BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi akan memberikan perhatian penuh kepada mutu atau kualitas. Menurut Gasperz (2001:4), pada dasarnya kualitas mengacu kepada pengertian pokok berikut: 1. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu. 2. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan. Untuk memenuhi mutu yang diinginkan oleh pasar, diperlukan suatu standard mutu, salah satunya adalah standard mutu yang disediakan oleh ISO. Menurut
Indranata
(2006:6)
”The
International
Organization
for
Standardization (ISO) adalah suatu federasi non pemerintah yang menerbitkan standar mutu produk.” Misi dari ISO adalah meningkatkan pengembangan standardisasi dan aktivitas yang terkait di dunia dengan mempermudah pertukaran internasional dari barang dan jasa, dan untuk mengembangkan kerja sama dalam bidang aktivitas intelektual, sains, teknik, dan ekonomi. Standar yang diterbitkan oleh badan ISO salah satunya adalah ISO 9000 yang terdiri dari beberapa seri, dan yang terlengkap adalah seri 9001:2000.
Universitas Sumatera Utara
8
Menurut Gaspersz (2002:1) ISO 9001:2000 adalah Suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu. ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen kualitas, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Dalam hal ini, tentu saja produk tersebut bersifat fleksibel tergantung jenis perusahaannya. ISO 9001:2000 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk. ISO 9001:2000 hanya merupakan standar sistem manajemen mutu. Suatu
sistem
manajemen
mutu
merupakan
sekumpulan
prosedur
terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan/ atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Kebutuhan atau persyaratan itu ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi. Prinsip-prinsip manajemen mutu yang menjadi landasan penyusunan ISO 9001:2000 adalah: 1. Fokus kepada pelanggan 2. Kepemimpinan 3. Keterlibatan orang-orang / karyawan 4. Process ApproachPendekatan proses 5. Pendekatan sistem untuk manajemen 6. Continual ImprovementPerbaikan terus menerus 7. Hubungan dengan pemasok saling menguntungkan
Universitas Sumatera Utara
9
Menurut Hadiwiardjo dan Sulistijarningsih (2004:376) manfaat-manfaat umum sistem manajemen mutu yang efektif adalah: 1. Pelanggan-pelanggan yang puas dan setia karena barang dan jasa yang lalu diproduksi sesuai dengan kebutuhan mereka 2. Biaya-biaya operasional yang berkurang sebagai akibat pemborosan dihilangkan dan efisiensi ditingkatkan sebagai suatu hasil dari penghapusan ketidaksesuaian. 3. Daya saing dan laba diperbaiki karena biaya-biaya kegiatan operasional berkurang. 4. Semangat pegawai ditingkatkan karena mereka bekerja dengan efisien. Penerapan manajemen mutu mengandung banyak faktor positif yaitu: Manfaat secara eksternal: 1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan dengan memberikan jaminan manajemen mutu 2. Meningkatkan citra organisasi terutama dikaitkan dengan perubahan persepsi pelanggan dari mutu produk ke proses. 3. Menjamin peningkatan mutu organisasi secara terus-menerus 4. Meningkatkan kompetisi dengan organisasi lain, sebagai sarana antisipasi terhadap kecenderungan yang berkaitan dengan keamanan penggunaan di pasaran internasional. Manfaat secara internal: 1. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan dan manajer organisasi melalui prosedur-prosedur dan instruksi-intruksi yang terdefinisi secara baik.
Universitas Sumatera Utara
10
2. Meningkatkan sistem kerja yang lebih baik dan konsisten, sehingga membuat sistem kerja dalam suatu organisasi menadi standar kerja yang terdokumentasi. 3. Penerapan yang sesuai, akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi. 4. Media untuk peningkatan berkesinambungan. Menurut Hariyuwono (2007), suatu perusahaan yang menerapkan ISO 9001:2000 akan memperoleh beberapa manfaat, yaitu: 1. 2.
3.
4.
5.
6. 7.
meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan kualitas yang terorganisasi dan sistematik. perusahaan yang telah bersertifikat ISO diperbolehkan beriklan di media massa, bahwa sistem manajemen kualitas perusahaan tersebut telah berstandar internasional. Hal ini dapat meningkatkan brand image perusahaan serta daya saing dalam memasuki pasar global. meningkatkan kualitas dan produktivitas dari manajemen melalui kerjasama dan komunikasi yang lebih baik, sistem pengendalian yang konsisten, serta pengurangan dan pencegahan pemborosan karena operasi internal menjadi lebih baik. memberikan pelatihan–pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan dan manajer organisasi melalui prosedur-prosedur dan instruksi–instruksi yang terdefinisi secara baik. perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 secara otomatis terdaftar pada lembaga registrasi, sehingga apabila pelanggan ingin potensial ingin mencari pemasok bersertifikat ISO 9001:2000, akan menghubungi lembaga registrasi. menghemat biaya dan mengurangi duplikasi audit sistem kualitas oleh pelanggan terjadi perubahan positif dalam hal kultur kualitas dari anggota organisasi, karena manajemen dan karyawan terdorong untuk mempertahankan sertifikat ISO 9001:2000 yang umumnya hanya berlaku selama tiga tahun.
Sistem manajemen mutu yang sesuai dengan standar ISO 9001:2000 merupakan pendekatan untuk mempertahankan hidup serta meningkatkan daya saing perusahaan yang mampu menghasilkan laba bagi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
11
B. Biaya Produksi Biaya produksi adalah biaya – biaya yang berkaitan dengan pengolahan atau mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang siap dijual atau dikonsumsi. Menurut Carter dan Usry (2002:2) “manufacturing costs also called production cost is usually defined as the sum of three cost elements: direct materials, direct labor, and factory overhead”. Berdasarkan definisi diatas, dapat diketahui bahwa unsur biaya produksi terdiri dari : a. Bahan langsung Menurut Garrison dan Noreen (2004:47), ”Bahan langsung adalah bahan yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari produk jadi dan dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk tersebut”. Pertimbangan utama dalam mengelompokkan bahan kedalam bahan langsung adalah kemudahan penelusuran proses perubahan tersebut sampai menjadi barang jadi. Bahan yang menjadi bagian produk berwujud atau bahan yang digunakan dalam penyediaan jasa pada umumnya diklasifikasikan sebagai bahan langsung. Sebahai contoh, besi pada mobil, kayu pada perabotan rumah, alcohol pada tisu pembersih wajah, kain pada jeans, kawat untuk perbaikan gigi, kain kasa dan anasteri untuk operasi, dan lain-lain. b. Tenaga kerja langsung Menurut Hansen dan Mowen (2004:50), “Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi”. Seperti halnya bahan langsung, pengamatan fisik dapat
Universitas Sumatera Utara
12
digunakan dalam mengukur kuantitas tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi suatu produk dan jasa. Tenaga kerja yang mengubah bahan baku
menjadi
produk
atau
menyediakan
jasa
kepada
pelanggan
diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. c. Overhead Menurut Hansen dan Mowen (2004:51), “Semua biaya produksi selain dari baha langsung dan tenaga kerja langsung dikelompokkan ke dalam satu kategori yang disebut biaya overhead”. Jenis-jenis biaya overhead pabrik: 1) Penggolongan biaya overhead menurut sifatnya a) Biaya bahan penolong Bahan yang tidak atau menjadi bagian produk relatif kecil dibandingkan dengan bahan baku langsung. Misalnya: pada perusahaan mebel, penggunaan bahan plitur, cat, paku, dan sebagainya. b) Biaya reparasi dan pemeliharaan Biaya yang berupa suku cadang, biaya bahan habis pakai, biaya untuk perbaikan dan pemeliharaan aktiva tetap yang digunakan untuk keperluan pabrik, dan sebagainya. c) Biaya tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
13
Misalnya: karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu seperti departemen pembangkit tenaga listrik, uang, bengkel, dan departemen gudang, kepala departemen produksi, administrasi pabrik, dan mandor. d) Biaya yang timbul akibat penilaian aktiva tetap Misalnya: biaya-biaya penyusutan, emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin perkakas laboratorium, aktiva lain yang diperlukan di pabrik. e) Biaya yang terjadi akibat berlalunya waktu Misalnya: biaya asuransi gudang dan departemen, equipment, asuransi kenderaan, asuransi karyawan, dan sebagainya. 2) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut tingkah laku biayanya Biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu: a) Biaya Overhead Pabrik Tetap Biaya yang tidak berubah selama dalam kapasitas penuh. Misalnya: beban penyusutan gedung, mesin dengan pendekatan metode garis lurus, dan sebagainya. b) Biaya Overhead Pabrik Variabel Biaya yang mengalami perubahan sebanding dengan perubahan volume kegiatan. c) Biaya Overhead Pabrik Semivariabel
Universitas Sumatera Utara
14
Biaya yang mengalami perubahan tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Misalnya: biaya operasi dan pemeliharaan, beban listrik dan air, dan sebagainya. 3) Penggolongan biaya overhead berdasarkan departemen Ditinjau dari hubungannya dalam departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu: a) Biaya Overhead Pabrik langsung departemen Misalnya: gaji mandor departemen produksi, biaya depresiasi mesin, gedung pabrik, dan biaya bahan penolong. b) Biaya Overhead Pabrik tidak langsung departemen Biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati lebih dari satu departemen. Misalnya: biaya depresiasi, pemeliharaan gedung, manajer pabrik, asuransi gedung pabrik yang digunakan beberapa departemen produksi.
C. Pengendalian Biaya Produksi Setiap proses atau kegiatan yang berlangsung dalam suatu perusahaan harus dapat dikendalikan. Menurut Hansen dan Mowen (2001:714), ”Kontrol (pengendalian) adalah proses menetapkan standar, menerima umpan balik dari kinerja aktual, dan melakukan tindakan perbaikan ketika kinerja aktual bergeser
Universitas Sumatera Utara
15
secara signifikan dari kinerja yang direncanakan”. Pengendalian dilaksanakan dengan tujuan agar setiap aktivitas di dalam perusahaan dapat mencapai sasaran atau hasil yang sesuai dengan yang direncanakan. Pengendalian dapat berfokus pada peristiwa-peristiwa sebelum, selama, atau setelah melakukan suatu proses. Menurut Daft (2006:529), ”Para manajer membuat sistem-sistem pengendalian yang terdiri atas empat langkah utama yaitu menentukan standar, mengukur kinerja, membandingkan kinerja dengan standar, dan melakukan koreksi seperlunya”.
Umpan Balik
Menyesuaikan standar
Menentu kan tujuantujuan strategis
Menyesuaikan kinerja
1. Menent ukan standarstandar kinerja
2. Mengukur kinerja aktual
3. Memban dingkan kinerja dengan standar
Jika tidak Memadai
4. Mengam bil tindakan korektif
Jika memadai
Umpan Balik
4. Tidak melakukan apapun atau memberikan bantuan
Gambar 2.1 Model Pengendalian Sumber: Richard L. Daft, ”Manajemen”, Edisi Keenam, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2006, hal 530
Universitas Sumatera Utara
16
Semakin pesatnya kegiatan usaha juga membawa pengaruh terhadap besarnya biaya yang digunakan, sehingga perusahaan menaruh perhatian besar terhadap pengendalian biaya. Pengendalian biaya adalah suatu proses yang meliputi seluruh tingkat dan seluruh kegiatan satu perusahaan. Oleh sebab itu, pengendalian biaya harus merupakan rencana yang didukung oleh seluruh anggota perusahaan tersebut. Satu dari sekian banyak perencanaan dan pengukuran kinerja, anggaran adalah alat yang sering digunakan sebagai alat pengendalian, karena apabila anggaran disusun dengan baik maka dapat mempermudah penilaian terhadap tingkat efisiensi setiap kegiatan. Menurut Nafarin (2004:22), ”Anggaran merupakan alat pengendalian atau pengawasan”. Pengendalian berarti melakukan evaluasi (menilai) atas pelaksanaan pekerjaan, dengan cara: 1. Membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran). 2. Melakukan
tindakan
perbaikan
apabila
dipandang
perlu
(jika
ada
penyimpangan yang merugikan). Alat yang tepat bagi manajemen untuk melaksanakan fungsi pengendalian terhadap biaya produksi adalah berdasarkan perencanaan yang diteliti dan disusun dalam bentuk anggaran. Melalui anggaran ini diharapkan manajemen mengetahui apakah biaya yang sebenarnya telah sesuai, berada di atas, atau di bawah anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pengendalian biaya produksi digunakan anggaran biaya produksi. Anggaran biaya produksi meliputi :
Universitas Sumatera Utara
17
a. Anggaran Biaya Bahan Langsung Menurut Garrison dan Noreen (2000:418), ”Anggaran bahan langsung menunjukkan secara rinci bahan mentah yang harus dibeli untuk memenuhi anggaran produksi dan untuk memenuhi jumlah persediaan yang sesuai”. Penyusunan anggaran bahan langsung dapat dilakukan dengan mudah dengan cara mengetahui kuantitas produksi dan standar bahan langsung. Dari anggaran bahan langsung dapat disusun anggaran pembelian bahan untuk memenuhi kebutuhan produksi dan persediaan selama periode yang akan datang. Anggaran biaya bahan langsung dapat dihitung dengan cara: Rencana pemakaian bahan langsung x Standar harga bahan baku Contoh: Anggaran produksi setahun 182 unit Standar pemakaian bahan baku per unit produk 2 ons Standar harga bahan baku per unit produk Rp 160 Rencana persediaan bahan baku akhir 65 ons Persediaan bahan baku awal 26 ons Dari data tersebut dapat dihitung bahan baku yang dipakai setahun sebanyak = 182 unit x 2 ons = 364 ons. Setelah itu dapat disusun anggaran bahan baku sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
18
Tabel 2.1 Perusahaan Kecap Asli ANGGARAN BAHAN BAKU Tahun yang Berakhir 31 Desember 1996 Keterangan
Dalam Ons
Pembelian bahan baku Persediaan bahan baku awal + Bahan baku tersedia Persediaan bahan baku akhir Bahan baku dipakai
403 ons 26 ons 429 ons 65 ons 364 ons
Harga per Ons Rp 160 Rp 160 Rp 160 Rp 160 Rp 160
Dalam Rp Rp 64.480 Rp 4.160 Rp 68.640 Rp 10.400 Rp 58.240
Sumber : M. Nafarin (2000:62)
b. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Menurut Hansen dan Mowen (2006:362), ”Anggaran tenaga kerja langsung menunjukkan total jam tenaga kerja langsung yang dibutuhkan dan biaya yang berhubungan dengan jumlah unit dalam anggaran produksi”. Kebutuhan tenaga kerja lagsung harus dihitung agar perusahaan tahu apakah jam tenaga kerja langsung yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi. Formula yang dapat digunakan dalam menyusun anggaran pemakaian jam tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut: Jumlah jam Kerja langsung
=
unit produksi
x
standar tenaga kerja langsung
Untuk menyusun anggaran biaya tenaga kerja langsung diperlukan data tentang jumlah tenaga kerja langsung dan daftar tarif upah tenaga kerja langsung per jam. Formula yang digunakan: Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung
=
Jumlah Jam x Kerja Langsung
Tarif upah TKL/jam
Universitas Sumatera Utara
19
Contoh : Misalkan anggaran produksi dari Perusahaan Kecap Asli selama tahun 2006 sebagai berikut: Triwulan: Kecap Sedang I 22 botol II 23 botol II 24 botol IV 26 botol Setahun 95 botol Standar jam tenaga kerja
Kecap Manis 13 botol 13 botol 14 botol 14 botol 54 botol langsung untuk
Kecap Asin Total 9 botol 44 botol 10 botol 46 botol 9 botol 47 botol 10 botol 50 botol 38 botol 187 botol membuat satu botol kecap
diperlukan waktu 0,1 jam. Sehingga dapat disusun anggaran pemakaian jam tenaga kerja langsung sebagai berikut: Tabel 2.2 Perusahaan Kecap Asli ANGGARAN PEMAKAIAN TENAGA KERJA LANGSUNG Tiap Triwulan pada Tahun 2006 Triwulan: Kecap Sedang Kecap Manis Kecap Asin Total I 2,2 jam 1,3 jam 0,9 jam 4,4 jam II 2,3 jam 1,3 jam 1,0 jam 4,6 jam II 2,4 jam 1,4 jam 0,9 jam 4,7 jam IV 2,6 jam 1,4 jam 1,0 jam 5,0 jam Setahun 9,5 jam 5,4 jam 3,8 jam 18,7 jam Sumber : M. Nafarin (2000:73)
Misalnya data standar upah tenaga kerja langsung per jam Rp 500, maka dapat disusun anggaran biaya tenaga kerja langsung sebagai berikut: Tabel 2.3 Perusahaan Kecap Asli ANGGARAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG Tiap Triwulan pada Tahun 2006 Triwulan: Kecap Sedang Kecap Manis Kecap Asin Total I Rp 1.100 Rp 650 Rp 450 Rp 2.200 II Rp 1.150 Rp 650 Rp 500 Rp 2.300 II Rp 1.200 Rp 700 Rp 450 Rp 2.350 IV Rp 1.300 Rp 700 Rp 500 Rp 2.500 Setahun Rp 4.750 Rp 2.700 Rp 1.900 Rp 9.350 Sumber : M. Nafarin (2000:74)
Universitas Sumatera Utara
20
c. Anggaran Biaya Overhead Menurut Garrison dan Noreen (2000:421), ”Anggaran overhead pabrik menunjukkan seluruh biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung”. Dalam biaya overhead pabrik terdapat biaya variabel dan biaya tetap. Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead yang besar kecilnya dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi, sedangkan biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi. Contoh : Misalnya Perusahaan Kecap Asli menyusun anggaran biaya overhead pabrik sebagai berikut: Tabel 2.4 Perusahaan Kecap Asli ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 1996 Unsur Biaya Overhead Pabrik (BOP) Bahan pembantu Supplies pabrik Tenaga kerja tak langsung Pemeliharaan pabrik Listrik pabrik Depresiasi pabrik Asuransi pabrik Lain-lain pabrik Jumlah
Total BOP
BOP Tetap
BOP Variabel
4.000 1.000 7.000 1.000 3.000 2.000 1.000 1.000 20.000
1.000 200 2.000 2.000 600 600 6.400
4.000 1.000 6.000 800 1.000 400 400 13.600
Sumber : M. Nafarin (2000:75)
Perbandingan hasil aktual dengan sasaran yang direncanakan atau dianggarkan telah ditekankan sebagai bagian integral dari proses pengendalian. Setiap penyimpangan yang terjadi pada unsur-unsur biaya produksi yaitu biaya
Universitas Sumatera Utara
21
bahan baku langsung, biaya upah langsung, dan biaya overhead, baik yang menguntungkan maupun merugikan perlu diselidiki dan dianalisis. Analisis ini perlu untuk meneliti dimana penyimpangan itu terjadi, apa penyebabnya, dan siapa saja yang bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut. Jika terdapat penyimpangan yang menguntungkan, belum tentu itu efisien, mungkin saja ini terjadi akibat penetapan harga standar yang terlalu rendah. Apabila terjadi realisasi biaya yang lebih kecil dari standar maka selisihnya disebut selisih menguntungkan (favorable) dan sebaliknya apabila realisasi biayanya lebih besar dari anggaran maka disebut selisih rugi (unfavorable). Penyimpangan antara anggaran dan realisasi disebut dengan varians. Menurut Welsch, Hilton, dan Gordon (2000:498) dalam mengevaluasi varians untuk
mengetahui
penyebab
terjadinya,
kemungkinan
berikut
perlu
dipertimbangkan, yaitu: 1. Varians tersebut tidaklah material atau signifikan 2. Varians disebabkan oleh kesalahan pelaporan. Sasaran yang direncanakan atau dianggarkan dan data aktual yang disediakan oleh departemen akuntansi harus diperiksa kebenarannya. 3. Varians disebabkan oleh keputusan khusus manajemen. Varians jenis ini harus diidentifikasi, sekali diidentifikasi, biasanya tidak memerlukan penelitian lebih lanjut karena bila keputusan telah dibuat maka telah disadari adanya varians dari rencana. 4. Varians yang berasal dari faktor yang tidak dapat dikendalikan. 5. Varians yang tidak diketahui penyebabnya harus menjadi perhatian utama dan harus diselidiki secara teliti. Dengan kata lain, manajer harus memberikan perhatian khusus kepada varians yang membutuhkan penjelasan. Ini adalah pengecualian yang membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
22
Contoh : Tabel 2.5 Laporan Pertanggungjawaban Masing-masing Level Di Perusahaan Manufaktur Level Biaya Anggaran Selisih Manajemen Sesungguhnya Biaya Direktur produksi Pabrik I Pabrik II Kantor Direktur Manajemen Pabrik 2 Departemen A Departemen B Departemen C Kantor Manajer Pabrik 2 Departemen A Bahan baku TKL BOP
Keterangan
Rp. 2.450.000 Rp. 2.650.000 Rp. 2.250.000 Rp. 7.350.000
Rp. 2.500.000 Rp. 2.250.000 Rp. 2.400.000 Rp. 7.450.000
Rp. 50.000 Rp. 100.000 Rp. 150.000 Rp. 100.000
Menguntungkan Merugikan Menguntungkan Menguntungkan
Rp. 1.050.000 Rp. 650.000 Rp. 350.000 Rp. 650.000 Rp. 2.650.000
Rp. 1.000.000 Rp. 625.000 Rp. 375.000 Rp. 550.000 Rp. 2.550.000
Rp. 50.000 Rp. 25.000 Rp. 75.000 Rp. 100.000 Rp. 100.000
Merugikan Merugikan Menguntungkan Merugikan Merugikan
Rp. 550.000 Rp. 300.000 Rp. 200.000 Rp. 1.050.000
Rp. 500.000 Rp. 275.000 Rp. 225.000 Rp. 1.000.000
Rp. Rp. Rp. Rp.
Merugikan Merugikan Menguntungkan Merugikan
50.000 25.000 25.000 50.000
Sumber: Adisaputro dan Anggraini (2007:49)
D. Laba Operasi Penghasilan atau laba diartikan sebagai suatu keadaan dimana total yang diterima melebihi jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut. Laba dapat dihitung dengan cara mengurangkan total pendapatan dengan semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut. Salah satu cara untuk memperbesar laba adalah dengan meningkatkan penjualan, sehingga akan memperbesar pendapatan atau menekan biaya untuk mengalihkan pendapatan tersebut. Laba sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi atau
Universitas Sumatera Utara
23
penghasilan perusahaan. Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran laba adalah penghasilan dan beban. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI:2007:13) mendefinisikan penghasilan dan beban sebagai berikut: Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Penghasilan (laba) sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earning per share). Menurut Ingram, et al (2005:132), “Operating income are cost of resources consumed as part of operating activities during a fiscal period and that are not directly associated with specific goods and services. Include of selling, general, and administrative expenses incurred during a period”. Laba operasi merupakan selisih antara penjualan dengan seluruh biaya dan beban operasi. Laba operasi dapat digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan bisnis utamanya. Beban pokok penjualan merupakan perkiraan biaya langsung yang berhubungan
dengan
penjualan
barang
atau
jasa.
Laporan
laba
rugi
mencantumkan pendapatan dan beban pokok penjualan lalu mencantumkan selisih keduanya yang disebut sebagai laba kotor.
Universitas Sumatera Utara
24
Beban operasi merupakan beban yang terjadi dalam keadaan normal perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Beban operasi terdiri dari: a) Beban
penjualan/distribusi/pemasaran
yaitu
seluruh
beban
yang
dikeluarkan untuk kegiatan penjualan sampai produk berada di tangan konsumen, antara lain beban pengiriman, promosi, gaji pegawai bagian penjualan dan pemasaran. b) Beban administrasi dan umum yaitu beban yang dikeluarkan untuk kegiatan-kegiatan di luar usaha perusahaan, antara lain beban gaji personalia, umum, dan lain-lain.
E. Hubungan Mutu dengan Biaya Produksi dan Laba Menurut Gasperz (2001:3), ”Perhatian pada mutu akan memberikan dampak positif terhadap biaya produksi dan pendapatan”. Dampak terhadap biaya produksi terjadi melalui proses pembuatan produk yang memiliki derajat konformansi (conformance) yang tinggi terhadap standar-standar sehingga bebas dari tingkat kerusakan yang mungkin. Itu berarti dihindarkan terjadinya pemborosan (waste) dan inefisiensi sehingga ongkos produksi akan menjadi rendah yang pada gilirannya akan membuat harga menjadi lebih kompetitif. Dampak terhadap peningkatan pendapatan terjadi melalui peningkatan penjualan atas produk yang berharga kompetitif. Setiap konsumen pada umumnya akan memilih produk–produk berkualitas tinggi pada tingkat harga yang kompetitif. Hal ini akan meningkatkan penjualan dari produk-produk itu yang
Universitas Sumatera Utara
25
berarti pula meningkatkan pangsa pasar (market share) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Menurut Nasution (2005:42) hubungan mutu dengan biaya produksi dan laba digambarkan sebagai berikut: P E R B A I K A N
Harga yang lebih tinggi
Memperbaiki posisi persaingan
Meningkatkan pangsa pasar Meningkatkan penghasilan
M U T U
Meningkatkan keluaran yang bebas dari kerusakan
Mengurangi biaya operasi
Meningkatkan laba
Gambar 2.2 Hubungan Kualitas Dengan Biaya Produksi dan Laba Sumber: M. N. Nasution, 2005:43
Hubungan-hubungan dalam gambar 2.2 dijelaskan sebagai berikut: 1. Pasar yang dilayani oleh industri mencakup pelanggan-pelanggan dengan kebutuhan barang dan jasa tertentu. 2. Penelitian
pemasaran
mengidentifikasikan
kebutuhan
tersebut
dan
mendefinisikannya dalam hal kualitas. 3. Pelanggan mengganggap produk dan jasa perusahaan lebih berkualitas dari pada pesaingnya. 4. Karena dianggap lebih berkualitas, pelanggan bersedia membayar harga yang lebih tinggi daripada harga pesaing.
Universitas Sumatera Utara
26
5. Karena dianggap lebih berkualitas dan harganya lebih tinggi, produk tersebut dianggap memiliki nilai yang relatif lebih tinggi. 6. Nilai yang relatif lebih tinggi menghasilkan kenaikan pangsa pasar. 7. Berkat program kualitasnya, perusahaan dapat mengikuti spesifikasi pelanggan lebih baik daripada para pesaing. 8. Efektivitas ini menghasilkan penurunan biaya dengan memproduksi produk yang dibutuhkan secara benar sejak pertama kali. 9. Penurunan biaya digabungkan dengan pangsa pasar yang lebih luas akan menghasilkan biaya yang lebih rendah daripada pesaing. 10. Gabungan dari keunggulan relatif di bidang harga, pangsa pasar, dan biaya untuk menciptakan profitabilitas serta penurunan biaya. Berdasarkan pengaruh hubungan tersebut di atas, maka mutu ditentukan oleh dua pengaruh. Pengaruh pertama berasal dari pelanggan perusahaan dalam bentuk peningkatan pendapatan penjualan. Pengaruh yang lain bersumber dari efisiensi internal dan dicerminkan dalam penurunan biaya.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penerapan manajemen mutu ISO 9001:2000 antara lain: 1.
Melda Pupitasari, pada tahun 2007 dengan judul penelitian ”Analisis Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Memperoleh Sertifikasi ISO 9001:2000 pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini mengambil sampel 33 perusahaan manufaktur yang listing di BEJ periode
Universitas Sumatera Utara
27
2000-2005 dan telah memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 periode 20002002. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan gross profit margin antara satu tahun sebelum dan satu, dua, dan tiga tahun sesudah sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Sedangkan net profit margin, return on total assets, dan return on equity tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara satu tahun sebelum dan datu, dua, dan tiga tahun sesudah sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. 2.
Syafrida Hafni, pada tahun 2004 dengan judul penelitian ”Pengaruh ISO 9001:2000 terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja Karyawan Rumah Sakit ”X” di Medan. Sampel penelitian ini sebanyak 232 karyawan meliputi karyawan medis dan non medis. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa responden memberikan tanggapan positif terhadap penerapan ISO 9001:2000 (SDM, infrastruktur, dan lingkungan kerja) dan semua variabel yang diuji berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan.
G. Kerangka Konseptual PT Royal Standard Medan adalah perusahaan yang memproduksi continous form, photocopy paper, amplop, alat-alat tulis kantor (stationary), dan lain-lain. Perusahaan ini telah memperoleh sertifikasi dan menerapkan manajemen mutu ISO 9001:2000. Dengan ini maka perusahaan memfokuskan kegiatannya untuk menghasilkan produk bermutu yang dimulai dari proses produksi. Penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
28
difokuskan pada produksi continous form. Dari penerapan ini akan dilihat pengaruhnya
terhadap
pengendalian
biaya
produksi
perusahaan
dengan
menganalisis anggaran biaya produksi dan realisasi biaya produksi sebelum dan sesudah penerapan manajemen mutu ISO 9001:2000. Setelah itu dibandingkan pula perolehan laba sebelum dan sesudah penerapan manajemen mutu ISO 9001:2000. Setelah itu dilakukan uji statistik dengan mengajukan hipotesis untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan biaya produksi dan laba sebelum dan sesudah penerapan manajemen mutu ISO 9001:2000.
PT ROYAL STANDARD MEDAN
Sesudah Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000
Sebelum Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000
Pengendalian Biaya Produksi
Pengendalian Biaya Produksi Anggaran Biaya Produksi
Anggaran Biaya Produksi Varians
Varians Realisasi Biaya Produksi
Realisasi Biaya Produksi dibandingkan
Laba
Laba
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
29
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari suatu permasalahan yang dihadapi, yang kebenarannya masih perlu dibuktikan lebih lanjut. Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan hipotesis berikut: Ha :
Ada perbedaan biaya produksi dan laba operasi sebelum dan sesudah penerapan manajemen mutu ISO 9001:2000 pada PT Royal Standard Medan.
Universitas Sumatera Utara