BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perpustakaan secara Umum Perpustakaan merupakan tempat atau ruang terkumpulnya buku-buku bacaan yang disusun secara sistematis untuk mempermudah pengguna dalam mencari buku atau koleksi yang diinginkan. Ada beberapa jenis perpustakaan, salah satunya adalah Perpustakaan umum.
2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang berada di kabupaten/kota yang diselenggarakan oleh dana umum. Perpustakaan ini berada di bawah naungan pemerintah provinsi. Menurut Sutarno NS (2006:43) perpustakaan umum merupakan satusatunya jenis perpustakaan yang masih dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu perpustakaan kabupaten atau kota, kecamatan, desa/kelurahan, perpustakaan cabang, taman bacaan rakyat atau taman bacaan masyarakat, dan perpustakaan keliling. Perpustakaan umum menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan melayani tanpa membedakan suku bangsa, agama, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur, pendidikan serta serta perbedaan lainnya. Menurut
Sulistyo-Basuki
(2011:2,7)
Perpustakaan
umum
adalah
perpustakaan yang melayani penduduk secara gratis atau dengan pungutan biaya yang minimal. Pengelolaan perpustakaan umum dibiayai oleh pemerintah atau oleh swasta.
6
Ciri-ciri perpustakaan umum adalah sebagai berikut : a. Terbuka untuk umum artinya terbuka bagi siapa saja tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, agama, kepercayaan, ras, usia, pandangan politik, dan pekerjaan. b. Dibiayai oleh dana umum. Dana umum adalah dana yang berasal dari masyarakat. Biasanya dikumpulkan melalui pajak dan dikelola oleh pemerintah. Dana ini kemudian digunakan untuk mengelola perpustakaan umum. Karena dana berasal dari umum maka perpustakaan umum harus terbuka untuk umum. c. Jasa yang diberikan pada hakekatnya bersifat cuma–cuma. Jasa yang diberikan menyangkut jasa referal artinya jasa memberikan informasi, peminjaman, konsultasi studi, sedangkan keanggotaan bersifat cumacuma artinya tidak perlu membayar. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang berada di kabupaten atau kota, kecamatan, termasuk juga taman bacaan rakyat dan perpustakaan keliling, yang diselenggarakan oleh dana umum dari pemerintah. Memiliki ciri-ciri terbuka untuk umum, di biayai oleh dana umum, dan jasa yang diberikan bersifat cuma-cuma dan berfungsi untuk melayani seluruh lapisan masyarakat.
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Umum Perpustakaan umum bertujuan untuk menyediakan sumber informasi dan sebagai sarana rekreasi untuk masyarakat yang ingin menghabiskan waktu luangnya di perpustakaan.
7
Menurut Manifesto Perpustakaan Umum UNESCO yang dikutip oleh Sulistyo-Basuki (1991:46) menyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai 4 tujuan utama yaitu : a. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka kearah kehidupan yang lebih baik b. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat c. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga
yang
bersangkutan
akan bermanfaat bagi masyarakat
sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka d. Bertindak selaku agen kultural, artinya perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan sosial budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustkaan umum bertugas menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film, dan penyediaan informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran dan apresiasi masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya. Berdasarkan pendapat diatas, dapat di paparkan bahwa tujuan perpustakaan umum yaitu memberikan kesempatan umum untuk membaca bahan pustaka, menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat, membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki dan sebagai pusat utama kehidupan sosial budaya.
8
Perpustakaan umum sebagai perangkat dan bagian yang tidak lepas dari sistem pembelajaran sepanjang hayat berfungsi sebagai : a. Fungsi Pelestarian, upaya secara nyata untuk melestarikan beragam bentuk dan jenis buku atau bahan pustaka yang telah diterbitkan. b. Fungsi Informasi, orang akan memiliki pengetahuan yang luas dan wawasan yang mendalam. c. Fungsi Pendidikan, sebagai pendukung pendidikan bagi generasi penerus tentang kegiatan pembelajaran yang dijalani. d. Fungsi Rekreasi, dalam perpustakaan biasa tersimpan beragam buku, bahan pustaka, dan dokumentasi yang menyangkut pengalaman berbagai pihak. Dengan melihat atau membaca koleksi bahan pustaka tersebut pada waktu tertentu merupakan hiburan tersendiri bagi orang yang bersangkutan. e. Fungsi Budaya, buku merupakan contoh nyata dari hasil kebudayaan. Oleh karena itu dengan menyimpan, merawat, dan menjaga buku bisa juga dimaknai sebagai upaya pelestarian hasil budaya bangsa. (Almasyari,2009:8) Berdasarkan pendapat diatas, dapat dipaparkan bahwa fungsi perpustakaan umum adalah sebagai sarana untuk melestarikan bahan pustaka, menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat, pendukung pendidikan, hiburan dan sebagai sarana untuk menyimpan, merawat dan menjaga bahan pustaka.
2.2 Ketersediaan Koleksi Perpustakaan Ketersediaan berasal dari kata “sedia” yang artinya siap atau kesiapan. Ketersediaan koleksi adalah kesiapan bahan pustaka untuk digunakan dan dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan.
9
Menurut Sutarno (2006: 104) ketersediaan koleksi mencakup : 1. Ketersediaan koleksi bahan pustaka seperti informasi, ilmu pengetahuan teknologi dan budaya. Informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang di butuhkan para pengguna perpustakaan selalu terjadi setiap saat (explosion of information). 2. Setiap perpustakaan harus efektif untuk menghimpun, mengkoleksi dan menyajikan koleksi bahan pustaka untuk dilayankan kepada para pemakai, sesuai dengan kebutuhan pengguna. 3. Pengumpulan, pengolahan dan penyajian koleksi bahan pustaka yang tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna serta masyarakat yang dilayani, hanya akan menimbulkan ketidakefisienan dan pemborosan sumber daya perpustakaan. Berdasarkan pendapat diatas, dapat dipaparkan bahwa ketersediaan koleksi baik informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi dibutuhkan setiap saat. Perpustakaan harus efektif untuk menghimpun, mengkoleksi dan menyajikan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Ketersediaan koleksi yang tidak sesuai hanya akan menimbulkan pemborosan sumber daya perpustakaan.
2.2.1 Koleksi Perpustakaan Salah satu komponen dalam perpustakaan adalah koleksi. Tanpa adanya koleksi yang memadai dan lengkap maka perpustakaan tidak akan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pemakainya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan koleksi perpustakaan adalah seluruh bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, disimpan untuk disebarluaskan kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasinya. (Yulia,2011:1,5).
10
Menurut Thalha Achmad (2008) Koleksi Perpustakaan adalah “Kumpulan buku-buku dan atau non buku, seperti: bagan, bentuk mikro, nerkas komputer, bola dunia (globe), buku film, foto udara, gambar, kartu peraga, peta, piringan hitam, VCD, DVD dan slide”. Menurut buku Pedoman Pembinaan Koleksi dan Pengetahuan Literature (1998:2) dalam Sulistyo-Basuki (1991) “Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi”. Berdasarkan
pendapat
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
koleksi
perpustakaan adalah seluruh bahan pustaka yang diolah dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan akan informasi. Salah satu cara untuk menunjang pelaksanaan program lembaga induk adalah dengan pengadaan koleksi.
2.2.2 Jenis Koleksi Perpustakaan Perpustakaan memiliki beberapa jenis koleksi untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Menurut Yulia (1993 : 3) ada empat jenis koleksi perpustakaan yaitu : 1. Karya cetak Karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, seperti buku, terbitan berseri. 2. Karya noncetak Karya noncetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar. 3. Bentuk mikro
11
Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan microreader. Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan bahan noncetak. Ada tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu mikrofilm yaitu bentuk mikro dalam gulungan film, mikrofis yaitu bentuk mikro dalam lembaran film, microopaque yaitu bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya. 4. Karya dalam bentuk elektronik Dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan ke dalam bentuk elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disk. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CDROM player. Sedangkan menurut Darmono (2007:65) jenis koleksi perpustakaan ada 6 yaitu : 1. Buku, buku merupakan koleksi yang paling umum yang dihimpun perpustakaan. Seperti buku teks, buku penunjang, buku-buku jenis fiksi, buku populer (umum) 2. Koleksi Referens, koleksi referens sebenarnya juga dalam bentuk buku yang membedakannya adalah isi dan cara penyusunannya. 3. Sumber Geografi, jenis koleksi ini berisi informasi tentang daerah, iklim, cuaca, ketinggian tempat, hutan, laut, dll. 4. Jenis Serial ( Terbitan Berkala), pada umumnya terbitan berkala berupa majalah dan koran. 5. Bahan Mikro, adalah koleksi perpustakaan yang merupakan alih media dari buku ke dalam bentuk mikro seperti mikro film, mikro fice ( carik mikro). Bentuk ini bisa di cetak dengan alat “micro reader printer”. Pada umumnya mikro film yang disajikan untuk pengunjung perpustakaan
12
adalah film positif, sedangkan film negatifnya disimpan sebagai master mikro film. 6. Bahan Pandang Dengar (Audio Visual), bahan pandang dengar memuat informasi yang dapat ditangkap secara bersamaan oleh indra mata dan telinga seperti Kaset, Piringan Hitam, CD-ROM, VCD, DVD, Slide, Film. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpukan bahwa jenis koleksi perpustakaan terdiri dari karya cetak seperti buku, karya noncetak seperti rekaman, bentuk mikro seperti mikrofilm, dan karya dalam bentuk elektronik seperti CD-ROM dan piringan hitam.
2.3 Minat Baca 2.3.1 Pengertian Minat Baca Istilah “minat” menurut semantik bahasa Inggris adalah “interest”. Sedangkan “baca” adalah “reading”. “Minat Baca” berarti “Reading Interest”. Tetapi istilah ini tidak pernah digunakan, orang sering menggunakan istilah “Reading Habit” yang berarti “kebiasaan membaca”. (Baderi,2005) Menurut semantik bahasa Indonesia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) beberapa pengertian istilah diatas diartikan sebagai berikut : Minat, diartikan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan. Baca, membaca, diartikan dengan melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melaksanakan atau hanya dalam hati), mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, mengucapkan, meramalkan, menduga, memperhitungkan, memahami. Jadi minat baca, berarti keinginan untuk mengetahui, memahami isi dari apa yang tertulis yang mereka baca. Menurut Sutarno NS (2006:107) Minat adalah suatu keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat baca berarti suatu
13
keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi terhadap bahan bacaan. Bahan bacaan atau koleksi perpustakaan yang diminati oleh seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat adalah yang mengandung manfaat, nilai, yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pembaca yang bersangkutan.
Nilai
dan
manfaat
dapat
menambah
pengetahuan,
memberikan kesenangan, memberikan rasa kepuasan atau kenikmatan jiwa, bahkan rasa bangga pada diri seseorang. Menurut Darmono (2007:214) “Minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca”. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa minat baca merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu atau bahan bacaan atau keinginan untuk mengetahui isi dari bacaan yang akan memberikan rasa puas pada diri sendiri. Adapun beberapa tujuan dari membaca yaitu : 1. Mewujudkan suatu sistem penumbuhan dan pengembangan nilai ilmu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 2. Mengembangkan masyarakat baca (reading society) lewat pelayanan masyarakat perpustakaan dengan penekanan pada penciptaan lingkungan baca untuk semua jenis bacaan pada semua lapisan masyarakat. 3. Meningkatkan pengembangan diri, dengan membaca seseorang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan. Sehingga daya nalarnya berkembang dan berwawasan luas yang akan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Seorang pustakawan harus banyak membaca untuk mengembangkan prestasi dan meningkatkan karir mereka. 4. Memenuhi tuntutan intelektual, dengan membaca buku, pengetahuan bertambah dan perbendaharaan kata-kata meningkat, melatih imajinasi dan daya pikir sehingga terpenuhi kepuasan intelektual. 5. Memenuhi kepentingan hidup, dengan membaca akan memperoleh pengetahuan praktis yang berguna dalam kehidupan sehari-nari. 14
6. Meningkatkan minatnya terhadap suatu bidang, seseorang yang senang buku internet misalnya dengan makin membaca buku-buku tentang internet, minatnya akan meningkat untuk mempelajarinya lebih dalam lagi. 7. Mengetahui hal-hal yang aktual, dengan membaca seseorang dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan tanpa harus pergi ke lokasi, misalnya adanya gempa bumi, banjir, kebakaran dan peristiwa lain. (Supriyono,2006) Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca pada dasarnya ingin mengetahui, ingin belajar dan menambah wawasan berfikir dalam meningkatkan kemampuan diri dan taraf hidup serta dapat bersosialisasi dalam kehidupan sosialnya.
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Baca Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat baca. Menurut Sutarno (2006 : 29) faktor-faktor yang menjadi keterbatasan minat baca rendah adalah: 1. Faktor–faktor yang menjadi keterbatasan minat dan budaya baca rendah a. Akses informasi dari dan ke perpustakaan Keterbatasan akses informasi dari perpustakaan disebabkan beberapa hal seperti kurangnya sosialisasi dan pemasyarakatan, publikasi melalui brosur, lokasi perpustakaan kurang strategis dan terbatasnya kegiatan perpustakaan diketahui atau diikuti oleh masyarakat. Keterbatasan informasi ke perpustakaan misalnya tidak adanya papan penunjuk ke perpustakaan di tempat–tempat yang strategis. Jalur angkutan umum ke perpustakaan yang belum memadai, tingkat kesibukan kelompok masyarakat
semestinya
merupakan
perpustakaan.
15
pelanggan
atau
konsumen
b. Tingkat pendidikan masyarakat masih berada di bawah standar. Pengguna perpustakaan adalah mereka yang berkecimpung dengan dunia informasi dan ilmu pengetahuan. Perpustakaan terkait langsung dengan aktifitas membaca, belajar, informasi, penelitian dan kegiatan yang sejenis sehingga untuk masyarakat tertentu belum sadar atas kehendak sendiri untuk memanfaatkan perpustakaan. c. Kondisi sosial ekonominya pada umumnya kurang menguntungkan. Sebagian
anggota
masyarakat
secara
kebetulan
kondisi
social
ekonominya belum beruntung, maka perhatian untuk membeli atau memiliki buku masih dianggap kurang. Jadi kebiasaan membaca di rumah juga terbatas, karena di rumah sedikit atau bahkan jarang membaca, maka minat untuk ke perpustakaan untuk membaca juga berkurang. Kondisi yang demikian berujung pada suatu kesimpulan bahwa kondisi sosial ekonomi belum baik dapat berpengaruh pada minat masyarakat ke perpustakaan. d. Layanan perpustakaan kepada masyarakat belum merata. Layanan belum merata juga banyak penyebabnya, sementara untuk memperoleh layanan tersebut masyarakat juga harus aktif, misalnya berkunjung ke perpustakaan. e. Apresiasi dan respon masyarakat masih perlu ditingkatkan. Apresiasi dan respon masyarakat terhadap perpustakaan berkaitan erat dengan kebiasaan membaca, tingkat pendidikan dan kondisi serta lingkungannya. Semua itu belum menunjang, maka dapat berakibat terhadap apresiasi dan respon masyarakat. Sebaliknya jika semua telah disebutkan sudah berjalan baik, maka secara langsung dan tidak langsung akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku masyarakat dalam menggunakan layanan perpustakaan. 2. Faktor-faktor mendorong terciptanya minat baca adalah sebagai berikut : a. Rasa ingin tahu tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan dan informasi
16
b. Keadaan lingkungan fisik memadai, dan tersedianya bahan bacaan menarik, berkualitas, dan beragam. c. Keadaan lingkungan sosial lebih kondusif, maksudnya adanya iklim selalu dimanfaatkan dalam waktu tertentu untuk membaca. d. Rasa haus informasi, rasa ingin tahu, terutama yang aktual e. Berprinsip hidup bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani. Menurut Mastini Hardjoprakosa dalam Daryono (2011) faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca masyarakat di Indonesia antara lain : a. Pemerintah dan swasta dengan lembaga pendidikannya, para guru kurang memotivasi para anak didiknya untuk membaca buku-buku selain buku pelajaran. b. Para orang tua tidak memberi dorongan kepada
anak untuk
mengutamakan membeli buku dari pada mainan, alat pandang dengar. Mereka biasanya kurang mengetahui jenis buku yang sesuai dan disukai anak dan mereka biasanya juga kurang memperkenalkan perpustakan kepada anak-anak. c. Para penerbit media cetak memasang harga buku yang bermutu terlalu tinggi, sehingga tak terjangkau oleh masyarakat luas. d. Para pengarang, penyadur dan penerjemah yang semakin berkurang, karena royalti yang tidak menentu dan masih terkena PPH. e. Perpustakaan Umum yang jumlahnya belum mencukupi di tiap Provinsi untuk melayani masyarakat. f. Perpustakaan masjid yang belum terkelola dengan profesional. Selain masalah tersebut diatas masih ada beberapa faktor lain : a. Kurangnya fasilitas perpustakan di daerah pedesaan, perkampungan serta kurangnya pengertian akan manfaat perpustakan b. Kurangnya tenaga pengelola perpustakaan yang professional c. Terbatasnya bahan pustaka dalam jumlah dan variasinya yang belum memenuhi kebutuhan pengguna jasa perpustakaan.
17
d. Kurang bervariasinya jenis layanan perpustakaan, seperti jasa referens, pemutaran film, bercerita dan penelusuran. e. Terbatasnya ruangan perpustakaan yang berakibat belum adanya ruangruang khusus seperti ruang baca, ruang cerita, ruang remaja. f. Terbatasnya perabot dan peralatan perpustakaan. g. Kurangnya kebijakan tentang promosi budaya baca dan pemasyarakatan perpustakaan h. Belum adanya kemantapan kerjasama jaringan yang terpadu antar perpustakaan. Menurut Mastini Hardjoprakosa dalam Daryono (2011) ada beberapa gagasan yang dapat diusahakan untuk meningkatkan minat baca : a. Membaca harus dipromosikan sebagai kegiatan keluarga dan sekolah, sebaiknya dijadikan tradisi untuk memberi hadiah buku pada setiap ulang tahun, naik kelas dan lainnya, mengajak anak ke toko buku untuk memberi kesempatan anak memilih sendiri buku yang diinginkan. b. Kegiatan mempromosikan buku sebagai bacaan yang menarik, sebaiknya penerbit bekerjasama dengan media masa seperti surat kabar, radio, TV untuk mempromosikan buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau oleh masyarakat luas. Dan penerbit menerbitkan buku anak-anak dengan ilustrasi yang menarik dan harga terjangkau. Menurut Setiawan Hartadi (2009) ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan bisa menghambat masyarakat untuk mencintai dan menyenangi buku sebagai sumber informasi layaknya membaca koran dan majalah, yaitu: 1. Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswa atau mahasiswa harus membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan dan mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan di kelas. 2. Banyaknya hiburan TV dan permainan di rumah atau di luar rumah yang membuat perhatian anak atau orang dewasa untuk menjauhi buku. Sebenarnya dengan berkembangnya teknologi internet akan membawa
18
dampak terhadap peningkatan minat baca masyarakat kita, karena internet merupakan sarana visual yang dapat dikaitkan dengan sumber informasi yang lebih up to date, tetapi hal ini disikapi lain karena yang dicari di internet kebanyakan berupa visual yang kurang tepat bagi konsumsi anak-anak. 3. Banyaknya tempat-tempat hiburan seperti taman rekreasi, karaoke, mall, supermarket. 4. Budaya baca masih belum diwariskan oleh nenek moyang kita, hal ini terlihat dari kebiasaan ibu-ibu yang sering mendongeng kepada putraputrinya sebelum anaknya tidur dan ini hanya diaplikasikan secara verbal atau lisan saja dan tidak dibiasakan mencapai pengetahuan melalui bacaan. 5. Para ibu disibukkan dengan berbagai kegiatan di rumah atau di kantor serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga, sehingga waktu untuk membaca sangat minim. 6. Buku dirasakan oleh masyarakat umum sangat mahal dan begitu juga jumlah perpustakaan masih sedikit dibanding dengan jumlah penduduk yang ada dan kadang-kadang letaknya jauh. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca adalah koleksi yang kurang banyak, sistem pembelajaran di Indonesia yang belum mengharuskan siswa atau mahasiswanya membaca. Sedangkan faktor yang mendukung minat baca adalah rasa ingin tahu yang tinggi terhadap fakta, keadaan lingkungan fisik yang memadai, keadaan lingkungan sosial yang kondusif dan rasa haus akan informasi.
19