10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Jiwa 1. Definisi Gangguan Jiwa Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik, seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia (PPDGJ III, dalam Komarudin, 2009). Gangguan jiwa merupakan penyakit yang dialami oleh seseorang yang mempengaruhi emosi, pikiran atau tingkah laku mereka diluar kepercayaan budaya dan kepribadian mereka, dan menimbulkan efek yang negatif bagi kehidupan mereka atau kehidupan keluarga mereka. Dapat kita pahami bahwa gejala-gejala gangguan jiwa ialah hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik, psikologik, dan sosial budaya. Gejala-gejala inilah sebenarnya yang menandakan dekompensasi proses adaptasi dan terdapat terutama pada pemikiran, perasaan, dan perilaku (Maramis, 2005). Ciri-ciri orang yang mengalami gangguan jiwa menurut Kanfer dan Goldstein (dalam Suliswati, 2005) adalah sebagai berikut: 1. Hadirnya perasaan cemas (anxiety) dan perasaan tegang (tension) di dalam diri. 2. Merasa tidak puas (dalam artian negatif) terhadap perilaku diri sendiri.
10 Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
11
3. Perhatian yang berlebihan terhadap problem yang dihadapinya. 4. Ketidakmampuan
untuk
berfungsi
secara
efektif
di
dalam
menghadapi problem. 2. Penyebab Gangguan Jiwa Faktor penyebab gangguan jiwa menurut Videbeck (2008) diantaranya sebagai berikut: a.
Faktor individual 1. Struktur biologis Gangguan jiwa juga tergolong ilmu kedokteran, dalam beberapa penelitian yang dilakukan oleh para psikiater mengenai neurotransmitter,
anatomi
dan
faktor
genetik
juga
ada
hubungannya dengan terjadinya gangguan jiwa. 2. Ansietas dan ketakutan Kekhawatiran pada sesuatu hal yang tidak jelas dan perasaan yang tidak menentu akan sesuatu hal menyebabkan individu merasa terancam, ketakutan hingga terkadang mempersiapkan dirinya terancam. b.
Faktor psikologik Hubungan antara peristiwa hidup yang mengancam dan gangguan mental sangat kompleks tergantung dari situasi, individu dan bagaimana setiap orang mampu berkomunikasi secara efektif.
c.
Faktor budaya dan sosial Perbedaan ras, golongan, usia dan jenis kelamin mempengaruhi terhadap
mulannya
gangguan
jiwa.
Status
ekonomi
juga
berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
12
d.
Faktor presipitasi Sebagai faktor stimulus dimana setiap individu mempersiapkan dirinya melawan tantangan, ancaman, atau tuntutan untuk koping.
3. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa Keadaan mental seseorang yang menderita gangguan jiwa, menurut Sundari (2005) dapat mengalami sebagai berikut: a. Delusi atau waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal) meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya. b. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan misalnya penderita mendengar suara-suara atau atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara/bisikan itu. c. Kekacauan alam pikiran yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya, misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya. d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan. e. Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak ada upaya usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa, malas dan selalu terlihat sedih. 4. Macam-macam Gangguan Jiwa Macam-macam gangguan jiwa menurut Maramis (2005) adalah sebagai berikut:
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
13
a. Skizofrenia Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku aneh. Penyakit ini sering diartikan oleh masyarakat adalah penyakit yang berbahaya dan tidak dapat dikontrol dan digambarkan sebagai
individu
yang
mengalami
masalah
emosional
dan
memperlihatkan perilaku yang aneh dan amarah. b. Depresi Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri. c. Kecemasan Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan baik. d. Gangguan Kepribadian Gangguan kepbribadian didiagnosis saat sifat kepribadian individu menjadi kaku dan maladaptive dan secara signifikan mengganggu cara
individu
melakukan
fungsi
dalam
masyarakat
atau
menyebabkan distres emosional individu. e. Gangguan Mental Organik Merupakan gangguan jiwa yang psiko atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
14
otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama di luar otak. f. Gangguan Psikosomatik Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah. Pada gangguan psikosomatik sering terjadi perkembangan neurotic yang memperlihatkan gangguan fungsi alat-alat tubuh. g. Retardasi Mental Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya rendahnya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. h. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat. Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, karena lingkungan itu dapat dirubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah. Jadi jelas bahwa terdapat berbagai macam atau jenis gangguan jiwa. Demikian pula dengan faktor-faktor penyebabnya, sehingga dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa merupakan sesuatu yang bersifak kompleks.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
15
B. Caregiver 1.
Definisi Caregiver Penderita gangguan jiwa memerlukan bantuan orang lain untuk perawatan dirinya dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Orang yang memberikan perawatan tersebut dinamakan caregiver dan caregiver merupakan istilah yang biasa digunakan dalam bidang perawatan dan pelayanan. Oyebade (2003) mendefinisikan caregiver sebagai seseorang yang memberikan perawatan untuk orang lain. Perawatan tersebut diberikan pada orang lain yang membutuhkan pertolongan bahkan dapat dikatakan orang tersebut bergantung pada caregiver-nya. Menurut Sukmarini (2009), caregiver adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada orang yang mengalami ketidakmampuan dan memerlukan bantuan karena penyakit dan keterbatasannya.
2.
Jenis Caregiver Caregiver dibagi menjadi caregiver informal dan caregiver formal. Caregiver informal adalah seseorang individu (anggota keluarga, teman, atau tetangga) yang memberkan perawatan tanpa dibayar, paruh waktu atau sepanjang waktu, tinggal bersama maupun terpisah dengan orang yang dirawat. Sedangkan caregiver formal adalah caregiver yang merupakan bagian dari sistem pelayanan baik di bayar maupun sukarelawan (Sukmarini, 2009).
3.
Fungsi Caregiver Fungsi dari caregiver adalah menyediakan makanan, membawa pasien ke dokter, dan memberikan dukungan emosional, kasih sayang,
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
16
dan perhatian, caregiver juga membantu pasien dalam mengambil keputusan. Pada stadium akhir penyakitnya caregiver inilah yang membuat keputusan untuk pasiennya. Keluarga caregiver merupakan penasihat yang sangat penting yang diperlukan oleh pasien (Tantono, Siregar, Hazza, 2006). 4.
Beban pada Caregiver Beban keluarga merupakan suatu tolok ukur utama dalam menilai dampak terhadap anggota keluarga lain dari perawatan penderita gangguan jwa. Beban caregiver (caregiver burden) didefinisikan sebagai tekanan mental atau beban yang muncul pada orang yang merawat lansia, penyakit kronis, anggota keluarga atau orang lain yang cacat (Djatmiko, 2004). Ada 3 faktor beban caregiver, yaitu faktor dalam kehidupan pribadi dan sosial caregiver, beban psikologis dan perasaan bersalah. Caregiver arus memberikan sejumlah waktu, energi, dan uang. Tugas ini seringkali dirasakan tidak menyenangkan, menyebabkan stress psikologis dan melelahkan secara fisik. Beban psikologis yang dirasakan oleh caregiver antara lain rasa malu, marah, tegang, tertekan, lelah dan tidak pasti. Faktor terakhir berhubungan dengan perasaan bersalah seperti seharusnya dapat melakukan lebih banyak, dan tidak dapat merawat dengan baik. (Anneke dan Endarwati, 2009). Keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofrenia akan mendapatkan konsekuensi berupa munculnya berbagai masalah yang berdampak pada kehidupan keluarga.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
17
Caregiver utama umumnya adalah keluarga. Sebagai caregiver keluarga kadang memiliki beban yang dirasakan berbeda-beda oleh setiap keluarga yang memiliki dan merawat anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa.
C. Keluarga 1. Definisi keluarga Keluarga adalah sebagai sebuah sistem sosial terkecil yang terbuka yang terdiri atas suatu rangkain bagian yang sangat saling bergantung dan dipengaruhi baik oleh struktur internal maupun lingkungan eksternalnya (Friedman, 2010). Keluarga terdiri atas sekelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan atau hubungan sedarah atau hasil adopsi, anggota lain tinggal dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai kebiasaan/ kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan sendiri. (Bergess, 1962, dalam Mubarak, 2011). Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sebuah sistem sosial terkecil yang terdiri dari individuindividu yang terikat dalam suatu ikatan perkawinan, hubungan darah, adopsi yang hidup bersama, yang saling berinteraksi satu sama lain sesuai dengan peranannya dan menciptakan serta mempetahankan suatu kebudayaan.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
18
2. Bentuk-bentuk Keluarga Bentuk-bentuk keluarga menurut Friedman (2010) adalah sebagai berikut: a. Bentuk Keluarga Tradisional 1)
Keluarga Inti Keluarga inti merupakan keluarga yang salah satu orang tua bekerja, bekerja tinggal dalam satu rumah. a. Keluarga pada pernikahan pertama b. Keluarga orang tua tiri c. Keluarga adopsi
2)
Keluarga inti duel earner Keluarga inti duel earner adalah keluarga yang kedua pasangannya berpenghasilan, yaitu: a. Keluarga pada pernikahan pertama b. Keluarga campuran atau dengan orang tua tiri c. Keluarga adopsi
3)
Keluarga inti Merupakan keluarga yang hanya terdiri dari pasangan suami isteri saja tanpa adanya anak yang tinggal di rumah, yaitu: a. Salah satu pasangan bekerja (single career) b. Pasangan sama-sama bekerja (dual career)
4)
Keluarga orang tua tunggal Merupakan keluarga yang dikepalai oleh satu orang (pria atau wanita) sebagai akibat perceraian.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
19
a. Bekerja b. Pengangguran 5)
Dewasa lajang yang tinggal sendiri.
6)
Extended family adalah keluarga dengan pasangan yang berbagai pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak/adik,dan keluarga dekat lainnya.
7)
Keluarga dengan pasangan usia pertengahan atau lansia adalah keluarga yang terdiri dari suami sebagai pencari nafkah, istri di rumah, sedangkan anak-anak telah kuliah, bekerja, atau menikah.
8)
Jaringan kekerabatan yang luas. Dua rumah tangga inti atau lebih dari kerabat dekat atau anggota keluarga yang belum menikah tinggal berdekatan dan bekerjasama dalam sistem pertukaran timbal balik barang dan jasa.
b. Bentuk Keluarga Non Tradisional 1. Unmarried Parent and child Yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua (biasanya ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah atau perkawinan yang tidak dikehendaki. 2. Commune Family Yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama: sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
20
3. The non-marital heterosexual cohibitang family Yaitu keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan. 4. Gay and Lesbian Family Yaitu seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami-istri (marital partness). 5. Cohibing Couple Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan. 3. Fungsi keluarga Keluarga
mempunyai
bermacam-macam
fungsi.
Menurut
Friedman (2010), fungsi keluarga adalah sebagai berikut: a. Fungsi afektif (fungsi mempertahankan kepribadian) Fungsi afektif merupakan dasar utama untuk pembentukan maupun berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang sangat penting.Fungsi ini memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis kebutuhan untuk memahami, kasih saying dan kebahagiaan bagi penderita gangguan jiwa. b. Fungsi sosialisasi dan status sosial Fungsi sosial tercermin untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak, meneruskan nilai budaya serta menciptakan status pada anggota
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
21
keluarga. Pada fungsi ini keluarga mampu mengajarkan dalam bersosialisasi dengan masyarakat terhadap anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa. c. Fungsi reproduksi Fungsi ini untuk memenuhi kebutuhan fisik seperti, makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap budaya. Fungsi perawatan bertugas membantu keluarga dalam pemulihan fisik maupun psikis penderita gangguan jiwa. d. Fungsi Ekonomi Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembagkan emampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi Perawatan dan atau Pemelihara Kesehatan Fungsi untuk mepertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. 4. Tugas – tugas keluarga dalam bidang kesehatan. Tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga ada lima, yaitu sebagai berikut (Friedman, 2010): a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya. Pada keluarga yang salah-satu anggota keluarganya terkena gangguan jiwa, harus mengetahui setiap perkembangan anggota keluarganya. Agar dapat mengetahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
22
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. Dalam pengambilan keputusan peran keluarga sangat penting, untuk memutuskan apa yang akan dilakukan selanjutnya untuk pengobatan anggotanya yang terkena gangguan jiwa. c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan tidak sakit. Dalam hal ini keluarga membantu perawatan dan pemulihan anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa, sehingga penderita merasa diperhatikan oleh keluarga. d. Memodifikasi suasana rumah yang mendukung kesehatan keluarga serta perkembangan kepribadian anggota keluarga. e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan. Dengan adanya hubungan timbal balik pada keluarga dengan lembaga-lembaga kesehatan maka akan mempermudah proses pengobatan penderta gangguan jiwa. 5. Bentuk dukungan keluarga Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit (Friedman, 2010). Anggota keluarga adalah orang yang mendukung dan selalu siap memberikan pertolongan serta bantuan jika diperlukan. Terdapat 4 jenis bentuk dukungan keluarga menurut Friedman (2010), yaitu sebagai berikut: a. Informasi Keluarga
sebagai
sebuah
kolektor
dan
disseminator
(penyebar) informasi tentang dunia. Dalam hal ini keluarga
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
23
menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dukungan ini adalah dapat menekan munculnya stressor karena informasi yang didapat dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi untuk penderita gangguan jiwa dalam keluarga. b. Penghargaan Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. c. Instrumental Keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan kongkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. d. Emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspekaspek
dari
dukungan
emosional
meliputi
dukungan
yang
diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
24
6. Karakteristik Keluarga Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Status Sosial Ekonomi. 1. Usia Manusia tumbuh dan berkembang dalam hidupnya melalui beberapa fase, dan disetiap fase tersebut manusia memiliki stressor sendiri sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan usia yang dialaminya (Ericson, 1994). Umur atau usia seseorang, mulai dari bayi hingga tua, terbagi menjadi beberapa kategori. Kategori umur menurut Depkes RI (2009) adalah sebagai berikut: Masa balita
= 0 – 5 tahun,
Masa kanak-kanak
= 5 – 11 tahun.
Masa remaja Awal
= 12 – 1 6 tahun.
Masa remaja Akhir = 17 – 25 tahun. Masa dewasa Awal = 26 – 35 tahun. Masa dewasa Akhir = 36 – 45 tahun. Masa Lansia Awal
= 46 – 55 tahun
Masa Lansia Akhir = 56 – 65 tahun. Masa Manula
= 65 – ke atas
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
25
2.
Jenis Kelamin Secara biologis sudah jelas bahwa laki-laki dan perempuan memiliki banyak perbedaan. Baik dari organ tubuh maupun seksualnya. Secara psikologis laki-laki dalam mengatasi masalah juga berbeda dengan perempuan. Laki-laki umumnya cenderung lebih rasional, simpel dan lebih banyak bertindak, sedangan perempuan cenderung lebih banyak berfikir sehingga mudah mengalami stress.
3.
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang yang diterapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran (Ihsan, 2000). Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih mudah mengenal masalah dan mencari solusinya, sedangkan orang yang memiliki pendidikan rendah memiliki pengetahuan yang cenderung lebih rendah, dan kurang memiliki akses dalam mengatasi masalah. Jadi yang dimaksud dalam hal ini adalah pendidikan formal atau akademis. Tingkat atau jenjang pendidikan di Indonesia meliputi: a. Pendidikan dasar b. Pendidikan menengah c. Pendidikan tinggi
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26
4.
Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi menurut Rossides (1986) dalam Yulisanti (2000), adalah kedudukan seseorang dalam rangkaian strata yang tersusun secara hirarkis yang merupakan kesatuan dalam hal-hal yang menjadi nilai dalam masyarakat yang biasanya dikenal sebagai previlese berupa kekayaan, prestige berupa status, gaya hidup dan kekuasaan. Ukuran untuk menilai status sosial ekonomi dalam penelitian ini menggunakan tingkat pendapatan karena mempunyai ukuran yang jelas. Tingkat pendapatan tersebut secara khusus dilihat dari Upah
Minimum
Regional
(UMR) dan tingkat
pendapatan
masyarakat serta ukuran pendapatan menurut Zarit Burden Interview. Berikut adalah data UMR dan tingkat pendapatan masyarakat di Kabupaten Banyumas: Rendah : Rp 795.000-Rp 1.295.000 Sedang : Rp 1.296.000-Rp 1.795.000 Cukup : Rp 1.796.000-Rp 2.295.000 Tinggi : > Rp 2.295.000
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27
D. Kerangka Teori
Keluarga
Gangguan jiwa
Caregiver
Beban caregiver Skizofrenia
1. Beban subjektif : cemas, sedih, frustasi, kekhawatiran akan masa depan penderita, ketidakberdayaan, perasaan kehilangan, perasaan bersalah.
Depresi Kecemasan Gangguan kepribadian
2. Beban objektif : biaya finansial, hambatan aktivitas, isolasi sosial, pengucilan atau diskriminasi.
Gangguan metal organik Gangguan psikosomatis Retardasi mental Gangguan perilaku masa anak dan remaja
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian Sintesa dari: Videbeck, (2008), Maramis (2005), Nadya (2009), Zarit SH, (1980)
E. Kerangka Konsep Penelitian
Beban Caregiver
1. 2. 3. 4.
Tidak ada beban Beban ringan Beban sedang Beban berat
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016