BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Lobak Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering disebut dengan lobak cina/lobak oriental. Tanaman lobak memiliki akar tunggang dengan akar samping yang tumbuh pada akar tunggang. Akar tunggang ini nantinya berubah fungsi dan bentuk menjadi umbi yang besar, umbi tersebut tumbuh memanjang ke bawah seperti wortel, bentuknya lebih bulat dan berwarna putih bersih. Untuk batangnya ukurannya pendek dan daunnya lonjong berbulu, bagian umbi yang dekat dengan permukaan tanah dan terkena sinar matahari biasanya akan berubah warna menjadi agak kehijauan. Lobak tumbuh baik di daerah pegunungan ataupun di dataran rendah, dengan udara lembab dan dingin (Anonim, 2010).
2.1.1
Taksonomi Lobak ( Rhaphanus sativus L.) Menurut (Ali dan Rahayu, 1999) dalam taksonomi tumbuhan, lobak
diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Papaveralas
Famili
: Cruciferae/ Brassicaceae
Genus
: Raphanus
Spesies
: Raphanus sativus L.
2.1.2
Kandungan dan manfaat Lobak (Rhaphanus sativus L.)
Universitas Sumatera Utara
Lobak banyak mengandung vitamin, mineral,dan kandungan gizi lainnya dalam 100 gram yaitu: kalori (19,00 kal), protein (0,90 g), lemak (0,10 g ), karbohidrat (4,20 g), kalsium (35,00 mg), fosfor (26,00 mg), besi (0,60 mg), vitamin A (10,00 SI), vitamin B1 (0,03 mg), vitamin C (32,00 mg), air (94,10 g), bagian yang biasa dimakan Lobak mempunyai khasiat untuk melancarkan jalannya air kencing, sayuran ini pun dapat menghilangkan lendir yang ada di dalam kerongkongan. Oleh karena itu orang yang menderita demam atau sakit batuk sangat baik mengkonsumsi sayuran lobak. Selain khasiat dari umbinya, daun lobak yang dikonsumsi dapat berfungsi membersihkan darah. Hampir seluruh bagian tanaman lobak dapat dimakan, umbinya dapat dimakan mentah sebagai lalap atau dimasak untuk sayur. Daun dan batangnya juga dapat digunakan sebagai lalap baik dalam keadaan mentah atau setengah dikukus (Ali dan Rahayu, 1999).
2.2 Kulit Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya. Dimana lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam kulit sedikit maka kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme, kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk pada kulit yang pecahpecah tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan serta menjadi sumber infeksi (Tranggono dan Latifah, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Anatomi kulit Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan subkutis (Tranggono dan Latifah, 2007). 1. Lapisan Epidermis Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:
Stratum corneum (lapisan tanduk) Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.
Stratum lucidum (lapisan jernih) Berada tepat di bawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir) Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.
Stratum spinosum (lapisan malphigi) Sel berbentuk kubus dan seperti berduri, intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Stratum germinativum (lapisan basal) Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin.
Universitas Sumatera Utara
2. Dermis Lapisan dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. 3. Subkutis Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf sepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening (Tranggono dan Latifah, 2007., Wasitaatmadja, 1997).
2.2.2 Fungsi kulit Kulit sebagian organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi (Wirakusumah, 1994), diantaranya sebagai berikut: a. Kulit sebagai filter dan pelindung tubuh Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan-bahan yang membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya. Selain itu kulit juga dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas matahari, api, dan angin. Fungsi proteksi (Dwikarya, 2003), terjadi karena beberapa hal: 1. Kehadiran selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap air, sehingga manusia tidak menggelembung ketika berenang. 2. Keasaman (pH) kulit akibat keringat dan lemak kulit (sebum) menahan dan menekan bakteri dan jamur yang berkeliaran di sekitar kulit. 3. Jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ tubuh dari benturan. b. Kulit sebagai pengatur suhu tubuh
Universitas Sumatera Utara
Kulit dapat menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara melepaskan keringat apabila suhu tubuh panas, yang mana keringat tersebut akan menguap dan tubuh merasa dingin. Demikian
pula sebaliknya bila mengalami kedinginan maka
pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga panas yang ada di dalam tubuh tidak ke luar (tetap tertahan). c. Kulit sebagai sistem saraf yang sensitif Kulit terdiri dari sistem saraf yang peka terhadap ancaman dari luar seperti panas, dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu kulit akan selalu memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem saraf tersebut. d. Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam jaringan tubuh, lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh. Kulit mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka atau retak maka daya ikat terhadap air akan berkurang.
2.2.3
Jenis Kulit Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian:
1. Kulit normal Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
2. Kulit berminyak Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak di permukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket. 3. Kulit kering
Universitas Sumatera Utara
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan (Dwikarya, 2003).
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecantikan Kulit Masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam tubuh sendiri maupun dari luar, Adapun beberapa faktornya adalah sebagai berikut: (Wirakusumah, 1994). a. Keturunan (bawaan) Keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya. Misalnya warna kulit ada yang hitam, putih, atau sawo matang. Demikian pula dengan kulit halus, kasar atau berminyak. b. Hormon Kadar hormon estrogen (pada wanita) dan progesteron (pada pria) dalam tubuh sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen. Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit. c. Alergi Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi terhadap benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan, kosmetik maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya warna kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai ada yang terluka. d. Iklim
Universitas Sumatera Utara
Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada kulit. Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu perlindungan ketika beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari langsung, misalnya dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir surya. e. Stres Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.3 Emulsi Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi dapat distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Anief, 2000). Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m). Pada umumnya, sebagian besar sediaan kosmetik yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit (Ditjen POM, 1985). Keuntungan dari tipe emulsi m/a (Voight, 1995), adalah: 1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit. 2. Memberi efek dingin terhadap kulit. 3. Tidak menyumbat pori-pori kulit. 4. Bersifat lembut 5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika: a. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan-bulatan. b. Jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam. c. Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam. (Ansel, 1989).
2.4 Krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995). Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanihing cream Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman, dkk., 1994).
Universitas Sumatera Utara
Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin, propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w untuk mengurangi peguapan air dari permukaan kulit (Voight, 1995).
2.4.1 Krim tangan dan badan Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, tidak bersisik, dan
tidak mudah pecah. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum untuk
mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindungi. Krim tangan dan badan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (Ditjen POM, 1985).
1. Memberikan sumber kelembaban yang siap digunakan oleh kulit 2. Memberikan lapisan tipis minyak yang bersifat seperti sebum dan tidak mempengaruhi respirasi kulit 3. Memberikan rasa lembut dan halus pada kulit,tidak terlalu berminyak 4. Mudah dikontrol.
2.5 Kosmetik Untuk Kulit Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.4.1745 tentang kosmetik, dinyatakan bahwa defisini kosmetik
Universitas Sumatera Utara
adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Ditjen POM, 2004).
2.5.1 Kosmetika pelembab Umumnya kosmetika pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan, maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak kulit semula. Kosmetik pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan minyak tersebut (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air (moisturizing cream) dan dapat ditambahkan atau dikurangi zat tertentu untuk tujuan khusus (Wasitaatmadja, 1997).
2.5.2 Syarat dari kosmetika pelembab Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu: a. Enak dan mudah dipakai. b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan. c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur. d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.5.3 Pelembab kulit
Universitas Sumatera Utara
Secara garis besar, retak-retak pada stratum korneum di bawah kondisi yang kurang baik akan menimbulkan gangguan kulit yang lebih serius. Jika celah-celah berbentuk V itu berkembang dan bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran dan sisa mikroorganisme masuk, maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak itu akan menimbulkan iritasi dan peradangan atau keratinisasi abnormal yang juga akan melemahkan kulit. Di sinilah perlunya kosmetik pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibatakibat buruknya (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.5.4 Macam-macam kosmetik pelembab Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Kosmetik pelembab dengan dasar lemak Kosmetik tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sehingga mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut. Kosmetik pelembab dengan dasar lemak terbagi dalam berbagai bentuk, yaitu krim lemak anhydrous, krim emulsi W/O, emulsi ganda, krim O/W yang kaya lemak, dan emulsi O/W cair yang mengandung air lebih dari 80%. 2. Kosmetik pelembab dengan dasar gliserol atau humektan sejenis. Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang
bersifat
higroskopis,
yang
menyerap
uap
air
dari
udara
dan
mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.6 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985). a. Emolien Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol. b. Zat sawar Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat. c. Humektan Humektan adalah suatu zat yang
dapat mengontrol perubahan kelembaban
diantara produk dan udara, baik di dalam kulit maupun di luar kulit. Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap. d. Zat pengemulsi Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahanbahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997). e. Pengawet Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat anti kuman sehingga menangkal aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja, 1997). e. Parfum
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan produsen (Lachman, dkk., 1994).
2.7 Silika Gel Silika gel (SiO2) adalah terhidrat sebagian, amorf, terdapat dalam bentuk granul seperti kaca dengan berbagai ukuran. Jika digunakan sebagai pengering, sering kali disalut dengan senyawa yang berubah warna jika kapasitas penyerapan air telah habis. Bahan berwarna tersebut dapat dikembalikan (dapat menyerap air kembali) dengan memanaskannya pada suhu 110oC hingga gel berubah warna semula (Ditjen POM, 1995).
Universitas Sumatera Utara