BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis 2.2.1. Profitabilitas Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva, dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan dapat dicapai bila perusahaan berada dalam keadaan menguntungkan/profitable. Tanda adanya keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Pengukuran tingkat profitabilitas
merujuk
pada
rentabilitas
perusahaan
yang
menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal untuk menghasilkan laba. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajamen. Rasio ini menggambarkan tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan oleh manajemen, oleh karena itu akan sangat diperhatikan oleh pemilik perusahaan. Dalam mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaan ada empat jenis rasio profitabilitas yang sering digunakan yaitu: Gross
Universitas Sumatera Utara
Profit Margin, Operating Profit Margin, Net profit Margin, Return on Investment, dan Return on Equity. (Syahyunan 2004: 83) Gross profit margin (marjin laba kotor) diperoleh dengan membandingkan laba kotor dengan penjualan bersih, sedangkan net profit margin (marjin aba bersih) diperoleh dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan bersih.
Operating Profit Margin (marjin laba operasi) diperoleh dari hasil pembagian tingkat laba operasi (EBIT) dengan penjualan bersih
Return on Investment (pengembalian investasi) diperoleh dengan membandingkan laba bersih dengan total aktiva.
Return on Equity diperoleh dengan membandingkan laba bersih dengan total ekuitas.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Van Horne 2005:205) Ukuran rasio likuiditas terdiri dari tiga alat ukur, yaitu: 1. Rasio Lancar (Current Ratio), adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek (hutang lancar). Aktiva lancar disini meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Rumus Current Ratio:
2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio), merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rumus Quick Ratio:
3. Cash Ratio (Rasio Kas) adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Rumus Cash Ratio:
Rasio lancar yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap kemampuan memperoleh laba, karena sebagian modal kerja tidak berputar atau mengalami
Universitas Sumatera Utara
pengangguran, dan demikian sebaliknya. (Martono dan Harjito 2001: 135). Untuk ketiga alat ukur likuiditas yaitu modal kerja bersih, rasio lancar, dan rasio cepat semakin tinggi nilainya maka likuiditas perusahaan semakin baik. Perlu diperhatikan kelebihan likuiditas akan mengurangi risiko ketidakmampuan memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo, dan hal tersebut akan mengurangi laba. 2.1.3. Perputaran Modal Kerja Modal kerja akan selalu berputar pada suatu sistem operasi korporasi. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi menjadi kas. Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang. Dapat juga menggambarkan tidak tersedianya modal kerja yang cukup dan adanya perputaran persediaan dan perputaran piutang yang tinggi. Perputaran modal kerja yang rendah dapat disebabkan karena besarnya modal kerja netto, rendahnya tingkat perputaran persediaan dan piutang atau tingginya saldo kas dan investasi modal kerja dalam bentuk surat-surat berharga. Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja. (Jumingan, 2006: 133). Menurut Martono dan Harjito (2001: 71), manajemen modal kerja merupakan manajemen dari elemen-elemen aktiva lancar dan elemen-elemen hutang lancar. Kebijakan modal kerja menunjukkan
keputusan-keputusan
mendasar mengenai target masing-masing elemen (unsur) aktiva lancar dan
Universitas Sumatera Utara
bagaimana aktiva lancar tersebut dibelanjai. Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan hutang lancar sehingga diperoleh modal kerja yang layak dan menjamin tingkat likuiditas perusahaan. Konsep yang mendasari manajemen modal kerja yang sehat adalah dua keputusan yang menyangkut persoalan dasar perusahaan, yaitu tingkat investasi optimal dalam aktiva lancar dan perpaduan yang sesuai antara pendanaan jangka pendek dan pendanaan jangka panjang yang digunakan untuk mendukung investasi dalam aktiva lancar. Keputusan-keputusan tersebut mempengaruhi hasil yang diharapkan yaitu profitabilitas dan risiko yang dihadapi. Menurut Ahmad (2002:7-12), dalam menentukan perputaran modal kerja, metode yang digunakan adalah: 1. Metode Keterikatan atau Daur Dana Metode ini digunakan jika usaha baru dimulai, dengan demikian pengalaman dari pengelola atau tentunya sangat dominan dipengaruhi keadaan internal perusahaan yang mengikuti perkembangan kegiatan sehari-hari dalam jangka waktu lama. Menurut metode daur dana ini, perputaran modal kerja dapat diketahui dengan menghitung periode atau jangka waktu dana tertanam, sejak kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas. 2. Metode Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover) Metode ini menggunakan analisis laporan keuangan perusahaan. Secara umum atau total modal kerja dihitung dengan rumus:
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Rasio Leverage Rasio leverage atau rasio manajemen utang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas perusahaan tersebut. Rasio Leverage yang umumnya dipakai antara lain adalah Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Time Interest Earned Ratio, Fixed Charge Coverage Ratio,dan Debt Service Coverage.(Syahyunan 2004: 83). Debt Ratio atau rasio utang mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur.
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Time Interest Earned mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga.
Universitas Sumatera Utara
Fixed Charge Coverage Ratio mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman, dan sewa.
Debt Service Coverage mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman.
2.2. Penelitian Terdahulu Tobing (2006) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dengan variabel Debt to Asset ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) terhadap Profitabilitas. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan industry makanan dan minuman yang tercatat di BEJ. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling dengan menggunakan 17 perusahaan makanan dan minuman yang go public. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel independen dalam penelitian berpengaruh signifikan secara serempak terhadap profitabilitas (ROE). Pengujian secara parsial membuktikan variabel DAR berpengaruh negatif dan
Universitas Sumatera Utara
signifikan terhadap ROE, sedangkan variabel DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROE). Dari hasil pengujian secara parsial ditemukan bahwa DER sebagai variabel yang dominan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Wijayanti (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Return on Equity pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Untuk mengetahui bagaimana modal kerja dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2002-2004,
2.
Untuk mengetahui bagaimana perputaran modal kerja dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2002-2004,
3.
Untuk mengetahui bagaimana Return On Equity (ROE) dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2002-2004. Hasil penelitian diperoleh persamaan regresi menyatakan setiap kenaikan
tingkat perputaran modal kerja sebesar 1000 maka ROE akan naik sebesar 251. Uji simultan (Uji F) adalah ada pengaruh signifikan antara modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap ROE. Menurut uji partial (Uji t), ada pengaruh secara partial modal kerja dengan ROE. Perputaran modal kerja tidak ada pengaruh partial dengan ROE. Koefisien determinasi (R²) sebesar 37.8% dan (r²) untuk modal kerja sebesar 57.9% dan perputaran modal kerja sebesar 25.6%. Dari hasil perhitungan uji multikolonieritas, uji heteroskedestisitas dan uji otokorelasi
Universitas Sumatera Utara
dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi uji asumsi klasik. Lumban Gaol (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio terhadap Profitabilitas (ROE) studi pada perusahaan manufaktur yang ada di BEI”. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisa deskriptif dan metode analisa statistik dengan menggunakan uji F, uji t dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Hasil penelitian ini menyatakan: Hasil uji F menunjukkan bahwa pada perusahaan manufaktur variabel Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio (DER) dapat mengestimasi variabel Profitabilitas (ROE) dalam model analisis. Hasil uji t (secara individual) menunjukkan bahwa pada perusahaan manufaktur masingmasing variabel Perputaran Modal Kerja dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Profitabilitas (ROE) sedangkan Rasio Lancar tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROE). 2.3. Kerangka Konseptual Return on Equity yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan tidak begitu berhasil karena tidak efisien dan tidak efektifnya produksi, distribusi keuangan atau manajamen, yaitu kondisi umum perusahaan yang tidak menguntungkan atau kelebihan investasi dalam aktiva. Rasio ini perlu dibandingkan dengan rasio-rasio lainnya guna menentukan apakah tingkat imbalan hasil lebih baik atau sebaliknya. (Jumingan, 2006: 142).
Universitas Sumatera Utara
Salah satu cara untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutang-hutang lancar adalah melalui rasio lancar, yang juga merupakan alat ukur likuiditas. Apabila nilainya semakin tinggi maka akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar berbagai tagihannya, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa kelebihan likuiditas akan mengurangi risiko ketidakmampuan memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo dan akan mengurangi laba (Van Horne, 2005: 206). Tingkat perputaran modal kerja yang semakin tinggi, maka semakin cepat modal kerja tersebut kembali lagi menjadi kas, dimana hal ini akan dapat meningkatkan laba perusahaan (Munawir, 2004: 80). Perbandingan antara total hutang dengan dana yang diberikan oleh pemilik (ekuitas) disebut Debt to Equity Ratio (DER). Bagi perusahaan, makin besar ratio ini akan semakin menguntungkan, tetapi bagi pihak bank makin besar ratio ini berarti akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan perusahaan yang mungkin terjadi (Munawir 2004: 239).
Rasio Lancar (X1)
Perputaran Modal Kerja (X2)
ROE (Y)
DER (X3) Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Sumber: Jumingan (2006), Van Horne (2005) dan Munawir (2004), diolah.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hipotesis Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut: Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Profitabilitas yang dalam hal ini adalah ROE pada Perusahaan makanan dan minuman yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara