BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti berupaya untuk membandingkan penelitian-penelitian sejenis terdahulu untuk berupaya mencapai hasil yang maksimal agar sebagai perbandingan peneliti dengan peneliti – peneliti terdahulu diantaranya 1.
Dibyo Dirgantoro, Mahasiswa Universitas PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) Program Studi Periklanan. Dalam penelitian ini penulis mengangkat judul ”Fenomena Facebook Sebagai Media Komunikasi Masyarakat Modern”. Sedangkan perumusan masalahnya adalah peneliti ini dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya fenomena tersebut, dan bagaimana motif pengunaannya, sehingga mereka memilih facebook sebagai media komunikasi baru yang akan mereka gunakan dalam berkomunikasi seiring berkembangnya teknologi komunikasi di Indonesia. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui mengapa fenomena ini bisa terjadi sehingga dapat dieksplorasi alsan-alasan penggunan facebook sebagai media komunikasi yang dipilih penggunanya dibandingkan banyak situs jejaring sosial lain yang mempunyai kemampuan integrasi komunikasi sejenis atau bahkan lebih. Ada lima teori yang digunakan penulis yaitu teori Fenomenologi, teori ini digunakan penulis untuk mengungkap fenomena yang sedang dibahas pada penelitin ini, dimana teori ini mempelajari struktur-struktur dari pengalaman akan suatu kesadaran yang didasari 9
kepada sebyektifitas, bersama dengan keadaan-keadaan yang relevan akan suatu pengalaman. Kedua, yaitu teori Computer Mediated Cummunications, teori ini membahas tentang komunikasi manusia menggunakan media online dan gejala tentang ketergantungan terhadap media komunikasi online. Ketiga, yaitu teori mediamorfosis, untuk mendefinisikan perubahan-perubahan bentuk media komunikasi yang terjadi. Keempat, teori sosial Exchange, digunakan untuk meneliti bagaimana orang saling mengevaluasi hubungan yang dilakukan dengan orang lain. Kelima, Teori Motivasi Hirarki Abraham Maslow yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan, keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Jenis penelitian yang pene;iti gunakan adalah kualitatif dengan pendekatan DeskriptifKualitatif, dimana pengumpulan data dilakuka melalui wawancara dan pengamatan terhadap subyek. Pengalaman pribadi subyek penelitian menjadi sumber utama bagi peneliti untuk kemudian ditafsirkan dan disimpulkan. Hasil penelitian yang diperoleh untuk mengetahui bagaimana dan apa motif penggunaan facebook yang diinterasikan hingga kemudian dapat menjadi suatu fenomena sebagai media baru. Kesimpulan yang didapat adalah untuk menemukan bahwa ada beberapa alasan mengapa facebook menjadi fenomena yang meluas sebagai media baru. 2.
Wafa mahasiswa Universitas Al Azhar fakultas Ilmu Sosial dan Politik program studi broadcasting dengan judul ”Minat Mahasiswa Terhadap Citizen Journalism di Weblog Interaktif (Analisis Kualitatif Minat Mahasiswa Mengaspirasikan Pendapat Pengetahuannya Lewat Weblog Interaktif www.kaskus.us)”. Penelitian ini membahas masalah besarnya minat mahasiswa terdapat citizen journalism di web interaktif www.kaskus.us. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tema apa saja yang
sering diangkat oleh member kaskus, besarnya minat member dalam berbagai pengetahuan maupun pendapat mereka dalam bentuk tulisan serta alasan yang melatarbelakangi mereka untuk menjadi citizen journalist. Dalam pembahasannya penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan menggunakan paradigma penelitian konstruktivisme. Informan pada peneliti ini adalah member berstatus mahasiswa www.kaskus.us di daerah Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukan tidak semua mahasiswa berminat untuk menjadi citizen journalist namun untuk sebagian mahsiswa berminat karena tersedianya media yang memadai yaitu internet yang sifatnya universal (siapapun, kapanpun, dimanapun dapat mengaksesnya bila memiliki perangkat yang memadai). Ketertarikan narasumber mengeluti kaskus karena memiliki membermember orang Indonesia terbanyak setelah facebook, yahoo dan google dan dengan memiliki anggota mayoritas orang Indonesia, apalagi respon yang didapat setelah memuat berita atau informasi sangat cepat dan baik membuat kaskus makin diminati. Dan temuan lainnya mengenai alasan narasumber tertarik menjadi citizen journalist sama halnya dengan yang diungkapkan martha jack bahwa masyarakat turut berkecimpung didunia jurnalistik karena termotivasi oleh kebutuhan untuk terlibat dalam proses penyebaran informasi. Banyak juga didorong oleh keinginan mereka untuk mengambil bagian dalam proses kreatif dan berbagi dengan khalayak yang lebih luas. 3.
Danu Herwono, mahasiswa fakultas ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Program Studi Broadcast Journalism dengan judul ”Motif Kaskuser Mengakses Situs Kaskus (Studi Deskriptif Kuantitatif Pada Kaskuser Jakarta). Dalam skripsi ini terdapat bermacam definisi tentang komunikasi pada umumnya dan juga yang terkait dengan pembahasan media baru karena internet tergolong kedalam kategori new media dalam
kajian ilmu komunikasi. Serta penjelasan tentang metodologi kuantitatif sebagaimana menjadi pedoman pelaksanaan penelitian ini, ditambah penjelasan dari aspek psikologi untuk menggambarkan dorongan atau motif-motif yang menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini. Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yang mengacu pada metode survey kepaada kalangan kaskuser Jakarta yang telah diambil sample seratus orang. Tujuannya adalah untuk mengetahui motif-motif apa sajakah yang mendorong kaskuser jakarta mengakses situs kaskus dalam kebiasaan berinternet merka sehari-hari. Dalam penelitian ini juga dipaparkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai motifmotif apa sajakah yang dominan yang mempengaruhi para responden mengakses situs kaskus dalam kebiasaan berinternet mereka sehari-hari. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak mengakses situs kaskus atas alasan motif kognitif, karena dari hasil penelitian dapat dilihat nilai presentase tiap jawaban sangat setuju dan setuju, dan itu tidak terdapat dalam hasil perhitungan dari variabel lainnya.
Tabel 2.1 TINJAUAN PERBANDINGAN PENELITIAN SEJENIS TERDAHULU DAN PENELITIAN YANG DILAKUKAN No
Nama Dan
Teori
Masalah
Metode
Hasil
Judul
Pendekatan
Teori
Bagaimana
Teori
Hasil penelitian
fenomenologi,
mengetahui
fenomenologi
yang diperoleh
Teori Computer
penyebab
, Teori
untuk mengetahui
Mediated
terjadinya
Computer
bagaimana dan apa
Penelitian 1
Dibyo Dirgantoro (Fenomena
facebook sebagai
Communication
fenomena
Mediated
motif penggunaan
media komunikasi
s, Teori
tersebut, dan
Communicati
facebook yang
Mediamorfosis,
bagaimana
ons, Teori
diinteraksikan
Teori Sosial
motif
Mediamorfosi
hingga kemudian
Exchange, Teori
penggunanya,
s, Teori
dapat menjadi
Motivasi
sehingga
Sosial
suatu fenomena
Hirarki
mereka
Exchange,
sebagai media
Abraham
memilih
Teori
baru. Kesimpulan
Maslow
facebook
Motivasi
yang didapat
sebagai media
Hirarki
adalah untuk
komunikasi
Abraham
menemukan bahwa
baru yang akan
Maslow
ada beberapa
masyarakat modern)
mereka
alasan mengapa
gunakan
facebook menjadi
berkomunikasi
fenomena yang
seiring
meluas sebagai
berkembangnya teknologi komunikasi di Indonesia
2
Teori
Hasil penelitian ini
Martha Jack,
Motivasi
menunjukan tidak
Terhadap Citizen
Teori Mediated
Martha Jack,
semua mahasiswa
Journalism
Communication
Teori
berminat untuk
s
Mediated
menjadi citizen
Communicati
journalist namun
ons
untuk sebagian
Wafa
(Minat
mahasiswa
di
Weblog Interaktif (Analisa Kualitatif
Minat
Teori Motivasi
www.kaskus.us
mahasiswa
Mahasiswa
berminat karena
mengasprasikan
tersedianya media
pendapat
yang memadai
pengetahuannya
yaitu internet yang
lewat
sifatnya universal
weblog
interaktif
(siapapun,
www.kaskus.us)
kapanpun dimanapun dapat mengaksesnya bila memiliki perangkat yang memadai)
3
Danu Herwono Motif
Kaskuser
Mengakses Situs Kaskus
(Studi
Deskriptif Kuantitatif
pada
Kaskuser Jakarta)
Teori Uses and
Mengakses
Teori Uses
Hasil penelitian
Grafications
situs kaskus
and
yang diperoleh
Grafications
responden paling
dalam kebiasaan
banyak mengakses
berinternet
situs kaskus atas
mereka seharihari
alasan motif kognitif, karena dari hasil penelitian dilihat dari nilai presentase tiap jawaban menunjukan angka selalu lebih dari 90% memilih jawaban sangat setuju, setuju , dan itu tidak terdapat
dalam hasil perhitungan dari variabel lainnya.
4
Reza Arviansyah
Konsep Diri,
Bagaimana
Konsep Diri,
Teori
pengungkapan
Fenomenologi
diri jejaring
Fenomenolog
alfred Schrutz,
sosial twitter
i alfred
Teori jendela
pada
Schrutz,
Johari
penggunanya di
_
Teori
Pengungkapan Diri
Pengguna
Jejaring
Sosial
Twitter
(Studi Jakarta
Teori jendela Johari
Fenomenologi Alfred Pada Twitter
Schutz Pengguna Di
Jakarta)
2.1.2
Kajian Teoritis
2.1.1.1 Sosial Media Meredith Farkas berpendapat bahwa seseorang menggunakan situs jejaring social untuk menampilkan identitas dan jaringan sosial yang mereka miliki dan membangun hubungan yang baru berdasarkan hal tersebut. Farkas kemudian membagi tipe situs jejaring social menjadi 4 yaitu; social networking untuk generasi X (mereka yang lahir pasca 1970-an), social networking untuk Millenias (yaitu mereka yang lahir pasca 1990-an), dan social networking untuk bisnis, dan mobile social networking.
Farkas menekankan bahwa pemanfaatan situs jejaring sosial lebih mengarah pada suatu perilaku yang lebih mengedapankan penciptaan identitas didalam sebuah komunitas dibandingkan sebuah kolaborasi untuk tujuan tertentu. 8
Selain memiliki fungsi sebagai media interaksi sosial, situs-situs jejaring social mempunyai fungsi sebagai media komunikasi yang efektif bagi pemerintah untuk mendapatkan masukan langsung dari masyarakatnya.
2.1.1.2 Twitter
Setelah mengenal Friendster, Facebook, Myspace dan situs jejaring social lainnya, Twitter seakan menyeruak hadir dengan format yang berbeda. Konsep yang diusung oleh Twitter adalah menyebarkan informasi pesan secara singkat, padat dan real time didalam kalimat kurang dari 140 karakter kepada pembacanya diseluruh dunia.
Pengguna Twitter dapat menyebarkan informasi pesan singkat melalui beberapa cara, bisa melalui status Twitter sendiri melalui aplikasi Twitter lainnya seperti Twirl, Snitter, atau Twitterfox yang merupakan aplikasi tambahan untuk browser Firefox. Karena kandungan pesan yang singkat, Twitter dimasukan dalam kategori mikroblog, yaitu sebuah media online yang memungkinkan penggunanya menuliskan informasi pesan secara singkat. Panjang pesan tersebut biasanya kurang dari 140 karakter. 9
Pendiri Twitter ada 3 orang, yaitu Jack Dorsey,Biz Stone, dan Evan Williams pada bulan Maret tahun 2006. dengan lambing burung berwarna biru dengan arti berkicau. Twitter adalah
8 9
http://ahmadriza.wordpress.com/tag/social-network/ diakses pada 10 Oktober 2011 pkl 20.40 WIB http://www.baliorange.web.id/apa-Twitter/ diakses pada 10 September 2011 pkl 19.00 WIB
jejaring sosial dan micro-blogging dimana sebagai penggunanya dapat memberikan informasi update (perbaruan) informasi tentang diri penggunanya, bisnis dan lain sebagainya.
Bagi yang biasa dengan dunia blog tentunya paham bahwa dengan blog dapat menuliskan artikel kedalam blog tersebut. Namun dengan uniknya jejaring sosial ini dibatasi dengan 140 karakter untuk menulis apa yang terjadi dengan si pengguna Twitter digolongkan kedalam jenis micro-blogging. Tetapi itulah letak kekuatan dan kehabata dari Twitter disbanding jejaring social yang lain.
2.1.1.3 Pengguna Twitter
Pengguna Twitter yang diteliti didalam penelitian ini adalah pria dan wanita berdomisili di Jakarta dengan status pelajar, mahasiswa dan kalangan pekerja seni (artis).
Informan-informan tersebut adalah orang-orang yang benar-benar aktif
dalam
mengakses Twitter setiap harinya dengan kualitas update status (mengeTweet) lebih dari 5 kali tiap harinya, yang mewakili waktu pagi, siang, sore dan malam hari.
2.1.1.4
Pengungkapan Diri (Self-Disclosure)
Dalam suatu interaksi antara individu dengan orang lain, apakah orang lain akan menerima atau menolak, bagaimana mereka ingin orang lain mengetahui tentang mereka akan ditentukan oleh bagaimana individu dalam mengungkapkan dirinya. Pengungkapan diri (selfdisclosure) adalah proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi dengan orang lain (Wrightsman, 1987).
Menurut Morton (Dalam Sears, 1989) pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi di dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti, jenis pekerjaan, alamat dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang disukai atau hal-hal yang tidak disukai atau dibenci.
Pengungkapan diri ini dapat berupa berbagai topik seperti informasi perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi dan ide yang sesuai dan terdapat di dalam diri orang yang bersangkutan. Kedalaman dan pengungkapan diri seseorang tergantung pada situasi dan orang yang diajak untuk berinteraksi. Jika orang yang berinteraksi dengan menyenangkan dan membuat merasa aman serta dapat membangkitkan semangat maka kemungkinan bagi idividu untuk lebih membuka diri amatlah besar. Sebaliknya pada beberapa orang tertentu yang dapat saja menutup diri karena merasa kurang percaya (Devito, 1992).
Dalam proses pengungkapan diri nampaknya individu-individu yang terlibat memiliki kecenderungan mengikuti norma resiprok (timbal balik). Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi, maka akan cenderung memberikan reaksi yang sepadan. Pada umumnya mengharapkan orang lain memperlakukan sama seperti memperlakukan mereka (Raven & Rubin, 1983).
“Seseorang yang mengungkapkan informasi pribadi yang lebih akrab daripada yang kita lakukan akan membuat kita merasa terancam dan kita akan lebih senang mengakhiri hubungan semacam ini. Bila sebaliknya kita yang mengungkapkan diri terlalu akrab dibandingkan orang lain, kita akan merasa bodoh dan tidak aman” (Sears, 1988).
Kebudayaan juga memiliki pengaruh dalam pengungkapan diri seseorang. Tiap-tiap bangsa dengan corak budaya masing-masing memberikan batas tertentu sampai sejauh mana individu pantas atau tidak pantas mengungkapkan diri. Kurt Lewin (dalam Raven & Rubin, 1983) dari hasil peneitiannya menemukan bahwa orang-orang Amerika nampaknya lebih mudah terbuka daripada orang-orang Jerman, tetapi keterbukaan ini hanya terbatas pada hal-hal permukaan saja dan sangat enggan untuk membuka rahasia yang menyangkut pribadi mereka. Di lain pihak, orang Jerman pada awalnya lebih sulit untuk mengungkapkan diri meskipun untuk hal-hal yang bersifat permukaan, namun jika sudah menaruh kepercayaan, maka mereka tidak enggan untuk membuka rahasia pribadi mereka yang paling dalam.
2.1.1.5.1 Tingkatan-tingkatan pengungkapan diri
Dalam proses hubungan interpersonal terdapat tingkatan-tingkatan yang berbeda dalam pengungkapan diri. Menurut Powell (dalam Supratikna, 1995) tingkatan-tingkatan pengungkapan diri dalam komunikasi yaitu
a.
Basa-basi merupakan taraf pengungkapan diri yang paling lemah atau dangkal, walaupun
terdapat keterbukaan diantara individu, terapi tidak terjadi hubungan antar pribadi. Masingmasing individu berkomuniikasi basa-basi sekedar kesopanan.
b.
Membicarakan orang lain yang diungkapkan dalam komunikasi hanyalah tentang orang
lain atau hal-hal yang diluar dirinya. Walaupun pada tingkat ini isi komunikasi lebih mendalam tetapi pada tingkat ini individu tidak mengungkapkan diri.
c.
Menyatakan gagasan atau pendapat sudah mulai dijalin hubungan yang erat. Individu
mulai mengungkapkan dirinya kepada individu lain.
d.
Perasaan : setiap individu dapat memiliki gagasan atau pendapat yang sama tetapi
perasaan atau emosi yang menyertai gagasan atau pendapat setiap individu dapat berbeda-beda. Setiap hubungan yang menginginkan pertemuan antar pribadi yang sungguh-sungguh, haruslah didasarkan atas hubungan yang jujur, terbuka dan menyarankan perasaan-perasaan yang mendalam.
e.
Hubungan puncak : pengungkapan diri telah dilakukan secara mendalam, individu yang
menjalin hubungan antar pribadi dapat menghayati perasaan yang dialami individu lainnya. Segala persahabatan yang mendalam dan sejati haruslah berdasarkan pada pengungkapan diri dan kejujuran yang mutlak.
Sementara Alman dan Taylor mengemukakan suatu model perkembangan hubungan dengan pengungkapan diri sebagai media utamanya. Proses untuk mencapai keakraban hubungan antar pribadi disebut dengan istilah penetrasi sosial . Penetrasi sosial ini terjadi dalam dua dimensi utama yaitu keluasan dan kedalaman. Dimensi keluasan yaitu dimana seseorang dapat berkomunikasi dengan siapa saja baik orang asing atau dengan teman dekat. Sedangkan dimensi kedalaman dimana seseorang berkomunikasi dengan orang dekat, yang diawali dan perkembangan hubungan yang dangkal sampai hubungan yang sangat akrab, atau mengungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi tentang dirinya. Pada umumnya ketika berhubungan dengan orang asing pengungkapan diri sedikit mendalam dan rentang sempit (topik pembicaraan sedikit). Sedangkan perkenalan biasa, pengungkapan diri lebih mendalam dan rentang lebih luas. Sementara hubungan dengan teman dekat ditandai adanya pengungkapan diri yang mendalam dan rentangnya terluas (topik pembicaraan semakin banyak) (Sears, 1999).
2.1.1.5.2 Fungsi pengungkapan diri.
Menurut Derlega dan Grzelak (dalam Sears., 1988) ada lima fungsi pengungkapan diri, yaitu :
a.
Ekspresi (expression)
Dalam kehidupan ini kadang-kadang manusia mengalami suatu kekecewaan atau kekesalan, baik itu yang menyangkut pekerjaan ataupun yang lainnya. Untuk membuang semua kekesalan ini biasanya akan merasa senang bila bercerita pada seorang teman yang sudah dipercaya. Dengan pengungkapan diri semacam ini manusia mendapat kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kita.
b.
Penjernihan diri (self-clarification)
Dengan saling berbagi rasa serta menceritakan perasaan dan masalah yang sedang dihadapi kepada orang lain, manusia berharap agar dapat memperoleh penjelasan dan pemahaman orang lain akan masalah yang dihadapi sehingga pikiran akan menjadi lebih jernih dan dapat melihat duduk persoalannya dengan lebih baik.
c.
Keabsahan sosial (sosial validation)
Setelah selesai membicarakan masalah yang sedang dihadapi, biasanya pendengar akan memberikan tanggapan mengenai permasalahan tersebut Sehingga dengan demikian, akan mendapatkan suatu informasi yang bermanfaat tentang kebenaran akan pandangan kita. Kita dapat memperoleh dukungan atau sebaliknya.
d.
Kendali sosial (social control)
Seseorang dapat mengemukakan atau menyembunyikan informasi tentang keadaan dirinya yang dimaksudkan untuk mengadakan kontrol sosial, misalnya orang akan mengatakan sesuatu yang dapat menimbulkan kesan baik tentang dirinya.
e.
Perkembangan hubungan (relationship development).
Saling berbagi rasa dan informasi tentang diri kita kepada orang lain serta saling mempercayai merupakan saran yang paling penting dalam usaha merintis suatu hubungan sehingga akan semakin meningkatkan derajat keakraban.
2.1.1.5.3 Pedoman dalam Pengungkapan Diri
Pengungkapan diri kadang-kadang menimbulkan bahaya, seperti resiko adanya penolakan atau dicemooh orang lain, bahkan dapat menimbulkan kerugian material. Untuk itu, kita harus mempelajari secara cermat konsekuensi-konsekuensinya sebelum memutuskan untuk melakukan pengungkapan diri.
Menurut Devito (1992) hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengungkapan diri adalah sebagai berikut:
a.
Motivasi melakukan pengungkapan diri
Pengungkapan diri haruslah didorong oleh rasa berkepentingan terhadap hubungan dengan orang lain dan diri sendiri. Sebab pengungkapan diri tidak hanya bersangkutan dengan
diri kita saja tetapi juga bersangkutan dengan orang lain. Kadang-kadang keterbukaan yang kita ungkapkan dapat saja melukai perasaan orang lain.
b.
Kesesuaian dalam pengungkapan diri.
Dalam melakukan pengungkapan diri haruslah disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Pengungkapan diri haruslah dilakukan pada waktu dan tempat yang tepat. Misalnya bila kita ingin mengungkapkan sesuatu pada orang lain maka kita haruslah bisa melihat apakah waktu dan tempatnya sudah tepat.
c.
Timbal balik dan orang lain.
Selama melakukan pengungkapan diri, berikan lawan bicara kesempatan untuk melakukan pengungkapan dirinya sendiri. Jika lawan bicara kita tidak melakukan pengungkapan diri juga, maka ada kemungkinan bahwa orang, tersebut tidak menyukai keterbukaan yang kita lakukan.
2.1.1.6
Teori Fenomenologi Dan Teori Fenomenologi Alfred Schutz Secara sederhana, fenomenologi bisa kita pahami sebagai ilmu (logos) tentang hal-hal
yang menampakan diri (phainomenon). ”Phainomenon adalah kata dalam bahasa yunani yang berakar pada kata phainesthai atau ”yang menampakan diri’. Apa yang menampakan diri? Bisa macam-macam: perasaan, benda, peristiwa, tubuh, pikiran, lembaga, dan sebagainya.” 10 Setiap orang mempunyai sudut pandang tersendiri terhadap sesuatu, pandangan tersebut bersifat subyektif. Peneliti fenomenologis meneliti reaksi subjektif dari masyarakat terhadap
10
http:/transformative/2007/08/psikologitransformatif-fenomenologi.html diakses pada 25 September 2011 pkl 18.00 WIB
suatu objek atau fenomena. Peneliti tidak membuat kesimpulan yang benar atau salah, tetapi berupaya memahami apa yang dipikirkan oleh masyarakat terhadap suatu objek atau fenomena. Menurut James A. Anderson, ”teori-teori dalam tradisi fenomenologis berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalaman-pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya”. Tradisi ini memperhatikan pada pengalaman sadar seseorang. 11 Kemudian menurut Clifford Geertz (1973) dalam Prasetya Irawan (2007). ”Peneliti yang berorientasi pada fenomenologus menekankan aspek subjektif dari tingkah laku manusia.” 12 Sedangkan
menurut
Engkus
Kuswarno
tentang
fenomenologi:
Tujuan
utama
fenomenologi adalah mempelajari bagaimana fenomena dialami dalam kesadaran, pikiran, dan dalam tindakan, seperti bagaimana fenomena tersebut bernilai atau diterima secara etis. Fenomenologi mencoba mencari pemahaman bagaimana manusia mengkontruksi makna dan konsep-konsep penting, dalam kerangka intersubjektivitas. Intersubjektiv karena pemahaman kita mengenai dunia, dibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain. Walaupun makna yang kita ciptakan dapat ditelusuri dalam tindakan, karya dan aktivitas yang kita lakukan, tetap saja ada peran orang lain didalamnya. 13 Penulis memahami bahwa tradisi fenomenologi meyakini fenomena yang tampak adalah sebagai objek yang penuh makna tradesental. Oleh karena itu kebenaran akan diperoleh dengan mempelajari struktur pengalaman dan kesadaran. Perkembangan
11
fenomenologi
adalah
studi
yang
mempelajari
fenomena,seperti
W. Littkejohn & Karen A. Foss, Teori Komunikasi, Terj. Mohammad Yusuf Hamdan, Salemba Humanika, Jakarta, 2009, hal.57 12 Prasetya Irawan, Peneliti Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, Departemen Ilmu Administrasi fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok, 2007, hal.11 13 Engkus Kuswarno, Fenomenologi – Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitiannya, Widya Padjajaran, Bandung, 2009, hal.2
penampakan, segala yang muncul dalam pengalaman kita, cara kita mengalami sesuatu, serta makna yang kita miliki dalam pengalaman kita. Pada dasarnya fenomenologi mempelajari struktur-struktur tipe-tipe kesadaran, yang terentang dari persepsi, gagasan, memori, imajinasi, emosi, hasrat, kemauan, sampai tindakan, baik itu tindakan sosial maupun dalam bentuk bahasa. Struktur bentuk kesadaran inilah yang oleh Edmund Husserl (1859-1938) dinamakan dengan ”kesengajaan”, banyak dipengaruhi oleh Franz Brentano (1889). Franz Brentano juga berpendapat bahwa ”subjek dan objek menjadi satu secara diakletis. Manusi menampakan dirinya sebagai hal yang transendental, sintesis dari objek dan subjek. Sehingga manusia menjadi satu dengan alamnya. 14 Berikut adalah bentuk-bentuk laporan yang dapat dibangun melalui pendekatan fenomenologi: 1.
Kesadaran temporal
2.
Ruang kesadaran
3.
Perhatian (misalnya kegiatan memfokuskan sesuatu dari hal kecil atau umum yang ada disekelilingnya
14
4.
Kesadaran dari seseorang
5.
Pengalaman sadar seseorang
6.
”Diri” dalam peranan yang berbeda-beda (ketika berpikir atau bertindak)
7.
Kesadaran akan gerakan dan kehadiran orang lain
8.
Tujuan dan kesengajaan dari tindakan
9.
Kesadaran akan orang lain (dalam bentuk empati, intersubjektif, dan kolektivitas)
10.
Aktivitas berbahasa (memahami makna orang lain dan komunikasi)
Ali Mgwan, Pengantar Filsafat – Dari Makna Klasik Hingga Post Modernisme, Ar-Ruzz Media,Yogyakarta, 2009, hal.368
11.
Interaksi sosial dan aktivitas sehari-hari dalam lingkungan budaya tertentu 15 Menurut Moleong (1999) menjelaskan bahwa: Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Inkuiri fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Mereka berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. 16
Mereka berusaha untuk masuk kedunia konseptual para subyek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang mereka kembangkan disekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Makhluk hidup tersedia berbagai cara untuk meninterpretasikanpengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengertian pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan. Yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek sebyektif dari perilaku budaya. Mereka berusaha masuk ke dalam dunia subyek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga peneliti mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian dikembangkan dakam hidup sehari-hari. Subyek penelitian dipercaya memiliki kemampuan untuk menafsirkan pengalamannya melalui interaksi. Peneliti fenomenologis tidak menggarap data secara mentah. Peneliti cukup arif dengan cara memberikan ”tekanan” pada subyek untuk memaknai tindak budayanya, tanpa mengabaikan realitas. Fenomenologi pada dasarnya berpandangan bahwa apa yang tampak dipermukaan, termasuk pola perilaku manusia sehari-hari hanyalah suatu gejala atau fenomena dari apa yang tersembunyi di ”kepala” sang pelaku. Perilaku apapun yang tampak di tingkat
15 16
Engkus Kuswanto, Op. Cit. hal.22-23 Ibid, hal 127
permukaan baru bisa dipahami atau dijelaskan manakala bisa mengungkap atau membongkar apa yang tersembunyi dalam dunia kesadaran atau dunia pengetahuan si manusia pelaku.karenanya proses penghayatan menjadi sangat diperlukan untuk bisa memahami berbagai fenomena sosial sehari-hari. 17 Fenomenologi
diartikan
sebagai:
1)
pengalaman
subjektif
atau
pengalaman
fenomenological; 2) suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang (Husserl). Istilah fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. 18 Mereka berusaha untuk masuk ke dunia konseptual para subyek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang mereka kembangkan disekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Makhluk hidup memiliki berbagai cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengertian pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan atau suatu realitas. Teori yang penulis gunakan untuk mendukung penelitian ini adalah teori fenomenologi dari Alfred Schutz (1899-1859) dalam The Phenomenology of the Social Word. Schutz dikenal sebagai ahli fenomenologi yang paling menonjol dan yang membawa fenomenologi ke dalam ilmu sosial. Bagi Schutz tugas fenomenologi adalah menggabungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari, dan kegiatan dimana pengalaman dan pengetahuan itu berasal. Dengan kata lain mendasarkan tindakan sosial, pada pengalaman, makna dan kesadaran. Menuru Edmund Husserl (1859-!938) tokoh penting dalam fenomenologi menegaskan bahwa hubungan antara persepsi dengan obyeknya tidak bersifat pasif. Alasan yang dia
17 18
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal 9-10 Lexy j. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 14-15
kemukakan bahwa watak kesadaran manusia itu aktif setelah menerima kehadiran obyek masuk kedalam kesadarannya. Dari pandangan Husserl itu, Schutz mengambangkan bahwa para anggota masyarakat yang hidup di dalam realitas sosial secara terus menerus membentuk dunia kehidupan mereka sehari-hari. Mereka ikut serta memberi warna didalam kehidupan sosial sebagai realitas intersubyektif. Untuk dapat mengetahui hakikat dibalik suatu objek itu dari pandanganpandangan lain dan mencermati gejala-gejalanya, maka objek itu dapat berbicara sendiri tentang hakikatnya, dan peneliti memahami hal tersebut melalui intuisi.
Pada intinya, dalam pemikiran Schutz adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran, dan menggunakan proses tersebut untuk memperjelas atau memeriksa makna yang sesungguhnya,agar dapat memberikan konsep kepekaan yang implisit. Menurut Schutz, fenomenologi adalah : studi tentang pengetahuan yang datang dari kesadaran atau cara kita memahami sebuah objek atau peristiwa melalui pengalaman sadar tentang objek atau peristiwa tersebut. Sebuah fenomena adalah penampilan sebuah objek, peristiwa atau kondisi dalam persepsi seseorang, jadi bersifat subjektif. Bagi Schutz dan pemahaman kaum fenomenologis, tugas utama analisi fenomenologis adalah merekontruksi dunia kehidupan manusia ’sebenarnya’ dalam bentuk yang mereka sendiri alami. Realitas dunia tesebut bersifat intersubjektif dalam arti bahwa sebagai anggota masyarakat berbagai persepsi dasar mengenai dunia yang mereka internalisasikan melalui sosialisasi dan memungkinkan mereka melakukan interaksi atau komunikasi. 19 Oleh karena itu, Schutz meletakan hakikat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap dalam kehidupan sehari-hari. Dengan 19
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif-Suatu Pendekatan Lintas Budaya, Op.Cit.hal. 63
adanya penerimaan timbal balik, pemahaman atas dasar pengalaman bersama, dan tipikasi atas dunia bersama. Kaitannya dengan penelitian yang penulis buat adalah pengguna Twitter berinteraksi di dunia yang sama yaitu media online atau jejaring sosial dengan didasari pengalaman dan makna konsep diri yang berasal dari diri mereka sendiri.
2.2.2
Interaksi Simbolik
2.2.2.1 Makna
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”Makna adalah menerangkan arti (maksud) suatu kata yang mempunyai (mengandung) arti penting.” Pengertian makna adalah sebuah kata tergantung cara seseorang mengapresiasi isi dari kata atau kalimat. Pengertian ini sangat penting agar terjadi komunikasi efektif dari narasumber dengan pembaca atau pendengarnya. 21 Penulis menyimpulkan bahwa makna merupakan sebuah kata yang mengandung arti penting dari suatu kalimat
atau istilah (kelompok kata) yang didasarkan tergantung cara
seseorang mengapresiasikan isi dari kata atau kalimat tersebut. 2.2.2.2 Konsep Diri Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebapkan dia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa dia tidak mempunyai kemampuan yang dia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan 21
http:www.aneahira.com/pengertian-makna.htm, diakses pada 15 September 2011 pkl 15.00 WIB
yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya. Menurut Jalaludin Rakhmat dalam Psikologi Komunikasi, bahwa ”konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskiptif, tetapi juga penilaian kamu tentang diri kamu.” Jadi, konsep diri meliputi apa yang kamu pikirkan dan apa yang anda rasakan tentang diri anda. 22 Dalam psikologi sosial konsep diri memiliki dua komponen, yaitu: ”Komponen kognitif disebut citra diri (self image) dan komponen efektif disebut harga diri (self esteem). Keduanya, menurut William D. Brooks dan Philip Emmert (1976:45), berpengaruh besar pada pola komunikasi interpersonal.” 23 Namun sebelum melihat bagaimana pengaruh konsep diri terhadap perilaku komunikasi terlebih dahulu harus diteliti faktor-faktor apakah yang mempengaruhi konsep diri, karena setiap orang berperilaku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Jika konsep dirinya positif maka orang tersebut akan berperilaku positif dan sebaliknya jika konsep dirinya negatif maka perilakunya akan negatif pula Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. 24
22
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 100. Ibid 24 (Rini ,2002:http:/www.e-psikologi.com/dewa/160502.htm) diakses pada 27 September 2011 pkl 20.00 WIB 23
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian, atau evaluasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lai mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana dia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri.penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik,cantik atau tidak. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
2.2.2.3 Faktor yang mempengaruhi Konsep diri Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebapkan dia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Dan banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya: 1. Orang lain Gabriel Marcel dalam buku jalaludin Rakhmat yang mencoba menjawab misteri
keberadaan,
The Mystery of Being, menulis tentang peranan orang lain dalam
memahami diri, ”The fact is that we can understand ourselves by starting from the other, or from other, and only by starting from them.” Kita mengenal diri dengan mengenal orang lain lebih dahulu. Bagaimana kamu menilai diri saya. 25 Harry Stak Sullivan menjelaskan bahwa kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, maka kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita. Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan diri kita, seperti orang tua, saudara-saudara dan orang yang tinggal satu rumah (significant others). Richard Dewey dan W.J Humber dalam buku Jalaludin Rakhmat menamainya affective others orang lain yang dengan mereka mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah secara perlahan membentuk konsep diri senyuman, pujian, penghargaan dan pelukan menyebapkan penilaian diri secara positif. Ejekan cemohan dan hardikan membuat pkamungan diri secara negative. 26 Dalam
perkembangan,
significant
others
meliputi
semua
orang
yang
mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan. Mereka mengarahkan tindakan, membentuk pikiran dan menyentuh secara emosional. Orang-orang tersebut boleh jadi masih hidup atau sudah meninggal. Mungkin didalam significant others terdapat orangorang terkenal seperti bintang idola, pahlawan kemerdekaan, tokoh sejarah atau orang yang dicintai secara diam-diam. Ketika kita tumbuh dewasa, kita mencoba menghimpun
25 26
Rakhmat Jallaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Karya, 1996, hal 100. Ibid, hal 101-102
penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengan kita. 2.
Kelompok Rujukan (reference group) Dalam pergaulan bermasyarakat, kita pasti menjadi anggota berbagai kelompok, seperti RT, kelompok belajar, ikatan atau persatuan kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri. Ini disebut kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini, orang-orang akan mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.
2.2.2.4 Karakteristik Konsep Diri Menurut William D.brooks dalam bukunya Jalalludin rakhmat bahwa dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif . Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negative. 27 Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah : 1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya 2. Merasa setara dengan orang lain. Dia
selalu merendah diri, tidak sombong,
mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain. 3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Dia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun dia menerima pujian dia tidak membagakan dirinya apa lagi meremehkan orang lain. 27
Jalalludin Rakhmat, Op. Cit, hal 105
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Dia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. 5. Mampu memperbaiki karena dia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Dia mampu mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima dilingkungannya. Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah kerendahan hati dan kedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri negatif adalah: 1. Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap suatu hal yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan logika yang keliru 2. Responsif sekali terhadap pujian.
Walaupun dia mungkin berpura-pura
menghindari pujian, diatidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini, segala macam embel-embel yang menjunjung
harga
dirinya
menjadi
pusat
perhatian.
Bersamaan
dengan
kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain. 3. Cenderung bersikap hiperkritis. Dia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. 4. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Dia merasa tidak diperhatikan, karena itulah dia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan, berarti individu merasa rendah diri atau bahkan berperilaku yang tidak disenangi , misalnya membenci, mencela, atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak bekelahi (bermusuhan). 5. Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Dia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya. Individu yang memiliki konsep diri negatif meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu ini akan cenderung bersikap psimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Dia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Individu yang memiliki konsep diri negatif akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika dia mengalami kegagalan akan menyalahkan diri sendiri maupun menyalahkan orang lain. Individu yang memiliki konsep diri positif akan bersikap optimis, percaya diri sendiri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak dipandang sebagai akhir dari segalanya, namun dijadikan sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah kedepan. Individu yang memiliki konsep diri positif akan mampu
menghargai dirinya sendiri dan melihat hal-hal positif yang dapat dilakukannya demi keberhasilan dimasa yang akan datang. 28 Dengan melihat uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik konsep diri dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif, yang mana keduanya memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda antara ciri karakteristik konsep diri positif dan karakteristik konsep diri yang negatif.
2.2.2.5 Model Jendela Johari Untuk mencapai suatu tahap kesadaran diri, orang membutuhkan pengalaman dan interaksi sosial. Seseorang dapat mengemukakan fikiran, perasaan, ide, atau kekesalan pada orang lain dengan harapan orang lain akan memberikan perhatian, atau umpan balik terhadap dirinya. Kesadaran diri menggambarkan seberapa luas pengetahuan terhadap diri sendiri. Memahami bagaimana perkembangan konsep diri kita adalah salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran diri kita. Semakin kita mengerti tentang cara pandang kita terhadap apa yang kita lakukan, maka kita akan semakin mengerti siapa diri kita. Salah satu upaya mengenal lebih jauh tentang diri melalui tekhnik pengenalan diri yaitu Jendela Johari. Joseph Luft dan Harrington ingham mengembangkan konsep Johari window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungandengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. ’jendela’ tersebut terdiri dari matrik empat sel masing-masing sel menunjukan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat daerah sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi dan daerah yang tidak disadari. 29
28 29
Rini, 2002:http://www.epsikologi./com/dewasa/1670502.http).diakses pada 02 Oktober 2011 pkl 18.00 WIB Ibid, hal 37
Diketahui Diri Sendiri
Tidak Diketahui Diri Sendiri
Diketahui Orang Lain
Kuadran 1
Kuadran 2
Terbuka Tidak
Diketahui
Lain
Tertutup
Orang Kuadran 3
Kuadran 4
Tersembunyi
Tidak Diketahui
Gambar 2.1 Konsep Diri Johari Window Jendela Johari terdiri dari empat bingkai, masing-masing bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Asumsi Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya saat berhuungan dengan orang lain. Keterangan:
Kuadran 1, kuadran terbuka, mencerminkan keterbukaan kamu pada orang lain secara umum. Keinginan kamu untuk diketahui. Kuadran ini mencakup semua aspek diri kamu yang kamu ketahui dan diketahui orang lain. Kuadran 2, kuadran tertutup meliputi semua hal mengenai diri kamu yang dirasakan
orang lain tetapi tidak kamu rasakan.
Kuadran 3, kuadran tersembunyi, meliputi semua hal yang kamu lebih suka tidak membeberkan kepada orang lain. Hidden area berisi informasi yang kita ketahui tentang diri kita tapi tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan., pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak berbagai mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miss communication tentang kita
Kuadran 4. Kuadran tidak diketahui, meliputi segala sesuatu tentang diri kamu yang belum diketahui kamu maupun orang lain. Dalam kuadran ini sering tersimpan potensi bagi pengembangan diri kamu. Sedangkan diri yang tidak dikenal merupakan representasi di mana baik dirinya maupun orang lain tidak mengetahui kebenaran yang ada. Jendela Johari mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan tersebut perlu mempertimbangkan kembali apakah keterbukaan tersebut akan menghasilkan efek positif. Dalam penelitian ini, penulis hendak mengetahui pemaknaan Twitter berdasarkan konsep diri penggunanya di Jakarta kedalam Jendela Johari 1,2. Yang dimaksud dengan daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui leh dirinya dan orang lain. Daerah buta adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui orang lain tetapi tidak diketahui oleh dirinya. Dalam berhubungan interpersonal, orang ini lebih memahami orang lain tetapi tidak diketahui oleh dirinya. Dalam berhubungan interpersonal, orang ini lebih mampu memahami orang lain tetapi tidak mampu memahami tentang diri,
sehingga orang ini seringkali menyinggung perasaan orang lain dengan tidak sengaja. Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Dalam daerah ini, orang menyembunyikan atau menutup dirinya. Informasi tentang dirinya disimpan rapat-rapat. Daerah yang tidak disadari membuat bagian kepribadian yang direpres dalam ketidaksadaran, yang tidak diketahui bik oleh diri sendiri maupun orang lain. Namun demikian ketidaksadaran ini kemungkinan bisa muncul oleh karen adanya perbedaan individual, maka besarnya masing-masing daerah pada seseoang berbeda dengan orang lain.
2.2.2.6 Media Jejaring Sosial
Meredith Farkas berpendapat bahwa seseorang menggunakan situs jejaring social untuk menampilkan identitas dan jaringan sosial yang mereka miliki dan membangun hubungan yang baru berdasarkan hal tersebut. Farkas kemudian membagi tipe situs jejaring social menjadi 4 yaitu; social networking untuk generasi X (mereka yang lahir pasca 1970-an), social networking untuk Millenias (yaitu mereka yang lahir pasca 1990-an), dan social networking untuk bisnis, dan mobile social networking.
Farkas menekankan bahwa pemanfaatan situs jejaring sosial lebih mengarah pada suatu perilaku yang lebih mengedapankan penciptaan identitas didalam sebuah komunitas dibandingkan sebuah kolaborasi untuk tujuan tertentu. 30
30
http://ahmadriza.wordpress.com/tag/social-network/ diakses pada 10 Oktober 2011 pkl 20.40 WIB
Selain memiliki fungsi sebagai media interaksi sosial, situs-situs jejaring social mempunyai fungsi sebagai media komunikasi yang efektif bagi pemerintah untuk mendapatkan masukan langsung dari masyarakatnya.
2.2
Alur Kerangka Pemikiran Pengungkapan Diri Pengguna Jejaring Sosial Twitter
Konsep Diri
Terbuka
Tertutup
Pengungkapan Jejaring Sosial Twitter
Fenomenologi (Alfred Schutz)
Gambar 2.2:
Alur Kerangka Jejaring Pemikiran
Pengungkapan Diri Pengguna Twitter Di Jakarta
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan jejaring social Twitter sebagai subyek penelitian ini seseorang akan dapat diketahui konsep diri
yang mereka punya yaitu terdiri dari konsep diri terbuka dan konsep diri tertutup, lalu mereka memaknai pemaknaan media jejaring sosial Twitter untuk menganalisis maka penulis menggunakan teori Fenomenologi dari Alfred Schutz berdasarkan pengalaman sadar mereka dan diperoleh judul pemaknaan media jejaring sosial Twitter berdasarkan konsep diri.