhkan zat/obat tertentu agar dapat berfungsi secara wajar, baik fisik maupun psikologis. Pemakai tidak bisa lagi hidup wajar tanpa zat/obat-obat tersebut. (Muadz, 2008:90-91). E. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja Putri tentang Kesehatan Reproduksi Menurut Stephen R. Covey (1989, dalam Ali & Asrori, 2010, hal. 142), teori determinasi yang diterima secara luas untuk menjelaskan sikap manusia, yaitu determinasi psikis (psychic determinism) yang berpandangan bahwa sikap individu merupakan hasil dari perlakuan, pola asuh, atau pendidikan orangtua yang diberikan pada anaknya. Menurut Albert Bandura persepsi remaja terhadap kehidupan keluarganya yang terbentuk melalui pola asuh orang tua mempengaruhi sikap remaja. Adapun suatu rangsangan itu dipersepsi oleh remaja kemudian diberi makna berdasarkan struktur kognitif yang telah dimilki. Jika sesuai, rangsangan itu dihayati dan terbentuklah sikap. Sikap inilah yang secara kuat memberikan bobot kepada prilaku individu. Oleh karena
Universitas Sumatera Utara
itu, sikap diartikan sebagai kecenderungan untuk berperilaku (Ali & Asrori, 2010, hal.95). Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama, yang meletakkan dasar-dasar kepribadian remaja. Pola asuh orang tua sangat besar pengaruhnya bagi sikap dan prilaku remaja. Pola asuh otoriter, permisif maupun demokratis memberikan dampak yang berbeda-beda bagi remaja. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya adalah latar belakang pendidikan orangtua, informasi yang didapat orangtua tentang cara mengasuh anak, kultur budaya, kondisi lingkungan sosial dan ekonomi (Soetjaningsih, 2010:152). Walaupun pola asuh yang sangat otoriter berpengaruh buruk pada prilaku anak, ada bukti-bukti bahwa, dalam bentuk yang kurang keras, pola asuh otoriter menunjang sosialisasi anak. Ini dapat terjadi karena anak yang dikendalikan orangtua atau guru dengan keras, belajar bersikap dengan cara yang disetujui sosial. Akhirnya mereka lebih diterima oleh teman sebaya dan orang dewasa daripada anak yang dibiarkan berbuat sesuka hatinya (Hurlock, 2007, hal. 94). Berbagai upaya telah dilakukan untuk merespon masalah remaja, antara lain melalui program di sekolah, masyarakat, keluarga dan kelompok sebaya. Dari berbagai upaya tersebut, keluarga terutama pola asuh orangtua, telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang sangat penting dalam membentuk sikap dan perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua - remaja, pengawasan orangtua dan komunikasi orangtua - remaja tentang topik seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA. Di antara proses pola asuh tersebut, komunikasi orangtua remaja telah diketahui merupakan pengaruh yang paling penting dan signifikan terhadap
Universitas Sumatera Utara
sikap dan perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi (Nuranti, dalam Hutchinson & Montgomery, 2007).
Universitas Sumatera Utara