BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu Pengaruh Kemampuan Intelektual atau Intellectual Capital (IC) dengan
Kinerja Keuangan atau Performance perusahaan telah dibuktikan secara empiris oleh beberapa peneliti dalam berbagai pendekatan di beberapa negara. Bontis (1998) mengawali penelitian tentang IC dengan melakukan eksplorasi hubungan diantara komponen - komponen IC (Human Capital, Customer Capital, dan Structural Capital). Penelitian tersebut menggunakan instrumen kuesioner dan mengelompokkan industri dalam kategori jasa dan non-jasa. Kebanyakan penelitian tentang IC menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan (tahunan). Beberapa peneliti menggunakan VAIC™, baik untuk mengukur kinerja IC itu sendiri maupun untuk melihat hubungan antara Intelectual Capital dengan Kinerja Keuangan perusahaan. Firer dan Williams (2003) menguji hubungan VAIC™ dengan kinerja perusahaan
di
Afrika
Selatan.
Hasil
dari
penelitian
tersebut
adalah
mengindikasikan bahwa hubungan atau pengaruh antara efisiensi dari Value Added IC dan tiga dasar ukuran kinerja perusahaan (yaitu profitability, productivity, dan market valuation) secara umum adalah terbatas dan mixed. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa physical capital merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan.
Universitas Sumatera Utara
Chen et al. (2005) menggunakan model Pulic (VAIC™) untuk menguji hubungan atau pengaruh antara IC dengan nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan sampel perusahaan publik di Taiwan. Hasilnya menunjukkan bahwa IC berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan. Bahkan, Chen et al. (2005) juga membuktikan bahwa IC dapat menjadi salah satu indikator untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa investor mungkin memberikan penilaian yang berbeda terhadap tiga komponen VAIC™ (yaitu physical capital, human
capital , dan structural capital).
Mavridis (2004) dan Kamath (2007) memilih khusus sektor perbankan sebagai sampel penelitian. Hasil kedua penelitian ini menunjukkan bahwa VAIC™ dapat dijadikan sebagai instrument untuk melakukan pemeringkatan terhadap sektor perbankan di Jepang dan India berdasarkan kinerja Intelectual Capital perusahaan. Pengklasifikasian sektor perbankan tersebut didasari pada empat kategori, yaitu: top performers, good performers, common performers, dan bad performers. Tan et al. (2007) menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar di bursa efek Singapore sebagai sampel penelitian. Hasilnya konsisten dengan penelitian Chen et al. (2005) bahwa Intelectual Capital dari perusahaan tersebut berhubungan secara positif dengan kinerja perusahaan; IC juga berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Penelitian ini juga membuktikan bahwa rata- rata pertumbuhan IC suatu perusahaan berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
mengindikasikan bahwa kontribusi Intellectual Capital terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya. Penelitian – penelitian empiris tentang hubungan antara Intellectual Capital dengan Kinerja Perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1
Penelitian-penelitian Empiris tentang Pengaruh Kemampuan Intelektual pada Kinerja Perusahaan
Peneliti Bontis et al.
Tahun
Variabel
Hasil HC berhubungan dengan SC dan CC; CC berhubungan dengan SC, SC berhubungan dengan kinerja industry
2000
EVA
Firrer dan Williams
2003
ROA ATO MB
VAIC berhubungan dengan kinerja perusahaan (ROA, ATO, MB)
Chen et al.
2005
ROA ROE MB GR MB EP
IC berpengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan, R dan D berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
Tan et al.
2007
ROE EPS ASR
Ulum
2008
ROA ATO GR
IC berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, baik masa kini maupun masa mendatang, rata-rata pertumbuhan IC berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang, kontribusi IC terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya IC berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang, namun ROGIG tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang.
Sumber: Data Diolah Penulis (2012)
Universitas Sumatera Utara
2.2
Landasan Teori
2.2.1
Definisi Intellectual Capital Kemampuan Intelektual atau Intellectual Capital berasal dari ketika Tom
Steward menulis sebuah artikel yang berudul berjudul Brain Power How Intellectual Capital Is Becoming America’s Most Valuabel Asset, yaitu: “ the sum of everything everybody in your company knows that gives you a competitive edge in the market place. It is intellectual material – knowledge, information, intellectual property, experience – that can be put to use to create wealth”. Roos et.al (1997) dalam Ulum (2009) yang menjelaskan mengenai Intellectual Capital yaitu, “ IC includes all the processes and the assets which are not normally shown on the balance –sheet and all the intangible assests (trademarks, patent and brands) which modern accounting methods consider…”. Sementara menurut William (2001) dalam Ulum (2009), mendefinisikan bahwa: “ the enhanced value of a firm attributable to assets, generally of an intangible nature, resulting from the company’s organizational function,processes and information technology networks, the competency and efficiency of its employees and its relationship with its costumers. Intellectual capital assets are developed from (a) the creation of new knowledge and innovation; (b) application of present knowledge to present issues and concerns that enhance employees and customers; (c) packaging, processing and transmission of knowledge; and (d) the acquisition of present knowledge created through research and learning. Bontis et al. (2000) menyimpulkan secara umum dari para peneliti lain bahwa Intellectual Capital terdiri atas tiga konstruk utama, yaitu: Human Capital (HC),
Structural
merepresentasikan
Capital individual
(SC),
dan
knowledge
Customer stock
Capital
suatu
(CC).
organisasi
HC yang
direpresentasikan oleh karyawannya,yang merupakan kombinasi dari genetic inheritance; education; experience, and attitude tentang kehidupan dan bisnis. SC
Universitas Sumatera Utara
meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya. Sedangkan tema utama dari CC adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkannya melalui jalannya bisnis (Bontis et al., 2000). Metode VAIC™, dikembangkan oleh Pulic (1998), didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan.
Model
ini
dimulai
dengan
kemampuan
perusahaan
untuk
menciptakan value added (VA). VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation) (Pulic, 1998). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1999). Tan et al. (2007) menyatakan bahwa output (OUT) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Menurut Tan et al. (2007), hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential (yang direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen IN (Pulic, 1999). Oleh karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai identitas penciptaan nilai (value creating entity) (Tan et al., 2007).
Universitas Sumatera Utara
Intellectual Capital terbagi atas 3 tahapan yaitu: a. Value Added Capital Employed (VACA) VACA adalah indikator untuk Value Aded (VA) yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. yaitu: VACA (Value Added Capital Employed), yang merupakan rasio dari VA terhadap CE (Capital Employment), dimana merupakan atas dana yang tersedia atas ekuitas atau laba bersih. VACA = VA/CE b. Value Added Human Capital (VAHU) VAHU merupakan banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC (Human Capital) atau beban karyawan terhadap Value Added . VAHU = VA/HC c. HC = Structural Capital Value Added (STVA) Rasio ini mengukur jumlah SC (Structural Capital) atau hasil dari VA (Value Added) dikurangi HC (Human Capital) yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 (satu) rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. STVA = SC/VA VAIC™ mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator). VAIC™ merupakan penjumlahan dari 3 (tiga) komponen sebelumnya, yaitu: VACA, VAHU, dan STVA.
Universitas Sumatera Utara
VAIC™ = VACA + VAHU + STVA Keunggulan metode VAIC™ adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan perusahaan. Alternatif pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang hanya untuk melengkapi profil suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator tersebut, khususnya indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat oleh perusahaan yang lain (Tan et al., 2007). 2.2.2. Definisi Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja Keuangan atau Financial Performance peusahaan merupakan kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Laba bagi perusahaan sangat diperlukan karena untuk kelangsungan hidup perusahaan. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Laba dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek perusahaan di masa depan tentang kinerja perusahaan. Dengan adanya pertumbuhan laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun, akan memberikan sinyal yang positif mengenai kinerja perusahaan. Pengertian kinerja (performance) lainnya menurut Drucker (2002, p.134) adalah “tingkat prestasi atau hasil nyata yang dicapai kadang-kadang dipergunakan untuk memperoleh suatu hasil positif”. Kinerja juga didefinisikan
Universitas Sumatera Utara
sebagai keberhasilan personel dalam mewujudkan sasaran strategik di empat perspektif: keuangan, customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Mulyadi, 2007, p.363). Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik, karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan merupakan salah satu informasi yang dapat digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Perusahaan adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan. Laba merupakan salah satu indikator kinerja suatu perusahaan. Penyajian informasi laba merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting. Para investor dan manajer akan melihat kinerja perusahaan berdasarkan kinerja keuangan dan kinerja operasional dari perusahaan. Penggunaan laporan keuangan sebagai aspek penilaian kinerja didasarkan atas informasi akuntansi, yang mencerminkan nilai sumber daya yang diperoleh perusahaan dari bisnisnya dan juga yang dikorbankan oleh para manajer untuk menjalankan aktivitas bisnis perusahaan. Kinerja perusahaan diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan karena
Universitas Sumatera Utara
setiap kegiatan tersebut memerlukan sumber daya, maka kinerja perusahaan akan tercermin dari penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan. Pentingnya laporan keuangan sebagai informasi dalam menilai kinerja perusahaan, mensyaratkan laporan keuangan haruslah mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya pada kurun waktu tertentu. Sehingga pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan akan menjadi tepat, dengan demikian pemegang saham dapat menjadikan laporan keuangan sebagai informasi yang berguna dalam pengambilan keputusannya sebagai pemegang saham perusahaan. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik (pemegang saham). Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi. Manipulasi kinerja merupakan upaya manajemen untuk mengubah laporan keuangan yang bertujuan untuk menyesatkan pemegang saham yang ingin mengetahui kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Healey dan Wahlen, 1999). Sikap oportunistik ini dinilai sebagai sikap curang (fraud) manajemen yang diimplikasikan dalam laporan keuangannya pada saat menghadapi intertemporal choice (Beneish, 2001 dalam Hastuti, 2005). Manipulasi yang dikenal dengan istilah earnings management ini dilakukan melalui penurunan laba (income decreasing), perataan laba (income smoothing) dan penaikan laba (income increasing). Manipulasi ini dilakukan dengan pertama menggeser pendapatan masa depan (future earnings) menjadi pendapatan sekarang
Universitas Sumatera Utara
(current earnings) atau sebaliknya. Kedua, menggeser biaya sekarang (current cost) menjadi biaya masa depan (future cost) atau sebaliknya. Sehingga laba pada periode bersangkutan akan dilaporkan lebih tinggi atau lebih rendah (Espenlaub, 1999 dalam Hastuti, 2005). Kinerja pengukuran suatu perusahaan dengan elemen keuangan dapat dilihat sebagai berikut : 1. Return on Asset (ROA) Return on asset (ROA) merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total asset (Chen et al, 2005). Rasio ini mewakili rasio profitabilitas, yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total asset yang dimiliki perusahaan.
Rasio
ini
juga
bertujuan
untuk
mengukur
tingkat
efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaanya. ROA dikalkulasi dengan formula: ROA= Laba Bersih Sesudah Pajak / Aktiva Total 2. Return on Equity (ROE) ROE merupakan pengembalian hasil atau ekuitas yang jumlahnya dinyatakan sebagai suatu parameter dan diperoleh atas investasi dalam saham biasa perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu (Sartono, 2001). Besarnya ROE sangat dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh perusahaan, semakin tinggi laba yang diperoleh maka akan semakin meningkatkan nilai ROE. Sedangkan ROE merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total modal sendiri (ekuitas) yang berasal dari perseroan.
Universitas Sumatera Utara
3. Nilai Pasar Nilai pasar merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.
Nilai pasar
(market price) merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau juga jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price) dari suatu saham (Anoraga, 2006). Harga pasar terjadi setelah saham tersebut dicatatkan ke bursa efek pada pasar sekunder, yang diterbitkan setiap harinya dari waktu ke waktu, yang menjadi hal yang harus diperhatikan oleh investor yang terlibat kegiatan dipasar modal atau manajemen perusahaan terbuka yang sahamnya tercatat di pasar modal. Jika dalam laporan keuangan suatu perusahaan menuliskan adanya laba bersih yang tinggi, kemudian hasil rapat umum pemegang saham tersebut menetapkan sebagian keuntungan tersebut akan dibagikan dalam bentuk deviden, maka sudah pasti secara otomatis harga saham tersebut akan melonjak tajam. Alasan karena semua investor ingin kebagian deviden dengan memiliki saham tersebut, dalam hal ini hukum permintaan dan penawaran terjadi (Arifin, 2004). Menurut Basir (2005), harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan waktu yang sangat cepat. Harga saham dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Dalam perdagangan saham, dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan harga saham. Istilah-istilah tersebut antara lain :
Universitas Sumatera Utara
a. Previous
price
menunjukkan
harga
pada
penutupan
hari
sebelumnya. b. Open atau opening price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09. 30 pagi. c. High atau highest price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut. d. Low atau lowest price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut. e. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham. f. Change menunjukkan selisih antara harga penutupan hari sebelumnya dengan harga terakhir yang terjadi atau selisih antara previous dengan last. Jika nilai pada change positif, misalnya +100 artinya harga saham terebut lebih tinggi 100 jika dibandingkan hari sebelumnya. Jika nilai pada change negatif misal -50, artinya harga saham tersebut turun 50 jika dibandingkan hari sebelumnya. g. Close atau closing price menunjukkan harga penutupan suatu saham. Closing price suatu saham ditentukan pada akhir sesi II yaitu jam 16.00 sore. 2.2.3
Pengaruh antara Intellectual Capital dengan Kinerja Perusahaan Pengaruh antara Intelectual Capital terhadap Kinerja Perusahaan telah
dibuktikan secara empiris oleh beberapa peneliti dalam berbagai pendekatan di beberapa negara. Jika perusahaan yang memiliki Kemampuan Intelektual atau Intelectual Capital (VAIC™) lebih tinggi akan cenderung memiliki kinerja masa
Universitas Sumatera Utara
datang yang lebih baik, maka logikanya, rata- rata pertumbuhan dari IC (rate of growth of intellectual capital – ROGIC) juga akan memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan masa depan. Penelitian Tan et al. (2007) telah membuktikan bahwa ROGIC memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan di masa mendatang. Temuan ini memperkuat penganjur IC sebagai sarana kompetisi dan bahwa perusahaan harus mengelola dan meningkatkan ICnya untuk mempertahankan posisi kompetitifnya (Bontis, 1998b; Brennan dan Connell, 2000).
2.3
Kerangka Konseptual Kerangka konseptual teoritis yang menggambarkan rumusan hipotesis
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1 yaitu: Intellectual Capital (VAIC TM)
ROA (Y1)
VACA (X1) VAHU (X2)
STVA (X3)
ROE (Y2)
NP (Y3)
Gambar : 2.1.Model Kerangka Pemikiran Penelitian Sumber : Data Diolah (2012)
Universitas Sumatera Utara
2.4
Hipotesis Kemapuan Intelektual atau Intelectual Capital merupakan sumber daya
yang terukur untuk meningkatkan competitive advantages, maka intelectual capital akan memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Ulum 2008). Intelectual Capital meningkat, maka kinerja keuangan akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya. 1. Pengaruh Kemapuan Intelektual atau Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan (ROA). Pengukuran kinerja perusahaan yang diproporsikan dengan ROA menggambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
mengahasilkan
keuntungan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Penggunaan sumber daya perusahaan secara efisien dapat memperkecil biaya sehingga akan meningkatkan laba perusahaan. Hal ini disesuaikan dengan peandangan stakeholder theory dan knowledge-nased theory yaitu apabila perusahaan dapat mengembangkan dan memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki sebagai sarana untuk meningkatkan laba, hal ini akan menguntungkan para stakeholder. Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2005) dan Ulum (2009) menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, apabila perusahaan dapat mengelola dan mengembangkan intellectual capital yang dimiliki dengan baik, maka akan terjadi peningkatan terhadap ROA yang mengindikasikan kinerja keuangan yang semakin baik, sehingga menghasilkan keuntungan
Universitas Sumatera Utara
kompetitif bagi perusahaan. Dengan menggunakan metode VAIC™ sebagai ukuran Intellectual Capital perusahaan diajukan hipotesis. H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROA. 2. Pengaruh Kemapuan Intelektual atau Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan (ROE). Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan. Return on equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Sartono, 2001). ROE secara eksplisit memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
return
bagi
pemegang
saham
biasa
setelah
memperhitungkan bunga (biaya utang) dan biaya saham preferen, seperti diketahui, pemegang saham mempunyai klaim
sisa atas keuntungan
yang diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk membayar bunga utang kemudian saham preferen baru kemudian ke pemegang saham biasa (Helfert, 1996). Return on equity merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat kembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh pemilik perusahaan. Dengan kata lain, ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham.
Universitas Sumatera Utara
Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal (Sartono, 2001) H2 : Terdapat pengaruh signifikan antara Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROE. 3. Pengaruh Kemapuan Intelektual atau Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan (NP) Hasil penelitian Chen et.al (2005) menunjukan bahwa investor cenderung akan membayar lebih lebih tinggi atas saham perusahaan yang memiliki sumber daya intelektual yang lebih dibandingkan terhadap perusahaan dengan sumber daya intelektual yang rendah. Harga yang dibayar oleh investor tersebut mencerminkan nilai perusahaan. Market value terjadi karena masuknya konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan (Abidin dalam Ulum 2009). Menurut pandangan knowledge-based theory yaitu apabila perusahaan dapat memanfaatkan Kemapuan Intelektual atau Intellectual Capital untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan kinerja perusahaan, maka nilai perusahaan akan meningkat. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya. Hal ini sesuai dengan pandangan stakeholder theory yaitu apabila kinerja perusahaan semakin meningkat labanya juga akan meningkat sehingga menghasilkan keuntungan yang nantinya dapat dinikmati oleh para pemegang saham. Oleh karena itu, perbedaan
antara
nilai
pasar
dan
nilai
buku
yang
signifikan
mengindikasikan adanya set tersembunyi yaitu kemapuan intelektual. Dengan pengelolaan dan pemanfaatan intellectual capapital akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, sehingga menghasilkan keuntungan metode VAIC™ sebagai ukuran kemampuan intelektual perusahaan diajukan hipotesis sebagai berikut: H3 : Terdapat pengaruh signifikan antara Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari Nilai Pasar (NP).
Universitas Sumatera Utara