BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Audit Operasional a. Pengertian Audit Operasional Menurut Tunggal (2000:10), “pemeriksaan operasional merupakan suatu penilaian dari organisasi manajerial dan efisiensi dari suatu perasahaan, departemen, atau setiap entitas dan sub entitas yang dapat di audit”. Sedangkan General Accounting Office (GAO) di Amerika Serikat mendefinisikan pemeriksaan operasional sebagai auditing yang menentukan : 1) Apakah entitas mengelola dan menggunakan sumber dayanya (seperti personil,kekayaan, ruangan) secara ekonomis dan efisien 2) Penyebab dari ketidakefektivan atau praktik yang tidak ekonomis, dan 3) Apakah entitas telah menaati hukum dan peraturan yang berhubungan dengan masalah ekonomis dan efisiensi. Menurut Guy dkk. (2003:419) : Audit operasional merupakan penelaahan atas prosedur dan metode operasi entitas untuk menentukan tingkat efisiensi dan efektivitasnya. Pada kesimpulan tentang audit operasional, rekomendasi yang umumnya diberikan adalah memperbaiki prosedur. Audit operasional kadang-kadang disebut sebagai audit kinerja, audit manajemen, atau audit komprehensif. Secara international, istilah yang sering digunakan untuk audit operasional adalah audit nilai uang (value- for- money auditing).
Pemeriksaan operasional merupakan suatu penilaian dari organisasi manajerial dan efisiensi dari suatu perasahaan, departemen, atau setiap entitas dan sub entitas yang dapat di audit.
Universitas Sumatera Utara
b. Tujuan Dan Manfaat Audit Operasional Tujuan utama audit operasional adalah mengevaluasi efektifitas dan efisiensi organisasi, namun audit operasional juga dapat menjangkau aspek yang ketiga, yaitu ekonomisasi. Evaluasi ekonomi adalah pemeriksaan atas biaya dan manfaat dari suatu kebijakan atau prosedur. Dalam konteks audit operasional, evaluasi ekonomi merupakan pertimbangan jangka panjang tentang apakah manfaat kebijakan atau prosedur lebih besar daripada biayanya. Menurut Guy dkk. (2003:421), audit operasional biasanya dirancang untuk memenuhi satu atau lebih tujuan berikut : 1) Menilai Kinerja. Setiap audit operasional meliputi penilaian kinerja organisasi yang ditelaah. Penilaian kinerja dilakukan dengan membandingkan kegiatan organisasi dengan (1) tujuan, seperti kebijakan, standar, dan sasaran organisasi yang ditetapkan manajemen atau pihak yang menugaskan, serta dengan (2) kriteria penilaian lain yang sesuai. 2) Mengidentifikasi Peluang Perbaikan. Peningkatan efektivitas, efisiensi, dan ekonomi merupakan kategori yang luas dari pengklasifikasian sebagian besar perbaikan. Auditor dapat mengidentifikasi peluang perbaikan tertentu dengan mewawancari individu (apakah dari dalam atau dari luar organisasi), mengobservasi operasi, menelaah laporan masa lalu atau masa berjalan, mempelajari transaksi, membandingkan dengan standar industri, menggunakan pertimbangan profesional berdasarkan pengalaman, atau menggunakan sarana dan cara lain yang sesuai. 3) Mengembangkan Rekomendasi untuk Perbaikan atau Tindakan Lebih Lanjut.Sifat dan luas rekomendasi akan berkembang secara beragam selama pelaksanaan audit operasional. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa audit operasional dilakukan untuk mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas pelaksanaan aktivitas suatu organisasi. Audit operasional mengidentifikasi timbulnya penyelewengan dan penyimpangan yang terjadi dan kemudian membuat laporan yang berisi rekomendasi tindakan perbaikan selanjutnya. Audit operasional merupakan salah
Universitas Sumatera Utara
satu alat pengendalian yang membantu dalam mengelola perusahaan dengan penggunaan sumber daya yang ada dalam pencapaian tujuan perusahaan dengan efektif dan efisien. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya audit operasional menurut Tunggal (2000:14) adalah: 1) Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilankeputusan 2) Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan dan pengendalian. 3) Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan, rencana-rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah. 4) Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan tindakan preventif yang akan diambil. 5) Menilai ekonomisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk memperkecil pemborosan. 6) Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan. 7) Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh fase operasi perusahaan. c. Struktur dan Ruang Lingkup Audit Operasional Menurut Guy dkk. (2003:421), struktur umum dari audit operasional adalah proses lima tahap yaitu : 1) Pengenalan Sebelum memulai suatu audit operasional, auditor (atau konsultan) terlebih dahulu harus mengenali kegiatan atau fungsi yang sedang di audit. Untuk melaksanakan hal ini, auditor menelaah latar belakang informasi, tujuan, struktur organisasi, dan pengendalian kegiatan atau fungsi yang sedang di audit, serta menentukan hubungannya dengan entitas secara keseluruhan.
2) Survei Selama tahap survei dari audit operasional, yang lebih dikenal sebagai survei pendahuluan (preliminary survey), auditor harus berusaha untuk mengidentifikasi bidang masalah dan bidang penting yang menjadi kunci keberhasilan kegiatan atau fungsi yang sedang di audit. 3) Pengembangan Program
Universitas Sumatera Utara
Pada awalnya auditor menyusun program pekerjaan, berdasarkan tujuan audit, yang merinci pengujian dan analisis yang harus dilaksanakan atas bidang-bidang yang dianggap "penting" dari hasil survei pendahuluan. Disamping itu, auditor juga menjadwalkan kegiatan kerja, menugaskan personel yang sesuai, menentukan keterlibatan personel lainnya dalam penugasan, serta menelaah kertas kerja audit. 4) Pelaksanaan Audit Pelaksanaan audit merupakan tahap utama dari audit operasional. Auditor melaksanakan prosedur audit yang telah ditentukan dalam program audit untuk mengumpulkan bukti-bukti, melakukan analisis, menarik kesimpulan, dan mengembangkan rekomendasi. Selama melakukan pekerjaan lapangan, auditor harus menyelesaikan setiap langkah audit yang spesifik dan mencapai tujuan audit secara keseluruhan untuk mengukur efektivitas, efisiensi, dan ekonomis.. 5) Pelaporan Tahap pelaporan merupakan tahap yang penting bagi keberhasilan keseluruhan audit operasional yang dilakukan. Laporan audit operasional pada umumnya mengandung dua unsur utama, yaitu (1) tujuan penugasan, ruang lingkup, dan pendekatan, serta (2) temuantemuan khusus dan rekomendasi. Ruang lingkup audit operasional lebih difokuskan pada fungsi produksi suatu perusahaan yang berarti melakukan pemeriksaan segi operasional suatu perusahaan. Namun dalam hal ini suatu perusahaan mengalami keterbatasan dalam melaksanakan audit operasional tersebut. Keterbatasan yang terjadi dalam suatu perusahaan dalam melaksanakan audit operasional antara lain Tunggal (2000:11): 1) Waktu Pemeriksa harus memberikan laporan kepada pihak manajemen sesegera mungkin agar masalah yang timbul dapat segera terselesaikan, sehingga menyebabkan terbatasnya waktu pemeriksaan. Untuk mengatasi keterbatasan waktu ini, audit operasional dapat dilakukan secara teratur untuk menghindari permasalahan tidak menjadi berlarut-larut. 2) Keahlian
Universitas Sumatera Utara
Kurangnya pengetahuan dan penguasaan berbagai disiplin ilmu dan bisnis merupakan salah satu keterbatasan. Tidak mungkin seorang pemeriksa dapat menjadi ahli dalam berbagai disiplin bisnis. 3) Biaya Biaya yang dapat dihemat dari hasil pemeriksaan haruslah lebih besar dari biaya pemeriksaan itu sendiri. Pemeriksaan harus menentukan prioritas tertentu dalam melaksanakan tugasnya sehingga keterbatasan ini dapat teratasi. d. Efisisensi dan Efektivitas Audit Operasional Efisiensi dan efektivitas audit operasional dikenal sebagai audit yang berkonsentrasi pada efektivitas dan efisiensi organisasi. Efektivitas mengukur seberapa berhasil suatu organisasi mencapai tujuan dan sasarannya. Efisiensi mengukur seberapa baik suatu entitas menggunakan sumberdayanya dalam mencapai tujuannya. Sebagai contoh, seorang auditor dapat memeriksa badan federal untuk menentukan apakah badan tersebut telah mencapai tujuannya seperti yang ditetapkan oleh kongres (efektivitas) dan menggunakan sumberdaya keuangannya secara benar (efisiensi). Pembahasan mengenai ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas akan lebih mudah dipahami jika dibahas dalam kerangka Input - Proses - Output. Dalam sub bab ini, lebih difokuskan pada efisiensi dan efektivitas. 1) Efisiensi Efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya, sehingga dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Efisiensi
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan metode kerja (operasi). Dalam hubungannya dengan konsep input-proses-output, efisiensi adalah rasio antar output dan input. Seberapa besar output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah tertentu input yang dimiliki perusahaan. Metode kerja yang baik akan dapat memandu proses operasi berjalan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Jadi, efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasional perusahaan. Jadi, efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasional perusahaan (Bayangkara, 2008:13). Menurut Anthony (2005:174): Efisiensi adalah rasio output terhadap input, atau jumlah output per unit input. Pusat Tanggung Jawab A lebih efisien daripada Pusat Tanggung Jawab B jika (1) menggunakan jumlah sumber daya yang lebih sedikit dari pada Pusat Tanggung Jawab B, namun memproduksi jumlah output yang sama, atau (2) menggunakan jumlah sumber daya yang sama namun memproduksi jumlah output yang lebih besar. 2) Efektivitas Dibandingkan dengan efisiensi, yang ditentukan oleh hubungan antara input dan output, efektivitas ditentukan oleh huungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggang jawab dengan tujuannya. Semakin besar output yang dikonstribusikan terhadap tujuan, maka semakin efektiflah unit tersebut. Efektivitas cenderung dinyatakan dalam istilah-istilah yang subjektif dan nonalitis, seperti kinerja kampus A adalah yang terbaik, tetapi kampus B telah agak menurun dalam tahun-tahun terakhir (Anthony, 2005:174). Menurut (Anthony 2005:174-175):
Universitas Sumatera Utara
Efisiensi dan efektivitas berkaitan satu sama lain, setiap pusat tanggung jawab harus efektif dan efisien dimana organisasi harus mencapai tujuannya dengan cara yang optimal. Suatu pusat tanggung jawab yang menjalankan tugasnya dengan konsumsi terendah atas sumber daya, mungkin akan efisien, tetapi jika output yang dihasilkannya gagal dalam memberikan kontribusi yang memadai padapencapaian cita-cita organisasi, maka pusat tanggung jawab tersebut tidaklah efektif.
2. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama: penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang a. Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai 1)
Deskripsi kegiatan
Penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang lebih dahulusebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Setelah uangditerima oleh perusahaan, barang kemudian diserahkan kepada pembeli dantransaksi penjualan tunai kemudian dicatat oleh perusahaan. Berdasarkan sistem pengendalian intern yang baik, sistem penerimaan kas dari penjualan tunai mengharuskan ( Mulyadi, 2001: 455): a) Penerimaan kas dalam bentuk tunai harus segera disetor ke bank dalamjumlah dengan cara melibatkan pihak lain selain kasir untuk melakukan internal check. b) Penerimaan kas dari penjualan tunai dilakukan melalui transaksi kartu kredit yang melibatkan bank penerbit kartu kredit dalam pencatatan transaksipenerimaan kas. Sistem penerimaan kas dari penjualan tunai dibagi menjadi tiga prosedur berikut ini (Mulyadi, 2001: 456): a) Penerimaan Kas dari Over-the Counter Sale
Universitas Sumatera Utara
b) Penerimaan Kas dari cash-on-delivery sales (COD Sales) c) Penerimaan Kas dari credit card sales Ad. a) Penerimaan Kas dari Over-the Counter Sale (Mulyadi, 2001:456) Dalam penjualan tunai ini, pembeli datang ke perusahaan, melakukan pemilihan barang atau produk yang akan dibeli, melakukan pembayaran ke kasir, dan kemudian manerima barang yang dibeli. Dalam Over-the Counter Sale ini, perusahaan menerima uang tunai, cek pribadi (personal check), atau pembayaran langsung dari pembeli dengan credit card, sebelum barang diserahkan kepada pembeli. Penerimaan kas dari Over-the Counter Sales dilaksanakan melalui prosedur berikut ini : –Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga (sales person) di Bagian Penjualan. –Bagian Kasa menerima pembayaran dari pembeli, yang dapat berupa uang tunai, cek pribadi (personal check), atau kartu kredit. –Bagian Penjualan memerintahkan Bagian Pengiriman untuk menyerahkan barang kepada pembeli. –Bagian Pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli. –Bagian Kasa menyetorkan kas yang diterima ke bank. –Bagian Akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam jurnal penjualan. –Bagian Akuntansi mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai dalam jurnal penerimaan kas.
Universitas Sumatera Utara
Jika kas yang diterima berupa cek pribadi, bank penjual (bank yang penjual memiliki rekening giro di dalamnya) kemudian akan mengurus check clearing tersebut ke bank pembeli (bank yang pembeli memiliki rekening giro didalamnya). Jika kas yang diterima berupa kartu kredit, bank penjual yangmerupakan penerbit kartu kredit langsung menambah saldo rekening giro penjual setelah dikurangi dengan credit card fee (yang berkisar 2,5% sampai dengan 4%). Bank penerbit kartu kredit inilah yang secara periodik melakukan penagihankepada pemegang kartu kredit. Bagian jurnal melakukan pencatatan transaksi Over-the Counter Sales sebanyak dua kali: a) Berdasarkan faktur penjualan tunai yang dilampiri pita register kas, BagianJurnal mencatat transaksi Over-the Counter Sales ke dalam jurnal penjualandengan jurnal sebagai berikut: Penjualan tunai Pendapatan Penjualan
xx xx
b) berdasarkan bukti setor bank yang diterima dari bagian kasa, bagian jurnalmencatat penerimaan kas dari Over-the Counter Sales di dalam jurnalpenerimaan kas dengan jurnal sebagai berikut : Kas
xx Penjualan Tunai
xx
Penggunaan rekening performa Penjualan Tunai dilakukan karena Over-the Counter Sales dicatat dalam dua jurnal khusus: jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. Penggunaan rekening performa ini untuk menghindari
Universitas Sumatera Utara
pencatatan ganda. Pencatatan harga pokok barang yang dijual dilakukan oleh Bagian Jurnal berdasarkan bukti memorial sebagai dokumen sumber. Bukti memorial dicatat ke dalam jurnal umum dengan jurnal: Harga Pokok Penjualan Persediaan Produk Jadi
xx xx
Ad. 2)Penerimaan Kas dari COD Sales (Mulyadi, 2001:456) Cash-on-delivery sales (COD sales) adalah transaksi penjualan yang melibatkankantor pos, perusahaan angkutan umum, atau angkutan sendiri dalam penyerahandan penerimaan kas dari hasil penjualan.COD sales merupakan sarana untuk memperluas daerah pemasaran dan untukmemberikan jaminan penyerahan barang bagi pembeli dan jaminan penerimaankas bagi perusahaan penjual. Ad. 3) Penerimaan Kas dari Credit Card Sale (Mulyadi, 2001, 456) Sebenarnya credit card bukan merupakan suatu tipe penjualan namun merupakansalah satu cara pembayaran bagi pembeli dan sarana penagihan bagi penjual.Credit card dapat merupakan sarana pembayaran bagi pembeli, baik dalam overthe-counter sale maupun dalam penjualan yang pengiriman barangnya dilaksanakan melalui jasa pos atau angkutan umum. Dalam over-the-counter sale, pembeli datang ke perusahaan, melakuakan pemilihan barang atau produk yang akan dibeli, melakukan pembayaran ke kasir dengan menggunakan kartu kredit. Dalam penjualan tunai yang melibatkan pos atau angkutan umum, pembeli tidak perlu datang ke perusahaan penjual. Pembeli memberikan persetujuan tertulis.
Universitas Sumatera Utara
penggunaan
kartu
kredit
dalam
pembayaran
harga
barang,
sehinggamemungkinkan perusahaan penjual melakukan penagihan kepada bank atauperusahaan penerbit kartu kredit. 2) Fungsi yang Terkait Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai adalah (Mulyadi, 2001:462): a) Fungsi penjualan Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan pembayaranke fungsi kas. b) Fungsi kas Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab sebagai penerima kas dari pembeli c) Fungsi gudang Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab untuk menyiapkan barang yang di simpan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman d) Fungsi pengiriman Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang yang telah dibayarharganya kepada pembeli. e) Fungsi akuntansi
Universitas Sumatera Utara
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggungjawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan penerimaan kas dan pembuatlaporan penjualan. 3) Informasi yang Diperlukan oleh Manajemen Informasi yang umumnya diperlukan oleh manajemen dari penerimaan kas dari penjualan tunai adalah (Mulyadi, 2001:462): a) Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk selama jangka waktu tertentu. b) Jumlah kas yang diterima dari penjulan tunai. c) Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu. d) Nama dan alamat pembeli. Informasi ini diperlukan dalam penjualan produk tertentu, namun pada umumnya informasi nama dan alamat pembeli ini tidak diperlukan oleh manajemen dari kegiatan penjulan tunai. e) Kuantitas produk yang dijual. f) Nama wiraniaga yang melakukan penjualan. g) Otorisasi pejabat yang berwenang. 4) Dokumen yang Digunakan Dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari penjulan tunai adalah (Mulyadi, 2001:463): a) Faktur penjualan tunai Dokumen ini digunakan untuk merekam sebagai informasi yang diperlukan olehmanajemen mengenai transaksi penjualan tunai. b) Pita Register Kas (cash register tape) Dokumen ini dihasilkan oleh fungsi kas dengan cara mengoperasikan mesinregister kas. Pita Register Kas ini merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualantunai yang dicatat dalam jurnal penjualan. c) Credit card sales slip
Universitas Sumatera Utara
Dokumen ini dicetak oleh credit card center bank yang menerbitkan kartu kredit dan diserahkan kepada perusahaan (disebut merchant) yang menjadi anggota kartu kredit. Bagi perusahaan yang menjual barang atau jasa, dokumen ini diisioleh fungsi kas dan berfungsi sebagai alat untuk menagih uang tunai dari bankyang mengeluarkan kartu kredit, untuk transaksi penjualan yang telah dilakukan kepada pemegang kartu kredit. d) Bill of lading Dokumen ini merupakan bukti penyerahan barang dari perusahaan penjualan barang kepada perusahaan angkutan umum. Dokumen ini digunakan oleh fungsipengiriman dalam penjualan COD yang penyerahan barangnya dilakukan olehperusahaan angkutan umum. e) Faktur penjualan COD Dokumen ini digunakan untuk merekam penjualan COD. f) Bukti setor bank Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Buktisetor dibuat 3 lembar dan diserahkan oleh fungsi ka ke bank, bersamaan denganpenyetoran kas dari hasil penjualan tunai ke bank. Dualembar tembusannya diminta kembali dari bank setelah ditandatangani dan dicap oleh bank sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti setor bank diserahkan oleh fungsi kas kepada fungsi akuntansi, dan dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen sumber untuk pencatatan akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai ke dalam jurnal penerimaan kas. g) Rekapitulasi harga pokok penjualan
Universitas Sumatera Utara
Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga pokokproduk yang dijual selama satu periode. Dokumen ini digunakan oleh fungsiakuntansi sebagai dokumen pendukung bagi pembuatan bukti memorial untuk mencatat harga pokok produk yang dijual. 5) Catatan Akuntansi yang Digunakan Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai adalah (Mulyadi, 2001: 468):
a) Jurnal Penjualan Jurnal penjualan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan meringkas data penjualan. Jika perusahaan menjual berbagai macam produk dan manajemen memerlukan informasi penjualan setiap jenis produk yang dijualnya selama jangka waktu tertentu, dalam jurnal penjualan disediakan satu kolom untuk setiap jenis produk guna meringkas informasi penjualan menurut jenis produk tersebut b) Jurnal Penerimaan Kas Jurnal penerimaan kas digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat penerimaan kas dari berbagai sumber, diantaranya penjualan tunai. c) Jurnal Umum Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok produk yang dijual. d) Kartu Persediaan
Universitas Sumatera Utara
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, kartu persediaan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berkurangnya harga pokok produk yang dijual. Kartu persediaan ini diselenggarakan di fungsi akuntansi untuk mengawasi mutasi dan persediaan barang yang disimpan digudang. e) Kartu Gudang Catatan ini tidak termasuk catatan akuntansi karena hanya berisi data kuantitas persediaan yang disimpan digudang. Catatan ini diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dan persediaan barang yang disimpan dalam gudang. Dalam transaksi penjualan tunai, kartu gudang digunakan untuk mencatat berkurangnya kuantitas poduk yang dijual. 6) Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Jaringan prosedur yang membentuk sistem penerimaan kas dari penjualan tunai adalah (Mulyadi, 2001: 469): a) b) c) d) e) f) g)
Prosedur order penjualan Prosedur penerimaan kas Prosedur penyerahan barang Prosedur pencatatan penjualan tunai Prosedur penyetoran kas ke Bank Prosedur pencatatan penerimaan kas Prosedur pencatatan harga pokok penjualan.
7) Unsur Pengendalian Intern Unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam sistem peneriman kas dari penjualan tunai adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2001: 470): Organisasi a) Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas b) Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi
Universitas Sumatera Utara
c) Transaksi penjualan tunai dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsipengiriman, dan fungsi akuntansi. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan : d) Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan mengunakan formulir faktur penjualan tunai. e) Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjulan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut. f) Penjualan dengan Kartu Debet Bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu debet. g) Penyerahan barang kepada pembeli diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada faktur penjulan tunai. h) Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda pada faktur penjualan tunai. Praktik yang Sehat: i) Pita register kas bernomor urut dan pemakainnya dipertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan. j) Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank padahari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari kerja berikutnya. k) Perhitungan saldo kas yang ada ditangan fungsi kas secara periodik dan secara mendadak oleh pemeriksa intern. b. Sistem Penerimaan Kas Dari Piutang Salah satu sumber penerimaan kas suatu perusahaan biasanya berasal dari pelunasan piutang dari debitur. Penerimaan kas dari piutang dapatdilakukan melalui berbagai cara: (1) melalui penagih perusahaan, (2) melaluipos, dan (3) melalui lock-box collection plan. 1) Sistem Penerimaan Kas Dari Piutang Melalui Penagih Perusahaan Penerimaan kas dari piutang melalui penagih perusahaan dilaksanakan dengan prosedur (Mulyadi, 2001: 493): a) Bagian piutang memberikan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih kepada bagian penagihan. b) Bagian penagihan mengirimkan penagih, yang merupakan karyawan perusahaan, untuk melakukan penagihan kepada debitur. c) Bagian penagihan menerima cek atas nama dan surat pemberitahuan dari debitur.
Universitas Sumatera Utara
d) Bagian penagihan menyarahkan cek kepada bagian kasa. e) Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kapada bagian piutang untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang. f) Bagian kasa mengirim kuitansi sebagai tanda penerimaan kas kepada debitur. g) Bagian kasa menyetorkan cek ke bank, setelah cek atas cek tersebut dilakukan endorsement oleh pejabat yang berwenang. h) Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut ke bank debitur. 2) Sistem Penerimaan Kas dari Piutang Melalui Pos (Mulyadi, 2001:494) Jika penerimaan kas dari piutang dialksanakan melalui pos, maka yang bertanggung jawab menerima surat beserta cek adalah bagian sekretariat. Bagian ini membuat daftar pemberitahuan dan menyerahkan cek dilampirkan dengan daftar surat pemberitahuan kepada bagian kasa dan menyerahkandaftar surat pemberitahuan yang dilampiri dengan surat pemberitahuan kepadabagian piutang. Bagian kas melakukan endorsement atas cek dan menyetorkan cek ke bank. Bagian piutang mencatat pengurangan piutang ke dalam kartupiutang berdasarkan surat pemberitahhuan kepada debitur. Bagian jurnal mencatat penerimaan kas dari piutang di dalam jurnal penerimaan kasberdasarkan bukti setor bank. 3) Sistem Penerimaan Kas Dari Piutang melalui lock- box collection plan (Mulyadi, 2001: 497) Dalam sistem penerimaan kas ini perusahan membuka post-office box (PO Box) dikota yang jumlah debiturnya banyak. Perusahaan membuka rekening giro di bank yang terletak di kota yang sama dengan PO Boxtersebut. Para debitur diminta untuk melakukan pembayaran utang merekadengan cara mengirimkan cek ke PO Box perusahaan yang terletak dikotaterdeka. Penerimaan cek dikreditkan oleh bank ke dalam rekening giro perusahaan. 3. Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas
Universitas Sumatera Utara
Ada dua sistem akuntansi pokok yang digunakan untuk melaksanakan pengeluaran kas: Sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek dan system pengeluaran kas dengan uang tunai melalui sistem dana kas kecil. a. Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Dengan Cek 1) Deskripsi kegiatan Pengeluaran kas dalam perusahaan yang dilakukan dengan menggunakan cek. Pengeluaran kas yang tidak dapat dilakukan dengan cek (biasanya karena jumlahnya
relatif
kecil),
dilaksanakan
melalui
dana
kas
kecil
yang
diselenggarakan dengn salah satu cara diantara dua sistem yaitu: fluctuating-fund system dan imprest system (Mulyadi, 2001: 509) 2)
Dokumen yang Digunakan
Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek adalah (Mulyadi, 2001: 510): a) Bukti Kas Keluar Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas kepada bagian kassebesar yang tercantum dalam dokumen tersebut. Disamping itu, dokumen ini berfungsi sebagai surat pemberitahuan (remittance advice) yang dikirim kepada kreditur dan berfungsi pula sebagai dokumen sumber bagi pencatatan berkurangnya utang. b) Cek Cek merupakan dokumen yang digunakan untuk memerintahkan bankmelakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang atau organisasi yang namanya tercantu pada cek.
Universitas Sumatera Utara
c) Permintaan Cek (check request) Dokumen
ini
berfungsi
sebagai
permintaan
dari
fungsi
yang
memerlukanpengeluaran kas kepada fungsi akuntansi untuk membuat bukti kas keluar.Dalam transaksi pengeluaran kas yang tidak berupa pembayaran utang yang timbul dari transaksi pembelian, fungsi yang memerlukan kas menulispermintaan cek kepada fungsi akuntansi untuk kepentingan pembuatan buktikas keluar. Bukti kas keluar ini dibuat sebagai perintah kepada fungsikeuangan untuk membuat cek sebesar yang tercantum dalam dokumen tersebut. 3) Catatan Akuntansi yang Digunakan Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek adalah (Mulyadi, 2001: 513): a) Jurnal Pengeluaran Kas (cash disbursement journal) Untuk mencatat transaksi pembelian digunakan jurnal pembelian dan untukmencatat pengeluaran kas. Dokumen sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan dalam jurnal pengeluran kas adalah faktur dari pemasok yang telah dicap “lunas” oleh fungsi kas. b) Register cek (check register) Untuk mencatat transaksi pembelian digunakan dua jurnal: register bukti kas keluar (untuk mencatat utang yang timbul) dan register cek (untuk mencatat pengeluaran kas dengan cek). 4) Fungsi yang Terkait
Universitas Sumatera Utara
Fungsi yang terkait dalam sistem pengeluaran kas dengan cek adalah (Mulyadi, 2001:513): a) Fungsi yang memerlukan peneluaran kas Jika
suatu
fungsi
memerlukan
pengeluaran
kas,
fungsi
yang
bersangkutanmengajukan permintaan cek yang sudah mendapatkan persetujuan dari kepala fungsi kepada fungsi akuntansi.
b) Fungsi Kas Fungsi ini bertanggung jawab memgisi cek, memintakan otorisasi atas cek, dan mengirimkan cek kepada kreditur via pos atau membayarkan langsung kepada kreditur. c) Fungsi Akuntansi Dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek, fungsi akuntansi bertanggung jawab atas: – Pencatatan pengeluaran kas yag menyangkut biaya dan persediaan. – Pencatatan transaksi pengeluaran kas dalam jurnal pengeluaran kas atau register cek – Pembuatan bukti kas keluar yang memberikan otorisasi kepada fungsi kas dalam mengeluarkan cek sebesar yang tecantum dalam dokumen tersebut. Fungsi ini juga bertanggung jawab melakukan verifikasi kelengkapan dan kesahihan dokumen pendukung yang dipakai sebagai dasar pembuatan bukti kas keluar.
Universitas Sumatera Utara
d) Fungsi Pemeriksa Intern Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan perhitungan kas (cashcount) secara periodik dan mencocokkan hsail perhitungannya dengansaldo kas menurut catatan akuntansi (rekening kas dalam buku besar).Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan secaramendadak (surprised audit) terhadap saldo kas yang ada ditangan danmembuat rekonsiliasi bank secara periodik.
5) Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek dibagi tiga macam system yang masing-masing system tersebut terdiri dari berbagai macam jaringan prosedur berikut ini (Mulyadi, 2001: 514): a) Sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek yang tidak memerlukan permintaan cek, yang terdiri dari jaringan prosedur berikut ini: – Prosedur pembuatan bukti kas keluar – Prosedur pembayaran kas – Prosedur pencatatan pengeluaran kas b) Sistem akuntansi pengeluaran kas yang memerlukan permintaan cek, yang terdiri dari jaringan prosedur berikut ini: – Prosedur permintaan cek – Prosedur pembuatan bukti kas keluar – Prosedur pembayaran kas – Prosedur pencatatan pengeluaran kas 6) Unsur Pengendalian Intern Unsur pengendalian intern dalam system akuntansi pengeluaran kas dengan cek adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2001:517): Organisasi : a) Fungsi penyimpanan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
Universitas Sumatera Utara
b) Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanaka sendiri oleh bagian kasa sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan fungsi lain. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan : c) Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang. d) Pembukaan dan penutupan rekening bank harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang. e) Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas (dalam metode pencatatan tertentudalam register cek) harus didasarkan bukti kas keluar yang telah mendapatotorisasi dari pejabat yang berwenang dan yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap. Praktik yang Sehat: a) Saldo kas yang ada ditangan harus dilindungi dari kemungkinan pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya. b) Dokumen dasar dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran kas dibubuhi cap“lunas” oleh bagian kassa setelah transaksi pengeluaran dilakukan. c) .Pengguanaan rekening koran bank (bank statement), yang merupakan informasi b) pihak ketiga, untuk mengecek ketelitian catatan kas oleh fungsi pemeriksaan intern (internal audit function) yang merupakan fungsi yang tidak terlibat dalam pencatatan dan penyimpanan kas. c) Semua pengeluaran kas harus dengan cek atas nama perusahaan penerima pembayaran atau dengan pemindah bukuan. d) Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah yang kecil, pengeluaran ini dilakukan dengan sistem akuntansi pengeluaran kas melalui dana kas kecil, yang akuntansinya diselenggarakan dengan imperest system. e) Secara periodik diadakan pencocokan jumlah fisik kas yang ada di tangan denganjumlah kas menurut catatan akuntansi.Kas yang ada di tangan (cash in safe) dan kas yang ada di perjalanan (cash in transit) diasuransikan dari kerugian. f) Kasir disuransikan (fidelity bond insurence). g) Kasir dilengkapi dengan alat-alat yang mencegah terjadinya pencurian terhadapkas yang ada di tangan (misalnya mesin register kas, lemari besi, dan strong room). h) Semua nomor cek harus dipertanggung jawabkan oleh bagian kasa. b. Sistem Dana Kas Kecil 1) Deskripsi Kegiatan Penyelenggaraan dana kas kecil untuk
memungkinkan pengeluaran
kasdengan uang tunai dapat diselenggarakan dengan dua cara: (1) sistem
Universitas Sumatera Utara
saldoberfluktuasi (fluctuating-fund-balance sistem) dan (2) imprest system.Dalam sistem saldo berfluktuasi, penyelenggaraan dana kas kecildilakukan dengan prosedur sebagai berikut (Mulyadi, 2001: 529): a) Pembentukan dana kas kecil dicatat dengan mendebit rekening dana kas kecil b) Pengeluaran dana kas kecil dicatat dengan mengkredit rekening dana kas kecil, sehingga setiap saat saldo rekening ini berfluktuasi. c) Pengisian kembali dana kas kecil dilakukan dengan jumlah sesuai dengankeperluan, dan dicatat denagn mendebit rekening Dana Kas Kecil. Dalamsistem ini, saldo rekening Dana Kas Kecil berfluktuasi dari waktu ke waktu. Dengan demikian, dalam sistem saldo berfluktuasi, catatan kas perusahaan tidak dapat direkonsiliasi dengan catatan bank, oleh karena itu rekonsiliasi bank bukan merupakan alat pengendalian bagi catatan kas perusahaan. Dalam imperest system, penyelenggaraan dana kas kecil dilakukansebagai berikut (Mulyadi, 2001:529): a) Pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan cek dan dicatat denganmendebit rekening Dana Kas Kecil. Saldo rekening Dana Kas Kecil ini tidak boleh berubah dari yang telah ditetapkan sebelumnya, kecuali jika saldo yang telah ditetapkan tersebut dinaikkan atau dikurangi. b) Pengeluaran dana kas kecil tidak dicatat dalam jurnal (sehingga tidak mengkredit rekening Dana Kas Kecil). Bukti-bukti pengeluaran dana kaskecil dikumpulkan saja dalam arsip sementara yang diselenggarakan olehpemegang dana kas kecil. c) Pengisian kembali dana kas kecil dilakukan sejumlah rupiah yangtercantum dalam kumpulan bukti pengeluaran kas kecil. Pengisiankembali dana kas kecil ini dilakukan dengan cek dan dicatat denagnmendebit rekening biaya dan mengkredit rekening kas. Rekening DanaKas Kecil tidak terpengaruh dengan pengeluarandana kas kecil. Dengandemikian pengawasan terhadap dana kas kecil mudah dilakukan, yaitudengan cara periodik atau secara mendadak menhitungdana kecil. Jumlahuang yang ada ditambah dengan permintaan pengeluaran kas kecil yangbelum dipertanggungjawabkan dan bukti pengeluaran dana kas kecil, harus sama dengan saldo rekening Dana Kas Kecil yang tercantum dalambuku besar. 2) Dokumen yang Digunakan
Universitas Sumatera Utara
Dokumen yang digunakan dalam sistem dana kas kecil adalah (Mulyadi, 2001: 530): a) Bukti kas keluar Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas dari fungsi akuntansikepada fungsi kas sebesar yang tercantum dalam dokumen tersebut. Dalamsistem dana kas kecil, dokumen ini diperlukan pada saat pembentukan dana kaskecil dan pada saat pengisian kembali dana kas kecil. b) Cek Permintaan pengeluaran kas kecil c) Dokumen ini digunakan oleh pemakai dana kas kecil untuk meminta uang kepada pemegang dana kas kecil. Bagi pemegang dana kas kecil dokumen ini berfungsi sebagai bukti telah dikeluarkannya kas keci olehnya. Dokumen ini diarsipkan oleh pemegang dana kas kecil menurut nama pemakai dana kas kecil. d) Bukti pengeluaran kas kecil Dokumen
ini
dibuat
mempertanggungjawabkan
oleh
pemakai
dana
kas
kecil
untuk
pemakaian dana kas kecil. Dokumen ini
dilampiri dengan bukti-buktipengeluaran kas kecil. e) Permintaan pengisian kembali kas kecilDokumen ini dibuat oleh pemegang dana kas kecil untuk meminta kepadabagian utang agar dibuatkan bukti kas keluar guna pengisian kembali dana kas kecil. 3) Catatan Akuntansi yang Digunakan
Universitas Sumatera Utara
Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem dana kas kecil adalah (Mulyadi, 2001: 532): a) Jurnal Pengeluaran Kas (cash disbursement journal) Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat pengeluaran kas dalam pembentukan dana kas kecil dan dalam pengisian kembali dana ksa kecil.Dokumen sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan dalam jurnal pengeluran kas adalah bukti kas keluar yang telah dicap “lunas” oleh fungsi kas. b) Register cek (check register) Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat cek perusahaan yangdikeluarkan untuk pembentukan dan pengisian kembali dana kas kecil. c) Jurnal pengeluaran dana kas kecil Untuk mencatat transaksi pengeluaran dana kas kecil diperlukan jurnalkhusus. Jurnal ini sekaligus berfungsi sebagai alat distribusi pendebitan yang timbul sebagai akibat pengeluaran dana ksa kecil. Jurnal ini hanya digunakan dalam sistem dana kas kecil dengan fluctuating-fundbalance system 4) Fungsi yang Terkait Fungsi yang terkait dalam sistem dana kas kecil adalah (Mulyadi, 2001: 534): a) Fungsi Kas b) Fungsi Akuntansi c) Fungsi pemegang dana kas kecil
Universitas Sumatera Utara
d) Fungsi yang memerlukan pembayaran tunai e) Fungsi Pemeriksa Intern
4. Sistem Pengendalian Intern a. Pengertian sistem Pengendalian Intern Sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 2001 : 2). Sedangkan pengertian sistem pengendalian intern menurut Mulyadi (2001 : 163) adalah gabungan suatu sistem yang meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Menurut Mulyadi (2001 : 163), “Kas diartikan sebagai alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi. Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan kas merupakan alat pertukaran atau pembayaran finansial yang mempunyai sifat paling tinggi tingkat likuiditasnya” Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan sistem pengendalian intern penerimaan kas adalah suatu susunan yang didalamnya meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga penerimaan saldo dalam kas.
Universitas Sumatera Utara
b. Tujuan dan prosedur Pengendalian Intern Menurut Mulyadi (2001 : 163) tujuan sistem pengendalian intern dilihat dari definisi sistem pengendalian intern adalah: 1) Menjaga kekayaan organisasi 2) Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi 3) Mendorong Efisiensi 4) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Menurut Mulyadi (2001:164) dilihat dari tujuan sistem pengendalian intern, maka kita dapat menggolongkan sistem pengendalian intern tersebut menjadi dua macam yaitu.: 1) Pengendalian intern akuntansi (internal accounting control) Pengendalian intern akuntansi meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian intern akuntansi yang baik akan menjamin kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan yang akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. 2) Pengendalian intern administratif (internal administrative control) Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinnya kebijakan manajemen. Penerimaan kas dalam suatu perusahaan bisa berasal dari beberapa sumber antara lain dari penjualan tunai, pelunasan piutang atau pinjaman. Prosedurprosedur pengawasan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut (Baridwan, 1992:87).: 1) Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank. 2) Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dan pencatatan kas. 3) Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan
Universitas Sumatera Utara
pencatatan kas selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas. c. Unsur-unsur Pengendalian Intern Menurut Mulyadi (2001:164), unsur pokok sistem Pengendalian Intern adalah: 1) Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas 2) Sistem wewenang dan prosedur pencatatn yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, piutang, pendapatan dan biaya. 3) Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit 4) organisasi. Karyawan yang mutunya sesuai dengatanggungjawabnya. d. Pemeriksaan Atas Penerimaan dan Pengeluaran Kas melalui Audit Operasional Untuk Meningkatkan Pengendalian Intern
Cara-cara yang digunakan untuk mengawasi penerimaan dan pengeluaran kas dalam perusahaan seringkali berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan yang lain, begitu pula dengan koperasi. Namun demikian ada beberapa prinsip pengawasan intern terhadap penerimaan kas yang dapat dijadikan pedoman (Jusup, 2001:4): 1) Petugas yang menangani urusan penerimaan kas tidak boleh merangkap sebagai pelaksana pembukuan/pencatatan atas penerimaan kas tersebut, sebaliknya petugas yang mengurusi pembukuan tidak boleh mengurusi kas. 2) Setiap kali penerimaan kas harus segera dicatat. Perusahaan harus mencatat formulir-formulir secara cermat sesuai dengan kebutuhan, dan menggunakannya dengan benar. 3) Penerimaan kas setiap hari harus disetorkan seluruhnya ke bank. Hal ini dilakukan agar petugas yang menangani kas tidak mempunyai 4) kesempatan untuk menggunakan kas perusahaan untuk kepentingan pribadi. 5) Apabila memungkinkan, sebaiknya diadakan pemisahan antara fungsi penerimaan kas dan fungsi pengeluaran kas. Prinsip-prinsip pengendalian intern yang pokok menurut Haryono Jusup (2001:4), yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1) Penetapan tanggung jawab secara jelas. 2) Penyelenggaraan pencatatan yang memadai. 3) Pengasuransian kekayaan dan karyawan perusahaan. 4) Pemisahan pencatatan dan penyimpanan aktiva. 5) Pemisahan tangungjawab atas transaksi yang berkaitan. 6) Pemakaian peralatan mekanis (bila memungkinkan). 7) Pelaksanaan pemeriksanaan secara independent. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dapat mendukug penelitian ini adalah Farih Siti Wansari Lubi (2008) dengan judul penelitian: “Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas Pada PT.Indosat Tbk” , Ricky Ricardo S.B (2007) dengan judul penelitian: “Evaluasi Audit Internal Atas Kas Untuk Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Pengelolaan Kas Pada PT.PLN (persero) Wilayah Sumut” dan Dewi Laela (2007) dengan judul penelitian: “Sistem Penendalian Intern Penerimaan Kas Pada Koperasi Karyawan PT. Djarum Kudus”. Tinjauan penelitian tnerdahulu dapat dilhat pada tabel.1 sebagai berikut:
Nama peneliti (Tahun penelitian) Wansari Lubi (2008)
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Metode Penelitian Hasil penelitian
Teknik deskriptif dan jenis data yang digunakan adalah data primer Pengambilan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi dan wawancara.
Sistem informasi akuntansi sitem peneriman dan pengeluaran kas pada PT.Indosat Tbk Medan sudah baik hal ini ditandai dengan pembagian tugas dan wewenang yang jelas, adanya sistem kas kecil dan lain-lain.Namun masih ada faktor-faktor tertentu yang menimbulkan keterlambatan pengiriman data dari masing-masing pelanggan yaitu telat melaporkan slip aplikasi pembayaran dan fotocopy faktur pajak.
Universitas Sumatera Utara
Ricky Ricardo S.B (2007)
Teknik deskriptif dan jenis data yang digunakan adalah data primer Pengambilan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi dan wawancara.
Dewi Laela (2007)
Teknik deskriptif kualitatif. jenis data yang digunakan adalah data primer Pengambilan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi dan wawancara.
Bagian audit internal pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumut melakukan fungsinya dengan baik, bagian audit internal tidak memiliki program jangka panjang hanya program kerja tahunan pemeriksaan,adanya pemisahan fungsi yang jelas dalam setiap transaksi penerimaan dan pengeluran kas , semua pengeluaran menggunakan cek, pengolahan kas sudah cukup baik hanya saja perusahaan tidak menggunakan dana kas kecil Fungsi yang terkait dalam sistem pengendalian intern penerimaan kas pada Koperasi Karyawan PT. Djarum Kudus atas penjualan tunai meliputi : (1) Fungsi penjualan, (2) Fungsi kas, (3) Fungsi Akuntansi. Fungsi yang terkait dalam sistem pengendalian intern penerimaan kas pada Koperasi Karyawan PT. Djarum Kudus atas penjualan kredit meliputi : (1) Fungsi kas, (2) Fungsi akuntansi piutang, (3) Fungsi pemeriksaan intern. Dokumen yang digunakan dalam sistem pengendalian intern penerimaan kas pada Koperasi Karyawan PT. Djarum Kudus atas penjualan tunai meliputi : (1) Faktur penjualan tunai, (2) Pita register kas (cash register tape), (3) Daftar harian kas. Sedangkan Dokumen yang digunakan dalam sistem pengendalian intern penerimaan kas pada Koperasi Karyawan PT. Djarum Kudus atas penjualan kredit meliputi : (1) Slip tagihan, (2) Bukti penerimaan kas (Bon merah), (3) Kuintansi. Catatan akuntansi yang di gunakan pada Koperasi Karyawan PT. Djarum Kudus atas penjualan tunai meliputi : (1) Daftar penerimaan kas, (2) Kartu persediaan. Sedangkan Catatan
Universitas Sumatera Utara
akuntansi yang di gunakan pada Koperasi Karyawan PT. Djarum Kudus atas penjualan kredit meliputi : (1) Jurnal penjualan kas, (2) Kartu piutang. Unsur pengendalian intern pada Koperasi Karyawan PT. Djarum Kudus meliput i : (1) Organisasi, (2) sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, (3) Praktek yang sehat.
C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagi berikut: Audit operasional kas Penerimaan kas
pengeluran kas
Pengendaian Intern
Efektifitas Penngelolaa kas
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis (Jurusan Akuntansi, 2004: 13). Kerangka konseptual diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Audit operasional merupakan penelaahan atas prosedur dan metode operasi entitas untuk menentukan tingkat efisiensi dan efektivitasnya. Secara ringkas dapat
disimpuikan
bahwa
tujuan
audit
operasional
dilakukan
untuk
mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas pelaksanaan aktivitas suatu organisasi.
Tingkat efisiensi dan efektivitas pelaksanaan aktivitas suatu
organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya internal kontrol yang baik di dalam organisasi tersebut.
Kas adalah aktiva perusahaan yang paling banyak
mengalami penyelewengan dan kecurangan dalam suatu organisasi . Dimana aktifits kas terdiri atas aktivitas penerimaan kas dan aktivitas pengeluran kas. Tnapa adanya internal kontrol yang memadai pada suautu organisasi/ perusahaan, ini sangat mustahil untuk mengurangai tingkat penyelewengan dan kecurangan serta penggunaan kas yang efektif dan efisien dalam suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara