BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Audit Internal Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif, dan
konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis, disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola (Reading et al, 2009:2). Pengertian audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk
mengevaluasi
dan
meningkatkan
efektivitas
pengelolaan
risiko,
pengendalian, dan proses governance (Standar Profesi Audit Internal, 2004:5). Audit internal menurut (Sawyer’s, 2005:10) adalah sebagai berikut : “Internal audit is a systematic and objective assessment of the internal auditors of the operation and control of different within the organization to determine whether: a. The financial and operating information is accurate and reliable. b. Risks faced by the company have been identified and minimized. c. Regulation external and internal policies and procedures have been followed acceptabel. d. Criteria for satisfactory operation have been met. e. Resources have been used efficiently and economically. f. Purpose of the organization has achieved effectively.
10
11
Auditor internal adalah yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipenuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi (Mulyadi, 2002 : 29). Ruang lingkup atau cakupan pekerjaan internal menurut (Effendi , 2007:7) adalah sebagai berikut : 1. Audit financial, merupakan jenis audit yang lebih berorientasi pada masalah keuangan yang sasarannya adalah kewajaran atas laporan keuangan yang telah disajikan manajemen. 2. Audit operasional adalah audit manajemen (management audit) atau audit kinerja (performance auditing) yang sasarannya adalah penilaian masalah efesiensi, efektifitas dan ekonomis (3E). 3. Audit ketaatan atau kepatuhan (complience audit) adalah suatu audit yang bertujuan untuk menguji apakah pelaksanaan atau kegiatan telah sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku yang ditetapkan oleh (a) Instansi Pemerintah atau Badan atau Lembaga lain yang terkait, dan (b) kebijakan atau sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan (direksi). 4. Audit kecurangan (fraud audit) adalah yang ditujukan untuk mengungkap adanya kasus yang berindikasi korupsi, kolusi, dan nepotisme yang merugikan perusahaan atau negara dan hanya menguntungkan pribadi ataupun kelompok (organisasi) atau pihak ketiga.
12
2.1.1 Fungsi Audit Internal Fungsi audit internal adalah memberikan berbagai macam jasa kepada organisasi termasuk audit kinerja dan audit operasional yang akan dapat membantu manajemen senior dan dewan komisaris di dalam memantau kinerja yang dihasilkan oleh manajemen dan para personil di dalam organisasi sehingga auditor internal dapat memberikan penilaian yang independen mengenai seberapa baik kinerja organisasi (Ardeno Kurniawan, 2012: 53). Fungsi audit internal merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka (Mulyadi, 2002). Fungsi audit internal adalah dapat terdiri dari satu atau lebih individu yang melaksanakan aktivitas audit internal dalam suatu entitas. Mereka secara teratur memberikan informasi tentang berfungsinya pengendalian, memfokuskan sebagian besar perhatian mereka pada evaluasi terhadap desain tentang kekuatan dan kelemahan dan rekomendasi untuk memperbaiki pengendalian intern (Standar Profesi Akuntan Publik SPAP). Fungsi audit internal secara menyeluruh mengenai pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan audit internal dalam mencapai tujuannya menurut (Nasution, 2008:04) adalah sebagai berikut : 1. Membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan pengendalian akuntansi, keuangan serta operasi.
13
2. Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan, rencana dan prosedur yang ditetapkan. 3. Menyakinkan apakah kekayaan perusahaan atau organisasi dipertanggung jawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap segala kemungkinan resiko kerugian. 4. Menyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang dikembangkan dalam organisasi. 5. Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan. 2.1.2 Tujuan Audit Internal Tujuan utama dari audit internal
adalah membantu semua anggota
dalam suatu manajemen melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien melalui penelaahan atas kegiatan operasi perusahaan yaitu berupa analisis, penilaian – penilaian, rekomendasi dan komentar- komentar mengenai penelaahan aktivitas. Tunggal (2010) menyatakan, tujuan yang ingin dicapai oleh internal auditor adalah sebagai berikut: 1. Kebenaran dan kelengkapan informasi kegiatan perusahaan. 2. Penyesuaian dan penerapan kebijakan perusahaan, rencana kerja, prosedur dan hal-hal yang diwajibkan dan hal-hal yang mencakup hukum dan peraturan yang berlaku. 3. Menjaga aset perusahaan terhadap penggunaan yang salah atau sewenangwenang oleh pihak yang tidak berkepentingan.
14
4. Efektivitas, efesiensi, dan kelengkapan organ operasi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. 5. Internal control tersebut harus mencakup pengendalian aktivitas perusahaan, pengendalian aktiva perusahaan, bentuk informasi dan komunikasi (terutama keuangan), pengendalian yang berkelanjutan, pengendalian lingkungan kerja dan sekeliling, pengendalian terhadap bahaya, risiko yang diambil perusahaan. Tujuan auditor internal dalam perusahaan menurut (Nasution, 2008:04) adalah sebagai berikut : 1. Membantu manajemen untuk mendapatkan administrasi perusahaan yang paling efisien dengan memuat kebijaksanaan operasi kerja perusahaan. 2. Menentukan kebenaran dari data keuangan yang dibuat dan keefektifan dari prosedur intern. 3. Memberikan dan memperbaiki kerja yang tidak efisien. 4. Membuat rekomendasi perubahan yang diperlukan dalam beberapa fase kerja. 5. Menentukan sejauh mana perlindungan pencatatan dan pengamanan harta kekayaan perusahaan terhadap penyelewengan. 6. Menetukan tingkat koordinasi dan kerja sama dari kebijaksanaan manajemen. 2.1.3 Lingkup Pekerjaan Audit Internal Lingkup pekerjaan audit internal harus mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh standar auditing yang berlaku umum. Lingkup pekerjaan audit
15
internal meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan (Hiro Tugiman , 2006:41). Lingkup pekerjaan audit internal menurut (Hiro Tugiman, 2006 : 41-47) adalah sebagai berikut: 1. Lingkup
pekerjaan
pemeriksaan
(audit)
internal,
sebagaimana
ditetapkan dalam standar ini, meliputi pemeriksaan apa saja yang harus dilaksanakan. Namun demikian, dimungkinkan pula diberikan pedoman
umum oleh manajemen dan dewan tentang lingkup
pekerjaan dan kegiatan yang akan diperiksa. 2. Tujuan peninjauan terhadap kecukupan suatu sistem pengendalian internal adalah menentukan apakah sistem yang ditetapkan telah memberikan kepastian yang layak atau masuk akal bahwa tujuan dan sasaran organisasi akan dapat dicapai secara ekonomis dan efisien. 3. Tujuan peninjauan terhadap kefektifan sistem pengendalian internal adalah pemastian apakah sistem tersebut berjalan atau berfungsi sebagaimana yang diharapkan. 4. Tujuan peninjauan terhadap kualiatas pelaksanaan kegiatan adalah memastikan apakah apakah sistem tersebut telah dicapai. 5. Tujuan utama pengendalian internal adalah meyakinkan : a) Keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi; b) Kesesuaian dengan berbagai kebijakan, rencana, prosedur dan ketentuan perundang- undangan;
16
c) Perlindungan terhadap harta organisasi d) Penggunaan sumberdaya yang ekonomis dan efisien. e) Tercapainnya berbagai
tujuan dan sasaran
yang telah
ditetapkan. 6. Pengendalian adalah berbagai tindakan yang dilakukan manajemen untuk mempertinggi kemungkinan tercapainnya berbagai tujuan dan sasaran. Manajemen akan merencanakan untuk menyusun dan mengatur pelaksanaan berbagai tindakan yang tepat untuk memberikan kepastian yang layak dan masuk akal bahwa berbagai tujuan dan sasaran organisasi dapat tercapai. 7. Manajemen bertugas merencanakan, menyusun, dan mengatur sedemikian rupa untuk memberikan kepastian yang layak dan masuk akal untuk berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Auditor internal harus menguji dan mengevaluasi berbagai progress perencanaan, penyusunan, dan pengaturan untuk menentukan apakah terdapat kepastian bahwa berbagai tujuan dan sasaran dapat tercapai. 2.1.4 Kualitas Audit Internal Kualitas audit adalah proses pemeriksaan sistematis sistem mutu dilakukan oleh auditor mutu internal atau eksternal atau tim audit, kualitas audit merupakan bagian penting dari sistem manajemen mutu organisasi dan merupakan elemen kunci dalam sistem standar mutu. Kualitas audit biasanya dilakukan pada interval waktu yang telah ditentukan dan memastikan bahwa lembaga tersebut telah jelas
17
dan pasti prosedur sistem monitoring internal yang berkaitan dengan tindakan yang efektif. Hal ini dapat membantu menentukan apakah organisasi sesuai dengan proses sistem mutu didefinisikan dan dapat melibatkan kriteria penilaian prosedur atau berbasis hasil. Kualitas audit internal menurut (Institut of Internal Auditors (IIA), 2008) terbagi atas empat macam diantaranya yaitu: 1. Independensi Dalam
melaksanakan
kegiatan
pemeriksaan,
independensi
memungkinkan auditor internal untuk melakukan pekerjaan audit secara bebas dan objektif. Hal ini dapat tercapai apabila audit internal diberikan status dan kedudukan yang jelas, seperti yang dikemukakan Hiro Tugiman (2006:20), sebagai berikut : “ Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian para pemeriksa internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal mana sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif pada auditor internal.” Independensi menurut (Institut of Internal Auditors (IIA), 2008) meliputi : a. Mandiri Audit internal harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa. Audit inernal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. b. Dukungan moral manajemen senior dan dewan Audit internal haruslah memperoleh dukungan moral secara penuh dari segenap jajaran manajemen senior dan dewan (dewan direksi dan komite
18
audit) agar dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain. 2. Keahklian Profesional Keahklian Profesional merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas (Hiro Tugiman, 2006:27). Keahklian Profesional menurut (Institut of Internal Auditors (IIA), 2008) meliputi : a. Pengetahuan dan kemampuan Kemampuan profesional wajib dimiliki oleh audit internal. Dalam setiap pemeriksaan, pimpinan audit internal haruslah menugaskan orang-orang yang secara bersama-sama atau keseluruhan memiliki pengetahuan dan kemampuan dari berbagai disiplin ilmu, seperti akuntansi, ekonomi, keuangan, statistik, pemrosesan data elektronik, perpajakan, dan hukum yang memang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas. b. Pengawasan Pimpinan audit internal bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap segala aktivitas pemeriksaan yang dilakukan oleh para stafnya. Pengawasan yang dilakukan sifatnya berkelanjutan, yang dimulai dengan
19
perencanaan dan diakhiri dengan penyimpulan hasil pemeriksaan yang dilakukan. Pengawasan yang dimaksud mencakup : 1) Memberikan instruksi kepada para staf audit internal pada awal pemeriksaan dan menyetujui program-program pemeriksaan. 2) Melihat
apakah
program
pemeriksaan
yang
telah
disetujui
dilaksanakan, kecuali bila terdapat penyimpangan yang dibenarkan atau disalahkan. 3) Menentukan apakah kertas kerja pemeriksaan telah cukup untuk mendukung temuan pemeriksaan, kesimpulan-kesimpulan, dan laporan hasil pemeriksaan. 4) Meyakinkan apakah laporan pemeriksaan tersebut akurat, objektif, jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu. 5) Menentukan apakah tujuan pemeriksaan telah dicapai. c. Kecakapan berkomunikasi Audit internal harus memiliki kemampuan berkomunikasi
untuk
menghadapi orang lain dan berkomunikasi secara efektif. Audit internal dituntut
untuk
dapat
memahami
hubungan
antar
manusia
dan
mengembangkan hubungan yang baik dengan audit. d. Pendidikan berkelanjutan Audit internal harus meningkatkan kemampuan tekniknya melalui pendidikan berkelanjutan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keahkliannya. Audit internal harus berusaha memperoleh
20
informasi mengenai kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur, dan teknik-teknik audit. e. Mewaspadai kemungkinan terjadinya pelanggaran Audit internal harus dapat bekerja secara teliti dalam melaksankan pemeriksaan.
Audit internal harus mewaspadai berbagai kemungkinan
terjadinya pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja, kesalahan, kelalaian, tidak efektif, pemborosan (tidak efesien), dan konflik kepentingan. f. Merekomendasikan perbaikan Audit internal harus dapat mengidentifikasi pengendalian intern yang lemah dan merekomendasikan perbaikan terhadap pengendalian intern yang lemah tersebut untuk menciptakan kesesuaian dengan berbagai prosedur dan praktek yang sehat guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 3. Lingkup kerja pemeriksaan Lingkup kerja pemeriksaan audit internal meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh perusahaan dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab (Hiro Tugiman, 2006:41). Lingkup kerja pemeriksaan menurut
(Institut of Internal
Auditors (IIA), 2008) meliputi : a. Pengujian dan evaluasi Lingkup pekerjaan audit internal meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian inernal yang dimiliki oleh
21
organisasi. Tujuan peninjauan terhadap kecukupan dan keefektifan suatu sistem pengendalian internal ini adalah untuk menentukan apakah sistem yang telah ditetapkan dapat memberikan kepastian yang layak bahwa tujuan dan sasaran organisasi dapat tercapai secara efisen, ekonomis, serta untuk memastikan apakah sistem tersebut telah berfungsi sebagaimana yang diharapkan. b. Keandalan informasi Auditor internal haruslah menguji sistem informasi tersebut, dan menentukan apakah berbagai catatan, laporan finansial dan laporan operasional perusahaan mengandung informasi yang akurat, dapat dibuktikan kebenarannya, tepat waktu, lengkap, dan berguna. c. Kesesuaian
dengan
kebijakan,
rencana,
prosedur,
dan
ketentuan
perundang-undangan Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan sistem, yang dibuat dengan tujuan memastikan pemenuhan berbagai persyaratan, seperti kebijakan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan. Audit internal bertanggung jawab untuk menentukan apakah sistem tersebut telah cukup efektif dan apakah berbagai kegiatan yang diperiksa telah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan. d. Perlindungan aktiva Audit internal harus meninjau berbagai alat atau cara yang digunakan untuk melindungi aktiva perusahaan terhadap berbagai jenis kerugian,
22
seperti kerugian yang diakibatkan oleh pencurian, dan kegiatan yang ilegal. e. Penggunaan sumber daya Audit internal harus dapat memastikan keekonomisan dan keefesienan penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Audit internal bertanggung jawab untuk : 1) Telah menetapkan suatu standar operasional untuk mengukur keekonomisan dan efesiensi 2) Standar operasional tersebut telah dipahami dan dipenuhi 3) Berbagai penyimpangan dari standar operasional telah diidentifikasi, dianalisis, dan diberitahukan kepada berbagai pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan perbaikan. f. Pencapaian tujuan Audit internal harus dapat memberikan kepatuhan bahwa semua pemeriksaan yang dilakukan sudah mengarah kepada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahan. 4. Pelaksanaan Pekerjaan Pemeriksaan Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan menurut (Institut of Internal Auditors (IIA), 2008) meliputi : a. Perencanaan kegiatan pemeriksaan Audit internal harus terlebih dahulu melakukan perencanaan pemeriksaan dengan meliputi : 1) Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan. 2) Memperoleh informasi dasar tentang objek yang akan diperiksa.
23
3) Penentuan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan. 4) Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu. 5) Melakukan survei secara tepat untuk lebih mengenali bidang atau area yang akan diperiksa. 6) Penetapan program pemeriksaan. 7) Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil pemeriksaan disampaikan. 8) Memperoleh persetujuan atas rencana kerja pemeriksaan. b. Rapat manajemen Audit internal haruslah melakukan rapat dengan manajemen yang bertanggung jawab terhadap bidang yang akan diperiksa. Hal-hal yang didiskusikan antara lain mencakup berbagai tujuan dan lingkup kerja pemeriksaan yang direncanakan, waktu pelaksanaan pemeriksaan, staf audit yang akan ditugaskan, hal-hal yang menjadi perhatian audit internal. c. Pengujian dan pengevaluasian Audit internal harus melakukan pengujian dan pengevaluasian terhadap semua informasi yang ada guna memastikan ketepatan dari informasi tersebut yang nantinya akan digunakan untuk pemeriksaan. Berbagai informasi tentang seluruh hal yang berhubungan dengan tujuan pemeriksaan dan lingkup kerja haruslah dikumpulkan informasi yang kompeten, mencukupi, relevan, dan berguna untuk membuat dasar yang logis bagi temuan pemeriksaan dan rekomendasi.
24
d. Pelaporan hasil pemeriksaan Audit internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya. Laporan yang dibuat haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan tepat waktu. Objektif adalah laporan yang faktual, tidak berpihak, dan terbebas dari distorsi. Laporan yang jelas adalah laporan yang mudah dimengerti dan logis. Laporan yang singkat adalah laporan yang diringkas langsung membicarakan pokok permasalahan dan menghindari berbagai perincian yang tidak diperlukan. Laporan yang konstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi dan sifatnya akan membantu pihak yang diperiksa dan organisasi serta menghasilkan berbagai perbaikan yang diperlukan. Laporan yang tepat waktu adalah laporan yang pemberitaanya tidak ditunda dan mempercepat kemungkinan pelaksanaan berbagai tindakan yang koreksi dan efektif. Audit internal juga harus langsung melaporkan hasil pemeriksaannya kepada pimpinan dan karyawan lain apabila membutuhkan. e. Tindak lanjut pemeriksaan Tindak lanjut audit internal didefinisikan sebagai suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan oleh menejemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan yang dilaporkan. 2.1.5 Karakteristik Untuk Meningkatkan Kualitas Jasa Audit Internal Langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas audit menurut (Aldhizer et al dalam Djamil, 2004:16) adalah:
25
1. Perlunya melanjutkan pendidikan profesionalnya bagi suatu tim audit, sehingga mempunyai keahklian dan pelatihan yang memadai untuk melaksanakan audit. 2. Dalam hubungannya dengan penugasan audit selalu mempertahankan independensi dalam sikap mental, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan, auditor tersebut menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan melakukan review secara kritis pada setiap tingkat supervise terhadap pelaksanaan audit dan terhadap pertimbangan yang digunakan. 4. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten maka dilakukan supervisi dengan semestinya. Kemudian dilakukan pengendalian dan pencatatan untuk semua pekerjaan audit yang dilaksanakan di lapangan. 5. Melakukan pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern klien untuk dapat membuat perencanaan audit, menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 6. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan audit. 7. Membuat laporan audit yang menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak, dan
26
pengungkapan yang informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, jika tidak maka harus dinyatakan dalam laporan audit.
2.2
Pengendalian Intern Pencapaian tujuan perusahaan sangat dipengaruhi oleh pengendalian intern
yang terselenggara dalam perusahaan. Pengertian awal dari pengendalian intern dikeluarkan oleh American Institute of Certified Public Accountans (AICPA) pada tahun 1949, di mana AICPA Committe on Auditing Procedure menerbitkan laporan khusus dengan judul “InternalControl – Elements of Coordinated System and its Importance to Management and the Independent Accountant”, yang mendefinisikan pengendalian intern sebagai berikut: “Internal control comprises the plan of organization and all of the coordinate methods and measure adopted within a business to safeguard its assets, check the accuracy and reliability of its accounting data, promote operational efficiency, and encourage adherence to prescribed managerial policies (Sawyer et. al., 2003: 61)”. Pengendalian intern adalah sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lainnya yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : 1)
Keandalan pelaporan keuangan, 2) Kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku, 3) Efektifitas dan efisiensi operasi (Mulyadi, 2002:180). Konsep pengendalian intern : 1. Pengendalian intern merupakan suatu proses pengendalian untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pengendalian intern itu sendiri bukan merupakan suatu tujuan.
27
2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang. Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dari formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap pemegang organisasi yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personel lainnya. 3. Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian intern dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian yang menyebabkan pengendalian intern tidak dapat memberikan keyakinan mutlak. 4. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan diantaranya pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi. Pengendalian intern (internal control) berisikan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk membantu manajemen dengan keyakinan memadai bahwa perusahaan akan mencapai tujuannya, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Kebijakan dan prosedur tersebut terkadang disebut pengendalian, kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur tersebut secara bersama membentuk pengendalian intern perusahaan. Pengendalian intern merupakan suatu proses dari aktivitas operasional organisasi dan merupakan bagian integral dari proses manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Konsep dasar dari pengendalian intern meliputi: (1) berbagai kegiatan (a process), (2) dipengaruhi oleh manusia
28
(is affected by people), (3) Diharapkan dapat mencapai tujuan (objectives) (Arens, et al., 2005). 2.2.1 Tujuan Pengendalian Intern Tujuan pengendalian intern adalah: a) To provide reliable data; b) To safeguard assets and records; c) To promote operational efficiency; d) To encourage adherence to prescribe policies. Tujuan pengendalian intern menurut (Arens dan Loebbeck, 2000: 289) adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan data yang dapat dipercaya Manajemen harus memiliki informasi yang akurat dalam pelaksanaan tugasnya. Informasi yang akurat harus diperoleh dari hasil pengolahan data yang andal. 2. Menjaga keamanan harta dan catatan perusahaan Setiap catatan dan assets yang dimiliki perusahaan harus mendapat perindungan yang layak dari kemungkinan kecurigaan atau kerusakan. Oleh karena itu, catatan dan assets perusahaan perlu dilindungi dengan melaksanakan pengendalian intern yang memadai. 3. Untuk meningkatkan efisiens. Pengendalian intern diharapkan dapat menghindarkan terjadinya pemborosan dan efisiensi sumber daya. 4. Mendorong dipatuhinya kebijakan yang telah ditetapkan Pengendalian intern dimaksudkan untuk memastikan bahwa segala peraturan dan prosedur ditaati oleh karyawan perusahaan.
29
Tujuan pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan : (1) Keandalan informasi, (2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, (3) Efektifitas dan efisiensi operasi (Mulyadi, 2002:180). Tujuan dari pengendalian intern akan terlaksana dengan baik bila pengendalian intern dijalankan dengan baik pula dan sesuai dengan prosedur yang ada. Tujuan yang ingin dicapai dari pengendalian intern ini adalah keandalan informasi keuangan, dimana pengendalian intern ditujukan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan harus disajikan secara wajar yang sesuai dengan prinsip akuntansi di Indonesia. 2.2.2 Unsur-Unsur Pengendalian Intern Pengendalian intern terdiri dari lima komponen atau unsur, yaitu: Lingkungan Pengendalian (Control Environment), Penaksiran Risiko (Risk Assesment),
Aktivitas
Pengendalian
(Control
Activities),
Informasi
dan
Komunikasi (Information and Communication), dan Pemantauan (Monitoring) (COSO, 1994; Konrath, 2002; Arens, et al., 2005). 1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian merupakan pondasi atau dasar dari komponenkomponen pengendalian intern lainnya. Lingkungan pengendalian sebagai kontrol
yang
terdiri
dari
tindakan,
kebijakan
dan
prosedur
yang
mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur dan komisaris, serta pemilik perusahaan (owners) terhadap pengendalian intern dan
30
pentingnya pengendalian intern tersebut terhadap perusahaan (Arens, et al., 2005).. 2. Penaksiran Risiko Setiap organisasi mempunyai tingkat risiko yang berbeda yang harus dikendalikan untuk tercapainya tujuan perusahaan. Manajemen harus mengidentifikasikan berbagai risiko agar mencapai tingkat risiko yang minimal. Penaksiran risiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap risiko yang dapat timbul dari perubahan keadaan seperti: a. Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal. b. Perubahan standar akuntansi. c. Hukum dan peraturan baru. d. Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan informasi. e. Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan pelaporan informasi dan personel yang terlibat didalam fungsi tersebut. 3. Aktivitas Pengendalian Aktivitas
pengendalian
dapat
dikendalikan
dan
berhasil
dalam
pengambilan resikonya, agar dapat berhasil dalam mengendalikan risiko dan mencapai tujuan organisasi maka manajemen harus menerapkan kegiatan pengendalian (control activities), diantaranya adalah: (1) tidak memadainya
31
pemisahan fungsi; (2) adanya otorisasi pada setiap transaksi; (3) tidak memadainya dokumen dan catatan; (4) adanya pengendalian fisik atas catatan dan aktiva perusahaan; dan (5) pengendalian independen pada setiap aktivitas. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan sebuah prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petujuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dari prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dan pencapaian tujuan entitas. 4. Informasi dan Komunikasi Komponen kunci dalam pengendalian risiko adalah arus komunikasi internal yang ada dalam perusahaan. Pada organisasi yang sehat, arus informasi berjalan ke seluruh arah dan tidak searah dari atas ke bawah. Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada didalam maupun diluar organisasi. 5. Pemantauan Pemantauan terhadap pengendalian harus terus menerus dilakukan, agar dapat menyesuaikan dengan perubahan lingkungan dan tujuan organisasi dapat dicapai. Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu pemantauan yang dilaksanakan oleh personel yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian pada waktu yang tepat untuk
32
menentukan apakah pengendalian intern beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan apakah memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan.
2.3
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Ringkasan hasil penelitian terdahulu No
Peneliti
Judul
Metode yang Persamaan digunakan
Perbedaan
1.
I kadek indra dwi utama putra,edy sujana, Nyoman ari surya darmawan (2014)
Pengaruh kompetensi auditor internal dan kualitas Jasa audit internal terhadap efektivitas pengendalian Intern dan perwujudan Good corporate governance Pengaruh kualitas jasa auditor internal terhadap efektifitas pengendalian intern pada hotel berbintang empat dan lima di bali
Explanatory , Deskriptif & Verifikatif
Penggunaan variable X (independen) yaitu kompetensi auditor internal.
2.
I ketut yadnyana (2008)
penggunaan variable Y (dependen) yaitu efektivitas pengendalian internal.
Penggunaan variable Y (dependen) yaitu good corporate governance.
Explanatory, Deskriptif & Verifikatif
Penggunaan variable X (independen) yaitu kualitas jasa auditor internal. Penggunaan variable Y (dependen) yaitu efektivitas pengendalian internal.
Tidak ada perbedaan dalam variable yang diteliti.
33
No
Peneliti
Judul
Metode yang Persamaan digunakan
Perbedaan
3.
Netty Herawaty (2013)
Pengaruh independensi, keahklian profesional dan pengalaman auditor internal terhadap efektivitas pengendalian intern (hotel kelas melati di kota jambi)
Explanatory , Verifikatif
Penggunaan variable Y (dependen) yaitu efektivitas pengendalian internal.
Penggunaan variable X (independen) yaitu independensi, keahklian profesional dan pengalaman auditor internal. .
4.
Agustina Dian Saputri (2012)
Pengaruh independensi dan kompetensi Pengawas intern terhadap efektivitas Pengendalian internal Pada bpr di kota dan kabupaten semarang
Explanatory ,
Penggunaan variable Y (dependen) yaitu efektivitas pengendalian internal.
Penggunaan variable X (independen) yaitu independensi dan kompetensi Pengawas intern.
34
No
Peneliti
Judul
Metode yang Persamaan digunakan
Perbedaan
5.
Dityatama (2012)
Pengaruh kualitas audit internal terhadap efektivitas Sistem pengendalian internal satuan kerja perangkat Daerah di lingkungan pemerintah kabupaten lumajang
Explanatory ,
Tidak ada perbedaan dalam variable yang diteliti.
The role of the role of internal audit in internal control quality in corporate organizations
Explanatory ,
6.
2.4
Uzun, Ali Kamil (2010)
Penggunaan variable X (independen) yaitu kualitas jasa audit internal. Penggunaan variable Y (dependen) yaitu efektivitas pengendalian internal.
Pengujian Peran Auditor Internal
Penggunaan variable Y (dependen) : Kualitas Sistem Pengendalian Internal Lokasi Penelitian : Turki
Kerangka Pemikiran Audit internal merupakan aktivitas independen, keyakinan objektif, dan
konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola (Reading et al, 2009:2).
35
Pihak manajemen dan pihak auditor internal mempunyai fungsi yang berbeda dalam hal mendeteksi kemungkinan terjadinya fraud. Secara normatif fungsi audit internal adalah memberikan jasa penilaian yang independen, menguji dan melakukan evaluasi kegiatan perusahaan. Sedangkan dalam usaha mendeteksi fraud, fungsi auditor internal adalah membantu pihak manajemen dalam melaksanakan tugasnya dengan cara melengkapi mereka dengan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi dan penyuluhan tentang masalah yang sedang dikaji. (Kopai, 2004:71). Komponen-komponen audit internal yang berpengaruh dalam pengendalian internal meliputi independensi, keahklian professional, lingkup kerja pemeriksaan, pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan. Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain. Bagi auditor, independensi merupakan sikap yang melekat pada dirinya dan harus dijaga dalam penugasan profesional audit sehingga independen seperti telah menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki (Mulyadi, 2009). Penelitian Alim, dkk (2007) menunjukkan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap pengendalian internal. Mayangsari (2003) membuktikan bahwa yang menyebabkan perbedaan pendapat auditor adalah faktor independensi. Auditor yang independen memberikan pendapat yang lebih tepat dibanding auditor yang tidak independen. Dalam penelitian tersebut, pendapat auditor yang independen dapat lebih dipercaya oleh pemakai laporan keuangan dibanding yang tidak independen sehingga dapat mempengaruhi kualitas audit itu sendiri.
36
Keahklian profesional merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas.” (Hiro Tugiman, 2006:27). Keahklian profesional merupakan tingkat kemahiran profesional auditor internal dalam melakukan pemeriksaan yang dilaksanakan dengan keterampilan dan kecermatan profesionalnya terhadap penerapan struktur pengendalian. Elemenelemen dari keahklian profesional ini adalah ketaatan terhadap kode etik profesional, pengetahuan, ketrampilan, dan disiplin ilmu, hubungan dan komunikasi antar manusia, dan pendidikan berkelanjutan (Grefita, 2011). Keahklian profesional wajib dimiliki oleh audit internal. Dalam setiap pemeriksaan, pimpinan audit internal haruslah menugaskan orang-orang yang secara bersama-sama atau keseluruhan memiliki pengetahuan dan kemampuan dari berbagai disiplin ilmu yang memang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas. Penelitian menunjukkan bahwa keahklian professional berpengaruh signifikan terhadap pengendalian internal (Achmad Badjuri, 2012). Ruang lingkup pekerjaan audit internal meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh perusahaan dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab (Hiro Tugiman, 2006:41). Lingkup kerja pemeriksaan didalam kualitas audit intern dapat mempengaruhi kinerja auditor internal. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian
37
berikut yang menyatakan bahwa lingkup kerja pemeriksaan berpengaruh positif terhadap pengendalian intern. Semakin baik kualitas lingkup kerja pemeriksaan seorang auditor maka akan semakin mempengaruhi kinerjanya didalam pengendalian intern didalam perusahaan. Seorang auditor yang memiliki kualitas lingkup kerja pemeriksaan yang baik maka didalam pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian intern yang di berikan akan berpengaruh positif terhadap pengendalian intern yang dimiliki oleh perusahaan dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. (I ketut yadyana, 2008). Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindaklanjuti (follow up)” (Hiro Tugiman, 2006:53). Pelaksanaan pemeriksaan audit yang telah didukung dan disetujui oleh manajemen merupakan ketentuan yang harus dilakukan dalam melaksanakan pemeriksaannya. Program pemeriksaan internal dipakai sebagai tolak ukur bagi para pelaksana pemeriksa dalam melakukan tugas pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan auditor dalam melaksanakan pekerjaan
pemeriksaan
yaitu
perencanaan
pemeriksaan,
pengujian
dan
pengevaluasian informasi, penyampaian hasil pemeriksaan, Tindak lanjut hasil pemeriksaan auditor internal harus melakukan tindak lanjut untuk memastikan bahwa tindakan tepat telah diambil atas temuan audit yang dilaporkan. Apabila langkah langkah diatas sudah dilakukan dengan baik oleh auditor internal maka pelaksaanan pekerjaan pemeriksaa yang sudah diterapkan didalam perusahaan
38
dengan baik akan berpengaruh positif terhadap pengendalian intern perusahaan (I ketut yadyana, 2008). Berdasarkan beberapa penelitian diatas menunjukan bahwa independensi, keahklian professional, lingkup kerja pemeriksaan, pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian intern. Digambarkan dalam bentuk paradigma konseptual penelitian dibawah ini :
KUALITAS AUDIT INTERNAL
Independensi PENGENDALIAN INTERN Keahklian professional
Lingkup kerja pemeriksaan
Pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan
- Lingkungan pengendalian - Penaksiran risiko - Aktivitas pengendalian - Informasi dan komunikasi - Pemantauan Sumber: (COSO, 1994 ; Konrath, 2002 ; Whittington, 2001 : 242)
Sumber: (Institut of Internal Auditors (IIA), 2008)
Gambar 2.1 Bagan Paradigma Konseptual Penelitian
39
2.5
Hipotesis Berdasarkan identifikasi masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan
paradigma penelitian yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah: H1
H2
:
:
Independensi berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian intern pada
Bank BJB Bandung.
Keahklian
profesional
berpengaruh
terhadap
efektivitas
pengendalian intern pada Bank BJB Bandung. H3
:
Lingkup kerja pemeriksaan berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian intern pada Bank BJB Bandung.
H4
:
Pelaksanaan
pekerjaan
berpengaruh
terhadap
efektivitas
pengendalian intern pada Bank BJB Bandung. H5
:
Independensi, Keahklian professional, Lingkup kerja pemeriksaan, Pelaksanaan
pekerjaan
berpengaruh
terhadap
pengendalian intern pada Bank BJB Bandung.
efektivitas