11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dismenore 1.
Definisi Dismenore a.
Dismenore atau nyeri haid merupakan suatu rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual (Sastrawinata, 2008).
b.
Dismenorea adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 2008).
2.
Klasifikasi Dismenore Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore spasmodik dan dismenore kongestif (Hendrik, 2006). a.
Nyeri Spasmodik Nyeri spasmodik terasa dibagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu. Ada diantara mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda walaupun dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke
11 Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
12
atas. Dismenore spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan yang tidak mengalami hal seperti itu. b.
Nyeri Kongestif Penderita dismenore kongestif biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Penderita mungkin akan mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan atas. Semua itu merupakan gejala yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik. Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang
dapat diamati, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder (Morgan & Hamilton, 2009). a.
Dismenore Primer Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih. Siklus-siklus haid pada bulanbulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai rasa nyeri. Rasa nyeri tidak timbul lama sebelumnya
atau
bersama
dengan
permulaan
haid
dan
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
13
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Dismenore primer sering dimulai pada waktu mendapatkan haid pertama dan sering bersamaan rasa mual, muntah, dan diare. Dinamakan dismenore primer karena rasa nyeri timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu hilang sesudah perempuan itu melahirkan anak pertama. Dismenore primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1 tahun setelah seorang gadis mendapatkan menstruasi pertamanya. Ini adalah waktu ketika sel telur mulai matang setiap bulan dalam ovarium. Pematangan sel telur disebut ovulasi. Dismenore tidak ada pada siklus jika ovulasi belum terjadi. Dismenore primer jarang terjadi setalah usia 20 tahun (Hendrik, 2006). Dismenore primer (disebut juga dismenore idiopatik, esensial, intrinsik) adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan ginekologik). Terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan (Proverawati & Maisaroh : 2009). Dismenore primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan (Hendrik, 2006). b.
Dismenore Sekunder Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis (Manuaba, et.al., 2009).
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
14
3.
Gejala Dismenore Menurut Maulana (2009), gejala dan tanda dari dismenore adalah nyeri pada bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, serta mencapai puncaknya dalam 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit, diare dan sering berkemih. Kadang terjadi sampai muntah. Dismenore primer muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat spasmodik yang dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam. Umumnya ketidaknyamanan muncul 1-2 hari sebelum haid. Namun nyeri paling hebat muncul pada hari pertama haid. Dismenore kerap disertai efek seperti muntah, diare, sakit kepala, nyeri kaki, dan sinkop (Morgan & Hamilton, 2009).
4.
Etiologi Dismenore Primer Dismenore
primer
terjadi
akibat
endometrium
mengalami
peningkatan prostaglandin dalam jumlah tinggi. Di bawah pengaruh progesteron selama fase luteal haid, endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat mencapai tingkat maksimum pada awal masa haid. Prostaglandin menyebabkan kontraksi myometrium yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium dan nyeri (Morgan & Hamilton, 2009). Prostaglandin F2 alfa adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos myometrium dan konstriksi pembuluh darah uterus. Hal ini
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
15
memperparah hipoksia uterus yang secara normal terjadi pada haid sehingga timbul nyeri berat (Corwin, 2009). Selain itu, kejadian dismenore primer juga dapat dipicu oleh faktor psikogenik yaitu stress emosional dan ketegangan, kurang vitamin, atau rendahnya kadar gula (Dianawati, 2003). 5.
Patofisiologi Dismenore Primer Pada dasarnya dismenorea primer memang berhubungan dengan prostaglandin endometrial dan leukotrien. Setelah terjadi proses ovulasi sebagai respons peningkatan produksi progesteron (Guyton & Hall, 2007). Asam lemak akan meningkat dalam fosfolipid membran sel. Kemudian asam arakidonat dan asam lemak omega-7 lainnya dilepaskan dan memulai suatu aliran mekanisme prostaglandin dan leukotrien dalam uterus. Kemudian berakibat pada termediasinya respons inflamasi, tegang saat menstruasi (menstrual cramps), dan molimina menstruasi lainnya (Hillard, 2006). Hasil metabolisme asam arakidonat adalah prostaglandin (PG) F2alfa,
yang
merupakan
mengakibatkan
hipertonus
suatu dan
siklooksigenase vasokonstriksi
(COX)
pada
yang
miometrium
sehingga terjadi iskemia dan nyeri menstruasi. Selain (PG) F2-alfa juga terdapat PGE-2 yang menyebabkan dismenorea primer. Peningkatan level PGF2-alfa dan PGE-2 jelas akan meningkatkan rasa nyeri pada dismenorea primer juga (Hillard, 2006). Selanjutnya, peran leukotrien dalam terjadinya dismenorea primer adalah meningkatkan sensitivitas serabut saraf nyeri uterus (Hillard, 2006). Peningkatan leukotrien tidak hanya pada remaja putri tetapi juga
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
16
ditemukan pada wanita dewasa. Namun peranan prostaglandin dan leukotrien ini memang belum dapat dijelaskan secara detail dan memang memerlukan penelitian lebih lanjut. Dismenore primer juga bisa diakibatkan oleh adanya tekanan atau faktor kejiwaan selain adanya peranan hormon leukotrien dan prostaglandin. Stres atau tekanan jiwa bisa meningkatkan kadar vasopresin dan katekolamin yang berakibat pada vasokonstriksi kemudian iskemia pada sel (Hillard, 2006). Adanya pelepasan mediator seperti bradikinin, prostagandin dan substansi p, akan merangsang saraf simpatis sehingga menyebabkan vasokonstriksi
yang
akhirnya
meningkatkan
tonus
otot
yang
menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla spinalis ke otak akan dipersepsikan sebagai nyeri. 6.
Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Menurut Prawiroharjo (2007) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dismenore antara lain: a.
Faktor Kejiwaan Kondisi kejiwaan yang tidak stabil pada wanita akan mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistim neuroendokrin, yaitu sistim simpatis dan sistim korteks adrenal. Paparan ketidakstabilan kondisi emosional ini akan meningkatkan hormone adrenalin, tiroksin dan kortisol yang berpengaruh secara signifikan pada homeostatis. Hal inilah yang
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
17
menyebabkan vasokonstriksi pada daerah yang terkena nyeri sehingga
menimbulkan
efek
penekanan
pembuluh
darah,
pengurangan aliran darah dan peningkatan kecepatan metabolisme. Efek-efek yang terjadi inilah yang akan membuat iskemi pada sel b.
Faktor Konstitusi Faktor
konstitusi
berhubungan
dengan faktor
kejiwaan
sebagai penyebab timbulnya dismenore primer yang dapat menurunkan ketahanan seseorang terhadap nyeri. Faktor ini antara lain: 1)
Anemia Pada
penderita
anemia,
kemampuan
darah
untuk
mengangkut oksigen berkurang. Hal ini akan menyebabkan gangguan pada pertumbuhan sel. Hal ini menyebabkan kerusakan jaringan atau disfungsi jaringan. 2)
Penyakit menahun Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan migrain.
c.
Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis Pada faktor ini menyebabkan aliran darah menstruasi tidak lancer sehingga otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk melainkan kelainan tersebut.
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
18
d.
Faktor Endokrin Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2-α yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2-α berlebih akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenore, dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah.
e.
Faktor Alergi Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer dengan urtikaria, migren atau asma bronkial. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid. Menurut Smeltzer & Bare (2002), faktor resiko terjadinya disminore
primer adalah: a.
Menarche pada usia lebih awal Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi.
b.
Belum pernah hamil dan melahirkan Perempuan berhubungan
yang
dengan
hamil saraf
biasanya yang
terjadi
alergi
menyebabkan
yang
adrenalin
mengalami penurunan, serta menyebabkan leher rahim melebar sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang.
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
19
c.
Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari) Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari), menstruasi menimbulkan
adanya
kontraksi
uterus,
terjadi
lebih
lama
mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi dan semakin banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang terus-menerus menyebabkan suplai darah ke uterus terhenti dan terjadi dismenore. d.
Umur Perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi maka leher rahim bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian dismenore jarang ditemukan. Sedangkan menurut Hendrik (2006), wanita yang mempunyai
resiko menderita dismenore primer adalah: a.
Mengkomsumsi alkohol Alkohol
merupakan
racun
bagi
tubuh
dan
hati
bertanggungjawab terhadap penghancur estrogen untuk disekresi oleh tubuh. Fungsi hati terganggu karena adanya komsumsi alkohol yang terus menerus, maka estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh, akibatnya estrogen dalam tubuh meningkat dan dapat menimbulkan gangguan pada pelvis. b.
Perokok Merokok
dapat
meningkatkan
lamanya
mensruasi
dan
meningkatkan lamanya dismenore.
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
20
c.
Tidak pernah berolah raga Kejadian dismenore akan meningkat dengan kurangnya aktifitas selam menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri.
d.
Stres Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore. Karakteristik dan faktor yang berkaitan dengan dismenore primer
(Morgan & Hamilton, 2009) adalah sebagai berikut : a.
Dismenore primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah haid.
b.
Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 2327 tahun, lalu mulai mereda.
7.
c.
Umumnya terjadi pada wanita nulipara.
d.
Dismenore primer lebih sering terjadi pada wanita obesitas.
e.
Kejadian ini berkaitan dengan aliran haid yang lama.
f.
Jarang terjadi pada atlet.
g.
Jarang terjadi pada wanita yang memiliki status haid tidak teratur.
Derajat Dismenore Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan.
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
21
Menurut Manuaba, et.al. (2009), dismenore dibagi 3 yaitu: a.
Dismenore Ringan Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari.
b.
Dismenore Sedang Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya.
c.
Dismenore Berat Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, kemeng pinggang, diare dan rasa tertekan. Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada sifat, tempat, berat ringannya dan waktu lamanya serangan. Menurut klasifikasi ini, nyeri dismenore termasuk ke dalam jenis deep pain (nyeri dalam) karena terjadi pada organ tubuh viseral yaitu pada saluran reproduksi (Asmadi, 2008). Sementara itu menurut Potter & Perry (2006), karakteristik yang
paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau berat. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini dirangking mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
22
tertahankan”. Alat VDS ini memungkinkan klien untuk mendeskripsi nyeri. Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
Gambar 2.1
Skala Intensitas Nyeri (Perry & Potter, 2006)
Keterangan : 0
: Tidak ada keluhan nyeri haid atau kram pada perut bagian
bawah. 1-3
: Terasa kram perut bagian bawah, masih dapat ditahan, masih
dapat melakukan aktifitas, masih dapat berkonsentrasi belajar.
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
23
4-6
: Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
pinggang, kurang nafsu makan, sebagian aktifitas terganggu, sulit beraktifitas belajar. 7-9
: Terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
pinggang, paha, atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas, tidak kuat beraktifitas, tidak dapat berkonsentrasi belajar. 10
: Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, kaki, dan punggung, tidak mau makan, mual, muntah, sakit kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak dapat beraktivitas, terkadang sampai pingsan. (Potter & Perry, 2006) Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak
waktu saat klien
melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Perry & Potter, 2006). 8.
Upaya Mengatasi Dismenore a.
Secara Farmakologis Menurut Potter & Perry (2006) upaya farmakologis yang dapat dilakukan dengan memberikan obat analgesik sebagai penghilang rasa sakit.
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
24
Menurut Smeltzer & Bare (2002), penanganan nyeri yang dialami oleh individu dapat melalui intervensi farmakologis, dilakukan kolaborasi dengan dokter atau pemberi perawatan utama lainnya pada pasien. Obat-obatan ini dapat menurunkan nyeri dan menghambat produksi prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma dan inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitif terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya, contoh obat anti inflamasi nonsteroid adalah aspirin, ibuprofen, naproxen, asetaminofen, ketorolak dan lain sebagainya. b.
Secara Non Farmakologis Menurut Smeltzer & Bare (2002) penanganan nyeri secara nonfarmakologis terdiri dari: 1)
Stimulasi dan Massage kutaneus Massage adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena massage membuat relaksasi otot.
2)
Terapi es dan panas Terapi
es
dapat
menurunkan
prostaglandin
yang
memperkuat sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurungkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
25
3)
Transecutaneus Elektrikal Nerve Stimulaton ( TENS) TENS dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nesiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang menstramisikan nyeri. TENS menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri.
4)
Distraksi Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang menyebabkan nyeri, contoh: menyanyi, brdoa, menceritakan gambar atau foto denaga kertas, mendengar musik dan bermain satu permainan.
5)
Relaksasi Relaksasi
merupakan
teknik
pengendoran
atau
pelepasan ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama (teknik relaksasi nafas dalam. Contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan dan yoga. 6)
Imajinasi Imajinasi merupakan hayalan atau membayangkan hal yang lebih baik khususnya dari rasa nyeri yang dirasakan.
B. Yoga Pada kondisi rileks tubuh akan menghentikan produksi hormon adrenalin dan semua hormon yang diperlukan saat stres. Karena hormon
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
26
seks esterogen dan progesteron serta hormon stres adrenalin diproduksi dari blok bangunan kimiawi yang sama. Ketika kita mengurangi stres maka mengurangi produksi kedua hormon seks tersebut. Jadi, perlunya rileksasi untuk memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan haid yang bebas dari nyeri. Menurut Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa yoga merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi yang dapat menurunkan nyeri dengan cara merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran pembuluh darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik. Hal ini dapat dikombinasikan dengan teknik relaksasi nafas dalam. 1.
Tujuan Teknik Yoga Tujuan dari teknik relaksasi Yoga adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelaktasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stres baik fisik maupun emosional
yaitu
menurunkan
intensitas
nyeri
dan
menurunkan
kecemasan. 2.
Prosedur Pelaksanaan Yoga Bentuk
yoga
yang
digunakan
pada
prosedur
ini
adalah
seperangkat teknik relaksasi seperti pernafasan, meditasi dan posisi tubuh Pernafasan yang digunakan adalah teknik pernafasan dalam dan bentuknya
adalah
pernafasan
diafragma
yang
mengacu
pada
pendataan kubah diafragma selama inspirasi yang mengakibatkan
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
27
pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi. Tahap persiapan pelaksanaan teknik yoga dalam ini adalah: a.
Persiapan lingkungan: lingkungan tenang, nyaman, kursi dan matras jika diperlukan.
b.
Persiapan responden atau klien: klien rilek Adapun prosedur pelaksanaan yoga antara lain:
a.
Meredakan nyeri perut 1)
Peregangan kucing a)
Posisikan tubuh Anda seperti gerakan akan merangkak.
b)
Kemudian perlahan-lahan naikkan punggung ke atas setinggi-tingginya.
c)
Tahan beberapa saat, lalu ulangi gerakan ini beberapa kali hingga nyeri pada perut berkurang.
2)
Posisi janin a)
Tidurlah terlentang
b)
Tarik lutut Anda kearah dada sambil memeluk bantal.
c)
Agar terasa lebih nyaman, ambil botol berisi air hangat dan letakkan pada perut Anda.
d)
Ulangi gerakan ini beberapa kali hingga Anda merasa nyaman dan nyeri pada perut hilang.
b.
Mengatasi kram perut 1)
Duduk di atas tumit (kedua lutut ditekuk).
2)
Secara perlahan, tekuk tubuh ke arah lantai sampai dada menyentuh paha.
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
28
3)
Kedua lengan dijulurkan ke arah belakang tubuh, biarkan lemas dengan kedua telapak tangan menghadap ke atas.
c.
4)
Perlahan majukan tubuh hingga dahi menyentuh lantai.
5)
Pejamkan mata. Rilekkan otot dan tahan selama 2 menit.
6)
Tarik napas secara mendalam lalu hembuskan.
Lakukan latihan ini 3 kali untuk pemula dan 8 kali jika Anda sudah terbiasa dengan latihan ini.
d.
Prosedur pernafasan diagfragma 1)
Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1, 2, 3
2)
Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah
3)
Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
4)
Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan
5)
Membiarkan telapak tangan dan kaki rilek
6)
Usakan agar tetap konsentrasi atau mata sambil terpejam
7)
Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
8)
Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang. Ulangi sampai 15 kali dengan diselingi istirahat singkat setiap 5 kali
9)
Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
29
3.
Fisiologis Teknik Yoga Dalam terhadap Penurunan Nyeri Pada kondisi rilek tubuh akan menghentikan produksi hormon adrenalin dan semua hormon yang diperlukan saat stres. Karena hormon esterogen dan progesteron serta hormon stres adrenalin diproduksi dari blok bangunan kimiawi yang sama. Ketika kita mengurangi stres maka mengurangi produksi kedua hormon seks tersebut. Perlunya relaksasi untuk memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan haid yang bebas dari nyeri. Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik yoga dalam terhadap penurunan nyeri, teknik relaksasi nafas dalam dapat dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu: a.
Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik. Teknik yoga mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opioid endogen yaitu endorphin
dan
enkefalin
(senyawa
yang
berfungsi
untuk
menghambat nyeri) (Smeltzer & Bare, 2002). b.
Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat. Relaksasi yoga melibatkan sistim otot dan respirasi sehingga tidak membutuhkan alat lain dan mudah dilakukan sewaktu-waktu. Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi sistim saraf otonom yang merupakan bagian
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
30
dari sistim saraf perifer yang mempertahankan homeostatis lingkungan internal indvidu.
C. Aromaterapi Aromaterapi adalah terapi komplementer yang melibatkan penggunaan wewangian yang diturunkan dari minyak esensial. Minyak esensial dapat dikombinasikan dengan base oil (minyak campuran obat), yang dapat dihirup atau dimasase ke kulit yang utuh (Brooker, 2008). Aromaterapi adalah penggunaan minyak esensial konsentrasi tinggi yang diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan dan diberikan melalui massage, inhalasi, dicampur ke dalam air mandi, untuk kompres (Andrews, 2010) 1.
Tujuan Aromaterapi Tujuan aromaterapi adalah merangsang indera penciuman kita dengan minyak esensial atau “esen aromatik”. Minyak esensial mudah menguap, berminyak dan wangi.minyak esensial didapatkan dari tumbuhan dengan berbagai cara seperti memeras, memukul-mukul, menyuling dan melarutkan. Adakalanya hanya dihirup baunya. Setiap minyak mempunyai kegunaan pengobatan tersendiri. Aromaterapi digunakan untuk menyembuhkan masalah pernafasan, rasa nyeri, juga masalah mental dan emosional (Parker, 2000).
2.
Mekanisme Aromaterapi Para peneliti tidak sepenuhnya jelas bagaimana aromaterapi dapat bekerja. Beberapa ahli percaya indera penciuman kita memainkan peran. Reseptor bau di hidung berkomunikasi dengan bagian-bagian dari
otak
(amigdala dan
hipotalamus)
yang
berfungsi
sebagai
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
31
penyimpanan untuk emosi dan kenangan. Ketika bernapas molekul minyak esensial akan terhirup, beberapa peneliti percaya bahwa mereka merangsang bagian-bagian dari otak dan mempengaruhi kesehatan fisik, emosional, dan mental. Sebagai contoh, lavender diyakini untuk merangsang aktivitas sel-sel otak di amigdala mirip dengan cara beberapa pekerjaan obat penenang. Peneliti lain menganggap bahwa beberapa molekul dari minyak esensial bisa berinteraksi dalam darah dengan hormon atau enzim. Organ penciuman merupakan satu-satunya indera perasa dengan berbagai reseptor sarafyang berhubungan langsung dengan dunia luar dan merupakan saluran langsung ke otak. Hanya sejumlah 8 molekul sudah dapat memicu impuls elektrik pada ujung saraf. Bau merupakan suatu molekul yang mudah menguap langsung ke udara. Apabila masuk ke rongga hidung melalui pernafasan, akan diterjemahkan oleh otak sebagai proses penciuman. 3.
Cara Penggunaan Aromaterapi Cara inhalasi biasanya diperuntukkan untuk seorang klien, yaitu dengan menggunakan cara inhalasi langsung, tetapi cara inhalasi dapat juga digunakan secara bersamaan misalnya dalam satu ruangan. Metode ini disebut inhalasi tidak langsung. Adapun cara penggunaan aromaterapi secara langsung adalah sebagai berikut : a.
Persiapan klien : klien tenang dan nyaman
b.
Persiapan alat dan bahan : 1)
Minyak esensial ataupun minyak aromaterapi yang lainnya
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
32
2) c.
Kapas atau tissue
Prosedur : 1)
Klien dalam keadaan yang nyaman.
2)
Ambil 1-5 tetes minyak esensial, teteskan pada tissue atau kapas, kemudian hirup 5-10 menit.
D. Kompres Hangat Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi, terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang. Kompres
hangat
sebagai
metode
yang
sangat
efektif
untuk
mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat disalurkan melalui konduksi (botol air panas). Panas dapat melebarkan pembuluh darah dan dapat meningkatkan aliran darah. Kompres hangat adalah metode yang digunakan untuk meredakan nyeri dengan cara menggunakan buli-buli yang diisi dengan air panas yang ditempelkan pada sisi perut kiri dan kanan. 1.
Tujuan Kompres Hangat Tujuan dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan rasa nyeri, dan mempelancar pasokan aliran darah dan memberikan ketenangan pada klien.
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
33
Kompres hangat yang digunakan berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah, menstimulasi sirkulasi darah, dan mengurangi kekakuan. Selain itu, kompres hangat juga berfungsi menghilangkan sensasi rasa sakit. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, terapi kompres hangat dilakukan selama 20 menit dengan 1 kali pemberian dan pengukuran intensitas nyeri dilakukan dari menit ke 15-20 selama tindakan (Kusmiyati, 2009). 2.
Prosedur Pelaksanaan Prosedur pelaksanaan pada pemberiaan kompres hangat adalah sebagi berikut: a.
b.
Persiapan alat dan bahan: 1)
Buli- buli dan sarungnya atau botol dengan sarungnya
2)
Perlak dan pengalas
3)
Termos dan air panas dengan suhu 45°-50,5°C
4)
Thermometer iar
5)
Lap kerja
Cara Kerja: 1)
Cuci tangan
2)
Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3)
Isi kantung karet dengan air hangat dengan suhu 45-50,5ºC
4)
Tutup kantung karet yang telah diisi air hangat kemudian dikeringkan
5)
Masukkan kantung karet kedalam kain
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
34
6)
Tempatkan kantung karet pada daerah pinggang, perut, dan daerah yang terasa nyeri dengan posisi klien miring kanan atau miring kiri
7)
Angkat kantung karet tersebut setelah 20 menit, kemudian isi lagi kantung karet dengan air hangat lakukan kompres ulang jika klien menginginkan
8)
Catat perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan pada menit ke 15-20
9) 3.
Cuci tangan (Hidayat, 2008)
Fisiologi Kompres Hangat Pada kompres hangat terjadi proses konduksi pada penyampaian panasnya. Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014
35
E. Kerangka Teori Penelitian Berdasarkan penjabaran teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik kerangka teori sebagai berikut :
Pelepasan prostaglandin
Peningkatan frekuensi kontraksi uterus
DISMENORE
Penurunan dismenore
Vasospasme arteriol uterus
Penatalaksanaan nyeri haid secara non farmakologis: 1. Istirahat. 2. Olahraga. 3. Yoga. 4. Aromaterapi 5. Kompres hangat. 6. Ditraksi, massage dan relaksasi.
Gambar 2.2
Kerangka Teori Penurunan Nyeri Dismenore (Bobak, 2004)
Keterangan : Fokus penelitian pada tulisan yang dicetak tebal
Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014