BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Deviden Deviden adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dhasilkan oleh perusahaan. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa tunai (cash dividend) yaitu kepada setiapp pegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa deviden saham (stock dividend) yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan deviden dalam bentuk saham. Deviden tunai yang diharapakan merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan nilai saham. Deviden kas/tunai adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini akan dating. Laba ditahan merupakan pendapatan yang tidak dibagikan sebagai deviden. Karenya merupakan bentuk pembiayaan intern (Sundjaja dan Berlian, 2002 :332) Pembayaran deviden tunai kepada pemegang
saham perusahaan
diputuskan oleh dewan direksi perusahaan. Direksi umumnya mengadakan pertemuan yang membahas tentang dividen setiap kuartalnya atau setengah tahunan melalui mengevaluasi posisi keuntungan periode lalau dan menentukan posisi yang akan datang, menetukan jumlah deviden yang harus dibayar dan menetukan tanggal-tanggal yang berkaitan dengan dividen tunai dibagi menjadi :
Universitas Sumatera Utara
1. Tanggal tercatatnya pemegang saham (holder of record date) Perusahaan menutup buku mengenai transfer saham dan menyusun daftar tentang nama-nama para pemegang saham menurut keadaan hari tersebut. 2. Tanggal tanpa deviden (ex dividend date) Untuk mencegah terjadinya kekacauan maka para pialang sudah mempunyai suatu peraturan yang menyatakan bahwa pemegang saham berhak atas dividen sampai empat hari kerja sebelum tanggal tercatatnya pemegang saham. 3. Tanggal pembayaran deviden (payment date) Tanggal nyata dimana perusahaan dalam kenyataanya mengirimkan cek kepada nama-nama yang tercatat pada tanggal pembayaran.
A. Teori Dividen Ada beberapa teori dari preferensi investor tentang pembayaran deviden ntara lain (Brigham dan Houston, 2001:66) : 1. Teori Ketidakrelevanan Dividen Teori usaha yang dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilakan laba dan resiko bisnisnya. Dengan kata lain , MM berpendapat bahwa pendapatan tersebut dibagi diantara deviden dan laba yang ditahan.
Universitas Sumatera Utara
2. Teori Bird in the Hand Gordon dan Lintner yang menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika devidend Payout Ratio (DPR) rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima dividen dari pada capital gains. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio yang tinggi akan mempunyai nilai peusahaan yang tinggi pula. 3. Teori Preferensi Pajak Teori yang menyatakan bahwa investor lebih menyukai pembagian deviden yang rendah dari pada tinggi. Hal ini karena adanya pajak yang akan dikenakan pada deviden . Investor menganggap bahwa pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal (capital gain) yang pajaknya rendah akan menggantikan deviden yang pajaknya lebih tinggi.
B. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kebijakan deviden Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden antara lain (Sundjaja dan Barlian, 2002:339) : 1. Peraturan Hukum Mengenai peraturan laba bersih yang menyatakan bahwa deviden dapat dibayar dari laba saat ini atau laba tahun lalu. Adanya larangan pengurangan modal untuk membayar deviden, hal ini dimaksudkan untuk melindungi pemberi kredit. Peraturan kepailitan yang menyatukan bahwa jika perusahaan membayar deviden pada kondisi pailit artinya dana tersebut berasal dari pemberi kredit bukan dari laba perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan deviden. Karena deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas semakin besar perusahaan untuk membayar deviden (Sartono, 2001:293). 3.Membayar pinjaman Jika perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembayaran lainya maka perusahaan dapat melunasi pinjamanya pada saat jatuh tempo atau Ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi maka harus ada laba ditahan. 4. Kontrak Pinjaman Apabila kontrak pinjaman menyangkut pinjaman jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar deviden tunai. 5. Tingkat Pengembalian Tingkat pengembalian atas asset menentukan pembagian laba dalam bentuk deviden yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali didalam perusahaan maupun tempat lain. 6. Stabilitasi Keuntungan Perusahaan yang keuntungan relative teratur seringkali dapat memperkirakan bagaimana keuntungan di kemudian hari. Maka perusahaan seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntunganya dalam bentuk deviden
Universitas Sumatera Utara
dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntunganya berfluktuasi.
C. Kebijakan Pemberian Deviden Menurut Sutrisno (2000) ada beberapa bentuk pemberian deviden tunai yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kebijakan pemberian Dividen Stabil Kebijakan pemberian dividen stabil ini artinya deviden akan diberikan secara tetap perlembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh berfluktuasi. Deviden stabil ini dipertahankan dalam beberapa tahun. Dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatanya mantap dan stabil, maka deviden juga akan ditingkatkan. 2. Kebijakan Deviden Meningkat Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan deviden kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. 3. Kebijakan Deviden dengan Rasio yang Konstan Kebijakan ini memberikan deviden yang besarnya meliputi besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar pula deviden yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil deviden yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunkan sering dsiebut Deviden payout ratio.
Universitas Sumatera Utara
4. Kebijakan pemberian Deviden regular yang rendah dttambah Ekstra Kebijakan pemberian deviden dengan cara ini, Perusahaan menentukan jumlah pembayaran deviden perlembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan.
D. Hubungan Rasio Keuangan dengan Dividen kas Analisis Rasio keuangan dengan deviden kas adalah sebagai berikut : 1. Cash Ratio Dipengaruhi oleh Dividen kas Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas dan setara kas, (seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki peusahaan. Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya (Brigham, 2001: 211). Dengan demikian meningkatanya Cash ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar deviden tunai (cash dividen) yang diharapkan investor . 2. Current Ratio dipengaruhi Dividen Kas Salah satu ukuran rasio likuiditas yang dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan hutang atau kewajiban lancar adalah current ratio. Semakin tinggi current ratio menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan membayar deviden yang dijanjikan termasuk didalamnya kewajiban membayar deviden kas yang terutang). Cash Ratio dan Current ratio menunjukkan kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban-kewajiban
jangka
Universitas Sumatera Utara
pendeknya.dipisahnya kedua rasio likuiditas ke dalam cash ratio dan Current ratio dimaksudkan untuk mengetahui mana yang lebih berpengaruh terhadap pendapatan deviden kas per lembar saham.
3. Debt to Total Asset Dipengaruhi Deviden Kas Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio DTA menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio DTA (dimana beban hutang juga semakin besar) Dengan biaya bunga yang semakin besar maka hal tersebut profitabilitas (earning after tax) semakin berkurang (karena sebagian digunakan membayar bunga), maka hak para pemegang saham deviden juga semakin berkurang (menurun). 4. Return On Investmen Dipengaruhi oleh Deviden Kas ROI
merupakan
ukuran
efektivitas
perusahaan
dalam
menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembalian investasi (return) semakin besar. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa return yang diterima oleh investor berupa pendapatan deviden dan capital gain. Dengan demikian meningkatnya ROI juga akan meningkatkan pendapatan deviden (terutama Cash dividend) karena diukur dari
Universitas Sumatera Utara
aktiva tetap (bersih) operasi dapat digunakan untuk memprediksikan kebijakan deviden kas (Cash deviden).
2.2 Penelitian Terdahulu Thasynah (2006) melakuan penelitian dengan judul “Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi deviden kas pada perusahaan manufaktur Di Bursa efek Indonesia “.Penelitian ini bertujuan untuk Untuk menguji besarnya pengaruh faktor-faktor ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA dan EPS secara individual (parsial) dan bersama-sama (simultan) terhadap pendapatan deviden (cash dividend) di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel Cash Ratio, Current Ratio, Debt to total Asset, Return on Investmendan Earning per share mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan deviden kas. Secara parsial hanya EPS yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan deviden kas. Novalina (2006) melakukan penelitian dengan judul’ Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden kas pada Sektor Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Bertujuan untuk menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden kas pada sector manufaktur di Bursa efek Indonesia Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Cash Ratio, Debt to Total Asset, Return on Investmen dan Earning per share mempunyai pengaruh signifikan dan positif secara bersama-sama terhadap deviden kas dan sedangkan secara parsial hanya EPS yang mempunyai pengaruh signifikan.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Kerangka konseptual Faktor fundamental merupakan faktor yang berkaitan dengan kinerja emiten itu sendiri. Deviden perusahaan sangat berkaitan dengan performance perusahaan atau kinerja perusahaan (Brigham,2001:81). Faktor fundamental dapat dianalisis dengan menggunakan analisis rasio keuangan,Semakin baik kinerja perusahaan maka deviden yang dibayarkan akan semakin tinnggi dan sebaliknya, Semakin buruk kinerja suatu perusahaan maka semakin rendah tingkat deviden yang dibayarkan perusahaan. Analisis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan yaitu rasio likuiditas, laverage, profitabilitas dan rasio pasar. Dalam penelitian ini rasio likuiditas dwakili oleh Cash ratio dan Current Ratio ,Ratio laverage dwakili oleh Debt to Total Asset (DTA), Ratio profitabilitas diwakili oleh Return on Investmen (ROI) dan rasio pasar dwakili oleh Earning per share (EPS). Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan dengan melihat besarnya aktiva lancar relatif terhadap utang lancar. Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan deviden. Karena deviden bagi perusahaan kas keluar, maka semakin besar likuditas perusahaan secara keseluruhan
akan semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden . Rasio laverage mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Nilai rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan hutang / financial laverage yang tinggi (hanafi, 2004:40). Jika perusahaan telah
Universitas Sumatera Utara
membuat pinjaman / hutang untuk memperluas usahanya maka perusahaan dapat melunasi pinjamanya pada saat jatuh tempo dan menyisihkan sebagian laba untuk membayar bunga beserta pinjaman pokok hutang tersebut sehingga mengurangi jumlah deviden kas yang akan dibayar (sudjaja, 2002:340). Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Tingkat profitabilitas menentukan pembagian dalam bentuk deviden . Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan mebagikan deviden dengan persentase yang tinggi pula (sundjaja 2002:340)
Cash Ratio (X1)
Current Ratio(X2) Deviden Kas (Y)
Debt to Total Asset (DTA) X3)
Return on Investmen (ROI) (X4)
Earning per share (EPS)(X5) Gambar : 1.1 Kerangka konseptual Sumber : Sundjaja dan Barlian (2002)
2.4. Hipotesis Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah Faktor Cash Ratio, Current Ratio, DTA, ROI, EPS mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) dan parsial terhadap Deviden Kas pada Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara