7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Diri (Body Image) 1. Pengertian Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar meliputi persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu (Stuart dan Sundeen, 1998). Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang realistis terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap prealisasi yang akan memacu sukses di dalam kehidupan. Persepsi dan pengalaman individu dapat merubah gambaran diri secara dinamis. Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima reaksi dari tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain. Kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan. Perkembangan mamae, menstruasi, perubahan suara, pertumbuhan bulu, semua akan menjadi bagian dari gambaran tubuh. Disaat seseorang lahir
8
sampai mati, maka selama 24 jam sehari inividu hidup dengan tubuhnya. Sehingga setiap perubahan tubuh akan mempengaruhi kehidupan individu. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran diri Menurut Salbiah (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran diri antara lain : a. Perubahan Fisik Seperti mastektomi dan operasi plastik agar wajah kelihatan lebih muda dan percaya diri, serta apabila terdapat bekas luka operasi maka individu akan merasa minder. Pada lansia perubahan fisik terjadi pada perubahan tubuh tumbuh kembang, dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon positif dan negatif. Ketidak puasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal dan semua ini akan mengubah gambaran diri. b. Kegagalan fungsi tubuh Seperti hemiplegi, buta dapat mengakibatkan depersonalisasi yaitu tidak mengakui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi syaraf, individu akan menolak dengan perubahan yang terjadi pada dirinya serta menimbulkan gambaran diri. c. Persepsi yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh Seperti
sering
terjadi
pada
klien
gangguan
jiwa,
klien
mempersepsikan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
9
d. Umpan balik interpersonal yang negatif Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri. e. Standar sosial budaya Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut. 3. Pembagian gambaran diri Menurut Potter dan Perry (2005) gambaran diri di bagi menjadi dua bagian yaitu gambaran diri positif dan negatif: a.
Gambaran diri positif Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri sendiri dan perasaan tentang ukuran fungsi, penampilan dan potensi tubuh, serta bisa menerima perubahan fisik yang terjadi. Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima reaksi tubuhnya menerima stimulus orang lain. Pandangan yang positif terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri.
b. Gambaran diri negatif Menarik diri dengan perubahan yang terjadi, tidak sadar akan dirinya dan memiliki persepsi yang tidak benar terhadap tubuhnya.
10
Gambaran diri ini dapat mempengaruhi proses menua yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuhnya.
B. Proses Menua 1. Pengertian Proses Menua Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diterima (Nugroho, 2002 ) Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Walaupun penuaan merupakan sesuatu yang normal, akan tetapi pada kenyataanya proses ini lebih menjadi beban. Hal ini secara keseluruhan tidak bisa dipungkiri oleh beberapa orang yang merasa lebih menderita karena pengaruh penuaan ini. Proses penuaan ini mempunyai konsekuensi terhadap aspek biologis, psikologis dan sosial (Watson, 2003). 2. Batasan Lanjut Usia Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia yaitu: a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia Lanjut usia meliputi : usia pertengahan yakni kelompok usia 46 sampai 59 tahun. Lanjut usia (Elderly) yakni antara usia 60-74 tahun. Usia lanjut tua (Old) yaitu antara 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (Very Old) yaitu usia diatas 90 tahun.
11
b.
Menurut Undang-undang nomor 13 tahun 1998 Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
c. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro pengelompokan lanjut usia sebagai berikut : Usia dewasa muda (Elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun. Usia dewasa penuh (Middle years) atau maturitas : 25-60 atau 65 tahun. Lanjut usia (Geriatric Age) lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 7580 tahun (Old) dan lebih dari 80 tahun (Very Old). 3. Teori-teori proses menua. Menurut Nugroho (2002) secara individual tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda karena masing-masing lansia mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda dan tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua. a. Teori-teori biologi. 1) Teori Genetik dan Mutasi ( Somatic Mutatie Theory). Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu, menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
12
2) Reaksi dari kekebalan sendiri ( Auto Immuno Theory ). Didalam proses metabolisme tubuh suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit, sebagai contoh adalah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinfolusi semenjak itu terjadilah kelainan autonimun. 3) Teory immunology show virus Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh seperti menyebabkan kerusakan organ tubuh. b. Teori kejiwaan sosial. 1) Aktivitas atau kegiatan. a) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. b) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. c) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan dan kelanjut usia. 2) Kepribadian berlanjut. Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori atas, pada teori ini menyatakan
13
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya. 3) Teori pembelajaran. Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran indivdu dengan individu lainnya, pada lanjut usia pertama diajukan oleh Cumming dan Henry 1961, teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepas diri dari kehidupan sosialnya tau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss), yakni: kehilangan peran, hambatan kontak sosial, berkurangnya komitmen. 4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia menurut Nugroho (2002) yaitu : a. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia diakibatkan oleh terjadinya proses degeneratif yang meliputi : 1) Sel terjadi perubahan menjadi lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya, serta berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya intraseluler. 2) Sistem persyarafan terjadi perubahan berat otak 10-20, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi dan mengecilnya saraf panca indera yang menyebabkan berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
14
menurunnya
sensasi
perasa
dan
penciuman
sehingga
dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai masalah kesehatan misalnya presbiakusis, glukoma dan sebagainya. 3) Sistem pendengaran terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun dan pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres. Hilangnya kemampuan pendengaran meningkat sesuai dengan proses penuaan dan hal ini seringkali merupakan keadaan potensial yang dapat di sembuhkan dan berkaitan dengan efek-efek kolateral seperti komunikasi yang buruk dengan pemberi perawatan, isolasi, paranoia dan penyimpangan fungsional. 4) Sistem penglihatan terjadi perubahan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih terbentuk spesies, lensa lebih suram sehingga menjadi katarak yang menyebabkan gangguan penglihatan, hilangnya daya akomodasi, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, menurunnya lapang pandang sehingga luas pandangnya berkurang luas. 5) Sistem kardiovaskuler terjadi perubahan elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
15
20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi mmHg yang mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi di akibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer. b. Perubahan mental Meliputi perubahan dalam memori secara umum. Gejala-gejala memori cocok dengan keadaan yang disebut pikun tua, akhir-akhir ini lebih cenderung di sebut kerusakan memori berkenaan dengan usia atau penuruna kognitif berkenaan dengan proses menua. Pelupa merupakan keluhan yang sering di kemukakan oleh manula, keluhan ini dianggap lumrah dan biasa oleh lansia, keluhan ini di dasari oleh fakta dari penelitian
”Cross sectional” dan longitudional di dapatkan bahwa
kebanyakan, namun tidak semua lansia mengalami gangguan memori dan belajar dengan melanjutnya usia, terutama setelah usia 70 tahun, serta perubahan IQ (intelegentia quotien) tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
16
c. Perubahan-perubahan psikososial Meliputi
pensiun,
nilai
seseorang
sering
di
ukur
oleh
produktivitasnya dan identitas di kaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun
(purna tugas) ia akan mengalami kehilangan
finansial, status, teman dan pekerjaan . Merasakan sadar akan kematian, semakin lanjut usia seseorang biasanya mereka menjadi semakin kurang tertarik terhadap kehidupan akhirat dan lebih mementingkan tentang kematian itu sendiri serta kematian dirinya, kondisi seperti ini benar khususnya bagi orang yang kondisi fisik dan mentalnya semakin memburuk, pada waktu kesehatannya memburuk mereka cenderung untuk berkonsentrasi pada masalah kematian dan mulai dipengaruhi oleh perasaan seperti itu, hal ini secara langsung bertentangan dengan pendapat orang yang lebih muda, dimana kematian bagi mereka tampaknya masih jauh dan karena itu mereka kurang memikirkan tentang kematian. d. Perubahan psikologis Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertamakali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal ini dikenal apa yang disebut disengagement theory, yang berarti ada penarikan diri dari masayarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Pemisahan diri hanya dikakukan baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir kehidupan lansia saja. Pada lansia yang realistik dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
17
baru. Karena telah lanjut usia mereka seringkali dianggap terlalu lamban, dengan gaya reaksi yang lamban dan kesigapan dan kecepatan bertindak dan berpikir yang menurun. Daya ingat mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai pikun dan dimensia, biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenal hal-hal yang baru terjadi. Hal-hal yang berpengaruh terhadap psikologis pada lansia yaitu : kognisi, moral dan konsep diri. Kognisi merupakan proses dimana input sensori ditransformasikan atau disimpan dan didapatkan kembali, beberapa komponen dari proses kognitif adalah persepsi, berfikir dan memori, semua bisa dipengaruhi oleh perubahan pada lansia, mitos yang terdapat pada lanjut usia, mereka tidak mampu atau tidak bisa untuk belajar, untuk mengingat dan untuk berfikir sebaik sewaktu mereka masih muda, tetapi kenyatannya kebanyakan orang tua masih bisa untuk belajar, berfikir dan mampu untuk menyimpan kecerdasan atau intelegensi mereka. Moral merupakan suatu pedoman dan pengendalian dalam berperilaku pada lansia, perilaku lansia semakin kekanak-kanakan, moral merupakan kepuasan hidup dan kebahagiaan hidup, ini termasuk komponen emosional dari perilaku lansia itu sendiri sebagai gambaran dari perasaan lansia di masalalu, sekarang dan masa depan. Dalam ulasan yang lebih luas tentang kesehatan dan penuaan tidak selalu dapat disimpulkan bahwa penambahan usia dapat diterangkan dengan perubahan dari kepuasan hidup, moral, kebahagiaan atau stress psikologis. Konsep diri pada lansia dikaitkan
18
dengan perilaku lansia, dimana akibat peningkatan umur lansia cenderung menjadi introvet (menarik diri), lansia ingin mengungkapkan pengalaman hidup yang selama ini ia alami, tetapi keluarga menganggapnya sebagai orang yang cerewet dan cenderung menghindari, sehingga lansia tersebut menjadi pendiam dan menarik diri, proses ini membentuk persepsi seseorang tentang tubuhnya, persepsi ini mencakup tentang perubahan fisik psikologis dan psikososial (Matteson, M. A. 1999).
B. Persepsi 1. Pengertian Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterprestasian terhadap rangsang yang di terima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas yang integrated pada dalam diri individu (Walgito, 1994). Menurut Sunaryo (2004) persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indera dengan didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan tentang hal yang di amati, baik yang ada di luar maupun dalam diri individu. 2. Macam-macam Persepsi Ada dua macam persepsi menurut Sunaryo (2004) yaitu : a.
External perseption yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar individu.
19
b. Self perseption yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari dalam individu, dalam hal ini yang menjadi obyek adalah dirinya sendiri. 3. Syarat-syarat terjadinya persepsi Menurut Walgito (2002) syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut : a. Adanya obyek yang di persepsikan Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga datang dari individu yang bersangkutan yang berlangsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus dapat dari luar individu. b. Alat indera atau reseptor Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang di terima reseptor ke pusat susuna syaraf. c. Diperlukan adanya perhatian Pehatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek.
20
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi Menurut Notoatmodjo (2003) persepsi ditentukan oleh dua faktor: a.
Faktor internal Yaitu faktor dimana dalam diri individu akan mempengaruhi individu mengadakan persepsi.
b. Faktor eksternal 1) Faktor stimulus itu sendiri Agar stimulus dapat dipersepsikan, maka stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan stimiulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran yang sudah dapat dipersepsikan oleh individu. Kejelasan stimulus akan banyak berpengaruh dalam persepsi. Dan stimulus yang kurang jelas juga akan mempengaruhi dalam ketepatan persepsi. 2) Faktor lingkungan dimana persepsi berlangsung Lingkungan atau situasi khususnya yang melatar belakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi, lebih-lebih bila obyek persepsi adalah manusia, obyek dan lingkungan yang sulit dipisahkan. 5. Proses terjadinya persepsi Menurut Sunaryo (2004), proses persepsi melibatkan obyek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang di terima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensori ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis kemudian terjadi suatu proses di otak sehingga individu dapat
21
menyadari apa yang di terima oleh reseptor itu, sebagai akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi di otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikiamn taraf terakhir dari persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang di terima melalui alat indera atau reseptor, kemudian individu akan dapat mengadakan persepsi manakala ada obyek yang di persepsikan, adanya alat indera atau reseptor serta adanya perhatian dari individu tersebut.
C. Hubungan Antara Persepsi Menua dengan Gambaran Diri Gambaran diri membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Gambaran diri dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik oleh persepsi dari pandangan orang lain, serta gambaran diri dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri (Potter dan Perry, 2005). Persepsi seseorang dengan perubahan tubuh dapat dipengaruhi oleh bagaimana perubahan tersebut terjadi, perubahan dalam penampilan, struktur atau fungsi bagian tubuh akan membutuhkan dalam perubahan gambaran diri, perubahan dalam penampilan tubuh seperti amputasi atau perubahan penampilan wajah adalah stresor yang sangat jelas mempengaruhi gambaran diri. Persepsi lansia terhadap
22
proses menua (berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh) juga akan mempengaruhi gambaran diri pada lansia ( Potter dan Perry, 2005).
D. Kerangka Teori Faktor gambaran diri :
Proses Menua:
a. Perubahan Fisik
-Perubahan Fisik
b. Kegagalan fungsi tubuh
- Perubahan Mental - Perubahan Psikososial
c. Persepsi yang berkaitan
- Perubahan Psikologis
dengan bentuk dan fungsi tubuh Positif
d. Umpan balik interpersonal Gambaran diri
yang negatif
Negatif
e. Standar sosial budaya
Gambar 1 : Kerangka Teori Faktor-faktor gambaran diri (Salbiah, 2003 : Potter dan Perry, 2005).
E. Kerangka Konsep Variabel independen
Variabel dependen
Persepsi tentang proses menua
Gambaran diri pada lansia
atau perubahan pada tubuh
Gambar 2 : Kerangka Konsep