BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Fungsi Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank bisa dikatakan sebagai urat nadi perekonomian suatu negara, terlebihlebih di era modern seperti sekarang ini peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu Negara sangatlah penting. Boleh dikatakan hampir semua sector yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan tolak ukur kemajuan negara bersangkutan. Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Oleh karena itu bank mempunyai ruang lingkup usaha yang luas. Pengertian bank menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 tentang perbankan : 1.
Pasal 1, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
2.
Pasal 2, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Universitas Sumatera Utara
3.
Pasal 3, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2.1.2 Fungsi Bank Bank sebagai lembaga keuangan sangat mendukung kemajuan lalu lintas pembayaran,
perdagangan
dan
pembangunan
ekonomi.
Bank
berperan
mengumpulkan dana (tabungan) dan menjadi sumber pembayaran modal (kredit) pada perusahaan. Bank sebagai pelaksana lalu lintas pembayaran mendorong kemajuan perdagangan, barter ke perdagangan uang yang pada akhirnya ke perdagangan kredit, sehingga pembangunan ekonomi semakin maju. Menurut Reksoprayitno (1997) adapun fungsi bank adalah : 1. Fungsi Pengumpulan Dana adalah salah satu fungsi dana masyarakat yang disimpan di bank terutama dalam bentuk giro, deposito dan tabungan. Ketiga sumber dana inilah yang merupakan sumber-sumber dana utama bank, selain sumber yang berasal dari modal sendiri bank, yang terdiri dari modal penyertaan dan laba yang tidak dibagikan. 2. Fungsi Pemberian Kredit merupakan salah satu usaha bank untuk mengumpulkan dana yang dikumpulkan dari masyarakat. Usaha ini penting karena dana tersebut dipakai pada umumnya bagi bank yang paling menguntungkan dan tidak banyak mengganggu likuiditas bank adalah pemberian kredit jangka pendek kepada pihak ketiga yang membutuhkan. 3. Fungsi Penanaman Dana atau Investasi adalah penanaman dana dalam bentuk surat berharga, baik surat tanda kepemilikan (saham) atau syarat tanda utang (surat obligasi, surat wesel). Salah satu cirri khas dari penanaman modal ialah bahwa dari penanaman modal tersebut si penanam modal memperoleh imbalan berupa pendapatan modal yang bias berupa bunga (termasuk di dalamnya diskonto), laba atau deviden. 4. Fungsi Pembayaran atau transaksi pembayaran sering diartikan sebagai kegiatan menunaikan pelunasan secara keseluruhan atau sebagian kewajiban financial.
Universitas Sumatera Utara
Dalam fungsi pembayaran ini pelaksanaannya dilakukan melalui cek, bilyet giro, surat wesel, kupon, transfer uang, baik melalui surat ataupun telegram. 5. Fungsi Pemindahan Uang biasanya disebut pentransferan uang. Untuk melaksanakan transfer uang melalui ATM. Dalam kegiatan pemberitahuan kepada penerima biasa melalui telegram, surat ataupun dengan menyerahkan wesel atas nama atau wesel atas unjuk di antara sesama kantor cabangnya. Penarikan atas saldo kredit yang ada pada bank korespondennya bias juga dilakukan secara telegram, wesel unjuk atau dengan cek.
2.1.3 Pengertian Bank Asing dan Bank Swasta Nasional. Bank asing adalah bank umum yang didirikan dan dimiliki oleh pengusaha asing. Bank asing hanya dapat mendirikan dan menjalankan usahanya sebagai bank setelah mendapat ijin usaha dari menteri keuangan. Bank ini didirikan dalam bentuk cabang dari bank yang sudah ada di luar negeri atau suatu bank asing dan bank nasional di Indonesia yang berbadan hukum Indonesia dan berbentuk PT (Sunggono, 1995). Bank Swasta Nasional adalah bank yang berbadan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. Akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta. Dilihat dari lingkup usahanya, Bank Swasta Nasional dapat dibedakan kedalam Bank Devisa dan Bank Non Devisa. Bank Devisa adalah bank yang dalam kegiatan usahanya dapat melakukan transaksi dalam valuta asing, setelah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, antara lain menerima simpanan dan memberikan kredit dalam valuta asing termasuk jasa-jasa keuangan yang terkait dengan valuta asing. Misalnya, letter of credit, travel check. Sementara Bank Non Devisa adalah bank yang tidak dapat melakukan kegiatan usaha yang berkaitan dengan valuta asing. Bank sebagai suatu lembaga keuangan yang
Universitas Sumatera Utara
memusatkan perhatian pada sektor permodalan, keberadaannya sangat dibutuhkan oleh dunia perbankan. 2.2 Kegiatan Usaha Bank Menurut Arbi (2003) Bank Umum bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998, kegiatan usaha yang dilakukan Bank Umum adalah: a. b. c. d.
Menghimpun dana dari masyarakat Memberikan kredit Menerbitkan surat pengakuan hutang Membeli, menjual atau menjamin surat-surat atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya. Surat-surat berharga itu antara lain: surat-surat wesel termasuk wesel yang diaskep oleh bank, surat pengakuan utang, kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan pemerintah,SBI, obligasi, surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun, dan instrument surat berharga lainnya. e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. f. Menempatkan dana pada peminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan mempergunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel untuk cek atau sarana lainnya. g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga. h. Menyediakan tempat menyimpan barang dan surat berharga. i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak. j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek. k. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kredit dan kegiatan wali amanat. l. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan lain yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
n. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. o. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku. Selain usaha-usaha di atas ada beberapa usaha yang tidak diperkenankan dijalankan oleh bank umum, yaitu sebagai berikut ini: a. Melakukan penyertaan modal kecuali sebagaimana telah disebutkan diatas. b. Melakukan usaha perasuransian.
2.2.1 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu hasil dari berbagai macam keputusan yang diambil oleh pihak manajemen secara terus menerus dalam menjalankan suatu perusahaan. Kinerja keuangan dapat menjadi alat ukur yang sangat efektif untuk menilai tanggung jawab manajemen dalam menjalankan tugasnya, hal ini disebabkan karena kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan oleh seseorang atau kelompok dalam mencapai tujuan suatu perusahaan. Penelitian kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai analisis tergantung pada tujuan pemakai atau penganalisisnya. Para pemakai atau penganalisis tersebut berkepentingan dengan hasil analisis ini dan masing-masing pihak menitikberatkan analisisnya untuk kepentingan masing-masing. Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam indikator, salah satunya adalah laporan keuangan. Menurut Damayanti dalam Purwanto (2003), pengukuran kinerja perusahaan dapat dinilai dari dua sudut pandang, yaitu sebagai berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
a. Sudut pandang finansial, berupa pengukuran kinerja perusahaan dari aspek-aspek financial perusahaan seperti likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan lain-lain. b. Sudut pandang nonfinansial, berupa pengukuran dari aspek-aspek nonfinansial seperti kepuasan pelanggan dan pengembangan perusahaan.
2.2.2 Rasio CAMEL Rasio CAMEL adalah menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank. Manfaat Rasio keuangan untuk memperediksi kebangkrutan, Machfoedz (1994) menguji manfaat Rasio keuangan dalam memprediksi laba perusahaan dimasa yang akan datang. Rasio CAMEL terdiri atas lima criteria yaitu modal, aktiva, manajemen, pendapatan, dan likuiditas. Peringkat CAMEL dibawah 81 memperlihatkan kondisi keuangan yang lemah ditunjukkan oleh neraca bank, seperti rasio kredit tidak lancar terhadap total aktiva yg meningkat, apabila hal tersebut tidak diatasi akan mengganggu kelangsungan usaha bank. Bank yang terdaftar dalam pengawasan dianggap sebagai bank bermasalah dan diperiksa lebih sering oleh pengawas bank jika dibandingkan dengan bank yang tidak bermasalah. Bank dengan peringkat CAMEL diatas 81 adalah bank dengan pendapatan yang kuat dan aktiva tak lancer sedikit. Peringkat CAMEL tidak pernah diinformasikan secara luas.
2.2.3 Pengertian Analisis Rasio
Universitas Sumatera Utara
Analisis Rasio Finasial (Financial Statements Analysis) adalah alat-alat analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Analisa rasio memperhatikan kepada perhitungan rasio agar dapat mengevaluasi keadaan finansial pada masa yang lalu, sekarang dan memproyeksikan hasil yang akan datang. Menurut Alwi (1993), Rasio dapat dihitung berdasarkan financial statement yang telah tersedia yang terdiri dari: a. Balance sheet atau neraca, yang menunjukan posisi perusahaan pada suatu saat. b. Income statement atau rugi laba yang merupakan laporan operasi perusahaan selama periode tertentu. Rasio keuangan sangat besar peranannya dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan, dimana rasio keuangan dapat menyederhanakan informasi keuangan agar lebih mudah menilai kinerja keuangannya. Untuk mengetahui sejauh mana kondisi keuangan perusahaan saat ini, diperlukan suatu cara evaluasi. Dalam hal ini ada tipe evaluasi finansial yang dapat memberikan gambaran tentang sejauh mana kondisi perusahaan saat ini, yaitu: 1) Analisis perkembangan rasio finansial perusahaan dalam beberapa yaitu perkembangan antara suatu rasio saat sekarang dengan rasio yang sama pada waktu yang lampau. Analisis ini sering disebut analisis historis (historical analysis). 2) Rata-rata rasio yang dihasilkan dari beberapa perusahaan yang sejenis yang dapat dijadikan pembanding bagi perusahaan yang bersangkutan. Rasio ini disebut sebagai rasio industri.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Tujuan dan Kegunaan Analisis Rasio Tujuan analisis rasio adalah membantu manajer finansial memahami apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia yang sifatnya terbatas yang berasal dari financial statement. Adapun kegunaan dari rasio ini tergantung pada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu: 1) Bagi pemegang saham dan calon pemegang saham, analisa rasio memberikan keuntungan baik sekarang maupun pada masa yang akan datang sehingga secara langsung akan berpengaruh terhadap harga saham yang mereka miliki. Disamping itu tingkat likuiditas, aktivitas serta leverage sebagai faktor lain dalam penilaian kelanjutan hidup perusahaan serta proyeksi terhadap distribution income di masa yang akan datang. 2) Bagi kreditur, analisa rasio memberikan keuntungan bagi yang berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban finansial baik jangka pendek maupun jangka panjang. 3) Bagi manajemen perusahaan, analisa rasio memberikan keuntungan bagi yang berkepentingan dengan seluruh keadaan keuangan perusahaan karena menyadari hal-hal tersebut yang akan dinilai oleh para pemilik perusahaan maupun kreditur, sehingga dapat membuat keputusan-keputusan penting bagi kepentingan perusahaan di masa yang akan datang. Untuk menilai kinerja suatu perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai alat analisa tergantung daripada tujuan si penganalisa. Kinerja perusahaan, bukan saja dipengaruhi oleh faktor-faktor intern perusahaan, tetapi juga faktor-faktor ekstern.
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor ekstern tersebut merupakan faktor yang tidak controllable sehingga kemampun manajemen dalam menyesuaikan diri dan menentukan strategi yang tepat agar perusahaan dapat tetap survive di setiap keadaan akan merupakan prestasi yang paling menentukan kinerja perusahaan. Sedangkan faktor-faktor internal, salah satunya meliputi manajemen keuangan yang mempunyai fungsi utama untuk merencanakan, mencari dan memanfaatkan dana dengan berbagai cara untuk memaksimumkan efisiensi dari operasi perusahaan. Penganalisis finansial dalam mengadakan analisis rasio pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam perbandingan, yaitu : (Riyanto, 1992) 1) Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan tersebut. Dengan cara perbandingan tersebut akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. 2) Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenis dari perusahaan lain yang sejenis atau seindustri untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek finansial tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak di bawah rata-rata.
2.2.5 Permodalan (capital) Penilaian terhadap rasio permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR), sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan
Direksi
Bank
Indonesia
No.26/20/KEP/DIR
tentang
Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum (KPMM) dan Surat Edaran Bank Indonesia
Universitas Sumatera Utara
No.26/2/BPPP tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum. Penilaian terhadap pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) ditetapkan sebagai berikut: 1) Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi predikat sehat dengan nilai kredit 81 dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 8% nilai kredit ditambah 1 hingga maksimum 100. 2) Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat kedit kurang sehat dengan nilai kredit 65 dan untuk setiap penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 dengan minimum 0. 3) Pemenuhan KPMM sebesar 8% bagi bank devisa pada waktunya akan ditingkatkan sesuai dengan ketentuan yang datur dalam Surat Keputusan
Direksi
Bank Indonesia No. 28/64/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/4/UPPB masing-masing tanggal 7 September 1995 tentang persyaratan Bank Umum Bukan Bank Devisa menjadi Bank Umum Devisa. Berdasarkan ketentuan yang berlaku bank-bank diwajibkan untuk memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sekurang-kurangnya 8%. Oleh karena itu, cara penilaian terhadap rasio modal yang kurang dari 8% dalam ketentuan yang baru diberikan predikat kurang sehat maksimum dengan nilai kredit 65. Perlu dikemukakan bahwa sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, mulai akhir Desember 1996 perhitungan besarnya modal inti Bank Umum dalam penilaian tingkat kesehatan faktor permodalan akan
Universitas Sumatera Utara
dikurangi dengan kekurangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang telah dibentuk. Dalam penelitian ini, sisi permodalan diproksikan dengan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), di mana bank yang memiliki kinerja yang baik harus memiliki kriteria CAR yang lebih dari yang dipersyaratkan atau di atas 8%. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain (Dendawijaya.2003). Rasio CAR dapat dirumuskan sebagai berikut (sesuai SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004):
CAR =
𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑨𝑻𝑴𝑹
CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kemungkinan resiko kerugian yang diakibatkan kegiatan operasional bank. Penilaian aspek ini lebih dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhannya. Apabila CAR perusahaan perbankan cukup tinggi, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan perbankan tersebut memiliki kecukupan modal, sehingga kepercayaan masyarakat akan semakin meningkat. Apabila perusahaan perbankan
Universitas Sumatera Utara
telah go public, peningkatan kepercayaan itu tercermin melalui kenaikan harga sahamnya. Peningkatan harga saham akan meningkatkan nilai perusahaan dan return saham. Berdasarkan hal ini tampak hubungan yang signifikan antara CAR dengan resiko investasi pada saham perbankan. Perhitungan Capital Adequacy Ratio didasarkan atas prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar presentase tertentu terhadap jumlah penanamannya (Mudrajat dan Suhardjono, 2002). Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap kinerja suatu bank yang diukur dari rasio ROA (Return on Asset) adalah positif, dimana ketika Capital Adequacy Ratio (CAR) mengalami kenaikan akan diikuti oleh kenaikan Return on Asset (ROA).
2.2.6 Kualitas Aset (assets quality) Kualitas aktiva produktif menunjukkan kualitas aset sehubungan dengan resiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda (Mudrajat dan Suhardjono, 2002). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/148/KEP/DIR tanggal 12 November 1998, setiap bank umum wajib membentuk cadangan khusus yang ditujukan guna menampung kemungkinan kerugian yang terjadi akibat penurunan kualitas aktiva produktif. Misalnya, bank memiliki sejumlah kredit bermasalah (kredit macet, dan sebagainya) yang nilainya besar, maka dalam hal kredit bermasalah tersebut ingin dihapuskan (di-write off) telah tersedia cadangan
Universitas Sumatera Utara
yang memadai untuk melakukan antisipasinya. Cadangan ini dibentuk dengan menyisihkan sebagian laba dan merupakan persetujuan pemegang saham bank yang dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS bank) (Dendawijaya, 2003). Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pada dasarnya suatu bisnis tidak dapat terlepas dari resiko, seperti halnya bank yang tidak dapat terlepas dari resiko kredit berupa tidak lancarnya pembayaran kembali atau dengan kata lain kredit bermasalah atau Non Performing Loan. Menurut H.As. Mahmoedin dalam Febriyanti dan Wahidin (2003), bahwa Non Performing Loan adalah kredit yang tidak menepati jadwal angsuran sehingga terjadi tunggakan. Keberadaan NPL dalam jumlah yang tinggi akan menimbulkan kesulitan sekaligus menurunkan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Peningkatan NPL mengakibatkan bank harus menyediakan cadangan penghapusan piutang yang cukup besar sehingga kemampuan memberikan kredit menjadi sangat terbatas. Kredit yang termasuk dalam kategori NPL adalah kredit kurang lancar (sub standard), kredit diragukan (doubtfull), dan kredit macet (loss). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :
Universitas Sumatera Utara
NPL =
𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒌𝒖𝒂𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓,𝒅𝒊𝒓𝒂𝒈𝒖𝒌𝒂𝒏,𝒎𝒂𝒄𝒆𝒕 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒌𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕
Rasio NPL ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
2.2.7 Manajemen (Management) Manajemen merupakan kemampuan dari manajemen perusahaan perbankan dalam mengendalikan operasinya ke dalam maupun ke luar. Pengendalian operasi ke dalam ditunjukkan dari adanya strategi dan sasaran yang jelas, yang tercermin dari adanya corporate plan perusahaan, adanya pengorganisasian operasi yang baik, memiliki sistem dan prosedur yang jelas yang didukung dengan adanya teknologi informasi, adanya sumber daya manusia yang handal serta kepemimpinan manajemen yang profesional. Pengendalian operasi keluar ditunjukkan dari adanya kemampuan manajemen dalam mengendalikan resiko yang ada seperti resiko likuiditas, resiko pasar, resiko kredit, resiko operasional, resiko hukum serta resiko pemilik dan pengurus
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Semakin solid menajemen perusahaan perbankan akan menumbuhkan kepercayaan pada investor dan kepercayaan ini akan berdampak positf bagi peningkatan harga sahamnya. Penilaian faktor manajemen yang dalam ketentuan lama didasarkan pada penilaian terhadap 250 aspek yang terkait dengan manajemen permodalan, kualitas aset, rentabilitas dan likuiditas diubah menjadi penilaian yang didasarkan pada 100 aspek dengan memberikan penekanan pada manajemen umum dan manajemen resiko yang melekat pada berbagai kegiatan usaha bank yang tertuang dalam SK Dir Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR. Khusus untuk Bank Umum bukan Devisa penilaian manajemen didasarkan atas 85 aspek, mengingat 15 aspek lainnya berkaitan erat dengan kegiatan usaha Bank Umum Devisa. Kemampuan manajemen dalam mengelola bank menjadi kebutuhan yang menonjol mengingat keadaan dan kemajuan suatu bank akan sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelolanya. Bank-bank diwajibkan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh Bank Indonesia. Untuk itu bank diberikan daftar pertanyaan yang wajib diisi mengenai aspek manajemen yaitu manajemen umum dan manajemen resiko. Untuk bank devisa jumlah pertanyaan ditetapkan sebanyak 100, sementara jumlah pertanyaan untuk bank bukan devisa sebanyak 85. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian akan dinilai oleh Bank Indonesia. Pertanyaan yang menyangkut manajemen umum meliputi aspek strategi / sasaran, struktur, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan dan budaya kerja bank tersebut. Sedangkan manajemen resiko menyangkut resiko likuiditas
Universitas Sumatera Utara
(liquidityrisk), resiko pasar (market risk), resiko kredit (credit risk), resiko operasional (operational risk) dan resiko hukum (legal risk). Penilaian faktor manajemen yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tersebut sulit untuk dilakukan karena selain bersifat kualitatif, aspek manajemen bank juga sulit untuk dilihat dari luar. Aspek manajemen ini diproksikan menggunakan rasio Net Income Margin (NIM) yang menilai bagaimana kemampuan suatu bank dalam menghasilkan net income (pendapatan bersih) dari kegiatan operasi pokoknya. NIM sangat penting untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam mengelola risiko terhadap suku bunga. Net Income Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga seperti penempatan pada bank lain, surat berharga, penyertaan dan kredit yang diberikan. Net Income Margin (NIM) untuk mencapai keuntungan yang maksimal selalu ada resiko yang sepadan, semakin tinggi keuntungannya maka semakin besar resiko yang akan dihadapi, dimana dalam perbankan sangat dipengaruhi oleh besarnya suku bunga. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia salah satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, yang diukur dari selisih antara suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman yang diberikan (lending) atau dalam bentuk absolute adalah selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya pinjaman
Universitas Sumatera Utara
(Siamat, 2002). Dengan demikian
besarnya Net Income Margin (NIM) akan
mempengaruhi laba rugi bank dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja bank tersebut. NIM =
𝑵𝒆𝒕 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕
𝑿 𝟏𝟎𝟎 %
2.2.8 Rentabilitas (Earning) Earning merupakan kemampuan perusahaan perbankan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Apabila rasio rentabilitas ini tinggi, maka hal ini menunjukkan bahwa perusahaan perbankan tersebut mampu meningkatkan usahanya melalui pencapaian laba operasi dalam periode tersebut. Perhitungan rentabilitas sangat penting karena mengingat hanya bank yang memperoleh laba yang cukup yang dapat mengembangkan dirinya. Rentabilitas digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen menghasilkan laba melalui penanaman pada seluruh aktiva yang ada serta mengukur kemampuan bank dalam memperoleh pendapatan operasionalnya. Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada dua rasio yaitu : 1) Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama 2) Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama. Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama sebesar 0% atau negatif diberi nilai kredit 0 dan
Universitas Sumatera Utara
untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Suatu bank dapat dimasukkan dalam klasifikasi sehat apabila rasio laba terhadap volume usaha mencapai sekurang-kurangnya 1,2% dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan nasional tidak melebihi 93,5%. Penilaian terhadap rasio rentabilitas didasarkan pada dua rasio, salah satunya adalah BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (sesuai SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004): BOPO =
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒃𝒆𝒃𝒂𝒏 𝒐𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒐𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
Rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
2.2.9 Likuiditas (Liquidity)
Universitas Sumatera Utara
Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi. Kewajiban tersebut berupa call money yang harus dipenuhi pada saat adanya kliring, di mana pemenuhannya dilakukan dari aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Semakin besar aktiva lancar perusahaan perbankan maka semakin besar kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan dan kewajiban yang sudah jatuh tempo tanpa ada penundaan. Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas didasarkan pada dua rasio yaitu : 1) Perbandingan jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar yaitu kas, giro pada BI, Sertifikat BI dan Surat Berharga Pasar Uang dalam Rupiah yang telah diprediksi oleh bank lain. 2) Perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan. Dana yang diterima meliputi : 1) Kredit likuiditas Bank Indonesia 2) Giro, deposito dan tabungan masyarakat 3) Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan dan tidak termasuk pinjaman subordinasi 4) Deposito dan pinjaman dari bank yang berjangka waktu lebih tiga bulan 5) Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan
Universitas Sumatera Utara
6) Modal inti 7) Modal pinjaman. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank sebesar 115% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kredit ditambah 4 dengan maksimum 100. Pengukuran rasio kredit terhadap dana yang diterima sebagai salah satu komponen dalam faktor likuiditas yang semula dinilai tidak sehat dengan nilai kredit 0 untuk rasio 110% atau lebih dan sehat dengan nilai kredit 100 untuk rasio kurang dari 110%, dalam penilaian yang baru pengukurannya dilakukan secara berjenjang sejalan dengan penilaian terhadap komponen lainnya. Likuiditas bank dapat diklasifikasikan sehat apabila rasio net call money terhadap aktiva lancar kurang dari 19% dan rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga kurang dari 89,85%. Menurut Riyadi (2004), menyatakan LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank. LDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. LDR ini merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar pinjaman yang diberikan atau didanai oleh pihak ketiga (Dendawijaya, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Besarnya LDR mengikuti perkembangan kondisi ekonomi Indonesia, bank dianggap sehat apabila besarnya LDR antara 85% sampai dengan 110%. Jika LDR di atas 110% maka bank akan mengalami kesulitan likuiditas dan berdampak pada penurunan profitabilitas. LDR =
𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝑫𝒂𝒏𝒂 𝑷𝒊𝒉𝒂𝒌 𝑲𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂
2.2.10 Hasil Penilaian Proksi Rasio Keuangan Faktor-faktor proksi rasio keuangan sesuai dengan bobotnya masing masing dan dikuantitatifkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil penelitian dapat dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan -ketentuan yang sanksinya dikaitkan dengan penilaian tingkat kesehatan bank. Berbagai ketentuan tersebut meliputi pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK), pelaksanaan pemberian kredit ekspor, pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) dan pelanggaran terhadap Posisi Devisa Netto (PDN). Berdasarkan penilaian-penilaian tersebut akhirnya ditetapkan apakah bank tersebut termasuk dalam kategori sehat, cukup sehat, kurang sehat ataupun tidak sehat. Predikat tingkat kesehatan bank yang sehat atau cukup sehat atau kurang sehat akan diturunkan menjadi tidak sehat apabila terdapat : 1) Perselisihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan dalam bank yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
2) Campur tangan pihak-pihak di luar bank dalam kepengurusan (manajemen) bank, termasuk di dalamnya kerjasama yang tidak wajar yang mengakibatkan salah satu atau beberapa kantornya berdiri sendiri. 3) Window dressing dalam pembukuan dan atau laporan bank secara materiil dapat berpengaruh terhadap keuangan bank sehingga mengakibatkan penilaian yang keliru terhadap bank, praktek bank dalam bank atau melakukan usaha bank di luar pembukuan bank. 4)
Kesulitan
keuangan
yang
mengakibatkan
penghentian
sementara
atau
pengunduran diri dari keikutsertaan dalam kliring.
2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian di bidang perbankan sudah sering dilakukan. Banyak sekali peneliti-peneliti terdahulu yang melakukan penelitian dengan berbagai metode penelitian misalnya dengan menggunakan metode CAMELS. Adapun ringkasan penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut: Fitri dan Doddy (2007)
melakukan penelitian tentang pengaruh rasio
keuangan CAMEL, tingkat inflasi, dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan 6 rasio keuangan yaitu CAR, NPM, NPL, ROE, CMR, GWM, dan tingkat inflasi serta ukuran perusahaan. Hasil dari penelitian ini yang berpengaruh positif dan signifikan adalah rasio CAR, ROE, dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perbankan. Sedangkan yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja
Universitas Sumatera Utara
keuangan perbankan adalah rasio NPL, NPM, GWM, CMR, dan faktor eksternal perusahaan yaitu tingkat inflasi. Selain Fitri dan Dody, Mawardi (2005) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan Bank Umum di Indonesia dengan menggunakan bank umum yang total assetnya kurang dari 1 Triliun. Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini meliputi efisiensi operasi (BOPO), resiko kredit (NPL), resiko pasar (NIM), dan modal (CAR), serta kinerjanya diproksikan dengan ROA. Hasil dari penelitian ini adalah CAR tidak berpengaruh terhadap ROA, sedangkan NPL dan BOPO berpengaruh terhadap ROA, dan yang paling tinggi berpengaruh terhadap ROA adalah NIM. Sementara Gagah (2009) meneliti tentang pengaruh Capital Adequecy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Size, dan BOPO terhadap profitabilitas dengan studi perbandingan pada bank domestik dan bank asing periode Januari 2003Desember 2007. Penelitian ini menggunakan rasio keuangan CAR, LDR, BOPO, dan size. Sedangkan profitabilitas diproksikan dengan rasio ROA. Hasil dari uji regresi linear berganda pada penelitian ini menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan pada ROA bank domestik serta berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA bank asing. LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA bank domestik serta berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA bank asing. Size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA bank domestik serta berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA bank asing. BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas bank domestik dan bank asing. Hasil
Universitas Sumatera Utara
dari uji Chow Test menunjukkan ada perbedaan signifikan antara bank domestik dan bank asing dalam hal pengaruh CAR, LDR, size, dan BOPO terhadap ROA. Mabruroh (2004) meneliti tentang manfaat dan pengaruh rasio keuangan dalam analisis kinerja keuangan perbankan. Penelitian ini menggunakan rasio keuangan CAMEL. Hasil dari penelitian ini yaitu secara parsial kinerja keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam rasio-rasio keuangan yang terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE, LDR, GWM, BOPO, NIM setelah dilakukan pengujian semua variabel positif dan signifikan mempunyai pengaruh terhadap kinerja secara parsial. Terjadi perbedaan dengan peneliti lainnya karena penelitian ini menggunakan data cross sectional. Athanasoglou (2005) melakukan penelitian berjudul Bank-specific, industry specific and Macroeconomics Determinants of Bank Profitability. Penelitian ini menggunakan beberapa variable yaitu EA (Equity of Asset), PL (Performing Loan), size, Pertumbuhan Produktivitas, ownership, concentration, GDP, dan inflasi yang mempengaruhi profitabilitas yang diproksikan dengan ROA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa EA Pertumbuhan Produktivitas, inflasi dan GDP berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan size, BOPO, NPL, concentration, ownership berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Untuk penelitian selanjutnya Harianto dan Prayudo (2008) melakukan penelitian tentang tinjauan variabel CAMEL terhadap laba usaha pada bank umum swasta nasional selama Desember 2000 sampai dengan Juni 2002. Penelitian ini menggunakan 14 variabel yaitu CAR, ATM, ETA, NPL, PPAP, LEA, ROA, NPM,
Universitas Sumatera Utara
NIM, ROA, ROE, BOPO, LDR, CBSTD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang berpengaruh terhadap laba adalah ETA, ROE, ROA, NPM, BOPO, NIM, LDR, sedangkan yang lain tidak mempengaruhi laba. ETA, ROE, NPM, BOPO, NIM berpengaruh positif terhadap laba, sedangkan ROA dan LDR berpengaruh negatif terhadap laba. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
Penelitian
Judul
Variabel Penelitian
Metode Analisis
Hasil Penelitian
1
Fitri Nugraheni dan Dody Hapsoro (2007)
Pengaruh Rasio Keuangan CAMEL, Tingkat Inflasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Jakarta
CAR, NPL, NPM, ROE, CMR, GWM, tingkat inflasi, ukuran perusahaan
Regresi berganda
2
Wisnu Mawardi (2005)
Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi
ROA, BOPO, NPL, NIM,
Regresi linear berganda
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa CAR berpengaruh (+) terhadap kinerja keuangan perbankan, sedangkan NPL dan berpengaruh (-) signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan, sedangkan NPM juga berpengaruh (-) dan signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan, ROE berpengaruh (+) dan signifikan tehadap kinerja keuangan perbankan, CMR berpengaruh (-) tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan perbankan, GWM berpengaruh (-) terhadap kinerja keuangan perbankan, tingkat inflasi berpengaruh (-) signifikan terhadap kinerja perusahaan perbankan, serta ukuran perusahaan berpengaruh (+) signifikan terhadap kinerja perusahaan perbankan hasil dari penelitian ini adalah NPL mempunyai pengaruh (-) dan signifikan
Universitas Sumatera Utara
Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia
CAR
3
Edward Gagah Purwana (2009)
Analisis Pengaruh CAR, SIZE, BOPO, LDR terhadap profitabilitas (Studi Perbandingan Pada Bank Domestik dan Bank Asing Periode Januari 2003Desember 2007)
ROA, CAR, SIZE, LDR, BOPO
regresi linear berganda dan uji chow test
4
Mabruroh (2004)
Manfaat dan Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Analisis Kinerja Keuangan Perbankan
CAR, NPL, ROA, ROE, LDR, GWM, BOPO, NIM
Regresi linier berganda
terhadap ROA, NIM mempunyai pengaruh (+) dan signifikan terhadap ROA dan berpengaruh (-) dan signifikan BOPO terhadap ROA serta tidak berpengaruhnya CAR terhadap kinerja keuangan bank (ROA) hasil penelitian ini yaitu CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas bank domestik dan CAR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA bank asing. LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA bank domestik dan LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA bank asing. Size berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA bank domestik dan Size berpengaruh positif signifikan terhadap ROA bank. BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA bank domestik dan berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA bank asing. Terdapat perbedaan signifikan antara bank domestik dan bank asing dalam hal pengaruh CAR, LDR, Size, BOPO terhadap ROA. hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial rasio keuangan CAR, NPL, ROA, ROE, LDR, GWM, BOPO, NIM, semua variabel positif dan signifikan mempunyai
Universitas Sumatera Utara
pengaruh terhadap kinerja. 5
Athanasoglou (2005)
Bank-specific, industry-specific and Macroeconomic s Determinants of Bank Profitability
6
Harianto Respati dan Prayudo Eri Yandono(2008)
Tinjauan Tentang VariabelVariabel CAMEL terhadap Laba usaha pada Bank Umum Swasta Nasional
EA, PL(resiko kredit), pertumbuhan produktivitas , size, ownership, inflasi, GDP, ROA
Regresi Linear berganda
CAR, ATM, ETA, NPL, PPAP, LEA, RORA, NPM, NIM, ROA, ROE, BOPO, LDR, CBSTD
Regresi berganda
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa EA, pertumbuhan produktivitas,GDP dan inflasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan PL, concentration, ownership, size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang berpengaruh terhadap laba adalah ETA, ROE, ROA, NPM, BOPO, NIM, LDR, sedangkan yang lain tidak mempengaruhi laba
Sumber : Berbagai Penelitian Terdahulu
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan tinjauan dari telaah pustaka di atas maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran dalam penelitian ini seperti yang disajikan dalam gambar dibawah ini: Laporan Keuangan Bank
Analisis Rasio Keuangan Proksi CAMEL : 1. CAR 2. NPL 3. NIM 4. BOPO 5. LDR
Uji Beda
Bank Asing
Bank Swasta Nasional
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Universitas Sumatera Utara
2.5 Hipotesis Sebagaimana penjelasan di atas, penelitian ini menyajikan tentang analisis perbandingan kinerja keuangan bank-bank asing dan swasta nasional (Periode tahun 2011-2012). Untuk menguji apakah masing-masing proksi rasio keuangan berbeda signifikan untuk periode 2011-2012 dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Berdasarkan Capital (CAR), kinerja keuangan bank asing dan bank swasta nasional berbeda secara signifikan. H2 : Berdasarkan Asset Quality (NPL), kinerja keuangan bank asing dan bank swasta nasional berbeda secara signifikan. H3 : Berdasarkan Management (NIM), kinerja keuangan bank asing dan bank swasta nasional berbeda secara signifikan. H4 : Berdasarkan Earning (ROA), kinerja keuangan bank asing dan bank swasta nasional berbeda secara signifikan. H5 : Berdasarkan Liquidity (LDR), kinerja keuangan bank asing dan bank swasta nasional berbeda secara signifikan.
Universitas Sumatera Utara