BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Lateks Latek merupakan suatu cairan berwarna putih sampai kekuningkuningan yang diperoleh dengan cara penyadapan (membuka pembuluh latek) pada kulit tanaman karet (Havea brasiliensis L). Partikel karet murni (isoprene) tersuspensi dalam serum lateks dan bergabung membentuk rantai panjang yang disebut poliisoprene (C5H8). Lateks mengandung 35.62 % karet, 1 .65% resin, 2.03 % protein , 0.70% abu, 0.34 % zat gula dan 59.62 % air (Setyamidjaja.1993). Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil bokar yang baik. Untuk dapat mencapai hasil karet yang bermutu tinggi, maka kebersihan dalam bekerja merupakan syarat paling utama yang harus diperhatikan seperti kebersihan peralatan yang digunakan dan kemungkinan terjadinya pengotoran lateks oleh kotoran. Untuk memperoleh karet, partikel-partikel karet yang terdapat di dalam lateks dipisahkan dari cairannya dengan cara penggumpalan baik secara sengaja maupun alami. Pada prinsipnya, penggumpalan terjadi akibat terganggunya faktor penunjang kestabilan sistem koloid lateks, misalnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
8
penurunan pH. Di dalam proses penggumpalan lateks, terjadi perubahan sol ke gel dengan pertolongan zat penggumpal. Pada sol karet terdispersi di dalam serum, tetapi pada gel karet di dalam lateks. Penggumpalan dapat terjadi dengan penambahan asam (menurunkan pH), sehingga
koloid
karet
mencapai
titik
isoelektrik
dan
terjadilah
penggumpalan. Peranan pH sangat menentukan mutu karet. Penggumpalan pada pH yang sangat rendah mengakibatkan warna karet semakin gelap dan nilai modulus karet semakin rendah. Penggumpalan sengaja yang lazim dilakukan saat ini adalah dengan penambahan asam, seperti asam format dan asetat untuk menurunkan pH lateks. Sedangkan lateks dapat menggumpal secara alami akibat terbentuknya senyawa-senyawa asam hasil perombakan karbohidrat dan lipid yang terdapat di dalam lateks oleh mikroorganisme. (Nazaruddin.1998) 2.2
Proses Pembuatan Lateks Dalam hal proses pengolahan lateks di tempat pengolahan atau pabrik, biasanya memiliki urutan kerja tertentu untuk menghasilkan hasil olah lateks berupa lembaran (sheet). Pengolahan sheet oleh perkebunan dilaksanakan di pabrik pengolahan dengan menggunakan peralatan yang lebih baik dan dengan kapasitas yang lebih besar. Oleh karena itu, sheet yang dihasilkan berkualitas tinggi. Standar kualitas yang tinggi tersebut dapat dicapai karena proses pembuatannya dilaksanakan sesuai dengan persyaratan pengolahan yang memenuhi standar.pekerjaan tersebut meliputi:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
1. Penerimaan karet mentah Lateks hasil penyadapan yang berasal dari berbagai bagian kebun diangkut dengan tangki yang ditarik truk ke pabrik. Dipabrik lateks diterima dan di campur dalam bak penerimaan. lateks yang dimasukan ke dalam bak penerimaan harus disaring terlebih dahulu untuk mencegah aliran lateks yang terlalu deras dan terbawanya lump atau kotoran lainnya.
Gambar 2.1 penerimaan karet 2. Pengenceran lateks Pengenceran lateks atau memperlemah kadar karet adalah menurunkan kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet baku sesuai dengan yang diperlukan dalam pembuatan sheet, yaitu sebesar 13%, 15%, 16%, atau20% sesuai dengan kondisi dan peralatan setempat. Adapun maksud dari pengenceran lateks adalah: a. Untuk melunakkan bekuan, sehingga tenaga gilingan tidak terlalu berat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
b. Memudahkan penghilangan gelembung udara atau gas yang terdapat didalam lateks. c. Memudahkan meratanya koagulan (asam pembeku) yang dibubuhkan untuk proses koagulasi. Pengenceran lateks yang dilaksanakan dalam bak-bak perlemahan, yang sekali gus juga dapat dijadikan bak pembekuan. Cara pengenceran yang umum dilaksanakan dipabrik adalah sebagai berikut: a. Bak pembekuan di isi dengan air bersih yang banyaknya sesuai dengan keperluan, sehingga tercapai kadar karet baku yang telah ditentukan. b. Lateks dialirkan dari bak pencampur ke dalam bak pengencer melalui talang. Sebelum masuk kedalam bak, lateks harus melaui saringan untuk mencegah masuknya bekuan/lump atau kotoran lainnya ke dalam bak pembekuan. Saringan harus selalu bersih agar lateks selalu mengalir dengan lancer. c. Setelah lateks masuk ke dalam bak pengencer/pembekuan yang telah terisi air tersebut, kemudian diaduk perlahan-lahan dengan alat pengaduk. Buih-buih yang terjadi diambil dan ditempatkan dalam wadah yang tersedia untuk diolah lebih lanjut.
2.2 Pengenceran karet
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
3. Pembekuan lateks Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan butir butir karet yang terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi satu gumpalan atau koagulum. Untuk membuat koagulum ini lateks pelu dibubuhi obat pembeku(koagulan) seperti asam semut atau asam cuka. Menurut penelitian, terjadinya poses koagulasi adalah karena terjadinya penurunan pH. Lateks segar yang diperoleh dari hasil sadapan mempunyai pH 6,5. supaya tidak terjadi pengumpalan,pH yangmendekati netral tersebut harus diturunkan sampai 4,7. Pada kemasaman ini tercapai titik isoelektris atau keseimbangan muatan listrik pada permukaan pertikel pertikel karet, sehingga partikel partikel karet tersebut dapat menggumpal menjadi satu. Penurunan pH ini terjadi dengan membubuhi asam semut 1% atau asam cuka 2% ke dalam lateks yang telah diencerkan Cara pembekuan pada tangki pembekuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Tangki yang telah diisi lateks yang telah diencerkan di aduk beberapa kali. Buanglah usa-busa yang timbul dengan alat pembuang busa. Pengadukan pertama cukup 4 kali bolak balik. b. Bubuhkan kedalam lateks yang telah diencerkan tersebut asam semut atau asam cuka sesuai dengan yang diperlukan. Tiap liter lateks kadar karet baku 16% memerlukan 60 cc asam semut 1% atau asam cuka 2%.Aduklah agar asam tersebut merata di dalam larutan lateks. Pengadukan dilakukan 6-10 kali bolak balik. c. Buanglah busa yang timbul dengan segera
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
d. Pasanglah sekat-sekat dengan cepat tapi teratur mulai dibagian tengah menuju pinggir sedemikian rupa, sehingga tiap ruang diantara sekat terisi lateks yang tinggi permukaannya sama. Dengan demikian, lembaran-lembaran koagulum yang dihasilkan ukurannya cukup seragam e. Biarkan lateks membeku selama 2-3 jam. Bila telah membeku, tambahkan air bersih kedalam tangki sampai permukaan bekuan sedikit terendam f. Setelah sekat-sekat diangkat akan diperoleh lembaran-lembaran koagulum yang siap untuk digiling
2.3 Pembekuan lateks 4. Penggilingan Koagulum diangkat dari tangki/bak pembekuan dan melalui talangtalang yang sengaja dipasang didorongkan mendekati mesin giling. Mesin giling sit terdiri dari satu unit yang dipasang secara berurutan. Guna dari gilingan atau kilang ini adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
a. Untuk menggiling lembaran-lembaran koagulum menjadi lembaranlembaran sit yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tebalnya tebalnya tertentu b. Untuk mengeluarkan serum yang terdapat dalam koagulum c. Untuk membuang busa yang tertinggal d. Untuk memberikan gambaran (print, batikan, kembang) pada permukaan lembaran sheet
2.4 Penggilingan karet 5. Pengasapan dan Pengeringan Lembaran sit yang keluar dari mesin giling mengandung Β± 30% air, yaitu air yang melekat pada permukaan lembaran dan air yang terdapat diantara butir-butir karet di dalam lembaran. Untuk mendapatkan lembaran yang sungguh-sungguh kering, air yang terdapat pada lembaran harus dikeluarkan. Disamping itu, lembaran perlu pula diawetkan agar tahan terhadap kerusakan karena gangguan cendawan yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas. Oleh karena itu dalam pembuatan sit diperlukan adanya proses pengasapan dan pengeringan. Proses pengasapan dimaksudkan juga untuk memberikan warna coklat terang yang diinginkan. Dengan pengasapan, lembaran-lembaran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
terdesinfeksi karena didalam asap terkandung komponen formaldehid, phenol, zat warna, dan zat asam organic. Untuk mendapatkan desinfeksi yang kuat, pada tingkat pengasapan suhu tidak boleh kurang dari 40oC. Partikel-partikel asap merupakan partikel padat terdisfersi didalam campuran gas yang berasal dari pembakaran kayu bakar. Partikel-partikel asap ini mempunyai kutub polar, sehingga dengan lembaran-lembaran sit yang masih basah akan terjadi koagulasi asap yang menyebabkan warna coklat pada permukaan lembaran. Teknik pengasapan dan pengeringan harus disesuaikan dengan dengan sifat sifat tersebut, agar diperoleh sit kering yang warnanya baik. Selama proses pengasapan dan pengeringan suhu dan pertukaran udara diatur sebagai berikut: a. Hari pertama Suhu dalam ruangan tempat pengasapan dipertahankan pada suhu 4045oC. pada tingkat ini air yang terdapat pada permukaan lembaran sit dapat diuapkan. Pertukaran udara harus berlangsung dengan baik, dimana ventilasi sedikit terbuka. Pada fase ini harus diusahakan agar oven sebanyak mungkin mengeluarkan asap dan suhu cukup panas, sehingga asap dapat naik keruangan penggantungan sit. Pada tingkat pengasapan pertama ini, difusi air dari dalam lembaran tidak merupakan factor pembatas, sehingga bagian asap dengan mudah dapat diserap oleh permukaan lembaran-lembaran sit, dan lembaran-lembaran sit ini kemudian berubah warna menjadi coklat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
b. Hari kedua Selama 24 jam yang kedua, suhu didalam pengasapan diantara gantungan lembaran-lembaran sit dinaikkan sampai 50-55oC. air yang melekat pada permukaan mulai menguap. Proses penguapan bertambah sempurna bila uap mudah dikeluarkan dari ruangan. Keadaan demikian dapat dicapai dengan membuka ventilasi, sehingga uap air dari runangan mudah keluar. c. Hari ketiga dan seterusnya Selama masa ini suhu di dalam kamar dinaikkan sampai 55-60oC, tanpa memasukkan pengasapan kedalamnya. Tujuan untuk mengeluarkan air yang terdapat diantara butiran-butiran karet di dalam lembaran. Karena proses pengeluarannya hanya mungkin dengan jalan difusi, maka proses pengeringannya berlangsung perlahan-lahan, dengan suhu dipertahankan sekitar 60oC. ventilasi diatur sedikit terbuka untuk memungkinkan udara beredar. Setelah lembaran sit mencapai kekeringan sesuai dengan ditentukan, dapur dimatikan dan kamar dibiarkan menjadi dingin. Lembaranlembaran sit yang telah kering dan berwarna coklat, yang disebut Ribbed Smoked Sheet dikeluarkan dan diangkut keruangan sortasi.
2.5 Pengasapan karet
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
6. Sortasi dan Pengepakan Lembaran-lembaran sit yang telah selesai diasap, sesampainya diruang sortasi ditimbang untuk mengetahui berat hasil akhir pengolahannya. Setelah penimbangan selesai, lembaran-lembaran sit dibawa keruang sortasi. Pelaksanaan sortai ini dimaksudkan untuk memisahkan lembaran-lembaran sit berdasarkan tingkat kualitasnya. Didalam ruangan sortasi terdapat meja sortasi, yang dilengkapi dengan kaca baur yang dipasang miring 45oC dengan garis vertical. Dari bawah meja dimasukkan sinar tembus yang berasal dari sinar matahari (pada siang hari) atau dari lampu neon 10 Watt. Bila digunakan lampu neon, sinar lampu harus dibiaskan lebih dahulu, tidak boleh langsung. Dengan demikian, sinar yang menembus permukaan meja sortasi adalah sinar diffuse yang kemudian menembus lembaran-lembaran sit yang diperiksa. Setelah lembaran sit disortasi dikamar sortasi, tahap selanjutnya adalah pengepakan atau pembungkusan. Sebelum dibungkus lembaranlembaran sit dilipat untuk memudahkan mengaturnya dalam peti waktu pengepakan. Sebelum pengepresan, sejumlah sit untuk tiap-tiap bendela ditimbang sesuai dengan berat yang dikehendaki. (setyamidjaja.1993)
2.6 sortasi dan pengepakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
2.3
Peramalan Peramalan adalah bagian yang penting dan bersatu dengan kegiatan pengambilan keputusan didalam suatu perusahaan, terutama untuk melakukan perencanaan ke masa depan. Semakin meningkatnya kebutuhan akan peramalan dapat terlihat pada keadaan masa kini yang sangat ingin menghindari keadaan yang tidak pastioleh sebab itu telah tersedia berbagai metode peramalan untuk mendukung kebutuhan tersebut. Masalahnya adalah bagaimana memakai berbagai jenis karakteristik peramalan tersebut agar sesuai dengan yang dibutuhkan. Pemilihan metode peramalan tersebut harus mempertimbangkan situasi pada saat peramalan tersebut dilakukan. Situasi peramalan tersebut sangat beragam, tergantung pada horizon waktu peramalan, pola data, tingkat ketelitian, persediaan data dan biaya yang dibutuhkan. Pada dasarnya peramalan itu dikelompokkan dalam dua kategori utama yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif meliputi deret berkala (time series) dan metode kausal (sebab-akibat), sedangkan metode kualitatif meliputi eksploratories dan metode normatif. Peramalan dengan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat kondisi sebagai berikut: 1. Tersedianya informasi tentang masa lalu 2. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam numerik 3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan berlanjut di masa mendatang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Metode kualitatif dibagi dua, yaitu metode eksploratoris dan metode normatif. metode eksploratoris (seperti metode Delphi, kurva S, analog) dimulai dengan masa lalu dan masa kini sebagai titik awalnya dan bergerak kearah masa depan dengan melihat semua kemungkinan yang ada. Metode normatif (seperti metode matriks keputusan , pohon relevansi, analisa sistem) dimulai dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang kan datang. Kemudian bekerja mundur untuk melihat apakah hal ini dapat dicapai berdasarkan kendala sumber daya dan teknologi yang tersedia. 2.4
Model Deret Berkala (time series) Ada empat jenis pola data untuk deret berkala, yaitu: 1. Pola Horizon (H) Pola horizon ini terjadi jika nilai data berfluktuasi disekitar harga rata-rata yang konstan. Penjualan produk tidak bertambah atau tidak berkurang disepanjang waktu. Pola horizon dapat digambarkan pada gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.7 Pola data Horizon 2. Pola Musiman (S) Pola ini terjadi bila deret berkala dipengaruhi oleh faktor-faktor musiman misalnya tahunan, kwartal, bulanan, mingguan atau harian. Model ini dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Gambar 2.8 Pola data Musiman 3. Pola Siklis (C) Pola ini terjadi bila data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi yang waktunya relatif panjang dan gerakanya tidak beraturan.pola siklis ini dapat dilihat pada
Gambar 2.9 Pola data Siklis 4. Pola Trend (T) Pola ini dapat terjadi bila secara umum terjadi penambahan atau penurunan pada data yang ada. Pola ini dapat digambarka seperti terlihat pada gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.10 Pola data Tren
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
2.3.1 Teknik Peramalan Deret Berkala (time series) Metode dan teknik peramalan deret berkala adalah metode peramalan berdasarkan periode waktu. Metode yang termasuk dalam deret berkala adalah : a. Metode Single Exponential Smooting Pengertian dasar dari metode ini adalah nilai ramalan pada t+1 merupakan nilai actual pada periode t ditambah dengan penyesuaian yang berasal dari kesalahan nilai peramalan yang terjadi pada periode t tersebut. Nilai peramalan dapat dicari dengan persamaan berikut: πΉπ‘+1= βπ₯π‘+ (1ββ)πΉπ‘ Dimana: π₯π‘ = data permintaan pada periode βt Ξ± = Faktor/konstanta pemulusan πΉπ‘+1 = peramalan untuk period ke β t+1
b. Metode Regresi Linier Metode kecenderungan dengan regresi merupakan dasar garis kecenderungan
untuk
satu
persamaan,
sehingga
dengan
persamaan tersebut, dapat diproyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang. Untuk peramalan jangka pendek dan jangka panjang, ketepatan peramalan metode ini sangat baik. Data yang dibutuhkan untuk metode ini adalah tahunan, semakin banyak data yang dimiliki semakain baik hasil yang diperoleh. fungsi peramalan untuk regresi adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
c. Metode Dekomposisi Metode dekomposisi merupakan pendekatan peramalan yang tertua.
Terdapat
beberapa
pendekatan
alternatif
untuk
mendekomposisikan suatu deret berkala yang semuanya bertujuan memisahkan setiap komponen deret data seteliti mungkin. Konsep dasar pemisahan bersifat empiris dan tetap, yang mula-mula memisahkan unsur musiman, kemudaian trend dan akhirnya unsur siklis. Langkah peramalan secara umum adalah sebagai berikut: 1. Ramalkan fungsi regresi linier biasa 2. Hitung nilai indeks untuk unsur musiman yang ada 3. Gabungkan nilai perolehan indeks, lalu ramalakan nilai baru dengan mengalikan nilai indeks dengan nilai peramalan memakai fungsi regresi linier tersebut. d. Metode Winterβs Three Parameter Trend Winterβs Three Parameter Trend and Seasonality Method Salah satu metode peramalan yang daigunakan khusus untuk data musiman adalah metode pemulusan eksponensial musiman.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Metode ini didasarkan pada tiga persamaan, yaitu unsure stasioner trend dan musiman.
dimana : L = jumlah periode dalam satu siklus I = Faktor penyesuaian musiman (indeks musiman ) Sebagaimana dengan perhitungan eksponensial tunggal, nilai inisial ππ‘ dapat disamakan dengan nilai aktualnya atau berupa rata-rata dari beberapa nilai pada musim yang sama. Sedangkan nilai inisial T dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
2.4
Ukuran Akurasi Peramalan terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menentukan ukuran akurasi peramalan,antara lain 1. Mean Absolute Deviation (MAD) Metode untuk mengevaluasi metode peramalan menggunakan jumlah dari kesalahan-kesalahan yang absolut. Mean Absolute Deviation (MAD) mengukur ketepatan ramalan dengan merata-rata kesalahan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
dugaan (nilai absolut masing-masing kesalahan). MAD berguna ketika mengukur kesalahan ramalan dalam unit yang sama sebagai deret asli. Nilai MAD dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebegai berikut. β
π‘
π‘
2. Mean Square Error (MSE) Mean Squared Error (MSE) adalah metode lain untuk mengevaluasi metode peramalan. Masing-masing kesalahan atau sisa dikuadratkan. Kemudian dijumlahkan dan ditambahkan dengan jumlah observasi. Pendekatan ini mengatur kesalahan peramalan yang besar karena kesalahan-kesalahan itu dikuadratkan. Metode itu menghasilkan kesalahan-kesalahan sedang yang kemungkinan lebih baik untuk kesalahan kecil, tetapi kadang menghasilkan perbedaan yang besar. β
π
πΉ
3. Mean Absolute Percentage Error (MAPE) Mean
Absolute
Percentage
Error
(MAPE)
dihitung
dengan
menggunakan kesalahan absolut pada tiap periode dibagi dengan nilai observasi yang nyata untuk periode itu. Kemudian, merata-rata kesalahan persentase absolut tersebut. Pendekatan ini berguna ketika ukuran atau besar variabel ramalan itu penting dalam mengevaluasi ketepatan ramalan. MAPE mengindikasi seberapa besar kesalahan dalam meramal yang dibandingkan dengan nilai nyata. β
πΉ
π₯
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
2.5
Persediaan Persedian (Iventory) merupakan salah satu unsur yang paling sangat aktif dalam operasional perusahaan, tanpa adanya persediaan yang baik perusahaan akan dihadapkan pada kesulitan dalam mememnuhi permintaan konsumen. Hal ini mengakibatkan kontinuitas perusahaan yang sangat besar kemungkinannya akan terganggu. Bila hal ini terjadi maka akan merugikan perusahaan karena laba perusahaan akan menurun. Secara umum persediaan meliputi barang atau bahan yang diperlukan perusahaan dalam proses produksi dan proses distribusi barang. Produksi tidak akan berjalan lancar bila persediaan bahan baku kurang, demikian juga dengan penjualan tidak akan berhasil jika persediaan kurang. Mengingat hal itu ada kecenderungan bahwa perusahaan akan lebih suka untuk mempunyai persediaan yang besar karena perusahaan akan mempunyai fleksibilitas dalam melakukan produksi dan penjualan. Namun hal itu juga mempunyai dampak pada biaya penyimpanan, biaya keamanan, dan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu manager perusahaan harus menentukan jumlah yang seimbang antara perolehan laba dan resiko. 2.5.1 Jenis- jenis Persediaan Persediaan dapat dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu: 1. Persediaan Bahan Baku (Raw Materials Stock) Persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, yang mana barang dapat diperoleh dari sumber-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi
perusahaan
pabrik
yang
menggunakannya. 2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts) Persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. 3. Persediaan barang-barang perlengkapan (supplies stock) Persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi atau yang digunakan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. 4. Persediaan barang setengah jadi (work in process/progress stock) Persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi (finished goods stock) Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Disamping itu persediaan dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu: 1. Batch Stock atau Lot Size Inventory Dalam Batch Stock atau Lot Size Inventory, pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah besar, sedangkan penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan bahan/barang yang dilakukan lebih banyak dari pada yang dibutuhkan. 2. Fluctuation Stock Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan ini (fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut. 3. Anticipation Stock Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
2.5.2 Biaya dalam Persediaan Tujuan yang ingin dicapai dalam penyelesaian masalah persediaan adalah meminimumkan biaya total persediaan. Biaya persediaan adalah semua pengeluaran atau kerugian yang timbul akibat persediaan. Berikut akan diuraikan komponen biaya dalam persediaan: a. Biaya Pembelian (Purchasing Cost) Biaya pembelian adalah harga pembelian setiap unit item jika item tersebut berasal dari sumber-sumber eksternal, atau biaya produksi per unit bila item tersebut berasal dari internal perusahaan. Biaya pembelian item-item selama satu periode pengendalian persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut: πΆ = πΆ .π Di mana: πΆ = Biaya pembelian selama satu periode πΆ = Biaya pembelian per unit π = Jumlah pemesanan b. Biaya Pengadaan (Procurement Cost) Ginting, Rosnani (2007) dalam bukunya mengelompokkan biaya pengadaan menjadi 2 jenis biaya berdasarkan asal-usul barang, yaitu: 1. Biaya Pemesanan (Order Cost)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari pihak lain (supplier). Biaya ini pada umumnya meliputi: a. Pemrosesan pesanan b. Biaya ekspedisi c. Biaya telepon dan keperluan komunikasi lainnya d. Pengeluaran surat-menyurat dan perlengkapan administrasi lainnya. e. Biaya pengepakan dan penimbangan f. Biaya pemeriksaan penerimaan g. Biaya pengiriman ke gudang Biaya pemesanan tidak tergantung pada jumlah per item barangyang dipesan tiap kali pemesanan. Biaya pemesanan dipengaruhi frekuensi pemesanan per-periode kegiatan. Semakin sering dilakukan pemesanan, maka semakin besar pula total biaya pemesanannya. Di mana : ππΆπ = Total biaya pemesanan selama satu periode π = Biaya setiap kali pesan π = Jumlah unit item i setiap kali pesan (optimal) Di = Permintaan barang ke-i 2. Biaya Pembuatan (Setup Cost) Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan memproduksi barang. Ongkos ini biasanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
timbul di dalam pabrik, yang meliputi ongkos menyetel mesin, ongkos mempersiapkan gambar benda kerja, dan sebagainya c. Biaya Penyimpanan (Holding Cost or Carring Cost) Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan oleh penyimpanan persediaan dalam gudang pada periode waktu tertentu. Jika barang yang disimpan merupakan barang jadi yang diterima dari pihak lain, maka biaya penyimpanannya meliputi: 1. Biaya Sumber Daya Manusia (SDM) 2. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan 3. Biaya modal 4. Biaya resiko kerusakan, kecurian 5. Biaya keusangan 6. Biaya asuransi persediaan 7. Biaya pajak persediaan 8. Biaya pengelolaan/administrasi penyimpanan Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu sebagai persentase dari nilai rata-rata persediaan per-periode dan dalam bentuk rupiah per periode per unit barang. Pada perusahaan yang memiliki produk yang lebih dari satu (multi item), terdapat biaya penyimpanan untuk setiap item selain dari biaya penyimpanan untuk gudang. Di mana: ππΆπ» = Total biaya penyimpanan selama satu periode
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
π» = Biaya penyimpanan dalam % dari nilai rata-rata persediaan π = Jumlah unit item i setiap kali pesan (optimal) πΆ = Harga item i per-unit d. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost) Biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu yang diperlukan. Biaya kekurangan persediaan pada dasarnya bukan biaya nyata, melainkan berupa biaya kehilangan kesempatan. Termasuk dalam biaya ini, antara lain: 1. Biaya administrasi tambahan 2. Biaya tertundanya penerimaan keuntungan 3. Biaya kehilangan pelanggan. 4. Terganggunya proses produksi atau distribusi. 5. Tambahan pengeluaran dan sebagainya. Dari komponen biaya di atas, terdapat hubungan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan (total biaya persediaan) dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Gambar 2.11 Grafik Total Biaya Persediaan Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa semakin besar jumlah barang yang dipesan (order quantity), maka biaya penyimpanan semakin bertambah tinggi sedangkan biaya pemesanan semakin kecil. Sebaliknya semakin kecil jumlah barang yang dipesan, maka
biaya
pemesanan
semakin
besar
sehingga
biaya
penyimpanan semakin kecil. Dengan demikian untuk memperoleh jumlah pemesanan optimum dan kapan dilakukan pemesanan haruslah dicari keseimbangan antara biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. 2.5.3 Model Perencanaan Persediaan Menurut Pontas M Pardede (2005), di dalam pengendalian persediaan terdapat berbagai jenis model yang dapat digunakan untuk perencanaan dan pengawasan. Untuk membangun atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
membentuk model persediaan yang sesuai bagi suatu perusahaan, sebaiknya manajer persediaan mengikuti langkah-langkah berikut: a. Mempelajari keadaan yang berlaku yang berkaitan dengan persediaan dan kemudian merumuskan sifat-sifat atau ciri-ciri keadaan tersebut. b. Merumuskan asumsi-asumsi yang dibutuhkan. c. Membuat rumus atau persamaan biaya persediaan d. Menggunakan rumus atau persamaan tersebut untuk menentukan titik atau waktu pemesanan serta jumlah pesanan. Melalui model persediaan, penyederhanaan masalah persediaan akan menjawab dua hal penting, yaitu berapa banyak harus dipesan dan kapan
(berapa
diminimumkan.
kali) Secara
memesan
sehingga
persediaan
dapat
model
persediaan
dapat
Umum,
dikelompokkan menjadi dua yaitu: a. Model Deterministik Model deterministik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode kedatangan yang dapat diketahui secara pasti sebelumnya. b. Model Probabilistik Model probabilistik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode kedatangan pesanan yang tidak dapat diketahui secara pasti sebelumnya, sehingga perlu didekati dengan distribusi probabilitas. Pada dasarnya, model persediaan probabilistik dan model deterministik
memiliki
tujuan
yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sama,
yaitu
untuk
33
mengendalikan persediaan dengan car menentukan jumlah optimum pemesanan dan titik pemesanan kembali. Selain itu, kedua model ini juga sama dalam hal fungsi persediaan dan komponen biaya persediaan. 2.6
Model Economic Order Quantity (EOQ) Dalam meminimumkan biaya, diperlukan pengetahuan tentang jumlah pemesanan yang paling ekonomis. Dalam usaha menentukan jumlah pemesanan yang paling ekonomis tersebut, terdapat dua biaya utama yaitu biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang memiliki sifat berbanding terbalik. Apabila barang yang dipesan dalam jumlah yang banyak, biaya pemesanan sedikit namun akan terkendala pada biaya penyimpanan yang cenderung besar. Namun apabila frekuensi pemesanan sering dilakukan, maka biaya pemesanan akan tinggi walaupun bisa meminumkan biaya penyimpanan. Untuk itu diperlukan keseimbangan antara kedua biaya. Dengan kata lain, jumlah pemesanan yang paling ekonomis merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang memiliki biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang minimum. Metode yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah pemesanan yang paling ekonomis adalah dengan menggunakan model Economic Order Quantity (EOQ). Metode
EOQ
dapat
digunakan
apabila
kebutuhan-kebutuhan
permintaan pada masa yang akan datang memiliki jumlah yang konstan dan relatif memiliki fluktuasi perubahan yang sangat kecil. Apabila jumlah permintaan dan masa tenggang diketahui, maka dapat diasumsikan bahwa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
jumlah permintaan dan masa tenggang merupakan bilangan yang konstan dan diketahui. EOQ dihitung dengan menganalisis total biaya (TC). Total Biaya pada satu periode merupakan jumlah dari biaya pemesanan ditambah biaya penyimpanan selama periode tertentu. Sukanto (2003) menyatakan bahwa kebijakan persediaan dapat menentukan jumlah pesanan ekonomis yang bertalian dengan penentuan berapa banyak dipesan dan titik pemesanan kembali yang bertalian dengan kapan mengadakan pesanan. Model persediaan EOQ memakai asumsiasumsi sebagai berikut: a. Hanya satu barang yang diperhitungkan b. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui, relatif tetap dan terus menerus c. Barang yang dipesan diasumsikan langsung dapat tersedia atau berlimpah d. Waktu tenggang (lead time) bersifat konstan e. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan f. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan g. Tidak ada quantity discount. Secara grafik, model persediaan EOQ dapat digambarkan sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Gambar 2.12 Grafik Model Persediaan EOQ Dalam metode EOQ digunakan beberapa notasi sebagai berikut: = Jumlah kebutuhan barang ke-i (unit/tahun) S = Biaya pemesanan (rupiah/pesan) β = Biaya penyimpanan (% terhadap nilai barang) πΆ = Harga barang ke-i (rupiah/unit) π» = h x C = Biaya penyimpanan (rupiah/unit/periode) π = Jumlah pemesanan barang ke-i (unit/pesanan) T = Jarak waktu antar pesan (tahun,hari,bulan) πΉ = Frekuensi pemesanan barang ke-i TC = Biaya total persediaan (rupiah/tahun)
2.7
Safety stock (persediaan pengamanan) Masalah kekurangan persediaan obat generik, misalnya karena permintaan obat generik yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan obat yang dipesan pasti dialami oleh setiap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
perusahaan. Untuk mengatasi hal ini maka dibutuhkan Safety Stock. Dengan adanya persediaan pengaman, perusahaan dapat mengatasi ketidakpastian permintaan dengan segera. Untuk mengetahui berapa banyak safety stock (SS) harus disediakan berdasarkan data penyimpangan-penyimpangan masa lalu, dapat digunakan alat bantu yaitu Kurva Normal. Di dalam statistika, dikenal berbagai distribusi data. Salah satunya yang terkenal dan luas penggunaannya adalah Distribusi Normal. Karakteristik Distribusi Normal dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.13 Distribusi Normal Gambar 2.4 menjelaskan cakupan luas area pada Kurva Normal di mana penyimpangan atau deviasi x terhadap rata-rata π₯ adalah (π₯βπ₯ ) dan dinyatakan dalam standar deviasi π. Pada dasarnya, π menandai cakupan suatu luas area tertentu pada Kurva Normal. 2.8
Reorder Point (ROP) Reorder Point ROP atau biasa disebut dengan batas/titik jumlah pemesanan kembali termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang, misalnya suatu tambahan/ekstra stok. Menurut Fredi Rangkuti (2004), reorder point terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus. Dengan demikian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
kita harus menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang. Selain itu dapat pula ditambahkan dengan safety stock yang biasanya mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama masa tenggang. Faktor yang mempengaruhi pemesanan ulang (reorder point): a. Waktu yang diperlukan dari saat pemesanan sampai dengan barang datang di perusahaan (Lead Time) b. Tingkat pemakaian barang rata-rata / hari atau satuan waktu lainnya c. Persediaan besi/safety stock (jumlah persediaan barang yang minimum harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya barang yang dibeli agar perushaaan tidak mengalami βstock outβ/gangguan kelancaran kegiatan produksi karena kehabisan barang. Secara grafik, hubungan EOQ, safety stock dan ROP dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.14 Grafik Hubungan EOQ, Safety Stock dan ROP
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
2.9
Total Cost (Biaya Total) Persediaan Total cost adalah total biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan dapat menjadi lebih efisien jika perusahaan dapat mengetahui berapa jumlah barang yang tepat untuk dipesan kepada supplier, sehingga persediaan yang dipesan tidak kurang dan tidak melebihi yang dibutuhkan untuk proses produksi atau distribusi. Jika perusahaan dapat mengetahui berapa jumlah barang yang tepat untuk dipesan, hal ini juga dapat mengefisiensikan biaya pemesanan. Biaya yang tadinya dikeluarkan akibat pemesanan barang yang berlebih dapat diefisiensikan dengan memesan barang yang sesuai dengan kebutuhan. Jumlah barang yang harus dipesan dapat diketahui dengan menggunakan rumus perhitungan EOQ.
http://digilib.mercubuana.ac.id/