6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sulaman Karawo Sulaman adalah salah satu teknik kreasi menghias pada kain polos atau kain tenunan polos dengan cara menggunakan tusuk hias dan variasinya, yang mempunyai bentuk dan ukuran yang teratur dengan menggunakan berbagai macam jenis benang berwarna dan sesuai motif selera si pemakai/pengrajin. Menyulam istilah menjahit yang berarti menjahitkan benang searah dekorasi (Elly Muliyanti dalam Ibrahim, 2013:7). Bagi masyarakat melayu, sulam sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Sulam menjadi lambang kebijakan kepribadian kaum perempuan. Kain sulam begitu melekat pada kehidupan dan sosial budaya masyarakat Nusantara, (Hasdiana, dkk, 2012:30) Karawo sebagai identitas masyarakat Gorontalo tak lekang dimakan zaman. Sejak awal abad ke-17 di daerah Ayula (salah satu Desa di Kabupaten Bone Bolango), karawo telah tumbuh menjadi sebuah kerajinan tangan (handycraft) yang memiliki nilai seni tinggi. Disamping tingkat kerumitannya yang tinggi, proses pembuatan kerajinan ini belum dapat digantikan perannya oleh mesin sehingga wajar apabila sulaman karawo dikatakan sebagai handmade masterpiece (Purnama, 2011).
7
2.1.1 Cara atau Teknik Mokarawo Pentahapan proses pembuatan sulaman karawo pada dasarnya hanya terbagi dalam tiga tahap yaitu iris dan cabut benang, menyulam dan finising. Dalam proses iris dan cabut benang adalah bagaimana membentuk batas dan merencanakan luas bidang yang akan diisi dengan karawo berdasarkan pola gambar yang ada. Ketajaman dan kecermatan menghitung benang-benang yang akan diiris dan dicabut, sangat menentukan hasil serta kehalusan dalam pengerjaan sulaman karawo. Dengan bidang pencabutan dan pengirisan yang rapi dan teratur akan memperoleh hasil sulaman karawo yang rapi dan halus. Alat yang digunakan untuk mengiris dan mencabut serat benang ini biasanya menggunakan jarum jahit nomor 6 dan silet sebagai alat pengiris. Jarum disusupkan di bawah dan di atas benang konstruksi kain sepanjang yang direncanakan. Benang yang akan diiris terletak di atas jarum dan sebaliknya benang yang tertinggal berada di bawah jarum. Setelah batas-batas bidang yang akan dibentuk selesai diiris, kemudian benang yang teriris segera dicabut sampai habis dan berbentuk konstruksi kerawangan atau tembus pandang pada bidang irisan yang akan disulam. Patokan di dalam proses pengirisan dan pencabutan serat benang ditentukan oleh jenis kain yang akan disulam. Setelah selesai maka selanjutnya mulai menerapkan desain motif pada kain yang sudah selesai dicabut, (Departemen Perindustrian, 1977:13).
8
2.1.2 Peralatan dan Bahan yang Digunakan pada Sulaman Karawo a. Alat Alat yang digunakan pada sulaman karawo diantaranya : 1. Gunting
Gambar 1. Gunting Kecil dan Gunting Besar (Foto : Dok. Penulis, 4 Oktober 2013)
Jika dilihat dari keterangan gambar di atas maka setiap alat tersebut memiliki fungsi masing-masing diantaranya yaitu gunting kecil fungsinya untuk memotong benang yang akan digunakan pada sulaman karawo sedangkan gunting besar fungsinya untuk memotong kain untuk dibuat sulaman karawo dan membersihkan sisa-sisa benang.
9
2. Jarum
Gambar 2. Jarum Tangan (Foto : Dok. Penulis, 4 Oktober 2013)
Jarum tangan fungsinya untuk mencabut serat benang dan juga sebagai alat utama dalam proses pembuatan sulaman karawo, jika dilihat dari jarum tersebut ada jarum besar dan juga jarum kecil, akan tetapi yang banyak digunakan yaitu jarum dengan ukuran kecil. 3. Silet
Gambar 3. Silet (Foto : Dok. Penulis, 4 Oktober 2013)
Silet ini digunakan oleh pengrajin, fungsinya untuk memotong serat benang yang akan dicabut pada kain.
10
4. Centimeter
Gambar 4. Centimeter (Foto : Dok. Penulis, 4 Oktober 2013)
Centimeter fungsinya untuk mengukur kain yang akan di sulam dan menentukan posisi motif pada kain. 5. Pamendangan
Gambar 5. Pamendangan (Foto : Dok. Penulis, 21 Juni 2013)
Pamendangan fungsinya untuk menahan kain sehingga mudah pada proses pencabutan serat benang dan pada proses pembuatan sulaman karawo.
11
b. Bahan Bahan yang digunakan pada sulaman karawo diantaranya : 1. Kain Syarat kain yang akan dikarawo adalah anyaman polos atau anyaman sederhana. Anyaman polos merupakan anyaman paling tua dan paling banyak digunakan diantara anyaman lainnya dalam pembuatan kain. Diperkirakan 80% dari semua anyaman kain tenun adalah anyaman polos dan turunannya. Disamping itu kain dengan anyaman polos mudah diberi desain muka, misalnya dicap, dibatik, disulam, dan lain-lain. Anyaman polos merupakan anyaman paling sederhana. Pada anyaman ini benang pakan menyilang bergantian yaitu di atas benang lusi dan berikutnya di bawah benang lusi begitu berulang dan seterusnya. Anyaman ini dapat dinyatakan dengan rumus 1:1, (IKATSI dalam Hasdiana, dkk, 2012:35).
Gambar 6. Skema dan Desain Tenunan Anyaman Polos (Repro : Penulis, 1 November 2013)
12
2. Benang
Gambar 7. Benang Jahit, Benang Bordir, dan Benang Emas (Foto : Dok. Penulis, 21 Juni 2013)
Jenis benang yang digunakan oleh pengrajin karawo pada proses penyulaman kain karawo, ialah jenis benang jahit, benang bordir dan benang emas. Jenis peralatan dan bahan di atas mudah didapat atau dibeli pada pasar setempat, (Departemen perindustrian, 1997). 2.1.3 Desain Motif Karawo Sebelum melakukan proses pembuatan sulaman karawo, terlebih dulu harus dipersiapkan desain motif karawo. Desain motif adalah bentuk gambar yang akan diterapkan dan disesuaikan dengan jenis kain yang akan disulam. Pada desain
13
motif ini diberi garis-garis vertikal dan horizontal dengan ukuran tertentu, pada umumnya antara garis-garis vertikal dan garis-garis horisontal menggunakan jarak 2 mm agar memudahkan dalam penerapan desain motif pada kain . Adapun contoh desain motif karawo adalah sebagai berikut :
Gambar 8. Gambar Desain Motif karawo Sumber: Pengrajin Karawo (Foto : Dok. Penulis, 21 Juni 2013)
Desain motif tersebut dimaksudkan sebagai pedoman pada saat melakukan proses pengirisan, pencabutan serat benang dan juga sebagai pedoman dalam proses pembuatan sulaman karawo sehingga bentuk dan ukuran desain motif pada kertas pola bisa persis terbentuk pada kain yang dikarawo. 2.2 Tinjauan Motif dan Pola Pada Ornamen 2.2.1 Motif Suhersono (2004:13) mengatakan bahwa motif adalah desain yang dibuat dari bagian-bagian bentuk, berbagai macam garis atau elemen-elemen, yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk stilasi alam benda, dengan gaya dan ciri khas tersendiri. Setiap motif dibuat dengan berbagai bentuk dasar
14
atau berbagai macam garis, misalnya garis berbagai segi (segi tiga, segi empat), garis ikal atau spiral, melingkar, berkelok-kelok (horisontal dan vertikal). Menciptakan gambar (motif) adalah pekerjaan menyusun, merangkai, memadukan bentuk-bentuk dasar motif, bentuk berbagai garis, dan sebagainya sehingga tercipta sebuah bentuk gambar (motif) baru yang indah, serasi, bernilai seni, serta orisional. Menurut Sudana (2010:4) motif dapat diartikan sebagai elemen pokok dalam seni ornamen. Ia merupakan bentuk dasar dalam penciptaan/perwujudan suatu karya ornamen. Dalam lingkup kesenirupaan yang umum, motif semakna dengan “unsur” atau elemen dasar, yang di dalam termasuk garis, bidang, ruang, tekstur, dan warna. Dalam konteks seni ornamen yang lazim disebut motif atau unsur, misalnya, motif daun, bunga, batang, dan sebagainya yang sebenarnya sudah merupakan perluasan dari unsur dasar seni rupa tersebut. Motif-motif itulah yang disusun dengan pola tertentu sehingga menjadi karya ornamen. Namun demikian, unsur yang berupa garis juga nampak terutama pada ornamen geometris. 2.2.2 Pola Ornamen Sudana (2010:5) mengatakan pola yang dimaksud adalah suatu hasil susunan atau pengorganisasian dari motif tertentu dalam bentuk dan komposisi tertentu pula. Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara, Bali, Mataram dan lain-lain. Singkatnya pola adalah penyebaran atau penyusunan dari motif-motif. Pola biasanya terdiri dari : a. Motif pokok. b. Motif pendukung/piguran. c. Isian/pelengkap.
15
Penyusunan pola dapat dilakukan dengan jalan menebarkan motif secara berulang-ulang, jalin-menjalin, selang-seling, berderet, atau variasi satu motif dengan motif lainnya. Hal-hal yang terkait dengan pembuatan pola adalah : a. Simetris, yaitu, pola yang dibuat, antara bagian kanan dan kiri atau atas dan bawah adalah sama. b. Asimetris, yaitu, pola yang dibuat antara bagian-bagiannya (kanan-kiri, atasbawah) tidak sama. c. Pengulangan, yaitu, pola yang dibuat dengan pengulangan motif-motif. d. Bebas atau kreasi, yaitu, pola yang dibuat secara bebas dan bervariasi. Pola memiliki fungsi sebagai arahan dalam membuat suatu perwujudan bentuk, artinya sebagai pegangan dalam pembuatan agar tidak menyimpang dari bentuk/motif yang dikehendaki, sehingga hasil karya sesuai dengan ide yang diungkapkan (Sudana, 2010:5). Motif dalam ornamen meliputi : a. Motif geometris Motif tertua dari ornamen adalah bentuk geometris, motif ini lebih banyak memanfaatkan unsur-unsur dalam ilmu ukur seperti garis-garis lengkung dan lurus, lingkaran, segitiga, segiempat, dan bentuk pilin, patra mesir “L/T” dan lainlain. Ragam hias ini pada mulanya dibuat dengan guratan-guratan mengikuti bentuk benda yang dihias, dalam perkembangannya motif ini bisa diterapkan pada berbagai tempat dan berbagai 2010:8).
teknik, (digambar, dipahat, dicetak), (Sudana,
16
Adapun contoh dari motif geometris adalah sebagai berikut :
Gambar 9. Motif Geometris Sumber: http://www.asergeev.com/pictures/archives/zb.htm (Download : 3 Oktober 2013, Pukul : 19.00)
b. Motif tumbuhan Penggambaran motif tumbuh-tumbuhan dalam seni ornamen dilakukan dengan cara natural maupun stilisasi sesuai dengan keinginan senimannya, demikian juga dengan jenis tumbuhan yang dijadikan obyek/inspirasi juga berbeda tergantung dari lingkungan (alam, sosial, dan kepercayaan pada waktu tertentu) tempat motif tersebut diciptakan. Motif tumbuhan yang merupakan hasil gubahan sedemikian rupa jarang dapat dikenali dari jenis dan bentuk tumbuhan apa sebenarnnya yang digubah/stilisasi, karena telah diubah dan jauh dari bentuk aslinya (Sudana, 2010:8-9).
17
Adapun contoh dari motif tumbuhan adalah sebagai berikut :
Gambar 10. Motif Tumbuhan Sumber: http://bayart90.blogspot.com/2012/09/ragam-hias-ornamen-nusantara.html (Download : 30 Desember 2013, Pukul : 12.30)
c. Motif binatang Penggambaran binatang dalam ornamen sebagian besar merupakan hasil gubahan/stilisasi, jarang berupa binatang secara natural, tapi hasil gubahan tersebut masih mudah dikenali bentuk dan jenis binatang yang digubah, dalam visualisasinya bentuk binatang terkadang hanya diambil pada bagian tertentu (tidah sepenuhnya) dan dikombinasikan dengan motif lain. Jenis binatang yang dijadikan obyek gubahan antara lain burung, singa, ular, kera, gajah, dan lain-lain, (Sudana, 2010:9).
18
Adapun contoh dari motif binatang adalah sebagai berikut :
Gambar 11. Motif Binatang Sumber: http://abdurrahmanakib.blogspot.com/2013/09/7-hewan-yang-dipercayai-membawa.html (Download : 30 Desember 2013, Pukul : 12.30)
d. Motif bentuk manusia Manusia sebagai salah satu obyek dalam penciptaan motif ornamen mempunyai beberapa unsur, baik secara terpisah seperti kedok atau topeng, dan secara utuh seperti bentuk-bentuk dalam pewayangan, (Sudana, 2010:9).
19
Adapun contoh dari motif bentuk manusia adalah sebagai berikut :
Gambar 12. Motif Bentuk Manusia Sumber: http://marhendkv.blogspot.com/2010/11/ornamen-manusia-kalimantan-ornamen.html (Download : 30 Desember 2013, Pukul : 12.30)
e. Motif alam Motif benda-benda alami seperti batu, air, awan dan lain-lain, dalam penciptaannya biasanya digubah sedemikian rupa sehingga menjadi suatu motif dengan karakter tertentu sesuai dengan sifat benda yang diekspresikan dengan pertimbangan unsur dan asas estetika. Misalnya motif batuan ditempatkan pada bagian bawah suatu benda atau bidang yang akan dihias dengan motif tersebut, (Sudana, 2010:9-10).
20
Adapun contoh dari motif alam adalah sebagai berikut :
Gambar 13. Motif Alam Sumber: http://anakciremai.biz/ornamen-relief-batu-alam-motif-pohon-pisang (Download : 3 Oktober 2013, Pukul : 19.00)
f. Motif Kreasi/Khayalan Ornamen yang bentuk-bentuk ciptaannya yang tidak terdapat pada alam nyata seperti motif makhluk ajaib, raksasa, dewa dan lain-lain. Bentuk ragam hias khayali adalah merupakan hasil daya dan imajinasi manusia atau persepsinya, motif mengambil sumber ide di luar dunia nyata. Contoh motif ini adalah motif kala, motif ikan duyung, raksasa, dan motif makhluk-makhluk gaib lainnya, (Sudana, 2010:10).
21
Adapun contoh dari motif khayalan adalah sebagai berikut :
Gambar 14. Motif Kreasi/Khayalan Sumber : http://eduofculture.blogspot.com/2011_11_01_archive.html (Download : 3 Oktober 2013, Pukul : 19.00)
Jenis–jenis motif yang diuraikan di atas dijadikan dasar dalam melihat jenis motif yang diterapkan pada sulaman karawo. 2.3 Tinjauan Desain Menurut Sachari dan Sunarya (2000:18) bahwa kata designo sebagai kata design (Inggris) yang bermakna sebagai gambar, di Indonesia pada waktu itu dikenal istilah tekenen (Belanda) yang artinya menggambar, dalam pengertian luas, meliputi gambar bangunan, iklan, ilustrasi, dan kegiatan mengambar lainnya. Bila seorang arsitek memperhitungkan besaran-besaran ruang, kondisi atmosferik seperti kelembaban, ventilasi dan penerangan untuk kebutuhan ruang tersebut dan memilih bahan yang cocok kemudian merumuskan gagasannya. Seorang seniman yang bekerja langsung dengan medianya menyebabkan idea dan hasil akhirnya terjadi melalui bekerja itu sendiri, ia disebut mendesain, sedangkan orang yang membuat alat atau produk dengan hanya meniru, merangkaikan atau merakit tidak dengan sendirinya ia disebut pendesain. Kegiatan mendesain menuntun langkah kreatif mencari alternatif baru yang lebih baik untuk dapat menanggulangi solusi yang ada sebelumnya, sesuai dengan tuntunan kebutuhan yang selalu berubah. Dalam pengertian ini maka seseorang yang secara kebetulan menemukan sesuatu alat atau sistem yang baru, apapun
22
cerdas dan kreatifnya penemu tersebut, ia tidak melakukan kegiatan mendesain (Zainuddin, 2010:1). Desain merupakan suatu proses yang dapat dikatakan telah seumur dengan keberadaan manusia di bumi. Dalam bahasa sehari-hari diartikan sebagai sebuah rancangan, rencana atau gagasan. Desain sepandan dengan kata perancangan. Namun demikian, kata merancang/rancangan bangun yang sering disepadankan dengan kata desain. Nampaknya belum dapat mengartikan desain secara lebih luas (Hariana, 2008:13). Pengertian desain dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan konteksnya. Desain dapat juga diartikan sebagai suatu kreasi seniman untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Istilah „desain‟ maknanya adalah „rencana‟, yaitu (benda yang dihasilkan dalam proses perencanaan). Kegiatannya disebut „merencana‟ atau „merencanakan‟ pelaksanaannya disebut „perencana‟ sedangkan segala sesuatu yang berkaitan erat dengan proses pelaksanaan pembuatan suatu rencana disebut „perencanaan‟. Jadi kata „mendesain‟ mempunyai pengertian yang secara umum setara dengan „merencana, merancang, rancang bangun, atau merekayasa, yang artinya setara dengan istilah „to design’ atau „designing‟, (Hariana, 2008:14). Desain produk kerajinan merupakan salah satu lingkup desain produk yang mengkhususkan diri dalam pembuatan desain produk kerajinan. Kata „kerajinan‟ dalam istilah bahasa Inggris disebut ‘craft’, sedangkan dalam istilah bahasa Indonesia disebut „Kria‟, atau „kriya’ dalam bahasa Jawa, yang berarti : pekerjaan, hasil pekerjaan, hasil pekerjaan tangan, keahlian, suatu benda (bisa juga berarti produk) yang dihasilkan dari keterampilan pekerjaan tangan dan dilandasi oleh kehalusan rasa, (Ambarwati, 2011). Dari sejumlah definisi yang dipaparkan di atas, maka desain pada hakekatnya merupakan upaya manusia memberdayakan diri melalui benda
23
ciptaannya untuk menjalani kehidupan yang lebih aman dan sejahtera. Kemudian dapat menciptakan suatu gambar sesuai dengan kebutuhan tersendiri. 2.3.1 Prinsip-Prinsip Desain Sintia dan Muharnanto (2004: 28) mengatakan bahwa sebuah desain yang baik akan tercipta dari kesesuaian komposisi dan penyusunan berbagai elemen penyusunannya. Adapun beberapa prinsip-prinsip desain dapat diuraikan sebagai berikut : a. Susunan (Order) Salah satu dasar prinsip desain adalah susunan atau order. Susunan ini merupakan kerangka dari keseluruhan desain. Untuk dapat membuat susunan ini diperlukan sebuah tema keseluruhan yang ingin dibuat. b. Kesatuan (Unity) Kesatuan (unity) diartikan sebagai hubungan yang harmonis antara berbagai elemen yang digunakan dan karakteristiknya. Kesatuan dapat dilihat dari bentuk, material yang digunakan, warna, tekstur, dan karakternya. c. Dominasi (Dominance) Dominansi adalah kekuatan pengaruh satu elemen motif yang menonjol terhadap elemen motif lainnya. Bentuk dominan tersebut bisa berupa ukuran, bentuk, tekstur, warna, atau lokasi elemen dalam kesatuan elemen-elemen motif lainnya. d. Kontras Utama (Major Contrast) Kontras utama hampir sama dengan prinsip dominasi. Kontras utama memberikan keharmonisan komposisi elemen motif. Keadaan ini terlihat pada
24
kekuatan visual suatu elemen motif dari pada elemen motif lainnya. Satu elemen motif akan terlihat sangat kontras jika mempunyai ciri yang sangat beberbeda dengan elemen motif lainnya. e. Pengulangan (Repetition) Prinsip pengulangan adalah suatu teknik yang menggunakan pengulangan pada elemen motif dibeberapa bahan kain yang berbeda tetapi mempunyai kesan bersambung antar motif tersebut. f. Irama (Rhythm) Prinsip ini sangat berhubungan dengan prinsip pengulangan sebelumnya sehingga tercipta keharmonisan kesatuan antara elemen motif lainnya. Pengulangan tersebut akan menciptakan irama dalam sebuah desain motif. g. Penghubung (Interconnection) Pengulangan adalah cara sebuah elemen motif menjadi penghubung dari sebuah susunan yang terdiri dari dari berbagai elemen yang digunakan. h. Keseimbangan (Balance) Prinsip terakhir yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan dari susunan elemen motif secara keseluruhan. Ada dua tipe keseimbangan, yaitu keseimbangan simetris dan asimetris (tidak simetris). Keseimbangan simetris terlihat pada kesamaan susunan motif di dua sisi, sisi sebelah kanan akan sama dengan sisi sebelah kiri, jika tidak sama, akan tercipta sebuah keseimbangan asimetris dengan cara membedakan ukuran, tekstur, atau bentuk dari satu elemen motif yang lebih dominan.
25
Di dalam merencanakan desain motif yang akan diterapkan pada sulaman karawo ini tentu memperhatikan beberapa prinsip-prinsip desain sebagai penuntun dalam proses pembuatan sulaman karawo agar motif sulaman karawo tersebut kelihatan teratur. 2.3.2 Unsur-Unsur Desain Menurut Sintia dan Murhananto (2004: 29) bahwa unsur-unsur desain visual adalah medianya, bahan-bahannya atau sumber dari mana desain itu dibuat. Unsur-unsur itu berupa garis, tekstur, bentuk, ukuran, ruang, warna, dan nilai. a. Garis Garis merupakan elemen dasar yang akan selalu ada dalam sebuah karya desain. Adapun contoh dari garis adalah sebagai berikut :
Gambar 15. Garis Sumber: http://subhandepok.files.wordpress.com/2011/10/eka-sunarsih-vii-1.jpg (Download : 3 Oktober 2013, Pukul : 19.00)
26
b. Tekstur Dalam desain, tekstur yang digunakan adalah tekstur visual. Penerapan dan penggunaan tekstur dalam desain akan memberikan kesan nyata pada objek desain yang dibuat sehingga akan mampu menarik minat. Pada dasarnya, penggunaan tekstur dalam sebuah desain dimaksudkan untuk menarik perhatian dan menghidupkan objek. c. Bentuk Dalam desain, bentuk tidak hanya mendefinisikan sebuah objek tetapi juga bisa mengomunikasikan sebuah gagasan. Bentuk terdiri atas tiga macam, yakni bentuk geometris, bentuk natural, dan bentuk abstraksi. d. Ukuran Dalam desain dekoratif, ukuran diterapkan untuk menampilkan objek-objek dekorasi tertentu sehingga lebih menonjol dari pada objek lainnya. Objek yang ditonjolkan dengan ukuran yang lebih besar biasanya merupakan motif atau tema utama dari desain yang dibuat. e. Ruang Dalam desain, ruang mengacu pada dua hal. Pertama bidang desain secara keseluruhan di mana desain ditempatkan, dan kedua adalah ruang kosong yang berada di antara objek desain. f. Warna Warna memiliki efek psikologis tertentu terhadap jiwa dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, terdapat beberapa perlakuan manusia terhadap warna. Tiga diantaranya adalah memperlakukan warna secara heraldik,
yakni
27
penggunaan warna putih untuk melambangkan kesucian, merah melambangkan keberanian, panas, bergelora, kemudian warna hijau melambangkan kesejukan dan pertumbuhan dan sebagainya. g. Nilai (value) Nilai adalah kualitas sesuatu dalam desain. Pada umumnya, value diterapkan pada warna. Warna memiliki value, misalnya: merah muda dan merah tua, tetapi dalam hal visualisasi, value lebih muda dipahami dengan visualisasi hitam dan putih. Setiap elemen desain memiliki value, yang bersifat relatif. Value sebuah elemen dapat dipengaruhi oleh bacgraound dan elemen-elemen lain di sekitarnya. Dalam membuat suatu karya kerajinan tangan yaitu pengrajin harus memperhatikan prinsip-prinsip desain dan juga unsur-unsur desain karena ini dapat membantu pengrajin dalam proses pembuatan desain motif yang akan diterapkan pada suatu karya atau produk yang akan dibuat. Sama halnya pada kelompok pengrajin karawo di Desa Tabongo Barat Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo bahwa dalam proses pembuatan sulaman karawo ini tentu mereka memperhatikan unsur-unsur desain dan prinsip-prinsip desain, sehingga pada penerapan desain motif karawo pada kain nampak dengan posisi yang bagus.