21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Peranan Rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Regulasi perbankan dibidang akuntansi dilakukan antara lain dengan
penerapan standarisasi laporan keuangan untuk industri perbankan. Bank Indonesia sebagai pengawas bank-bank di indonesia menetapkan aturan-aturan mengenai perlakuan akuntansi perbankan di indonesia untuk meningkatkan kualitas pelaporan yang disajikan oleh bank pada saat ini. Dalam kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, setiap bank umum yang beroperasi di Indonesia harus menetapkan kebijakan akuntansi yang disusun berdasarkan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) dan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), yang merupakan himpunan prinsip, prosedur, metode dan teknik akuntansi yang mengatur laporan keuangan, khususnya yang ditujukan untuk pihak luar seperti pemegang saham, kreditur, fiskus dan lain-lain. (Indra bastian & Suhardjono, 2006:60) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 (revisi 2000) tentang akuntansi perbankan telah diwajibkan oleh Bank Indonesia untuk diterapkan di bank-bank yang beroperasi di Indonesia. PSAK tersebut bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan laporan keuangan bank. Elemenelemen laporan keuangan yang diwajibkan untuk diterbitkan menurut PSAK ini terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal pemilik (untuk jenis perusahaan perseroan digunakan laporan laba ditahan), dan laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan. (PSAK No. 31 revisi 2000).
22
Semua elemen laporan keuangan pokok diatas harus diberikan identifikasi berupa nama perusahaan, judul laporan keuangan, dan tanggal atau periode laporan. Pengidentifikasian ini penting agar pembaca laporan keuangan lebih mudah mengidentifikasi dan memahami laporan keuangan yang diterimanya.
2.1.2. Analisis Rasio Keuangan Perkembangan analisis rasio keuangan dapat ditelusuri ke pertengahan akhir abad ke-19 yang digunakan oleh industri di Amerika Serikat. Horrigan (1968) sebagaimana yang dikutip dari Zainuddin dan Hartono (1999) mencatat bahwa pada masa revolusi industri analisis rasio keuangan mulai dilakukan seiring dengan semakin pentingnya laporan keuangan yang dipublikasikan di dalam praktek bisnis. Kenyataan ini terutama dipicu oleh kebutuhan industri akan perluasan modal yang telah mendorong sektor keuangan menjadi kekuatan utama dalam perekonomian. Di sisi lain, manajemen perusahaan dalam berbagai sektor industri mulai bergeser dari pemilik kepada manajemen profesional. Dalam konteks ini, rasio keuangan digunakan oleh analis kredit untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utangnya, sedangkan analis manajemen menggunakannya untuk mengukur tingkat profitabilitas. (Zainuddin dan Hartono, 1999). Pernyataan dari Helfert (1991) dalam pemahaman rasio keuangan sebagai instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan sebagai berikut : Berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan.
23
Hal ini menunjukkan bahwa analisis rasio keuangan, meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu tetapi dimaksudkan untuk menilai resiko dan peluang di masa yang akan datang. Kegunaan sebenarnya dari setiap rasio keuangan ditentukan oleh tujuan spesifik analis. Lebih lanjut, rasio-rasio keuangan bukanlah merupakan kriteria yang mutlak (Helfert, 1991). Selain daripada itu terdapat pernyataan lanjutan yaitu : Pada kenyataannya, analisis rasio keuangan hanyalah suatu titik awal dalam analisis keuangan perusahaan. Analisis rasio tidak memberikan banyak jawaban, kecuali menyediakan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya diharapkan (Friedlob dan Plewa, 1996). Akan tetapi, aplikasi analisis rasio keuangan dalam praktek bisnis serta pengkajian-pengkajian dan studi yang telah dilakukan mengantarkan kepada pemikiran untuk menjadikan rasio keuangan sebagai indikator yang fundamental dalam praktek bisnis dan ekonomi. Rasio keuangan juga telah digunakan sebagai independent and descriptive variable dalam studi ekonomi. Bahkan pernah terdapat kecenderungan untuk menggunakan rasio keuangan tunggal seperti ROI (Zainuddin dan Hartono, 1999). Gilman (1925) seperti yang dikutip oleh Horrigan (1968) menolak penggunaan rasio keuangan sebagai indikator fundamental dengan mengajukan beberapa alasan sebagai berikut : Perubahan rasio keuangan sebenarnya merupakan angka yang tidak dapat diinterpretasikan karena pembilang dan penyebutnya bervariasi. Pengukuran rasio keuangan merupakan pengukuran yang bersifat artifisial. Rasio keuangan mengalihkan perhatian analis dari pandangan terhadap perusahaan secara komprehensif. Keandalan rasio keuangan sebagai indikator sangat bervariasi di antara setiap rasio.
24
Di tengah diskursus tentang batasan dan kegunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis dan ekonomi, Gibson (1982) telah melakukan survey dalam rangka meneliti pendapat para eksekutif keuangan sehubungan dengan persoalan penting yang berkaitan dengan rasio keuangan di Amerika Serikat. Untuk keperluan tersebut, Gibson menyebarkan sejumlah kuesioner kepada para kontroler perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Fortune’s 500 Largest Industrial pada tahun 1979. Hasil penelitian menunjukkan adanya kesepakatan di antara para responden mengenai rasio-rasio keuangan mana yang dianggap penting, akan tetapi hal tersebut tidak diikuti oleh adanya konsensus mengenai metodologi penghitungannya. Penelitian tersebut memang dilatarbelakangi oleh kondisi di Amerika Serikat pada waktu itu yang ditandai oleh adanya hambatan untuk melakukan analisis rasio keuangan secara komprehensif. Hal ini di antaranya disebabkan oleh kurangnya
standar yang bisa
dijadikan sebagai pedoman untuk
menyeragamkan penghitungan rasio keuangan. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa telah terdapat keragaman pemaknaan mengenai urgensi analisis rasio keuangan dalam praktek bisnis dan ekonomi, mulai dari yang menginginkan rasio keuangan tersebut dijadikan sebagai indikator fundamental hingga yang beranggapan minimalis terhadapnya. Kenyataannya, praktek bisnis yang real masih mengaplikasikan analisis rasio ini sebagai salah satu model analsis keuangan, meskipun relevansinya tentu saja bersifat sangan subjektif, tergantung kepada tujuan dan kepentingan masing-masing analis.
25
Akan tetapi dengan perkembangan pendekatan positivistik dalam akuntansi, secara teoritis dimungkinkan untuk menemukan kegunaan objektif rasio keuangan yang dikaitkan dengan berbagai fenomena akuntansi lainnya. Hal inilah yang selama ini tengah dilakukan meskipun hasilnya masih jauh untuk dikatakan memadai jika yang diinginkan adalah sebuah konstruksi formal teori analisis rasio keuangan.
2.1.3.
Dasar – dasar Loan to Deposit Ratio
Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001): LDR
=
Total Kredit Total dana pihak ketiga
x
100%
2.1.4. Sumber Dana Bank / Dana Pihak Ketiga Yang dimaksud dengan sumber dana bank adalah usaha dalam bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya
26
bahwa bank adalah lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya adalah dalam bidang jual beli uang, tentunya sebelum menjual uang, bank harus lebih dulu membeli uang. Kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan sebagai berikut : a
Menghimpun dana (funding) : Kegiatan ini merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat. Kegiatan membeli dana biasanya dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan (rekening / account) Contoh simpanan : Giro (Demand Deposit), Tabungan (Saving Deposit), Deposito (Time Deposit).
b
Menyalurkan dana (leanding) : Kegiatan ini merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Penyaluran dana dilakukan bank melalui pemberian pinjaman (kredit) Memberikan Jasa-jasa lainnya (service) :
c
Jasa bank merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran kegiatan dalam menghimpun dan menyalurkan dana. Bahkan saat ini kegiatan ini memberikan kontribusi keuntungan yang tidak sedikit. Semakin banyak jasa-jasa yang diberikan oleh suatu bank maka akan semakin baik, terlebih lagi jika didukung dengan adanya kecanggihan teknologi. Sumber dana yang dikumpulkan oleh suatu bank mempunyai sifat loanable
funds, unloanable funds, dan equity funds. Dimana loanable funds dimaksudkan dana tersebut dapat disalurkan lagi dalam bentuk kredit atau surat berharga (secondary reserve), sementara itu yang unloanable funds adalah dana yang
27
hanbisa digunakan sebagai primary reserve. Sedangkan Equity Funds merupakan dana yang dapat dialokasikan terhadap aktiva tetap. Bicara tentang sumber dana, terdapat tiga sumber dana bagi bank, yaitu : a
Dana yang bersumber dari bank itu sendiri (dana Intern) Sumber dana ini merupakan sumber dan dari modal sendiri, atau modal setoran dari para pemegang sahamnya. Secara garis besar pencarian dana sendiri diperoleh dari :
b
•
Setoran modal pemegang saham
•
Cadangan bank (laba tahun lalu)
•
Laba bank yang belum dibagikan (modal sementara)
Dana yang berasal dari masyarakat luas (dana ekstern) Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasi dari sumber ini. Sumber dana ini cukup mudah diperoleh dengan memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya. Contoh sumber dana ini
c
•
Giro
•
Tabungan
•
Deposito
Dana yang bersumber dari lembaga lainnya Dana ini merupakan dana tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua. Biasanya dana ini relatif lebih mahal dan siftnya hanya sementara waktu. Perolehan dana ini antara lain :
28
•
Kredit Likuiditas Bank Indonesia, merup. Kredsit dari BI bagi bank yang mengalami kesulitan likuiditas.
•
Pinjaman Antar Bank (call money), biasanya dilakukan bank jika mengalami kalah kliring. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi.
•
Pinjaman dari bank-bank luar negeri
•
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dalam hal ini bank yang menerbitkan SBPU yang kemudian diperjualbelikan pada pihak yang berminat.
Pada bagian ini akan dibahas mengenai penekanan pada sumber dana masyarakat :
2.1.4.1. Deposito Deposito adalah simpanan yang pencairannya hanya dapat dilakukan pada jangka waktu tertentu dan syarat – syarat tertentu. Deposito dapat dicairkansetelah jangka waktu berakhir. Deposito yang akan jatuh tempo dapat diperpanjang secara otomatis ( Automatic Roll Overl). Deposito tidak hanya bisa dalam mata uang rupiah namun juga bisa dalam mata uang asing. Menurut UU Perbankan no. 10/1998: Deposito adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu pada saat perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Jenis-jenis Deposito : •
Deposito berjangka : deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu, biasanya 1, 3, 6, 12 s/d 24 bulan. Deposito ini atas nama dan tidak
29
dapat dipindah tangankan. diterbitkan atas nama perorangan/ lembaga artinya di dalam bilyet depo tercantum nama seseorang/lembaga, bunga depo dapat ditarik/pemindahbukuan pada saat jatuh tempo dan dikenakan pajak dari jumlah bunga yang diterimanya, penarikan depo sebelum jatuh tempo dikenakan penalty rate (denda). •
Sertifikat Deposito : deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu, biasanya 2, 3, 6, 12, dan 24 bulan. Deposito ini atas unjuk dalam bentuk sertifikat dan adapat diperjual belikan atau dipindah tangankan kepada pihak lain.
•
Deposito on call : deposito berjangka dengan waktu minimal 7 hari dan paling lama 30 hari. Diterbitkan atas nama dan biasanya jumlahnya besar, dengan demikian bunga yang diberikan juga sesuai dengan perjanjian pihak nasabah dan pihak bank.
Keuntungan Deposito •
Deposito dapat dijadikan jaminan kredit.
•
Memperoleh hasil bunga yang umumnya lebih tinggi dari bentuk simpanan lainnya.
•
Dapat mengelola keuangan secara lebih terencana sesuai dengan kebutuhan dan jangka waktu deposito.
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Deposito •
Pastikan anda menerima bilyet / surat berharga (Deposito Berjangka / Sertifikat Deposito).
30
•
Pada saat jatuh tempo, anda berhak menerima pokok dan bunga deposito sesuai bunga yang berlaku setelah dipotong pajak.
•
Pada saat pencairan deposito, anda berkewajiban untuk menandatangani formulir pencairan.
•
Perhatikan tingkat suku bunga deposito yang berlaku dan pastikan telah sesuai dengan ketentuan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
2.1.4.2. Giro Menurut UU perbankan No. 10/1998: Giro adalah simpanan yang penarikannya atau dengan cara pemindahbukuan dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro dan perintah pembayaran lainnya. Jenis sarana penarikan di rek. Giro 1.
Cek, adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rek. Giro tsb, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan di dalamnya atau kepada pemegang cek tsb. Jenis2 cek : a.
Cek atas nama : Cek yang diterbitkan atas nama orang atau badan tertentu
b.
Cek atas unjuk : Cek yang tidak tertulis nama seseorang atau badan tertentu di dalam cek tsb
c.
Cek silang : Jika cek yang dipojok kiri atas diberi tanda silang yang berfungsi sebagai pemindahbukuan
31
d.
Cek mundur : merupakan cek yang diberi tanggal mundur dari tanggal sekarang
e. 2.
Cek kosong : cek yang dananya tidak tersedia
Bilyet Giro (BG), adalah Surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rek. Giro nasabah tsb untuk memindahbukuan sejumlah uang dari rek. Yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau bank lainnya
3.
Alat pembayaran lainnya, adalah surat perintah kepada bank yang dibuat secara tertulis pada kertas yang di tandatangani oleh pemegang rekening kepada kuasanya.
2.1.4.3. Tabungan Menurut UU Perbankan No. 10/1998: Tabungan adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat2 tertentu yang disepakati, tetapi tidak adapat ditarik dengan cek, bilyet atau yang dipersamakan dengan itu.
2.2
Tinjauan Non Performing Loan 2.2.1. Pengertian Kredit Secara sederhana, kredit dapat diartikan sebagai pemberian prestasi lebih
dahulu kepada pihak lain, baik barang maupun jasa untuk dibayar pada saat yang diperjanjikan. Kredit dalam pelaksanaannya lebih dikenal sebagai “ Penyerahan barang atau jasa saat sekarang, untuk mendapat penggantinya menurut perjanjian
32
dalam pembayaran yang setara di hari kemudian.” Pendapat lain yang mengemukakan mengenai kredit adalah “ Penyerahan sesuatu yang berharga kepada pihak lain, apakah uang, barang atau jasa dengan janji bahwa di hari tertentu penerimaan akan pembayarannya secara ekuivalen/sebanding.” Terminologi dari kredit berasal dari bahasa latin, yaitu Credere yang berarti kepercayaan (truth atau faith), atau Credo artinya saya percaya. Oleh karena itu, dasar pemikiran kredit oleh seseorang atau suatu lembaga keuangan/bank kepada seseorang atau badan usaha dengan menggunakan landasan kepercayaan. Kepercayaan ini merupakan keyakinan dari seseorang atau badan usaha yang memberikan kredit (kredatur) atas kemampuan dan kesanggupan penerima kredit (debitur) untuk melunasi pinjamannya (hutang) dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Bila transaksi kredit terjadi, maka akan terlihat adanya pemindahan materi dari yang memberikan kredit kepada yang diberi kredit, sehingga : 1. Yang memberi kredit, menjadi yang berpiutang, dan 2. Yang menerima kredit, menjadi yang berutang. Adapun yang diperjanjikan itu dapat berupa barang, uang maupun jasa. Apabila kredit itu dikaitkan dengan kegiatan usaha, maka akan memberikan nilai ekonomi (Economic Value) kepada pihak (orang individu atau badan usaha) atas dasar kepercayaan pada saat pemberian kredit tersebut, dan nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada pihak kreditur pada saat jatuh tempo. Beberapa pengertian kredit menurut Latumaerissa (2000:32) dari beberapa ahli dan sumber, yaitu :
33
1. Menurut Tucker Kredit adalah pertukaran atau pemindahan sesuatu yang berharga, baik berupa uang maupun barang dengan keyakinan bahwa peminjam akan dapat/mampu membayar dengan harga/nilai yang sama diwaktu yang akan datang. 2. Menurut Rolling G. Thomas Kredit didasarkan pada kepercayaan atas kemampuan si peminjam untuk membayar sejumlah uang pada masa yang akan datang. 3. Menurut Undang-undang Perbankan pasal 1 ayat 11 No.10 tahun 1998 tentang perubahan pada UU No.7/1992 : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 4. Menurut Jhonson Kredit adalah kemampuan untuk memperoleh barang-barang atau jasa –jasa dengan memberikan janji akan membayar dengan uang (atau barang) seketika diminta pembayarannya atau pada suatu hari tertentu atau dikemudian hari. 5. Menurut Mac Leod Kredit adalah reputasi pribadi seseorang yang menyebabkan ia dapat membeli uang atau barang atau tenaga kerja dengan memberi pengganti suatu janji untuk membayarnya pada suatu waktu dikemudian hari.
Dari adanya definisi di atas dapat disimpulkan bahwa proses kredit terjadi antara kedua belah pihak yaitu kreditur dan debitur sepakat. Dari salah satu kesepakatan itu adalah debitur bersedia mengembalikan/ melunasi pinjaman
34
tersebut setelah jangka waktu tertentu termasuk bunga yang harus dibayar oleh debitur.
2.2.2. Tujuan, Fungsi dan Unsur Kredit Dalam membahas tujuan kredit, tidak akan pernah terlepas dari falsafah yang dianut didalam suatu negara sesuai dengan prinsip ekonominya, yaitu disamping untuk memperoleh nilai manfaat juga harus memberikan nilai pembangunan bagi masyarakat maupun negara. Dengan demikian tujuan kredit bagi suatu bank, khususnya suatu bank pemerintah yang mengemban tugas sebagai agent of development (Suyatno,2003:38) : Memperoleh laba, agar kelangsungan hidup perusahaan dan dapat memperluas usahanya. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Turut serta mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. Dari tujuan tersebut, terdapat kepentingan yang seimbang, antara : 1) Kepentingan Pengusaha a) Setelah memperoleh kredit, kegiatan usaha akan makin lancar dan performance usaha akan nampak lebih dari sebelumnya. b) Akan meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan. 2) Kepentingan Bank atau Pemilik Modal
35
a) Bagi bank merupakan asset produktif yang merupakan sumber utama untuk pendapatannya dan menjamin kelangsungan kehidupan bank tersebut. b) Merupakan faktor pendorong peningkatan pemasaran bagi produk-produk bank lain (persaingan). c) Instrumen untuk memelihara kondisi keuangan bank, seperti Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas. 3) Kepentingan Masyarakat dan Negara/Pemerintah a) Kredit mempunyai fungsi sebagai instrumen moneter. b) Peningkatan kegiatan usaha membawa pengaruh akan kesempatan kerja dan berusaha. c) Mengerahkan penggunaan sumber alam secara efisien dan sebagainya. Fungsi pokok kredit pada dasarnya adalah untuk pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat (to serve the society) dalam rangka mendorong dan menjalankan perdagangan yang kesemuanya itu ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Menurut Thomas Suyatno (2003:16) menyebutkan bahwa fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut : Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang, kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran uang, kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi, kredit dapat meningkatkan kegairahan usaha, kredit sebagai salah satu alat untuk meningkatakan hubungan Internsional.
36
Unsur-unsur dalam kredit, diantaranya : a. Kepercayaan Yaitu adanya keyakinan dari kreditur bahwa uang, barang dan jasa yang diberikan kepada debitur akan diterima kembali dalam waktu tertentu dimasa yang akan mendatang. b. Waktu Yaitu adanya perbedaan waktu saat penyerahan uang, barang dan jasa oleh kreditur dengan saat pembayaran oleh debitur. c. Prestasi Yaitu adanya objek kredit tidak saja dalam bentuk uang maupun dalam bentuk barang dan jasa. d. Debitur Yaitu nasabah yang memperoleh kredit yang harus membayar bunga dan menyerahkan jaminan pada bank serta pokok pinjaman pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. e. Kreditur Yaitu bank yang akan menerima bunga (kontra prestasi) dan menanggung resiko apabila kredit tersebut macet. f. Risiko Yaitu sebagai akibat adanya waktu yang memisahkan antara saat penyerahan uang, barang atau jasa oleh kreditur dengan saat pembayaran oleh debitur. Resiko terjadi atau akan dialami apabila kemungkinan besar dikarenakan perbedaan waktu, nilai, kejatuhan debitur sehingga tidak dapat membayar
37
pada waktunya (pailit), lari, meninggal atau perbedaan nilai mata uang karena suatu inflasi. Menurut Kasmir (2002:30) menyebutkan bahwa unsur- unsur yang terkandung dalam pemberian suatu kredit sebagai berikut: Kepercayaan, merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit; Kesepakatan, dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan menandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan; Jangka waktu, setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati; Balas jasa, dalam bank jenis konvensional balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrsasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank. Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu unsur yang harus dipenuhi adalah adanya kepercayaan, dimana pihak bank harus memiliki keyakinan bahwa kredit yang diberikan kepada debitur akan dikembalikan di masa yang akan datang, sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
2.2.3. Kredit Bermasalah Kegiatan perkreditan merupakan pembentukkan asset pada bank. Kredit merupakan risk assets bagi bank karena assets tersebut dkuasai oleh pihak luar bank yaitu para debitur. Setiap menginginkan dan berusaha keras agar kualitas risk assets ini sehat dalam arti produktif dan collectable. Namun kredit yang diberikan kepada debitur selalu ada resiko berupa kredit tidak dapat
38
kembali tepat pada waktunya yang dinamakan kredit bermasalah atau non performing loan. (Sutarno, 2003:263) Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank karena bank tidak mungkin menghindarkan adanya kredit bermasalah tersebut. Bank hanya berusaha seminimal mungkin, besarnya kredit bermasalah tidak melebihi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan. Bank Indonesia melaui surat keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 19998 memberikan Penggolongan mengenai kualitas aktiva kredit, apakah kredit yang diberikan bank termasuk kredit bermasalah (non performing loan) atau tidak bermasalah (performing loan) pada penggolongan sebagai berikut : a. Lancar b. Dalam perhatian khusus c. Kurang lancar d. Diragukan e. Macet Kredit yang termasuk kedalam golongan lancar dan dalam perhatian khusus dinilai sebagai kredit yang performing loan, sedangkan kredit yang masuk golongan kurang lancar, diragukan dan macet dinilai sebagai kredit yang non performing loan. Menurut sutarno (2003:263) menyatakan : Untuk menentukan kualitas suatu kredit masuk kedalam lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan ataupun macet dapat dinilai dari tiga aspek, yaitu prospek Usaha, kondisi Keuangan dengan penekanan arus kas, kemampuan Membayar.
39
Tiga aspek penilaian tersebut merupakan satu kesatuan untuk menilai kualitas kredit, tidak secara parsial misalnya hanya melihat dari kemampuan membayar lancar tetapi kalau prospek usaha tidak ada maka kredit tersebut dapat dinilai sebagai kredit bermasalah. Namun untuk menilai kualitas kredit dari prospek usaha dan kondisi keuangan agak sulit dibandingkan dengan menilai kemampuan membayar. Menilai kemampuan membayar lebih mudah karena ukurannya jelas, yaitu : a.
Kredit digolongkan lancar, jika pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan perjanjian kredit
b.
Kredit digolongkan dalam perhatian khusus, jika terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga sampai dengan 90 hari (3 bulan)
c.
Kredit digolongkan kurang lancar, jika terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 120 hari
d.
Kredit digolongkan diragukan, jika terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 120 hari sampai dengan 180 hari
e.
Kredit digolongkan macet, jika terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 999 hari .
2.2.4.
Dasar-dasar NPL (Non Performing Loan)
Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi
40
bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang disalurkan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001):
NPL
2.3.
=
Kredit Bermasalah Total Kredit
x
100%
Pengaruh nilai Loan to Deposit Ratio terhadap Non performing Loan pada bank pensiun 2.3.1. Tinjauan Kredit Pensiun Menurut Undang-undang Perbankan pasal 1 ayat 11 No.10 tahun 1998
tentang perubahan pada UU No.7/1992: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut PP 18/1967, PERBAIKAN PENGHASILAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 28 Desember 1967 berlokasi di Jakarta yang dimaksud dengan pensiun adalah : Pokok pensiun atau tunjangan yang bersifat pensiun, yang diberikan menurut peraturan-peraturan tentang pensiun atau tunjangan yang bersifat pensiun dan ditetapkan berdasarkan gaji menurut peraturan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil serta janda dan/atau anak yatim/piatunya dan pembiayaannya dibebankan atas Anggaran Pendapatan Belanja.
41
Pensiun, artinya ialah seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan harus diperhentikan. Seseorang yang pensiun biasa mendapat uang pensiun atau pesangon. Jika mendapat pensiun, maka ia tetap mendapatkan semacam gaji sampai meninggal dunia. Pensiun harus dibedakan dengan PHK atau pemutusan hubungan kerja. Pada sebuah PHK, seorang karyawan diputuskan kontrak kerjanya karena hal lain, tetapi bukan usia. (Kamus Ensiklopedi Bebas).
2.3.2.
Tinjauan Bank
2.3.2.1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 10 tahun 1998 Bab I pasal 1 tentang perbankan, definisi bank sebagai berikut: a.
Ayat 1:
b.
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Ayat 2: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka menigkatkan taraf hidup rakyat banyak.
c.
Ayat 3: Bank umum adalah yang bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas Pembayarannya.
42
2.3.2.2.
Jenis Kredit Pada Bank
Beragam jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit yang berbeda pula. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dari nasabah. Jenis kredit menurut Thomas Suyatno (2003:46-57) a. Berdasarkan Penggunaannya 1) Kredit Konsumtif Kredit yang digunakan untuk pembelanjaan barang-barang atau jasa untuk memberikan kepuasan kebutuhan manusia secara langsung. Biasanya diambil oleh golongan yang berpenghasilan tetap. Contoh : kredit untuk perumahan, mobil pribadi, perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya. 2) Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk tujuan produktif, yang dapat menimbulkan kegunaan bentuk, waktu maupun kegunaan kepemilikan. Kredit ini biasanya untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan produk pertanian, dan atau kredit yang sejenisnya yang biasanya berasal dari alam serta bahan industri lainnya. 3) Kredit Investasi Kredit untuk pengadaan/pembelian barang modal atau aktiva tahan lama. Misalkan tanah, bangunan, alat angkutan, alat berat dan sebagainnya. Kredit seperti ini tidak dalam jumlah yang besar, tetapi ada pula kredit yang berinvestasi kecil (KIK). Kredit seperti ini banyak diberikan oleh
43
Bank Milik Negara disalurkan pula oleh bank swasta sebagai bank pelaksana. 4) Kredit Modal Kerja Kredit yang penggunaannya untuk membiayai modal lancar, yang biasanya berjangka waktu satu tahun atau beberapa proses produksi atau siklus/putaran, untuk barang dagangan, bahan upah dan angkutan. Sehingga wajar apabila disebut sebagai Working Capital Credit atau kredit eksploitasi. 5) Kredit Likuiditas Kredit yang sebagian sumber dana berasal dari perolehan melalui Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang diberikan oleh Badan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). b. Berdasarkan Penyerahannya 1) Kredit Tunai (Cash Credit) Merupakan pemberian bantuan kredit atau pinjaman yang penyerahannya dilakukan secara tunai atau pemindahbukuan kedalam pembukuan debitur dengan perkiraan lawan yang ditunjuk oleh debitur yang bersangkutan. Penarikan check yang berjalan melaui kliring tergolong kepada kredit tunai. 2) Kredit Bukan Tunai (Non Cash Credit) Merupakan pemberian bantuan kredit kepada debitur, yang tidak dibayarkan pada saat perjanjian pinjaman dibuat dan ditandatangani , tetapi ada persyaratan sebagai berikut :
44
a. Garansi Bank/Jaminan (Bank Guarantee), berupa kesediaan tertulis bank penjamin, untuk membayar kepada seseorang/pihak yang ditunjuk oleh pemohon jaminan bank. Pada suatu saat, bila ternyata si pemohon jaminan bank tidak memenuhi kewajibannya kepada orang/pihak yang ditunjuknya sebagai yang dijamin, maka barulah kredit tersebut berjalan. b. Letter of Credit (L/C), surat yang dikeluarkan oleh Bank yang diminta oleh pembeli (importir) surat pembukuan L/C, sebagai jaminan pembeli kepada penjual, sampai sejumlah harga barang yang dikirimkan kepada pembeli dan harus dibayar oleh pembeli. c. Berdasarkan Jangka Waktu 1) Kredit Jangka Pendek Kredit yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun. Kredit semacam ini biasanya diberikan bank sebagai kredit modal kerja maksudnya bukan kredit investasi. 2) Kredit Jangka Menengah Kredit yang jangka waktunya diatas 1 (satu) tahun sampai dengan 3 (tiga) tahun. Biasanya menyalurkan kredit jangka menengah untuk keperluankeperluan modal kerja permanen atau investasi yang jumlahnya relatif kecil, seperti alat kerja/mesin-mesin ringan. 3) Kredit Jangka Panjang Kredit yang jangka waktunya di atas 3 (tiga) tahun. Bank biasanya memberikan kredit jangka panjang untuk keperluan investasi, seperti alat-
45
alat berat, pendirian bangunan kantor, pabrik, kendaraan pada perusahaan angkutan dan sebagainya. d. Berdasarkan Segi Jaminannya 1) Jaminan Perorangan (Personal Securities) : jaminan atas kredit yang diberikan dengan jaminan seseorang atau badan sebagai pihak ketiga yang bertindak sebagai avalist (penanggung jawab). 1) Jaminan Kebendaan Secara Fisik (Tangible/Berwujud) seperti ; a. Barang-barang
bergerak,
misalkan
mesin-mesin,
kendaraan
bermotor, meubelair, perhiasan, barang dagangan dan sebagainya. Cara pengikatnya, biasanya dilakukan dengan cara fiducia (fiduciare eingendoms overdracht), yaitu penyerahan secara kepercayaan atau dengan cara gadai. b. Barang-barang tidak bergerak, misalkan tanah dan bangunan, mesinmesin berat, kapal dengan bobot tertentu dan lain-lain. Biasanya pengikatan jaminan seperti ini dilakukan dengan hipotek atau Crediet Verband. 2) Jaminan Kebendaan Non Fisik (intangible/tak berwujud), misalnya dengan surat-surat obligasi, deposito, hak tagih atau surat berharga lainnya. Cara pengikatannya adalah dengan pemindahtanganan atau cessie. 3) Kredit Tanpa Jaminan (Unsercued Loan) Kredit yang diberikan tanpa jaminan (Unsercued Loan) sama sekali, diberikan semata-mata atas dasar kepercayaan. Undang-undang pokok
46
perbankan melarang pemberian kredit tanpa jaminan. Kredit tanpa jaminan hanya terjadi diantara sesama pengusaha (untuk tujuan yang produktif) atau diantara teman, keluarga, famili (yang biasanya untuk tujuan konsumtif). 4) Berdasarkan Wujud/Bukti yang Dikreditkan a. Kredit Jasa, wujud yang dipinjamkan dalam bentuk jasa. b. Kredit Barang, wujud yang dipinjamkan dalam bentuk barang. c. Kredit Uang atau Tagihan, wujud yang dipinjamkan dalam bentuk uang dan tagihan. Berdasarkan pada definisi-definisi yang digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian, maka diperoleh suatu dugaan bahwa apabila nilai dana pihak ketiga yang diperoleh suatu perusahaan naik maka akan mempengaruhi nilai penyaluran kredit dalam hal ini tingkat kolektibilitas kredit akan meningkat pula seiring dengan besarnya dana yang diperoleh suatu perusahaan. Dasar perhitungan dari loan to deposit ratio adalah merupakan perbandingan nilai jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah penerimaan dana pihak ketiga yang diperoleh suatu bank. Sedangkan nilai dari non performing loan adalah merupakan besaran nilai jumlah kredit yang masuk dalam kategori bermasalah yaitu, kurang lancer, diragukan serta macet dibandingkan dengan total keseluruhan kredit yang disalurkan kepada nasabah pensiunan. Dasar dari perhitungan tersebut akan dijadikan suatu dasar untuk melihat apakah dengan tingginya perolehan dana pihak ketiga yang masuk dalam loan to deposit ratio merupakan suatu alat yang mempengaruhi nilai non performing loan.