BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada kesempatan ini penulis mengangkat kisah Nabi Nuh dalam Al-Qur’an untuk dijadikan skripsi dengan mengkaji unsur intrinsiknya maka judul yang ada “Analisis Pesan dan Peristiwa Kisah Nabi Nuh a.s dalam Al-Qur’an”. Dari satu segi penelaahan tentang kisah Nabi Nuh dapat dipandang sebagai suatu metode agar ajaran al-Qur’an dapat diterima dan diamalkan oleh umat manusia. Kisah Nabi Nuh ini dikaji dari bidang ilmu sastra. Penelitian sebelumnya yang sejalan dengan judul skripsi ini pernah dikaji oleh Rohima Nim : 0970704012 dengan judul “Analisis penokohan dan Amanat Kisah / IIaz Wa Bilaz Wa Irakhta/ dalam kitab Kalilah Wa Dimnah. Karya Mustafa Lutfi Al-Manfaluthi (Tinjauan Struktural). Dan penulis mencoba menggabungkan dua unsur instrinsik yakni latar/setting dan amanat dalam sebuah penelitian. Dan Linda Gustina Nim 050704035 dengan judul “Analisis strustural kisah Ashabul Alkhafi Para Penghuni gua’dalam Al-Qura’an surah Al-khafi Adapun yang menarik perhatian penulis untuk menjadikan kisah Ashabul Kahfi ini menjadi suatu objek penelitian karena kisah ini merupakan salah satu bentuk kebesaran Allah SWT yang sangat menakjubkan yang di luar nalar manusia, dimana pada kisah ini Allah SWT menidurkan para penghuni-penghuni gua tersebut dengan bartahun-tahun lamanya. Dan kisah Ashabul Kahfi ini ada kemiripan yang sangat jelas dengan kehidupan Rasulullah SAW dan para sahabatnya di Mekkah. Ketika itu mayoritas pemeluk Islam adalah pemuda dan begitu juga halnya dengan orang-orang yang mendiami gua. Penduduk negeri mereka adalah orang-orang kafir yang menyembah berhala dan begitu juga halnya dengan kisah orang-orang yang mendiami gua, mereka minoritas sedangkan orang-orang kafir mayoritas penduduknya.
Universitas Sumatera Utara
Sastra merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda. Kita dapat berbicara sastra secara umum. Misalnya, berdasarkan suatu kreativitas yang dapat mempertimbangkan budaya, suku, maupun bangsa. Sastra dipandang sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati (Rahmanto, 2004: 9-10). Pengertian Sastra Berdasarkan etimologi merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna (Fananie, 2001: 6). Kemudian kata sastra bila ditinjau dari bahasa Arab sama dengan
/al-adab/
bila diperhatikan secara etimologi, menurut kamus bahasa Arab kata ini berasal dari
-
/ādabu/, /ya’dabu/ (Marbawi : 14) Dalam bahasa Indonesia kata adab berarti kesopanan , kehalusan dan kebaikan budi pekerti (Ali,1994:5). Dalam bahasa Arab artinya bermacam-macam, sesuai dengan zamannya. Menurut Wahba adab adalah
/at-tahziibu/ (pendiddikan, pengajaran) dan
/al-khuluq/. (budi pekerti) seperti yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW Tuhanku telah mendidikku, maka baiklah pendidikanku (Wahaba, 1984:34-36) dikutip dalam buku kesusatraan Arab (Males Sutiasumarga, 2000:1) Kemudian Jami’at membagi kata adab menjadi dua arti, yaitu arti umum dan khusu. Dalam arti yang umum, adab berarti akhlak yang baik, seperti jujur, dapat menjaga amanat dan lain-lain. Sementra dalam arti khusus, adab berarti kata-kata yang indah dan baik yang berpengaruh pada jiwa.Dengan demikian arti dalam pengertian umumlah yang sepadan dengan kata adab yang terdapat di dalam bahasa Indonesia
Jami’at (dalam Males
Sutiasumarga 1993:15)
Universitas Sumatera Utara
/al- `dab al- șiry /
Menurut Sukron Kamil jenis sastra Arab atau
/ al-adab al-wasfi / (sastra deskriftif)
terbagi dua yakni insya’i/
/al-adab al-
(sastra kreatif Arab) sama-sama sastra, tetapi keduanya memiliki beberapa sisi
perbedaan. Diantaranya adalah
/al-adab al-wasfi /membutuhkan unsur rasa dan
imajinasi, al-adab insya’i menjelaskan realitas secara langsung dan bersifat subjektif, semetara
/al-adab wasfi/ menjelaskan realitas secara tidak langsung, maka
yang berkaitan dengan yang penulis cermati termasuk pada
/al-adab al-wasfi/
(Sukron Kamil, 2009:5) Masih dalam uraian tentang sastra namun sedikit berbeda dalam Teeuw (1988:21-24), disebutkan bahwa kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta. Akar kata sas berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi. Akhiran tra biasanya menujukan alat, sarana. Maka dari itu, kata sastra dapat diartikan alat untuk mengajak, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran . Sedangkan Stanton (dalam Jabrohim, 2003: 56) menjelaskan bahwa unsur-unsur pembangun struktur itu terdiri atas tema, alur, penokohan, dan latar, sedangkan sarana sastra biasanya terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa, suasana, simbol-simbol, imajinasi di dalam tema sehingga makna karya sastra itu dapat dipahami dengan jelas. Dalam karya sastra terdapat unsur-unsur pembangunan yang secara bersamaan membentuk sebuah totalitas karya sastra tersebut, di samping unsur bahasa. Masih banyak lagi unsur yang lain. Secara garis besar, unsur sastra dikelompokkan menjadi dua macam yaitu: instrinsik dan ekstrinsik (Nurgiyantoro, 1998:23).Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu (dari dalam) sendiri, unsur ini adalah yang menyebabkan ide atau gagasan imajiner hadir sebagai k unsur instrinsik merupakan unsur yang membangun
Universitas Sumatera Utara
karya sastra itu sendiri seperti alur, tema, latar, sudut pandang, peristiwa, pesan dan gaya bahasa. arya sastra, yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Adapun secara langsung yang
turut membangun cerita adalah: peristiwa, plot,
penokohan, pesan, tema, latar, sudut, pandang, penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan lainlain. Sedangkan ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi karya itu sendiri. Yang termasuk unsur ekstrunsik adalah: psikologi/ kejiwaan, sosiologi, politik dan sejarah. Adapun yang menjadi perhatian penulis pada unsur instrinsik hanya pesan dan peristiwanya saja.
2.1 Pesan
/risalatun /
Pesan adalah bagian dari unsur instrinsik di antara unsur-unsur lainnya yaitu: tema, alur/plot, penokohan, gaya bahasa, dan sudut pandang. Pesan merupakan hikmah yang dapat diambil dari sebuah cerita untuk dijadikan sebagai cermin maupun pandangan hidup. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan, yang diamanatkan (Nurgiyantoro, 1995:321). Pesan adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan pesan Dalam Kamus Al-Maurid (1988: 573) pesan/amanat dalam bahasa Arab disebut dengan:
Universitas Sumatera Utara
/risālatun: khiṭābun, maktūbun, muhimmatun wājibun `au hadafun lil hayāti/ `Pesan : penyampaian, yang tertulis – sesuatu kepentingan yang wajib atau panduan hidup. (Luis Ma’luf, 1988:573) Nurgiyantoro dan Luxembrug membagi pesan menjadi dua yaitu: pesan religius, dan pesan kritik sosialnya. 2.1.1 Pesan Religius / Keagamaan /
/al-āmānātu al- addīniyya
Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah suatu keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Pada awal mula segala sastra adalah religius. Istilah “religius” membawa konotasi pada makna agama. Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya menyaran pada makna yang berbeda. Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi. Religius, di pihak lain, melihat aspek yang ada di lubuk hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas kedalaman pribadi manusia. Dengan demikian religius bersifat mengatasi lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang tampak, formal, resmi (Mangunwijaya, dalam (Nurgiyantoro, 1998: 326-327). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2003:943) Religius adalah kepercayaan kepada tuhan akan adanya kekuatan di atas manusia, kepercayaan (Aninisme, dinanisme). Agama adalah kesalehan
yang dapat diperoleh melalui pendidikan misalnya meneliti
penyebab terjadinya petir sehingga diketahui pula siapa yang menjadikan peristiwa alam itu. Adapun pesan religius/keagamaan yang dapat kita ambil dari kisah Ashabul Kahfi dalam Al-Qur`an surah Al-Kahfi adalah sebagai berikut: Contoh pesan religius
Dalam Al-Qur’an surah Al-kahf Ayat 22:
Universitas Sumatera Utara
“sayaqūlūna ŚalāŚatun rābi’uhum kalbuhum wa yaqūlūna khamsatun sādisuhum kalbuhum rajmā bi al-gaibi, wa yaqūlūna sab’atun wa Śāminuhum kalbuhum, qul rabbī a’lamu bi’iddatihim mā ya’lamuhum illā qalīlun falā tumāru fīhim illā mirā`an zāhiran walā tastafti fīhim minhum ahadan.” “Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka.” (QS.18:22). Pesan religius yang dapat diambil dari ayat di atas adalah adab kesopanan bagi orang-orang yang mengalami kesamaran atau ketidakjelasan akan suatu masalah ilmu adalah hendaklah mengembalikannya kepada yang mengetahuinya. Contoh pesan religius/agama dikutip dari skripsi Linda Gustina Nim 050704035 dengan judul “Analisis strustural kisah Ashabul Al- khafi Para Penghuni gua’dalam Al-Qura’an surah Al-khafi”
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Pesan Kritik Sosial
/al-āmānātu hawla an-naqdi
al-ijtimā`ī / Kritik sosial adalah bermakna dari kata kritik dan sosial, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1995:531). kritik adalah kecaman atau anggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat dan sebagainya. Sedangkan kata sosial adalah berkenaan dengan masyarakat. Amanat dalam bentuk pesan kritik sosial yakni pesan berupa kritik sosial di mana pengarang memberi kritikan atas kehidupan sosial di lingkungan tertentu. Sastra mengandung pesan kritik dapat juga disebut sebagai sastra kritik. Pean kritik ini biasanya akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang beres dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Paling tidak, hal itu dalam penglihatan dan dapat dirasakan oleh pengarang yang memiliki perasaan peka. Pengarang umumnya tampil sebagai pembela kebenaran dan keadilan juga , ataupun sifat-sifat luhur kemanusiaan yang lain. Hal-hal yang memang salah dan bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan tidak akan ditutupinya sebab pesannyaalam bentuk nilai seni itu hanya pertanggung jawabkannya pada dirinya sendiri. (Nurgiyantoro, 1945:331) Adapun pesan kritik sosial yang dapat kita ambil dari kisah Ashabul Kahfi dalam Al-qur`an surah Al-kahfi adalah sebagai berikut: Ayat 16:
“wa iżi’tazaltumūhum wamā ya’budūna illā al-lāha fa`wū ilā al-kahfi yansyur lakum rabbukum min raḥmatihi wa yuhayyi` lakum min amrikum mirfaqan.”
Universitas Sumatera Utara
“Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, Maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu”. (QS. 18:16). Para pemuda Ashabul Kahfi menyepikan diri dari orang-orang kafir agar terpelihara dari keonaran orang-orang kafir dan raja yang hendak membunuh mereka. Hidup menyepi dalam arti bersembunyi dari kejahatan dan kebatilan yang tidak dapat diperbaiki atau memperbaikinya adalah berbahaya maka menyepi semacam ini dibenarkan. (Tafsir Depag RI, 1990:705). Contoh pesan kritik sosioal di atas dikutip dari skripsi Linda Gustina Nim
050704035 dengan judul “Analisis strustural kisah
Ashabul Al- kahfi Para Penghuni gua’dalam Al-Qura’an surah Al-khafi
2.2 Peristiwa /
/ Hādasahu/
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005: 860) Peristiwa adalah Sejarah atau fakta yang terjadi atau berlangsung di masyarakat dan menjadi sumber data sejarah, semua orang yang muncul dalam peristiwa sebagai tokoh yang menarik perhatian masyarakat. Peristiwa menurut kamus al-Maurid (1988 :121)
/ Hādasahu al syaiu awalu mā yabdu/ Peristiwa adalah sesuatu peranan akan dimulai Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan yang lain (Luxemburg dkk, 1984: 150). Dalam berbagai literatur berbahasa Inggris, sering ditemukan istilah action (aksi, tindakan) dan even (peristiwa atau kejadian) secara bersama atau
Universitas Sumatera Utara
bergantian. Action merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh (seseorang) tokoh (manusia). Misalnya memukul, memarahi, mencintai dan lain-lain. Event, lebih luas cakupannya sebab dapat menyaran pada suatu yang dilakukan dan atau dialami tokoh manusia dan sesuatu yang di luar aktivitas manusia, misalnya peristiwa alam seperti banjir, gunung meletus, atau sesuatu yang lain. Dalam penulisan ini, sekaligius untuk menyederhanakan masalah, action dan event dirangkum menjadi satu istilah yaitu peristiwa atau kejadian. Menurut Luxembrug peristiwa dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu: a. Peristiwa fungsional
/ Hādistu al-waẓīfyy/
Peristiwa fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang menentukan atau mempengaruhi perkembangan plot (Luxembrug dkk, 1984:151). Sebuah peristiwa bersifat fungsional dapat dilakukan setelah gambaran cerita dan plot secara keseluruhan diketahui, maksudnya keseluruhan cerita dari awal, tengah dan akhir kisah tersusun sempurna. (Luxembrug dkk, 1984:118) b. Peristiwa kaitan
/ Hādasutu al-tta‘alluqiyy /
Peristiwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwaperistiwa penting dalam pengurutan penyajian cerita. Misalnya perpindahan dari lingkungan yang satu ke lingkungan yang lain, atau dari suasana yang satu ke suasana yang lain, masingmasing dengan permasalahannya, ditampilkan peristiwa-peristiwa dengan permasalahan kecil yang berfungsi mengaitkan keduanya. Peristiwa kaitan ini juga dapat dipandang sebagai penyelingan. Maka disebut juga dengan istilah peristiwa selingan (Luxembrug dkk, 1992: 118). c. Peristiwa acuan
/ Hādasutu al-marja‘iyy /
Peristiwa acuan adalah peristiwa yang berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana yang menyelimuti batin tokoh misalnya munculnya berbagai peristiwa tertentu di
Universitas Sumatera Utara