BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Strategi Pemasaran 1. Pengertian Pemasaran Kegiatan pemasaran berbeda dengan penjualan, transaksi ataupun perdagangan. Banyak orang yang mengira pemasaran hanya sekedar penjualan atau periklanan. Namun, penjualan dan periklanan hanyalah puncak pemasaran. Pemasaran didefinisikan sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan, lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. 24 American Marketing Association (AMA) mengartikan pemasaran sebagai pelaksana dunia usaha yang mengarahkan arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen atau pihak pemakai. Definisi ini hanya menekankan aspek distribusi ketimbang kegiatan pemasaran. Sedangkan fungsi-fungsi lain tidak diperhatikan, sehingga kita tidak memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang pemasaran. 25 Sedangkan definisi lain, dikemukakan oleh Philip Kotler yang mengartikan pemasaran secara lebih luas, yaitu suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang
24
Kotler dan Armsrtong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 7
25
Panji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 215
20
21
mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. 26 Dari pengertian pemasaran diatas, ada beberapa konsep yang perlu diperhatikan, yaitu: 27 a. Kebutuhan Kebutuhan adalah suatu keadaan yang dirasakanya ketidakpuasan dasar tertentu yang sifatnya ada dan terletak dalam tubuh dan kondisi manusia. Misalnya kebutuhan akan sandang, papan dan pangan, kebutuhan ini tidak diciptakan oleh masyarakat ataupun pemasar namun kebutuhan ini ada dalam susunan biologi manusia dan kondisi manusia. b. Keinginan Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan yang lebih mendalam. Misalnya setiap orang membutuhkan makan, tetapi dapat dipuaskan melalui jenis makanan yang berbeda, seperti orang yang satu makan roti dan yang lainya makan soto. c. Permintaan Permintaan adalah keinginan terhadap produk-produk tertentu yang didukung oleh suatu kemampuan dan kemauan untuk membeli.
26 27
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid I, (Klaten: Pt.Intan Sejati, 2005), hlm. 10 Ibid., hlm. 215-216
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
22
Keinginan akan menjadi permintaan jika didukung kekuatan membeli. d. Produk Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada seseorang untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Produk dapat berupa barang, jasa maupun ide-ide. Istilah lain yang sering digunakan untuk produk adalah penawaran atau solusi. e. Nilai Nilai adalah estimasi konsumen terhadap kapasitas produk secara keseluruhan untuk memuaskan kebutuhan. Dari penjelasan di atas, pada dasarnya pokok pemikiran pemasaran adalah penyelarasan kemampuan perusahaan dengan kebutuhan para konsumen
untuk
mencapai
tujuan
perusahaan.
Penyelarasan
ini
berlangsung di dalam lingkungan pemasaran, yaitu kondisi persaingan, teknologi, pasar dan sosial budaya tempat dimana produk dipasarkan. 2. Pengertian Strategi Pemasaran Strategi perusahaan merupakan pola keputusan dalam perusahaan dalam menentukan sasaran, maksud atau tujuan yang menghasilkan kebijaksanaan utama dan merencanakan untuk pencapaian tujuan serta merinci jangkauan bisnis yang akan dicapai oleh perusahaan.28
28
Buchari Alma, kewirausahaan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 194
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
23
Definisi strategi pemasaran adalah memilih dan menganalisis pasar sasaran yang merupakan suatu kelompok orang yang ingin dicapai oleh perusahaan dan menciptakan suatu bauran pemasaran yang cocok dan yang dapat memuaskan pasar sasaran tersebut.29 Definisi lain strategi pemasaran adalah wujud rencana yang terarah di bidang pemasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. 30 Strategi pemasaran pada hakekatnya merupakan serangkaian upaya yang ditempuh dalam rangka mencapai tujuan tertentu atau juga bisa dikatakan strategi pemasaran sebagai wujud rencana yang terarah di bidang pemasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. 3. Faktor Strategi Pemasaran Pada dasarnya strategi pemasaran memiliki dua faktor yang terpisah namun saling berhubungan dengan erat. Kedua faktor tersebut yaitu: pasar sasaran dan bauran pemasaran. Kedua faktor ini berhubungan erat. Pasar sasaran merupakan suatu sasaran yang akan dituju, sedangkan bauran pemasaran merupakan alat untuk menuju sasaran tersebu. 31 Untuk lebih jelasnya berikut merupakan penjabaran mengenai kedua faktor tersebut :
29
Ibid., hlm. 195
30
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: Rienaka Cipta, 2000), hlm. 230 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid I, (Klaten:Pt.Intan Sejati, 2005), hlm. 231
31
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
24
a. Pasar sasaran (target market) 1) Pengertian pasar sasaran Kotler mengartikan pasar sasaran sebagai satu set pembeli yang memiliki kebutuhan atau karakteristik yang sama yang ditetapkan perusahaan untuk dilayani. 32 Pasar sasaran (target market) adalah proses mengevaluasi daya tarik dari masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen untuk dimasuki. 33 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pasar sasaran (target market) merupakan kegiatan yang berisi dan menilai serta memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki oleh suatu perusahaan. 2) Menentukan pasar sasaran Selama ini terlihat gejala semakin banyak perusahaan memiliki pasar sasaran yang akan dituju, keadaan ini dikarenakan mereka menyadari bahwa pada dasarnya mereka tidak dapat melayani seluruh pelanggan dalam pasar tertentu. Terlalu banyaknya pelanggan, sangat terpancar dan tersebar serta bervariasi dalam tuntutan kebutuhan dan keinginan. Karena konsumen yang terlalu homogen itulah maka perusahaan perlu mengelompokkan pasar menjadi segmen-segmen 32
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid I, (Klaten:Pt.Intan Sejati, 2005), hlm. 260
33
Kotler dan Armsrtong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 68
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
25
pasar, lalu memilih dan menetapkan segmen pasar tertentu sebagai sasaran. Dengan adanya hal ini, maka perusahaan terbantu untuk mengidentifikasi peluang pasar dengan lebih baik. Dengan demikian perusahaan dapat mengembangkan produk yang tepat, dapat menentukan saluran distribusi dan periklanan yang sesuai dan efisiensi serta mampu menyesuaikan harga bagi barang atau jasa yang ditawarkan bagi setiap target pasar. Pada dasarnya segmentasi pasar adalah suatu strategi yang didasarkan pada falsafah manajemen pemasaran yang orientasinya adalah konsumen. Dengan melaksanakan segmentasi pasar, kegiatan pemasaran dapat dilakukan lebih terarah dan sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat digunakan dapat secara lebih fektif dan efisien dalam rangka memberikan kepuasan bagi konsumen. Kebijakan segmentasi pasar haruslah dilakukan dengan menggunakan kriteria tertentu. Tentunya segmentasi ini berbeda antara barang industi dengan barang konsumsi. Namun dengan demikian secara umum setiap perubahan akan mengsegmentasikan pasarnya atas dasar: 34 a.
Geografis Segmentasi pasar ini dilakukan dengan cara membagi pasar kedalam
unit-unit
geografis
seperti
negara,
provinsi,
kabupaten, kota, desa, dan lain sebagainya. Dalam hal ini 34
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid I, (Klaten:Pt.Intan Sejati, 2005), hlm.
316-321
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
26
perusahaan akan beroperasi di semua segmen, akan tetapi harus memperhatikan perbedaan kebutuhan dan selera yang ada di masing-masing daerah. b.
Demografis Segmentasi
pasar
ini
dapat
dilakukan
dengan
cara
memisahkan pasar kedalam kelompok-kelompok yang didasarkan pada varibel-variabel demografis, seperti umur, jenis kelamin, besarnya keluarga, pendapatan, agama, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. c.
Psychografis Segmentasi pasar ini dilakukan dengan cara membagi-bagi konsumen kedalam kelompok-kelompok yang berlainan menurut kelas sosial, gaya hidup, berbagai ciri kepribadian, motif pembelian, dan lain-lain. Namun, di samping karakteristik di atas, ada empat criteria yang harus dipenuhi segmen pasar agar proses segmen pasar dapat dijalankan dengan efektif dan bermanfaat bagi perusahan, yaitu: 35 Terukur (Measurable) Artinya segmen pasar tersebut dapat diukur, baik besarnyan maupun luasnya serta daya beli segmen tersebut.
35
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid I, (Klaten:Pt.Intan Sejati, 2005), hlm 331
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
27
Terjangkau (Accessable) Artinya segmen pasar tersebut dapat dicapai sehingga dapat dilayani secara efektif. Cukup Luas (Substantial) Substansi dari pasar tersebut cukup luas sehingga dapat menguntungkan bila dilayani. Dapat dilaksanakan (Actionable) Artinya dapat melakukan segmentasi pasar. Semua program yang telah disusun untuk menarik dan melayani segmen pasar itu dapat fektif. 3) Menempatkan Posisi Pasar Setelah segmen diputuskan untuk dimasuki, perusahaan harus menentukan posisi yang ingin diduduki dalam segmen itu. Posisi sebuah produk adalah kedudukan produk itu secara relatif terhadap pesaing yang terlintas dalam benak konsumen. Jika suatu produk dianggap sama dengan produk yang lain di pasar, konsumen tidak akan mempunyai alasan untuk membelinya. Menempatkan posisi pasar adalah mengatur sebuah produk agar mendapat tempat yang jelas, dapat dibedakan, dan diharapkan secara relatif terhadap produk pesaing dalam benak konsumen sasaran. Oleh karena itu pemasar merencanakan posisi yang membedakan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
produk mereka dari produk
pesaing serta
28
memberikan manfaat strategi yang sangat besar dalam pasar sasaran mereka. 36 b. Bauran pemasaran (marketing mix) 1) Pengertian bauran pemasaran (marketing mix) Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah bauran pemasaran yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang terkait dengan penentuan bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada satu segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarnya. Kotler mendefinisikan bahwa bauran pemasaran adalah kelompok kiat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasaranya dalam pasar sasaran.37 Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasarannya. 38 McCarthy mengklasifiksikan alat-alat itu menjadi empat kelompok yang disebut empat P pemasaran: produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).39 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bauran pemasaran (marketing mix) adalah variable-variabel yang dapat 36
Kotler dan Armsrtong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 69 Philip Kotler, AB. Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia, Buku 2. (Jakarta: Salemba Empat, 2000), hlm. 120 38 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid I, (Klaten: Pt.Intan Sejati, 2005), hlm. 17 39 Kotler dan Armsrtong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 72 37
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
29
dikendalikan oleh perusahaan, yang terdiri dari produk, harga, distribusi, dan promosi. 2) Variable bauran pemasaran (marketing mix) Bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk memengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan-kemungkinan itu dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal dengan “Empat P”: product, price, place, and promotion ( produk, harga , distribusi dan promosi). 40 a) Produk (jasa) Produk artinya kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran. Produk merupakan elemen yang paling penting, sebab dengan inilah perusahaan berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan dari konsumen, namun keputusan itu tidak berdiri sebab produk atau jasa sangat erat hubunganya dengan target market yang dipilih. b) Harga (price) Harga (price) adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk. Setiap perusahaan selalu mengejar keuntungan guna kesinambungan
40
produksi.
Keuntungan
yang
diperoleh
Kotler dan Armsrtong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 72
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
30
ditentukan pada penetapan harga yang ditawarkan. Harga suatu produk atau jasa ditentukan pula dari besarnya pengorbanan yang dilakukan untuk menghasilkan jasa tersebut dan laba atau keuntungan yang diharapkan. Oleh karena itu, penentuan harga dari suatu perusahaan merupakan suatu masalah yang cukup penting, karena dapat memengaruhi hidup matinya serta laba dari perusahaan. c) Distribusi (place) Distribusi (place) meliputi aktivitas perusahaan agar produk mudah didapatkan konsumen sasaran. Setelah perusahaan berhasil menciptakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan menetapkan harga yang layak, tahap berikutnya menentukan metode penyampaian produk dan jasa ke pasar melalui rute-rute yang efektif hingga tiba pada tempat yang tepat, dengan harapan produk dan jasa tersebut berada di tengah-tengah kebutuhan dan keinginan konsumen yang haus akan produk dan jasa tersebut. d) Promosi (promotion) Promosi
artinya
aktivitas
mengomunikasikan
keunggulan produk serta membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. Aspek ini berhubungan erat dengan berbagai usaha untuk memberikan informasi pada pasar tentang produk dan http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
31
jasa yang dijual, tempat dan waktunya. Ada beberapa cara menyebarkan informasi ini, antara lain:
41
1. Periklanan (advertising) Merupakan alat utama bagi perusahaan untuk memenuhi konsumenya. Periklanan ini dapat dilakukan oleh perusahaan lewat surat kabar, radio, majalah, bioskop, televisi, ataupun dalam bentuk poster-poster yang dipasang di pinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis. 2. Penjualan pribadi (personal selling) Merupakan kegiatan perusahaan untuk melakukan kontak langsung dengan calon konsumennya. Yang termasuk dalam personal selling adalah: door to door, mail order, telephone selling dll. 3. Promosi penjualan (sales promotion) Merupakan kegiatan perusahaan untuk memanjakan produk yang dipasarkanya sedemikan rupa sehingga konsumen akan mudah untuk melihatnya dan bahkan dengan cara penempatan dan pengaturan tertentu, maka produk tersebut akan menarik perhatian konsumen. 4. Publisitas (publicity) Merupakan cara yang biasa digunakan juga oleh perusahaan untuk membentuk pengaruh secara tidak 41
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran jilid 2, ( Jakarta: Erlangga, 1988) hal. 279
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
32
langsung kepada konsumen, agar mereka menjadi tahu, dan menyenangi produk yang dipasarkanya, hal ini berbeda dengan promosi, dimana didalam melakukan publisitas perusahaan tidak melakukan hal yang bersifat komersial.
B. Asuransi 1. Pengertian Asuransi Konvensional Kata asuransi berasal dari bahasa inggris, insurance. Insurance mempunyai pengertian; asuransi, jaminan. Kata asuransi dalam bahasa Indonesia telah diadopsi ke dalam kamus besar bahasa Indonesia dengan padanan kata pertanggungan. Yang dimaksud asuransi menurut Wirjono Prodjodikoro adalah suatu persetujuan pihak yang menjamin dan berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas. 42 Pengertian asuransi di atas, akan lebih jelas bila dihubungkan dengan pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) yang menjelaskan bahwa asuransi adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
42
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, (Jakarta: Intermassa, 1987),
hlm.1
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
33
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Asuransi dapat pula diartikan sebagai suatu persetujuan dimana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan mendapat premi untuk mengganti kerugian, atau tidak diperolehnya keuntungan yang diharapkan yang dapat diderita karena peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu.43 Asuransi atau pertanggungan menurut Undang-undang No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.44 Asuransi dari sudut pandang ekonomi merupakan metode untuk mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuntungan. Menurut sudut pandang bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya
43
Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia, (Jakarta: PPM, 1992), hlm.125
44
Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
34
menerima/menjual jasa pemindahan resiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi resiko di antara sejumlah nasabahnya. Dari sudut pandang sosial asuransi sebagai sebuah organisasi sosial yang menerima pemindahan resiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota asuransi tersebut.45 Definisi asuransi sebenarnya bisa dideskripsikan dari berbagai sudut pandang, yaitu dari sudut pandang ekonomi, hukum, bisnis, sosial ataupun berdasarkan pengertian matematika. Hal itu berarti terdapat lima definisi bagi asuransi. Tidak ada suatu definisi yang dapat memenuhi masingmasing sudut pandang tersebut. Asuransi merupakan bisnis unik, yang di dalamnya terdapat kelima aspek tersebut, yaitu aspek ekonomi, hukum sosial, bisnis dan aspek matematika. 46 Secara esensial ada lima unsur dalam asuransi, di antaranya adalah: a. Perjanjian yang mendasari terbentuknya antara keperdataan perikatan (muamalah). b. Premi berupa sejumlah uang yang sanggup dibayarkan oleh tertanggung kepada penanggung. c. Adanya ganti rugi dari penanggung kepada pihak tertanggung jika terjadi klaim atau masa perjanjian selesai.
45
Hasan Ali, Asuransi Perspektif Hukum Islam Dalam; Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: Prenada Media,2004), hlm. 59. 46
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life and General), (Jakarta; Gema insani,2004), hal. 27
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
35
d. Adanya suatu peristiwa yang tak tentu dan adanya suatu risiko yang memungkinkan ada atau tidaknya risiko. e. Pihak-pihak melakukan perjanjian, yakni penanggung dan tertanggung. Dijelaskan oleh Muhammad Shidiqqi bahwa asuransi merupakan suatu kebutuhan dasar bagi manusia, karena kecelakaan dan konsekuensi finansialnya
memerlukan santunan.
Asuransi
merupakan organisasi
penyantun masalah-masalah yang universal, seperi kematian mendadak, cacat, penyakit pengangguran, kebakaran, banjir, badai kerugian finansial yang disebabkannya.47 Secara garis besar asuransi dapat diartikan sebagai transaksi pertanggungan yang melibatkan dua pihak tertanggung dan penanggung dimana penanggung menjamin pihak tertanggung bahwa akan mendapatkan peggantian terhadap suatu kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau yang semula
belum
dapat
ditentukan
saat/kapan
terjadinya,
sebagai
kontraprestasinya sitertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang kepada si penanggung yang besarnya sekian persen dari nilai pertanggungan yang biasa disebut premi. 2. Pengertian Asuransi Syariah Dalam bahasa Arab asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin sedangkan tertanggung disebut 47
mu’amman lahu atau
Hundi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2002), hal 317.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
36
musta’min. at-ta’min diambil dari kata amana
memiliki arti memberi
perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut, sebagaimana firman Allah: “Dialah
Allah
yang
mengamankan
mereka
dari
ketakutan”.(Quraisy:4) Dari kata tersebut muncul kata-kata yang berdekatan sebagai berikut.
( ) ا ال منة من الخو ف: aman dari rasa takut ( ) ا الما نةضدالخيا نة: amanah lawan dari khianat ( ) االيمان ضدالكفر: iman lawan dari kufur48 Dari arti terakhir di atas, dianggap paling tepat untuk mendefinisikan istilah at-ta’min, yaitu “Men-ta’min-kan sesuatu adalah seseorang membayar/menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, dikatakan seseorang
mempertanggungkan
atau
mengasuransikan
hidupnya,
rumahnya atau mobilnya.” Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN_MUI) dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi Syariah, memeberi definisi tentang asuransi syari’ah (ta’min, takaful, tadhamun) yaitu usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang atau 48
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life and General), (Jakarta; Gema insani,2004), hal. 28
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
37
pihak melalui investasi dalam bentuk asset atau tabbaru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syari’ah. 49 Asuransi syariah adalah suatu pengelolaan risiko yang memenuhi ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan operator .50 3. Landasan Hukum Asuransi Syari’ah 1. Al-qur’an Apabila dilihat sepintas keseluruhan ayat Al-qur’an tidak terdapat satu ayat pun yang menyebutkan istilah asuransi seperti yang kita kenal sekarang ini baik istilah at-ta’min ataupun at-takaful. Namun demikian, walaupun tidak menyebutkan secara tegas, terdapat ayat yang menjelaskan tentang konsep asuransi dan yang mempunyai muatan-muatan nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi. Di antara ayat-ayat Al-qur’an tersebut antara lain: a. Perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan. 1. QS. Al-Hasyr (59): 18 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah
49
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah 50
Muhaimin Iqbal,Asuransi Umum Syariah,(Jakarta: Gema Insani),hlm. 2
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
38
dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui yang kamu kerjakan”. 2. QS. Yusuf (12): 47-49 “Yusuf berkata,supaya kamu bertanam tujuh tahun lamanya sebagaimana biasa. Maka apa yang kamu tuai, hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu manusia memeras anggur”. b. Perintah Allah untuk saling menolong dan bekerja sama. 1) QS. Al-Maidah (5): 2 “…Tolong menolong kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan
bertaqwalah
kamu
kepada
Allah,
sesungguhnya Allah aamat berat siksa-Nya”. 2) QS. Al-Baqarah (2): 185 “…Allah
menghendaki
kemudahan
menghendaki kesukaran bagimu…”
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
bagimu,
dan
tidak
39
c. Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah. QS.Al-Quraisy (106): 4 “Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan
lapar
dan
mengamankan
mereka
dari
ketakutan.” d. Perintah Allah untuk bertawakal dan optimis berusaha. “Sesungguhnya
Allah
hanya
pada
sisi-Nya
sajalah
pengetahuan tentang hari kiamat,dan Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha mengenal.”(QS.Luqman (3): 34) 2. Sunnah Nabi SAW a. Hadist tentang aqilah Diriwayatkan oleh Abu Hurairoh ra. Dia berkata: berselisih dua orang wanita dari suku huzuail, kemudian salah satu wanita tersebut
melempar
batu
ke
wanita
yang
lain,
sehingga
mengakibatkan kematian wanita tersebut beserta janin yang dikandungnya. Maka, ahli waris dari wanita yang meninggal tersebut mengadukan peristiwa tersebut kepada Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW memutuskan ganti rugi dari pembunuhan terhadap janin tersebut dengan pembebasan seorang budak laki-laki http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
40
atau perempuan, dan pemutusan ganti rugi kematian wanita tersebut dengan uang darah (diyat yang diibayarkan oleh aqilahnya (kerabat dari orang tua laki-laki). (HR. Bukhori)51 b. Hadist tentang anjuran menghilangkan kesulitan seseorang Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. Nabi Muhammad bersabda: barang siapa yang menghilangkan kesulitan duniawinya seorang mukmin,
maka Allah SWT akan menghilangkan
kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa yang mempermudah kesulitan seseorang, maka Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat. c. Hadist tentang anjuran meninggalkan ahli waris yang kaya Diriwayatkan dari Amir bin Sa’ad bin Aby Waqasy, telah bersabda Rasulullah SAW : “Lebih baik jika engkau meninggalkan anak-anak kamu (ahli waris) dalam keadaan kaya raya, dari pada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin (kelaparan) yang meminta-minta kepada manusia lainnya”.(HR. Bukhori)52 3. Ijtihad a. Fatwa sahabat Praktik sahabat berkenaan dengan pembayaran hukuman (ganti rugi) pernah dilakukan oleh kholifah kedua, Umar bin Khattab, beliau berkata, “Orang-orang yang namanya tercantum
51
Kitab Al Bukhori, juz 9, (Bairut), hal 4
52
Kitab Al Bukhori, juz 4, (Bairut), hlm 3
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
41
dalam diwan tersebut berhak menerima bantuan dari satu sama lain dan harus menyumbang untuk pembayaran hukuman (ganti rugi) atas pembunuhan (tidak disengaja) yang dilakukan oleh salah seorang anggota masyarakat mereka”. Umar lah orang yang pertama kali mengeluarkan perintah untuk menyiapkan daftar secara professional per wilayah, dan orang-orang yang terdaftar diwajibkan untuk saling menanggung beban. b. Ijma’ Para sahabat telah melakukan Ittifaq (kesepakatan) dalam hal aqilah yang dilakukan oleh khalifah umar bin khattab. Adanya ijma’ atau kesepakatan ini tampak dengan tidak adanya sahabat lain yang tidak menentang pelaksanaan aqilah ini. Aqilah adalah iuran darah yang dilakukan oleh keluarga dari pihak laki-laki (ashabah) dari si pembunuh (orang yang menyebabkan kematian orang lain secara tidak sewenang-wenang). Dalam hal ini kelompoklah yang menanggung pembayarannya, karena si pembunuh merupakan anggota dari kelompok tersebut. Dengan tak adanya sahabat yang menentang khalifah umar, bias disimpulkan bahwa terdapat ijma’ dikalangan sahabat Nabi SAW mengenai persoalan ini. 53
53
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,2005), hlm.
242
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
42
c. Qiyas Yang dimaksud qiyas adalah metode ijtiihad dengan jalan menyamakan hukum suatu hal yang tidak ada ketentuannya didalam Al-qur’an dan Al-hadist dengan hal lain yang hukumnya disebut dalam Al-qur’an dan As-sunnah karena persamaan illat (penyebab atau alasannya).54 Dalam kitab fathul bari, disebutkan bahwa dengan datangnya islam sistem aqilah diterima Rasulullah SAW menjadi bagian dari hukum islam. Ide pokok dari aqillah adalah dari suku Arab zaman dulu harus siap untuk melakukan kontribusi finansial atas nama si pembunuh untuk membayar ahli waris korban. Kesiapan untuk membayar kontribusi ini sama dengan pembayaran premi pada praktik asuransi syariah saat ini. 55
4. Produk-produk Asuransi Syari’ah 1. Asuransi Jiwa Syari’ah a. Produk saving Dalam asuransi jiwa syari’ah produk saving, setiap peserta wajib membayar sejumlah uang atau (premi) secara teratur kepada perusahaan. Besar premi yang harus dibayarkan tergantung pada keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menentukan jumlah
54
H.M. Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.120. 55
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm 31.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
43
minimum premi yang dibayarkan. Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta, akan dipisahkan dalam dua rekening yang berbeda, yaitu: 56 1) Rekening tabungan peserta, yaitu dana yang merupakan milik peserta, yang dibayarkan bila : Perjanjian berakhir Peserta mengundurkan diri Peserta meninggal dunia 2) Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu yang dibayarkan bila: Peserta meninggal dunia Perjanjian sudah berakhir (jika ada surplus dana) b.
Produk Non Saving Dalam produk non seving setiap premi yang dibayarkan oleh peserta akan dimasukkan dalam rekening Tabarru’ perusahaan. Yaitu, kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta sebagai iuran untuk tujuan saling tolong menolong, dan saling membantu. Yang dibayarkan bila: 1) Peserta meninggal dunia 2) Perjanjian sudah berakhir (jika ada surplus dana)
56
Ibid., hlm.640
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
44
2. Asuransi Kerugian Syari’ah Asuransi kerugian syari’ah merupakan salah satu jenis dari asuransi syari’ah. Konsep asuransi kerugian syari’ah sebenarnya lebih merepresentasikan hadist Nabi yang menjadi dasar asuransi syari’ah. Yaitu konsep tolong menolong atau saling melindungi dalam kebenaran. Bentuk tolong menolong ini diwujudkan dalam kontribusi dana kebajikan (tabbaru’) sebesar yang ditetapkan. Apabila salah satu peserta mendapatkan musibah, maka peserta lain ikut menanggung risiko.57
57
Muhammad Syakir Sula. Asuransi Syari’ah (Life and General). (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 660
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/