BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 2.1 Pasar Modal Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (pasal 1 ayat (13) UU RI no. 8 tentang Pasar Modal). Efek itu sendiri merupakan surat berharga seperti surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan, kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek. Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihakpihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.
2.2 Surat Berharga 2.2.1 Saham Saham adalah surat berharga sebagai tanda bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun intuisi dalam suatu perusahaan. Saham memiliki jenis yang dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Saham Biasa (Common Stock) 2. Saham Preferen (Preferred Stock)
8
9
1. Saham Biasa (Common Stock) Saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian deviden dibandingkan dengan saham preferen demikian pula hak atas harta kekayaan perusahaan bila dilikuidasi. 2. Saham Preferen (Preferred Stock) Saham yang memberikan hak lebih atas saham biasa seperti hak prioritas atas pengembalian modal jika perusahaan dilikuidasi, hak atas pembagian deviden. Saham juga terbagi atas 2 bentuk saham yaitu : 1. Saham atas Unjuk (Bearer Stock) 2. Saham atas Nama (Registered Stock) Secara teori bahwa saham yang tercatat dalam Bursa Efek di Indonesia adalah saham atas nama yang artinya nama pemilik tercantum dalam daftar pemegang saham perseroan yang bersangkutan. Suatu pihak disebut sebagai pemegang saham utama jika ia baik langsung maupun tidak langsung memiliki hak suara dari seluruh hak suara yang dikeluarkan perseroan sebesar 20%.
2.3 Pemecahan Saham (Stock Split) 2.3.1 Perlakuan Akuntansi Pemecahan Saham Perlakuan pemecahan saham (stock split) tidak disebutkan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK), namun diatur dalam PSAK No. 56
10
paragraf 21 (c) tahun 2013 yaitu mengenai transaksi yang mengubah jumlah saham biasa tetapi tidak mengubah sumber daya. Perusahaan dapat memperbanyak jumlah saham yang beredar dengan cara mengurangi nilai nominal sahamnya. Bagi pemegang saham penurunan nilai nominal perlembar saham tidak mengubah nilai buku investasi, melainkan hanya mengalami pertambahan jumlah dari saham yang dimiliki. Misalnya, perusahaan “ABC” mengumumkan adanya stock split di mana tiap lembar saham dipecah menjadi 2 lembar (2:1). Adanya pemecahan saham ini, para pemegang saham akan menerima 2 lembar saham untuk menukar tiap lembar saham yang dimiliki. Jumlah harga pokok saham tidak berubah, namun karena jumlah lembarnya bertambah menjadi dua kali lipat, maka harga pokok per lembar saham turun menjadi ½ (setengah) dari harga pokok semula. Dalam hal pemecahan saham tidak ada pendapatan yang diakui oleh pemegang saham.
2.3.2 Pemecahan Saham (Stock Split) Pemecahan saham (stock split) adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan (emiten) karena: •
Nilai saham perusahaan tersebut terlalu tinggi sehingga tidak menarik lagi untuk diperdagangkan.
•
Untuk meningkatkan likuiditas dengan bertambahnya jumlah saham yang beredar serta menurunnya harga saham sehingga lebih marketable.
11
Sebagai contoh dengan mengasumsikan stock split memiliki perbandingan 1:2. Harga pasar saham Rp 1.000,-/lembar. Maka harga teoritis saham setelah right issue (ex-right) adalah : 1 (Rp 1.000,-) = Rp 1.000,- = Rp 500,2 2 Contoh lainnya adalah jika jumlah saham yang beredar adalah 5.000 lembar dengan harga pasar Rp 10.000,- perlembar saham dan dilakukan stock split dengan rasio 2:3, maka saham yang beredar serta rata-rata harga saham yang baru adalah: •
Jumlah saham baru setelah split adalah : Saham yang baru
•
5.000 x 3 = 7.500 lembar 2
Harga saham baru setelah split adalah : Harga saham baru
10.000 x 2 = Rp 6.667,3
Beberapa pelaku pasar khususnya para emiten mempunyai pendapat bahwa stock split memiliki beberapa macam manfaat, yaitu : a. Harga saham yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik investor untuk membeli saham dalam jumlah yang besar sehingga dapat mengubah investor odd lot yaitu investor yang membeli saham di bawah 500 lembar (1 lot) menjadi investor round lot yaitu investor yang membeli saham minimal 500 lembar. b. Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi. c. Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi lebih likuid.
12
d. Sinyal yang positif bagi pasar karena kinerja manajemen bagus dan memiliki prospek yang baik. Sementara itu, terdapat beberapa pendapat lain yang bertentangan dengan manfaat-manfaat yang telah diuraikan di atas, yaitu sebagai berikut: a. Tingkat harga saat ini belum dapat menjamin keberhasilan stock split karena ketidakpastian dalam lingkungan bisnis. b. Tingkat harga saham setelah stock split akan mengubah posisi perusahaan pada kelompok yang memiliki nilai saham rendah sehingga mengakibatkan kepercayaan investor terhadap saham menurun. c. Peningkatan jumlah pemegang saham akan menaikkan biaya pelayanan (servicing cost) bagi pemegang saham. d. Pemecahan saham (stock split) merupakan upaya manajemen untuk menata
kembali
harga
saham
pada
rentang
harga
tertentu.
Mengarahkan harga saham pada rentang harga tertentu, diharapkan semakin banyak partisipan yang akan terlibat dalam perdagangan. Semakin banyak partisipan, akan semakin meningkatkan likuiditas saham di pasar bursa. Sehingga dengan dilakukannya stock split, dapat mengurangi nilai pasar saham dan memiliki kemampuan menarik mayoritas investor potensi.
13
Alasan lain perusahaan melakukan stock split adalah : − Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan pada tingkat di mana individu dapat lebih banyak menginvestasikan dananya pada saham tersebut. − Untuk menyebarkan atau memperluas pemegang saham dengan meningkatkan jumlah saham yang beredar dengan nilai pasar yang dapat dijangkau.
2.3.3 Jenis Pemecahan Saham Ewijaya dan Indriantoro dalam Rahayu (2006) menjelaskan bahwa pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan : 1. Split-up (pemecahan naik) merupakan nilai pengukuran nilai nominal
per
lembar
saham
yang
dapat
mengakibatkan
bertambahnya jumlah saham yang beredar, misalnya pemecahan saham dengan rasio 2:1, 3:1, dan 4:1. 2. Split-down atau reverse split (pemecahan turun) merupakan peningkatan nilai nominal yang dapat mengurangi saham yang beredar, misalnya pemecahan saham dengan rasio 1:2, 1:3, 1:4. New York Stock Exchange (NYSE) membedakan pemecahan saham menjadi dua yaitu pemecahan saham sebagian (partial stock split) dan pemecahan saham penuh (full stock split). Pemecahan saham sebagian merupakan tambahan distribusi saham yang beredar 25% atau lebih tetapi kurang dari 100% dari jumlah saham yang beredar lama. Pemecahan saham
14
penuh adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 100% atau lebih dari jumlah saham yang beredar lama.
2.3.4 Teori Motivasi Pemecahan Saham Secara teoritis, motivasi yang melatarbelakangi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham serta dampak yang telah ditimbulkan tertuang ke dalam beberapa teori, yaitu Signaling Theory dan Trading Range Theory (Mason dan Roger, 1998) dalam Mila (2010). a. Signaling Theory Signaling theory atau asimetry information menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan sinyal/informasi kepada investor mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Pada tingkat asimetris tertentu antara manajer dan investor, manajer kemungkinan besar akan mengambil keputusan pemecahan saham agar investor dapat
menerima
informasi
yang
menguntungkan.
Keputusan
melakukan pemecahan saham yang dilakukan oleh manajemen perusahaan ternyata merupakan suatu keputusan yang mahal, karena semakin tinggi tingkat komisi saham dan menurunnya harga saham, sehingga mengakibatkan bertambahnya biaya yang dikeluarkan oleh manajemen perusahaan yang melakukan kebijakan pemecahan saham. Menurut Copeland (1979) dalam Marwata (2001), pemecahan saham memerlukan biaya oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek yang bagus saja yang mampu melakukannya. Pasar akan
15
merespon sinyal secara positif jika pemberi sinyal kredibel, dan sebaliknya jika sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja pada masa lalunya tidak bagus, maka tidak akan dipercaya oleh pasar. b. Trading Range Theory Trading range theory atau lebih dikenal dengan liquidity hypotheses menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi nilai perusahaan dan sebaliknya. Namun jika harga saham dinilai terlalu tinggi akan mempengaruhi kemampuan investor untuk membeli saham, sehingga menimbulkan efek seolah-olah harga saham sulit untuk meningkat lagi. Menurut teori ini, harga saham yang dinilai terlalu
tinggi
menyebabkan
kurang
aktifnya
saham
tersebut
diperdagangkan.
2.4 Return Saham Returna dalah total keuntungan/kerugian pada masa investasi selama periode waktu tertentu. Biasanya diukur sebagai perubahan nilai ditambah tiap pendistribusian secara tunai selama periode waktu tersebut, dinyatakan sebagai persentase dari nilai investasi awal periode (Gitman, 2009:228). Menurut Sembel dan Sugiharto (2009:129), return saham dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
16
1. Dividen Dividen merupakan pembagian sebagian keuntungan yang dihasilkan perusahaan.Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu tertentu (cum date). 2. Capital Gain Capital gain merupakan selisih yang terjadi dari harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Return saham yang akan diterima oleh investor atas suatu investasi sangat dipengaruhi oleh jenis investasi yang dipilih. Untuk mengukur besarnya return yang akan diterima investor sehubungan dengan adanya peristiwa stock split diukur dengan adanya abnormal return yang diterima oleh investor. Abnormal return adalah selisih antara return yang sebenarnya (actual return) dengan return yang diharapkan (expected return). 1. Return yang Sebenarnya (Actual Return) Return yang sebenarnya merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. 2. Return Ekspektasi (Expected Return) Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti.
17
Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Current Income (Pendapatan Lancar) Current income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik, misalnya dividen. 2. Capital Gain/Capital Loss (Keuntungan Selisih Harga) Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relative lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan return saham merupakan suatu tingkat pengembalian baik merupakan keuntungan ataupun kerugian dari kegiatan investasi yang dapat menggambarkan perubahan harga suatu saham.
2.5 Volatilitas Harga Saham Pada dasarnya volatilitas atau gejolak pasar memiliki peran terhadap return investasi. Jika hasil keuntungan besar biasanya mempunyai resiko yang tinggi pula. Hal ini biasa disebut dengan investment profile. Setiap investor memiliki investment profile yang berbeda-beda antara lain konservatif, moderat, dan agresif. Volatilitas adalah besarnya jarak antara fluktuasi atau naik turunnya harga saham. Saham yang naik dengan cepat kemudian turun dengan cepat disebut saham bervolatilitas tinggi. Saham-saham yang memiliki volatilitas
18
tinggi merupakan saham berlapis 2 dan 3 karena harganya mudah untuk digerakkan. Sedangkan saham-saham yang memiliki volatilitas rendah adalah saham-saham blue chips atau saham berlapis 1. Saham-saham yang bervolatilitas tinggi ataupun bervolatilitas rendah sama-sama memiliki keuntungan dengan memberikan perlakuan atau strategi yang berbeda. Saham-saham yang memiliki volatilitas tinggi cocok untuk trader jangka pendek atau cenderung agresif. Sedangkan saham-saham yang memiliki volatilitas rendah cocok untuk trader jangka panjang (trend following) ataupun investor jangka panjang. Dalam memperhitungkan keadaan saham-saham yang naik turun, biasanya kita juga akan memperhatikan margin. Terdapat 3 tipe margin, yaitu: 1. Initial Margin Besarnya initial margin tergantung pada fluktuasi harga kontrak dan tingkat volatilitas. 2. Variation Margin Variasi tingkat margin yang sesuai dengan tingkat volatilitas harga. 3. Maintenance Margin Tingkat margin yang berfungsi sebagai pengaman.
2.6 Corporate Governance Disclosure Corporate governance
adalah
hubungan
yang mengatur antara
kepemilikan perusahaan dengan manajemen yaitu berupa peran, hubungan,
19
dan tugas komisaris dan direktur kepada pemegang saham dan pemilik perseroan. Corporate governance yang efektif menciptakan sistem yang dapat menjaga keseimbangan dalam pengendalian perusahaan sedemikian rupa sehingga mampu mengurangi peluang-peluang terjadinya korupsi dan kesalahan mengelola (mismanagement), menciptakan insentif bagi manajer untuk memaksimumkan produktivitas penggunaan aset sehingga menciptakan nilai perusahaan yang maksimum pula.
2.6.1 Prinsip-Prinsip Utama Corporate Governance 1. Fairness bagi pemegang saham minoritas, yaitu dalam rangka melindungi dari kecurangan, atau praktek-praktek insider yang merugikan. 2. Trancparency melalui
peningkatan
disclosure dengan
cara
penyampaian informasi kinerja perusahaan yang akurat dan tepat waktu. 3. Accountability manajemen melalui pengawasan efektif yang mendasarkan pada keseimbangan kekuasaan antara direksi, pemegang saham, komisaris, dan auditor. 4. Responsibility (tanggung jawab) perusahaan sebagai bagian dari masyarakat wajib mematuhi hukum dan undang-undang yang berlaku. Perusahaan-perusahaan harus melakukan disclosure (pengungkapan) informasi telah diungkapkan ke dalam sejumlah teori yaitu stakeholder
20
theory, agency theory, legitimacy theory, dan political economy theory. Walaupun terdapat beberapa teori yang dipaparkan sehingga memunculkan berbagai pendapat yang berbeda-beda, mereka semua setuju bahwa perusahaan wajib menerbitkan informasi untuk diketahui oleh pihak yang berkepentingan seperti para pemegang saham, kreditur, penganalisis keuangan dan konsultan sekuritas di mana informasi ini berguna dalam membuat keputusan untuk berinvestasi (Haniffa dan Coke, 2002).
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa tinjauan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pengaruh return saham, volatilitas harga saham, dan corporate governance disclosure terhadap pemecahan saham (stock split) antara lain : Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. 1.
Nama Peneliti Ajeng Widha Irfana (2008)
Judul Penelitian
Variabel
Analisis Pengaruh Publikasi Stock Split Terhadap Perubahan Harga Saham dan Likuiditas Saham di Bursa Efek Jakarta (2003 – 2006)
Variabel Independen: - Publikasi Stock Split Variabel Dependen: - Harga Saham - Likuiditas Saham
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengumuman pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas saham.
21
2.
Chotyahani Hasna Rizka Fortuna (2010)
Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public (2006 – 2008)
Variabel Independen: - Pengumum an Stock Split
Variabel Dependen: - Harga Saham
3.
Hadiyan Faris (2012)
Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di BEI Tahun 2006 – 2011.
Variabel Independen: - Pengumu
man Stock Split Variabel Dependen: - Harga Saham - Volume Perdaganga n Saham.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan stock split tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara sebelum pengumuman pemecahan saham (stock split) dengan setelah pengumuman pemecahan saham (stock split) terhadap harga saham dan volume perdagangan saham.
C. Kerangka Konseptual Berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu maka peneliti menggambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :
22
Return Saham
H1
Volatilitas Harga Saham
H2
Corporate Governance Disclosure
H3
Pemecahan Saham (Stock Split)
H4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Dari gambar kerangka konseptual dapat dijelaskan hubungan kausal antara return saham, volatilitas harga saham, dan corporate governance disclosure terhadap pemecahan saham (stock split), baik secara parsial maupun secara simultan. Pengaruh hubungan tersebut dapat dilihat dari perubahan yang terjadi ketika perusahaan melakukan pemecahan saham (stock split). Adanya return saham, volatilitas harga saham, dan corporate governance disclosure akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan yang akan melakukan pemecahan saham (stock split). Untuk melihat apakah return saham, volatilitas harga saham, dan corporate governance disclosure mempengaruhi pemecahan saham digunakan regresi linier berganda. Bila terdapat perubahan yang signifikan maka return saham, volatilitas harga saham, dan corporate governance disclosure mempengaruhi pemecahan saham. Bila tidak terdapat perubahan yang signifikan maka return saham,
23
volatilitas
harga
saham,
dan
corporate
governance
disclosure
tidak
mempengaruhi pemecahan saham.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tujuan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan maka hipotesis dari penelitian ini adalah : H1
= return saham berpengaruh signifikan terhadap pemecahan saham (stock split).
H2
= volatilitas
harga
saham
berpengaruh
signifikan
terhadap
pemecahan saham (stock split). H3
= corporate governance disclosure berpengaruh signifikan terhadap pemecahan saham (stock split).
H4
= return saham, volatilitas harga saham, dan corporate governance disclosure berpengaruh secara simultan terhadap pemecahan saham (stock split).