BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara dan dapat bersifat permanen (Wiknjosastro, 2005, p.905). b. Tujuan pelayanan kontrasepsi Tujuan pelayanan kontrasepsi menurut Hartanto (2004, p.30) antara lain : 1)
Tujuan umum : Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan Keluarga Berencana yaitu dihayatinya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
2)
Tujuan pokok : Penurunan angka kelahiran yang bermakna.
c. Daya guna kontrasepsi Menurut Wiknjosastro (2005, p.906) Kontrasepsi terdiri atas 3 daya guna, yaitu :
9
10
1)
Daya guna teoritis atau fisiologik (theoretical effectiveness) Daya
guna
teoritis
merupakan
kemampuan
suatu
cara
kontrasepsi bila dipakai dengan tepat sesuai dengan instruksi dan tanpa kelalaian. 2)
Daya guna pemakaian (use effectiveness) Daya guna pemakaian merupakan perlindungan terhadap konsepsi yang ternyata pada kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh faktor ketidak hati-hatian, tidak taat asas, motivasi, keadaan sosial ekonomi budaya, pendidikan dan lain-lain.
3)
Daya guna demografik (demographic effectiveness) Daya
guna
demografik
menunjukkan
seberapa
banyak
kontrasepsi yang diperlukan untuk mencegah kelahiran. d. Syarat kontrasepsi Menurut Hartanto (2004, p.36) syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam metode kontrasepsi, antara lain : 1)
Aman atau tidak berbahaya.
2)
Dapat diandalkan.
3)
Sederhana.
4)
Murah.
5)
Dapat diterima oleh orang banyak.
6)
Pemakaian jangka lama (cotinuation rate tinggi).
11
e. Faktor-faktor dalam pemilihan metode kontrasepsi Menurut Hartanto (2004, pp.36-37), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi, diantaranya : 1)
Faktor pasangan, merupakan motivasi dan rehabilitas : a) Umur. b) Gaya hidup. c) Jumlah keluarga yang di inginkan. d) Sikap wanita. e) Sikap pria.
2)
Faktor kesehatan, merupakan kontraindikasi absolut atau relatif : a) Status kesehatan. b) Riwayat haid. c) Riwayat keluarga. d) Pemeriksaan fisik. e) Pemeriksaan panggul.
3)
Faktor
metode
kontrasepsi,
pemakaian berkesinambungan : a) Efektivitas. b) Efek samping minor. c) Kerugian. d) Komplikasi yang potensial. e) Biaya.
merupakan
penerimaan
dan
12
2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ Intra Uterine Devices (IUD) a. Pengertian Alat
Kontrasepsi
Dalam
Rahim
adalah suatu cara
pencegahan kehamilan dengan cara memasukkan alat ke dalam rongga rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang (Saifuddin, 2006, p.MK-74). b. Macam-macam Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Menurut Hartanto (2004, pp.212-215), ukuran dan macammacam IUD antara lain : 1)
Un-Medicated IUD a)
Lippes loop (1)
Diperkenalkan
pada
tahun
1960-an,
dianggap
sebagai IUD standar yang terbuat dari polyethylene yaitu plastik inert secara biologik dan ditambah Barium Sulfat. (2)
Ada 4 macam IUD Lippes Loop, yaitu : (a)
Lippes loop A : Panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru, satu titik pada pangkal IUD dekat benang ekor.
(b)
Lippes loop B : panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm, 2 benang hitam, bertitik 4.
(c)
Lippes loop C : panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang kuning, bertitik 3.
13
(d)
Lippes loop D : panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang putih, bertitik 2.
(3)
Cara insersi : push out
(4)
Lippes loop dapat dibiarkan in-utero untuk selamalamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan persoalan bagi akseptornya.
2)
Medicated IUD a)
Cooper IUD (1)
CuT-200 = Tatum T : panjang 36 mm, lebar 32 mm, mengandung 200 mm2 Cu ( luas permukaan Cunya), daya kerja 3 tahun, cara insersi withdrawal.
(2)
CuT-380A = Para Gard : panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm2 kawat Cu pada batang vertikal, 2 selubung Cu seluas masing-masing 33 mm2 pada masing-masing lengan horisontal, daya kerja 8 tahun, cara insersi withdrawal.
(3)
Nova-T = Novagard : panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm2 luas permukaan Cu denga inti Ag didalam kawat Cu-nya, daya kerja 5 tahun, cara insersi withdrawal.
c. Mekanisme kerja IUD Menurut Hartanto (2004, pp.205-206), ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan, antara lain :
14
1)
Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah di buahi terganggu.
2)
Produksi lokal prostaglandin yang meninggi yang menyebabkan terhambatnya implantasi.
3)
Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium.
4)
Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.
5)
Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
6)
IUD mencegah spermatozoa membuahi sel telur.
7)
Untuk IUD yang mengandung Cu : a)
Mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mucosa uterus.
8)
b)
Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium.
c)
Mengganggu metabolisme glikogen.
Untuk IUD yang mengandung hormon Progesterone: a)
Gangguan
proses
pematangan
proliferatif-sekreatoir
sehingga timbul penekanan terhadap endometrium dan terganggu proses implantasi. b)
Lendir serviks yang menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh progestin.
15
d. Efektivitas IUD Menurut Hartanto (2004, p.207) efektifitas IUD antara lain : 1)
Efektivitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan, pengangkatan/pengeluaran karena alasan medis atau pribadi.
2)
Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada: a)
IUD-nya : ukuran, bentuk, mengandung Cu atau progesteron.
b) 3)
Akseptor : umur, paritas, frekuensi senggama.
Dari faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas, maka : a)
Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengeluaran IUD.
b)
Makin muda usia, makin tinggi angka ekspulsi dan pengeluaran IUD.
4)
Use effectiveness dari IUD tergantung pada pasien dan medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang.
e. Keuntungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Menurut Saifuddin (2006, p.MK-75), keuntungan AKDR antara lain : 1)
Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi yaitu 0,6 - 0,8 kehamilan /100 perempuan dalam 1 tahun pertama.
16
2)
AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
3)
Metode jangka panjang.
4)
Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5)
Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6)
Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).
7)
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
8)
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus.
9)
Dapat digunakan sampai menopause.
10)
Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
11)
Membantu mencegah kehamilan ektopik.
f. Kerugian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Menurut Saifuddin (2006, pp.MK-75-76), kerugian AKDR antara lain : 1)
Efek samping yang umum terjadi antara lain : a)
Perubahan siklus haid (pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).
b)
Haid lebih lama dan banyak.
c)
Perdarahan antar menstruasi.
d)
Saat haid lebih sakit.
17
2)
Komplikasi lain yang terjadi : a)
Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
b)
Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia.
c)
Perforasi dinding uterus.
3)
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4)
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.
5)
Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
6)
Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri.
7)
AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui.
8)
Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.
g. Indikasi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Menurut Saifuddin (2006, p.MK-76), indikasi AKDR antara Lain : 1)
Usia reproduktif.
2)
Keadaan nulipara.
3)
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
4)
Tidak menghendaki kontrasepsi hormonal.
5)
Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
18
6)
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
h. Kontraindikasi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Menurut Saifuddin (2006, p.MK-77), kontraindikasi AKDR antara lain : 1)
Sedang hamil.
2)
Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
3)
Sedang menderita infeksi alat genital.
4)
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
5)
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
6)
Kanker alat genital. Menurut Hartanto (2004, p.208), kontraindikasi AKDR
antara lain : 1)
Kontraindikasi absolut : a)
Infeksi pelvis yang aktif, termasuk Gonorrhoe atau Chlamydia.
b) 2)
Kehamilan.
Kontraindikasi relatif kuat : a)
Partner seksual yang banyak.
b)
Partner seksual yang banyak dari partner akseptor IUD.
c)
Cervicitis akut atau purulent.
d)
Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya.
e)
Riwayat kehamilan ektopik.
19
3)
Keadaan lain yang merupakan kontraindikasi IUD : a)
Penyakit katup jantung.
b)
Keganasan endometrium atau serviks.
c)
Uterus yang kecil.
d)
Endometriosis.
e)
Myoma uteri.
f)
Polip endometrium.
g)
Kelainan kongenital uterus.
i. Waktu penggunaan AKDR Menurut Saifuddin (2006, p.MK-80), waktu penggunaan AKDR diantaranya : a)
Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
b)
Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
c)
Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan.
d)
Setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi.
e)
Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
f)
Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.
j. Prosedur pemasangan AKDR Menurut Saifuddin (2006, pp.PK-3-7), Langkah-langkah pemasangan AKDR adalah :
20
1)
Menyiapkan peralatan dan instrumen yang akan digunakan untuk pemasangan AKDR antara lain : a)
Bivalve speculum (kecil, sedang, besar).
b)
Tenakulum.
c)
Sonde uterus.
d)
Forsep/korentang.
e)
Gunting.
f)
Mangkuk untuk larutan antiseptik.
g)
Sarung tangan steril.
h)
Cairan antiseptik untuk membersihkan serviks (povidon iodin).
i)
Kain kassa atau kapas.
j)
Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks.
k)
Copper T 380A IUD yang masih belum rusak atau terbuka.
2)
Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien mengajukan pertanyaan. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasakan sedikit sakit pada waktu pemasangan. Pastikan kandung kemih kosong.
3)
Melakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan.
4)
Gunakan instrumen dan pakai sarung tangan steril.
21
5)
Periksa
genetalia
eksterna
(untuk
memeriksa
adanya
pembengkakan kelenjar Bartolin dan kelenjar Skene). Lakukan pemeriksaan spekulum (untuk memeriksa adanya cairan vagina, servisitis). Lakukan pemeriksaan panggul (untuk menentukan besar, posisi, konsistensi dan mobilitas uterus). 6)
Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi (untuk
memeriksa
adanya
jamur,
trikomonas,
bakterial
vaginosis). 7)
Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya.
8)
Masukkan spekulum, usap vagina dan servik dengan larutan antiseptik. Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks (pasang tenakulum secara hati-hati dengan posisi vertikal pada jam 10 atau jam 2).
9)
Masukkan
sonde
menyentuh
dinding
uterus vagina
secara atau
perlahan-lahan bibir
spekulum
jangan untuk
menghindari kontaminasi. 10)
Pasang AKDR Copper T 380A. Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman cavum uteri. Hati-hati memasukkan tabung inserter sampai leher biru menyentuh fundus atau sampai ada tahanan. Lepas lengan AKDR dengan menggunakan teknik menarik (withdrawal technique). Tarik keluar pendorong. Setelah lengan AKDR lepas, dorong secara
22
perlahan-lahan tabung inserter kedalam cavum uteri sampai leher biru menyentuh serviks. Tarik keluar sebagian tabung inserter, potong benang AKDR kira-kira 3 – 4 cm panjangnya. 11)
Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan.
12)
Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai pakai ke dalam larutan klorin 0,5%.
13)
Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR. Minta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR.
k. Jadwal kontrol Menurut Saifuddin (2006, p.MK-80) jadwal kontrol AKDR yang harus diperhatikan adalah : 1)
Setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR.
2)
Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid.
3)
Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila mengalami : a)
Kram/kejang di perut bagian bawah.
b)
Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama.
c)
Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual.
23
4)
Dapat kembali ke klinik apabila : a)
Tidak dapat meraba benang AKDR.
b)
Merasakan bagian bawah keras dari AKDR.
c)
AKDR terlepas.
d)
Siklus terganggu.
e)
Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang merugikan.
f)
Adanya infeksi.
l. Prosedur pencabutan AKDR Menurut Saifuddin (2006, p.PK-12), langkah-langkah pencabutan AKDR adalah : 1)
Menyiapkan peralatan yang digunakan antara lain : a)
Bivalve speculum (kecil, sedang, besar).
b)
Forsep/korentang.
c)
Mangkuk untuk larutan antiseptik.
d)
Sarung tangan steril.
e)
Cairan antiseptik untuk membersihkan serviks yaitu povidon iodin.
2)
f)
Kain kasa atau kapas.
g)
Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks.
Menjelaskan kepada klien apa yang dilakukan dan dipersilahkan klien untuk bertanya.
3)
Melakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah tindakan.
24
4)
Gunakan instrumen dan pakai sarung tangan steril.
5)
Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.
6)
Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.
7)
Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. Meminta klien untuk tenang dan menarik nafas panjang. Pencabutan normal : jepit benang didekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelanpelan, tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung AKDR masih dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar. Pencabutan sulit : bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam Kavum uteri untuk menjepit benang atau AKDR. Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis servikalis, putar klem pelanpelan sambil tetap menarik selama klien tidak merasa sakit. Bila
25
dari pemeriksaan bimanual didapatkan sudut antara uterus dengan kanalis servikalis sangat tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati, sambil memutar klem. 8)
Pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dan kondisinya memungkinkan.
9)
Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan.
10)
Lakukan dekontaminasi alat-alat dan dan sarung tangan dengan segera setelah selesai dpakai kedalam larutan klorin 0,5%.
3. Minat a. Pengertian Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Minat lebih tetap (persisten) karena minat memuaskan kebutuhan yang penting dalam kehidupan seseorang. Semakin kuat kebutuhan ini, semakin kuat dan bertahan pada minat tersebut. Semakin sering minat di ekspresikan dalam kegiatan, semakin kuatlah minat tersebut. Minat akan padam apabila tidak disalurkan (Hurlock, 2002, p.114). Minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Minat merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luar
26
sebagai
gerak
gerik
dalam
menjalankan
fungsinya.
Minat
berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan (Purwanto, 1998, p.60). b. Proses Minat Menurut Purwanto (1998, p.60) proses minat terdiri dari : 1) Motif yaitu alasan, dasar dan pendorong. 2) Perjuangan motif, dimana sebelum mengambil keputusan di dalam batin terdapat beberapa motif yang bersifat luhur dan rendah serta harus dipilih. 3) Keputusan
yaitu
pemilihan
motif-motif
yang
ada
dan
meninggalkan kemungkinan yang lain, sebab tidak mungkin seseorang memiliki keinginan yang bermacam-macam pada waktu yang sama. 4) Bertindak sesuai dengan keputusan yang diambil. c. Aspek Minat Menurut Hurlock (2002, pp.116-118) minat mempunyai dua aspek, yaitu : 1) Aspek kognitif Konsep yang membangun aspek kognitif minat didasarkan pada pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, di masyarakat serta dari berbagai media massa. Aspek kognitif minat berupa keuntungan dan kepuasan pribadi yang dapat diperoleh dari minat itu.
27
2) Aspek afektif Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat dapat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan oleh minat tersebut. Aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi dan sikap orang yang penting terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut serta dari sikap yang dinyatakan dari berbagai media massa terhadap kegiatan itu. Menurut (Hurlock, 2002, p.118) aspek afektif lebih penting dari pada aspek kognitif karena ada dua alasan, yaitu : 1) Aspek afektif mempunyai peran lebih besar dalam memotivasi tindakan dari pada aspek kognitif. Bobot emosional positif dari minat memperkuat minat dalam tindakan begitu pula sebaliknya. 2) Aspek afektif minat yang sudah terbentuk akan lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan dengan aspek kognitif. Untuk mengubah aspek afektif minat sangat sulit. Oleh sebab itu, pengaruh minat pada perilaku dan pada penyesuaian pribadi dan sosial dalam perkembangan minat, harus lebih banyak diberikan pada pengembangan bobot emosional positif dari pada aspek kognitifnya (Hurlock, 2002, p.118).
28
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat Menurut Totok Santoso (dalam Ahmad Muhajir, 2007, pp.13-14) terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya minat, antara lain : 1) Motivasi dan cita-cita Adanya cita-cita dan dukungan motivasi yang kuat dari diri seseorang, maka dapat membesarkan minat orang itu terhadap suatu obyeknya. Apabila cita-cita dan motivasi tidak ada, maka minat sulit ditumbuhkan. 2) Sikap terhadap suatu obyek Sikap senang terhadap obyek, dapat membesarkan minat seseorang terhadap obyek tersebut. Apabila sikap tidak senang terhadap obyek, maka akan memperkecil minat seseorang terhadap obyek tersebut. 3) Keluarga Dukungan dari keluarga yaitu suami dan orang tua serta keadaan sosial ekonomi dan pendidikan dapat mempengaruhi minat seseorang terhadap obyek tertentu. 4) Fasilitas Tersedianya fasilitas yang mendukung yaitu fasilitas kesehatan, sarana prasarana maka akan memperbesar minat seseorang terhadap obyek tertentu.
29
5) Teman pergaulan Teman pergaulan yang mendukung, maka teman tersebut dapat meningkatkan minat seseorang. Apabila teman pergaulan tidak mendukung, maka akan menurunkan minat seseorang. e. Pengukuran minat Menurut
Nurkancana
dan
Sumartana
(dalam
Tomy
Darmawan, 2007) terdapat beberapa metode pengukuran minat yaitu : 1) Observasi Pengukuran
minat
dengan
metode
observasi
mempunyai
keuntungan karena dapat mengamati dalam kondisi yang wajar, tidak dibuat-buat. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi dan pencatatan hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung. 2) Interview Pelaksanaan interview biasanya lebih baik dilakukan dalam situasi yang tidak formal, sehingga percakapan akan lebih dapat berlangsung bebas. 3) Angket atau kuesioner Angket atau kuesioner jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu. Isi pertanyaan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan pertanyaan dengan menggunakan metode interview.
30
4) Inventori Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran sejenis kuesioner. Perbedaannya dalam kuesioner responden menulis jawaban yang relatif panjang, sedangkan inventori responden memberi jawaban dengan memberi tanda cek, lingkaran atau tanda yang lain yang berupa jawaban-jawaban singkat. Metode
pengukuran
minat
dalam
penelitian
ini
menggunakan metode angket atau kuesioner, karena metode ini sangat efektif dan efisien dalam penggunaan waktu.
4. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari tahu, hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu melalui indra penglihatan,
pendengaran,
penciuman,
perasa
dan
peraba.
Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh melalui indra penglihatan (mata) dan indra pendengaran (telinga). Pengetahuan (kognitif) merupakan domain penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku akan lebih langgeng apabila didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007, pp.139-140).
31
Di dalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan sebelum orang tersebut mengadopsi perilaku baru. Proses tersebut yaitu : 1)
Awareness (Kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
2)
Interest (merasa tertarik), yaitu orang tersebut sudah mulai tertarik terhadap stimulus.
3)
Evaluation (menimbang-nimbang), dimana sikap orang tersebut sudah lebih baik yaitu dengan menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus bagi dirinya.
4)
Trial (percobaan), yaitu orang tersebut telah mencoba perilaku baru.
5)
Adoption
(mengadopsi),
dimana
orang
tersebut
sudah
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007, p.140). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007, p.140).
32
b. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007, pp.140-142), dalam domain kognitif pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk pengetahuan tingkat ini yaitu mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Dengan demikian, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (comprehension) Memahami yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
dan
meramalkan terhadap obyek yang dipelajari. 3) Aplikasi (aplication) Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip dalam situasi yang lain.
33
4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang telah ada atau menggunakan kriteria yang ditentukan sendiri (Notoatmodjo, 2007, pp.140-142). c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2010, p.16-18) terdapat faktorfaktor yang bisa mempengaruhi pengetahuan, diantaranya : 1) Faktor Internal a) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
34
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang
menunjang
kesehatan
sehingga
dapat
meningkatkan kualitas hidup. b) Pekerjaan Pekerjaan bukan sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. c) Umur Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. 2) Faktor Eksternal a) Faktor lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya
yang dapat
mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
35
d. Pengukuran pengetahuan Pengetahuan dapat diukur dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007, p.142). Jumlah nilai pengetahuan dapat dikategorikan menjadi : 1) Kurang baik = jika nilai <60% 2) Cukup = jika nilai antara 60 – 75% 3) Baik = jika nilai >75% (Arikunto, 2006, p.344).
5. Perilaku a. Pengertian Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p.133). b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Faktor keputusan konsumen untuk menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Menurut Lawrence Green (1980, dalam Notoatmodjo, 2007, pp.16), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : 1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) Faktor predisposisi ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap
kesehatan,
tradisi
dan
kepercayaan
36
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. 2) Faktor pemungkin (Enabling Factor) Faktor pemungkin atau yang disebut faktor pendukung ini mencakup ketersediaan sarana prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Misalnya tersedianya puskesmas, rumah sakit, bidan, dokter dan sebagainya. 3) Faktor Penguat (Reinforcing Factor) Faktor penguat atau faktor pendorong ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan. Berdasarkan
perilaku
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya, konsumen akan memutuskan untuk menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. Proses penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim oleh masyarakat dapat djelaskan oleh Anderson (1974, dalam Notoatmodjo, 2007, pp.215-216) bahwa dalam pelayanan kesehatan terdapat 3 kategori yaitu : 1) Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics) Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan Alat kontrasepsi yang berbeda-beda. Karakteristik predisposisi ini dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :
37
a) Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur. b) Struktur sosial,
seperti
tingkat
pendidikan,
pekerjaan,
kesukuan atau ras. c) Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan terhadap pelayanan kesehatan yaitu dokter, bidan. 2) Karakteristik pendukung (Enabling Characteristics) Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, individu tidak akan bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila individu
mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan
kesehatan tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar. Misalnya penggunaaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, apabila konsumen mampu untuk membayar maka konsumen akan menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim tersebut. 3) Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristics) Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Misalnya apabila predisiposisi dan pendukung itu ada, maka seseorang akan menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.
38
6. Masa Nifas / Post partum a. Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Mochtar, 2002, p.115). Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2005, p.237). b. Perubahan masa nifas Menurut Varney (2007), terdapat perubahan pada masa nifas yaitu : 1) Uterus Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan placenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lochea. 2) Lochea Lochea mulai terjadi pada jam-jam pertama post partum berupa secret kental dan banyak. Berturut-turut, banyaknya lochea berkurang, yaitu berjumlah sedang (berupa lochea rubra), berjumlah sedikit (berupa lochea serosa) dan berjumlah sangat sedikit (berupa lochea alba).
39
3) Vagina dan perineum Segera setelah kelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar dan celah pada introitus. Setelah satu sampai dua hari postpartum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lagi oedem, sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya dan umumnya longgar. Ukurannya menurun, dengan kembalinya rugae sekitar minggu ketiga post partum. Ruang vagina sedikit lebih besar dari pada sebelum kelahiran pertama. 4) payudara pengkajian payudara pada periode awal post partum meliputi penampilan dan integritas putting susu, memar atau iritasi jaringan payudara karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah payudara terisi air susu dan adanya sumbatan duktus, kongesti dan tanda-tanda mastitis potensial. c. Periode masa nifas Menurut Mochtar (2002, p.115), periode masa nifas antara lain : 1) Puerperium Dini Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
40
2) Puerperium Intermedial Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. 3) Remote Puerperium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan. d. Involusi alat-alat kandungan Menurut Mochtar (2002, pp.115-116), terdapat involusi alat-alat kandungan yaitu : 1) Uterus Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil, yaitu setelah bayi lahir, tinggi fundus uteri setinggi pusat. Setelah uri lahir, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat. 1 minggu post partum, tinggi fundus uteri pertengahan pusat simpisis. 2 minggu post partum, tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis. 8 minggu post partum tinggi fundus uteri sebesar normal. 2) Bekas implantasi uri Placenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu
41
menjadi menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih. 3) Luka-luka Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. 4) Rasa sakit Rasa sakit (after pains) yaitu merian atau mules-mules disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. 5) Lochea Adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Terdapat macam-macam lochea yaitu : a)
Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selam 2 hari pasca persalinan.
b)
Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir , hari ke 3-7 pasca persalinan.
c)
Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d)
Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
e)
Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
f)
Lochiostatis : lochea yang keluarnya tidak lancar.
42
6) Servik Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadangkadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. 7) Ligamen-ligamen Ligamen, fasia dan diagfragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan. Setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. e. Perawatan pasca persalinan Menurut Mochtar (2002, pp.116-117), perawatan pasca persalinan antara lain : 1) Mobilisasi Lelah sehabis persalinan, ibu harus istirahat tidur telentang selam 8 jam pasca persalinan. Boleh mring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jaln-jalan, hari ke 4 atau ke 5 diperbolehkan pulang.
43
2) Diet Makanan harus bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makanmakanan yang mengandung banyak cairan, protein, sayur-sayuran dan buah-buahan. 3) Miksi Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. 4) Defekasi Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit BAB dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. 5) Perawatan payu dara Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan menyusui bayinya. 6) Laktasi Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan pada kelenjar mamma.
44
B. Kerangka Teori Kerangka teori merupakan rangkaian teori yang mendasari topik penelitian (Saryono & Ari Setiawan, 2010, p.54). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu post partum dengan minat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan : Faktor Internal : 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur
Minat
Pemakaian AKDR
Faktor Eksternal : 1) Lingkungan 2) Sosial budaya
Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Wawan dan Dewi (2010), Anderson (1974)
45
C. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori, dapat dibuat kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Tingkat pengetahuan ibu postpartum
Minat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Bagan 2.2 kerangka konsep
D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono, 2011, p.64). Ha = Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu post partum dengan minat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.