BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambangan Emas Cara penambangan endapan emas tergantung pada keadaan geologi bentuk dan letaknya bijih tersebut di alam. Yang pertama endapan emas sekunder yang potensinya lebih kecil pada umumnya daripada endapan emas primer, dapat ditambang secara sederhana dengan cara terbuka, dengan sistem pendulangan atau dengan tambang semprot yang melibatkan banyak pekerja (padat karya), tanpa menggunakan peralatan besar dan padat teknologi serta modal yang besar, kecuali jika endapannya sangat luas dapat ditambang dengan kapal keruk. Yang kedua adalah endapan emas primer yang memerlukan modal besar dan padat teknologi. Pada umumnya potensi endapan emas primer jauh lebih besar daripada endapan emas sekunder, karena itu akan tetap menguntungkan walaupun harus menyerap modal yang cukup besar untuk menambangnya dengan cara tambang terbuka jika endapannya relatif dangkal, atau dengan cara penambangan bawah tanah jika letaknya agak dalam. Kondisi bijih emas primer yang terdapat dalam batuan beku (batuan asal) yang dimuntahkan oleh magma atau bijih emas alluvial yang terdapat dalam batuan sedimen yang dihanyutkan oleh sungai, tergantung kepada kedalaman endapannya, struktur dan kondisi geologinya, suatu cadangan endapan primer dapat ditambang dengan cara tambang terbuka atau dengan cara tambang bawah tanah, atau dengan cara kombinasi dari keduanya.
2.1.1. Sejarah Pertambangan Emas Emas telah dipakai sejak berabad-abad lamanya, bahkan mungkin sejak bermilenium-milenium sebelumnya. Pada tahun 4000 sebelum Masehi Sebuah kebudayaan yang berpusat disebuah daerah yang saat ini disebut dengan Eropa Timur mulai menggunakan emas sebagai objek aksesoris & fashion. Kemungkinan besar emas tersebut ditambang di Transylvanian Alps atau bisa juga berasal dari tambang di daerah pegunungan Pangaion. Pada tahun 3000 sebelum Masehi Sebuah peradaban di irak selatan menggunakan emas untuk menciptakan perhiasan yang sangat mengagumkan dan model desain perhiasan dari peradaban itu masih banyak dipakai sampai saat ini. Pada tahun 2500 sebelum Masehi Raja Tomb of Djer dikubur bersama perhiasannya, dia adalah raja pertama dari dinasti mesir di Abydos, Mesir. Pada tahun 1500 sebelum Masehi Daerah Nubia yang sangat kaya akan deposit kandungan emas membuat mesir menjadi negara yang sangat kaya setelah emas dikenal sebagai alat tukar untuk perdagangan internasional. Dimana standar unit di timur tengah pada waktu itu menggunakan koin emas shekel dengan berat 11.3 Gram. Shekel terbuat dari campuran alami logam 2/3 emas dan 1/3 silver yang biasa di sebut electrum. Pada tahun 1350 sebelum Masehi, Babilonia mulai menggunakan api sebagai teknik untuk menguji kemurnian emas. Pada tahun 1200 sebelum Masehi,
Orang Mesir yang menguasai seni pembuatan emas
dengan cara memasukkan emas ke dalam daun untuk memperpanjang umur pakainya, mereka juga mencampur emas dengan logam lain untuk meningkatkan kekerasan dan variasi warna emas yang dihasilkan (dengan campuran tertentu emas bisa berubah menjadi warna hijau, merah, ungu dll). Pada era ini mereka 16
juga mulai menggunakan teknik lost wax dimana saat ini teknik lost wax ini masih menjadi jantung dari industri perhiasan. Kulit domba yang tidak dicukur mulai dipergunakan untuk memisahkan emas dari pasir sungai di timur laut, Laut Hitam. Setelah pasir dituang ke dalam kulit domba mereka lalu mengeringkannya untuk mengeluarkan partikel emas, teknik seperti ini menjadi inspirasi “Golden Fleece”. Tahun 1091 sebelum Masehi emas berbentuk kotak yang berukuran kecil mulai digunakan di Cina sebagai alat tukar yang syah (uang). Tahun 560 sebelum Masehi Koin pertama yang dibuat dari emas murni ditambang di Lydia sebuah kerajaan di Asia Minor. Pada tahun 344 sebelum Masehi, Raja Alexander melewati Hellespont bersama 40.000 prajurit dimana pada era ini dimulainya kampanye yang sangat besar dalam sejarah militer dan jumlah emas terbesar yang pernah dibawa dari kekaisaran Persia. Pada tahun 300 sebelum Masehi Orang Yunani dan Yahudi di Alexandria kuno mulai mempraktekan teknik kimia untuk memisahkan emas dari logam lainnya. Pencarian mencapai puncak dari akhir abad kegelapan melalui Renaissance. Tahun 202 sebelum Masehi selama era Punic War dengan Carthage Romawi mendapatkan banyak sekali akses ke pertambangan emas di Spanyol. Pada tahun 58 sebelum Masehi setelah kemenangan kampanye di Gaul, Julius Caesar pulang dengan membawa emas yang jumlahnya sangat besar, sehingga dia bisa memberikan koin emas sebanyak 200 buah kepada setiap prajuritnya dan membayar semua utang-utang Romawi. Dan pada tahun 50 sebelum Masehi, Romawi mulai mengeluarkan koin emas yang dinamai Aures. Pada tahun 699 Masehi, Kekaisaran Byzantine melanjutkan proyek penambangan di Eropa Tengah dan Perancis, dimana area ini merupakan area penambangan 17
emas yang tidak pernah di explorasi selama era kekaisaran Romawi berkuasa. Pada tahun 814 Masehi Charlemagne menyerbu Avars dan merampas emas mereka dalam jumlah besar, yang membuatnya menjadi sangat berkuasa di Eropa Barat. Pada tahun 1066 Masehi setelah terjadinya penaklukan oleh Norman, standar mata uang logam akhirnya kembali diberlakukan di Inggris dengan diperkenalkannya sistem Pounds, Shillings, dan Pence, yang secara definisi Pounds berarti setengah kilo sterling silver. Pada tahun 1299 Masehi, Marco Polo menulis jurnal dari perjalanannya ke Timur jauh (saat ini di sebut Asia) dengan judul “gold wealth was almost unlimited”. Pada tahun 1284 Masehi, Venice memperkenalkan Gold Ducat yang akhirnya menjadi koin yang sangat terkenal di dunia dan terus menjadi sangat terkenal sampai lima abad setelah peluncurannya. Pada tahun yang sama Great Britain mengeluarkan Koin emas utama untuk pertama kali, koin emas ini di beri nama Florin, yang selanjutnya diikuti oleh dikeluarkannya koin bernama Noble, Angel, Crown dan Guinea. Tahun 1377 Great Britain merubah sistem keuangan mereka berdasarkan emas dan perak. Pada tahun 1511, Raja Ferdinand dari Spanyol mengatakan kepada para penjelajah “jika bisa mendapatkan emas, tapi banyak bahaya untuk mendapatkan emas” yang akhirnya ekspedisi besar-besaran ke tanah yang baru ditemukan di western hemisphere. Tahun 1556, Georgius Agricola menerbitkan buku yang berjudul De Re Metallica yang berisi penjelasan proses pengujian emas menggunakan api yang biasa digunakan diabad pertengahan. Pada tahun 1700 ditemukannya cadangan deposit emas di Brazil, menjadikan Brazil sebagai penghasil emas terbesar didunia pada tahun 1720 18
dengan kapasitas produksi hampir mendekati 2/3 dari total kapasitas produksi seluruh dunia. Isaac Newton yang berperan sebagai kepala tambang menetapkan harga dalam satuan mata uang Great Britain sebesar 84 shillings 11,5 Pence per Troy ounce. The Royal Commission (Komisi Kerajaan) yang terdiri dari Isaac Newton, John Locke, and Lord Somers memutuskan untuk menarik seluruh mata uang lama dan menerbitkan mata uang baru dari emas atau perak dengan rasio 16:1. Dengan begitu harga emas dididirikan pertama kali di Inggris 200 tahun yang lalu. Pada tahun 1744 kebangkitan pertambangan emas di Rusia dimulai pada saat ditemukannya singkapan pasir kuarsa di Ekaterinburg pada tahun 1787, dan koin emas Amerika pertama kali ditemukan oleh Ephraim Brasher yang berprofesi sebagai tukang emas. Pada tahun 1792 undang-undang mata uang logam Amerika Serikat menetapkan standar bimetallic emas perak, dimana telah ditetapkan dolar AS setara dengan 24,75 grain emas murni dan 371,25 grain perak murni (1 grain = 0.0648 grams). Pada tahun 1799 Gold Nugget seberat 17 Pon ditemukan di Cabarus county, North Carolina dimana penemuan ini merupakan penemuan emas yang pertama kali terdokumentasikan. Pada tahun 1803 penemuan emas di Little Meadow Creek, North Carolina memicu terjadinya Gold Rush di Amerika untuk yang pertama kalinya. Tahun 1828 North Carolina memasok seluruh kebutuhan koin emas US Mint untuk skala domestik dengan peruntukan sebagai mata uang. Tahun 1816 Inggris secara resmi mengikat Poundsterling terhadap emas dengan kuantitas berat tertentu dimana mata uang Inggris dapat digunakan sebagai nilai tukarnya. Tahun 1817 Inggris mulai memperkenalkan Sovereign yaitu sebuah koin emas berukuran kecil yang memiliki nilai setara 1 Poundsterling. Tahun 19
1830 Heinrich G. Kuhn mengumumkan penemuannya atas sebuah formula Fired on Glanz Gold. Tahun 1837 berat emas dalam satuan US dolar di kurangi 23,22 grain sehingga nilai emas murni seberat 1 troy ounce emas akan setara dengan $ 20.67. Pada tahun 1848 John Marshall menemukan serpihan emas (gold flake) ketika sedang membangun sawmill milik John Sutter di dekat Sacramento, California. Penemuan John Marshall ini menyebabkan terjadinya Gold Rush di California. Pada tahun 1850 Edward Hammong Hargraves kembali ke Australia setelah perjalanan ke California, dia memprediksi akan dapat menemukan emas di negaranya dalam kurun waktu 1 minggu setelah kedatangannya dan dia menemukan emas di New South Wales seminggu setelah dia sampai di Australia. Tahun 1859 Comstock Lode yang merupakan deposit perak pertama di Amerika ditemukan di daerah yang saat ini bernama Virginia City, Nevada yang didalamnya juga terkandung deposit emas. Tahun 1862 Latin Monetary Union, ketetapan yang mengatur kadar, berat, ukuran dan nominal dari koin perak dan koin emas bagi negara Perancis, Italia, Belgia, Swiss, dan Yunani (pada tahun 1868) dan mewajibkan semua negara itu menerima koin emas dan koin perak dari masing-masing negara tersebut sebagai alat pembayaran yang syah. Tahun 1868 George Harrison menemukan emas ketika menggali batu untuk membangun rumah, dimana emas tersebut ditemukan di Afrika Selatan, sejak saat itu sumber emas tersebut mendekati 40% dari total emas yg pernah ditambang di Afrika Selatan. Pada tahun 1873 sebagai hasil dari perubahan undang-undang pertambangan dan koin, perak telah dihapuskan dari standar nilainya dan Amerika secara tidak resmi kembali ke standar emas. Pada tahun 1887 Hak Paten Inggris 20
dikeluarkan kepada John Steward MacArthur untuk penemuannya dalam proses recovery atau pemurnian emas dengan menggunakan proses sianida. Proses sianida ini dapat menghasilkan emas sampai dua kali lipat dari total produksi dunia sampai 20 tahun yang akan datang. Tahun 1896 William Jennings Bryan berpidato di konvensi nasional partai demokrat yang berjudul “cross of gold” dimana pidatonya ini berisi desakan agar kembali ke sistem bimetallism. Pidato ini menjadikan William Jennings Bryan sebagai salah satu kandidat presiden dari partai demokrat, tapi dia dikalahkan pada saat Pemilu oleh William McKinley (Dalam ilmu ekonomi Bimetallism memiliki arti Standar keuangan
dimana nilai dari mata uang dalam sistem
moneter sebuah negara didefiniskan setara atau senilai dengan sejumlah tertentu berat emas atau bisa juga setara atau senilai dengan sejumlah tertentu berat perak). Tahun 1898 Dua orang pemancing ikan menemukan emas saat memancing di Klondike, Alaska yang menimbulkan gold rush diakhir abad ke 19. Tahun 1900 Undang-undang Standar emas di Amerika Serikat menempatkan sistem ekonomi Amerika pada Standar emas, dengan komitmen bahwa Amerika akan mempertahankan nilai tukar mata uangnya terhadap negara lain berdasarkan Standar
Emas. Tahun
1903
Sebuah
perusahaan
bernama
Engelhard
memperkenalkan sistem untuk mencetak emas diatas permukaan sebuah objek. Ini pertama kalinya emas digunakan sebagai dekorasi dengan menggunakan sistem ini dan teknologi untuk Microcircuit Printing. Tahun 1913 undang-undang Bank sentral Amerika menetapkan bahwa USD akan didukung dengan emas sebanyak 40%.
21
Pada tahun 1919 Standar emas dihentikan sementara oleh beberapa negara termasuk Amerika, Inggris selama perang dunia 1. Pada tahun 1927 penelitian bidang kedokteran dalam skala besar yang dilakukan di Perancis yang membuktikan bahwa emas memiliki nilai yang sangat berharga dalam pemakaiannya untuk pengobatan atau perawatan penyakit rheumatoid arthritis (Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang). Tahun 1931 Inggris meninggalkan sistem standar emas logam mulia. Pada tahun 1933 untuk mengurangi kepanikan sektor perbankan, Presiden Amerika Franklin D. Roosevelt melarang warga negara Amerika memiliki koin emas, emas batangan logam mulia, dan sertifikat emas. Begitu panjangnya usia kegiatan pertambangan Emas tentunya juga banyak mengalami perubahan metode, dimulai dengan cara pertambangan tradisional yaitu menggunakan gravitasi atau amalgamasi air raksa, kemudian metode Sianida, flotasi dan heap leaching. Pertambangan Emas terbesar saat ini adalah Afrika Selatan, walau demikian tidak berarti Afrika Selatan memilki cadangan emas terbesar. Sesuai sifatnya Emas memang tidak habis dikonsumsi, berbeda dengan komoditi lain yang habis dikonsumsi sehingga memungkinkan negara lain yang tidak memilki tambang Emas yang banyak tetapi justru memilki cadangan Emas yang besar, hal ini terkait dengan fungsi Emas sebagai cadangan devisa dan instrumen moneter serta investasi (Aris Purbo). 22
Untuk di Negara Indonesia, pertambangan emas yang diduga merupakan pertambangan tertua di Sumatera maupun di Indonesia terdapat di pesisir selatan yang disebut dengan pertambangan emas Salida. Sebelum kedatangan VOC di pantai barat Sumatera, kandungan emas di Salida sudah ditambang oleh penduduk setempat. Jauh sebelum bangsa Barat berhasil menemukan Sumatera, berita mengenai ‘Pulau Emas’ sudah sampai ke Eropa melalui cerita-cerita para pelaut Arab. Penyair Portugis yang terkenal, Luiz de Camoens (1524-1580), menulis dalam Os Lusiadas (terbit 1572), sebuah puisi epik panjang yang monumental, tentang Gunung Ophir di Pasaman yang kaya emas, yang diperdagangkan oleh penduduk lokal dengan orang asing. Camoens bertualang hanya sampai di Goa, India, dan tidak pernah sampai di Sumatra.
Gambar 3: Tambang emas di Salida (Makassar Kota, 2008)
Makassar, Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang memiliki tambang emas terbesar di dunia yang hingga saat ini belum dieksplorasi. Padahal potensi ini memberi kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Ahli geologi dunia asal Malaysia, Datu Azis Chemor berkata bahwa pada ekspose "Peluang Tambang Emas Sulsel" di ruang Rapim kantor Gubernur Sulsel, di 23
Makassar, dalam peta pertambangan dunia, Sulsel merupakan sentra jalur emas di dunia. Potensi tambang emas Sulsel tersebar disejumlah kabupaten, yakni Luwu, Luwu Utara, Palopo, Luwu Timur, Tanatoraja, Pangkep, Barru, Bone, Jeneponto, Takalar, Gowa, Maros, Selayar dan Wajo, perlu dijaga dan diawasi supaya dapat diolah menjadi industri yang menjanjikan kehidupan yang layak bagi warga di daerah itu. Hanya saja, lanjutnya, untuk pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam ini menjadi emas maka harus dibangun industrinya yang investasinya cukup besar, termasuk desain lokasinya, survey lapangan, studi kelayakannya dan lainnya (Makassar Kota, 2008). 2.1.2. Sejarah Pertambangan Emas Pongkor Survey geologi Gunung Pongkor diawali pada tahun 1979 oleh tim geologi PT. Aneka Tambang, tentang logam berat. Kemudian pada tahun 1980 dilanjutkan penelitian vein (cebakan) batuan kuarsa yang mengandung emas (Au) dan kandungan perak (Ag). Berdasarkan penemuan tersebut perusahaan meminta dan memperoleh K.P. (Kuasa Pertambangan) Eksplorasi No. 562 di daerah ini pada tahun 1983, yang kemudian ditingkatkan ke K.P. Eksploitasi pada tahun 1988. Pada tahun 1990 PT. Aneka Tambang mengundang Kilborn Engineering Pacific Ltd (Kilborn) untuk pekerjaan studi kelayakan di bidang pertambangan, pengolahan, dan fasilitas untuk pengembangan dan operasi penambangan dengan kapasitas 500 ton bijih per hari. Menurut Laporan Tahunan ANTAM (1997) pembangunan pabrik dilakukan pada tahun 1993 dan produksi komersial dimulai pada bulan Mei 1994. Pengembangan Pongkor diselesaikan pada bulan November
24
1997 yang direncanakan mampu meningkatkan kapasitas produksi menjadi sekitar 5 ton emas per tahun. Lokasi kegiatan Pertambangan Emas Pongkor terletak pada areal dengan topograpi yang terjal dan curam, sebagian besar berbukit dan bergunung. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan pada seluruh areal yang terkena dampak akibat aktivitas penambangan dan pembangunan sarana penunjangnya seperti kegiatan pembenahan lahan bukaan areal kolam buangan, penanganan batuan buangan, dan air tambang serta penanganan limbah dari pabrik pengolahan. Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Antam Tbk. Adalah sistem penambangan bawah tanah (Underground Mining) dengan menggunakan metode “Cut and Fill” yaitu mengambil bijih emas dari perut bumi lalu rongga yang telah kosong diisi kembali dengan menggunakan material limbah (waste material) berbentuk lumpur (slurry) yang merupakan limbah hasil pengolahan yang telah bersih dari zat- zat berbahaya. Terdapat lima siklus dalam penambangan emas di PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor yaitu tahap Drilling, Blasting, Mucking, Transportation, dan Backfilling. Tahap pertama proses penambangan bijih emas yaitu dengan membuat lubang bor dengan cara Drilling (pengeboran) untuk menempatkan bahan peledak di perut bumi. Alat yang digunakan adalah Jack Leg atau Jumbo Drill. Tahap kedua adalah Blasting (peledakan) sekaligus Clearing Smoke (pembersihan asap). Selanjutnya adalah Mucking (pengerukan) setelah dilakukan peledakan, bijih (Ore) dikeruk menggunakan LHD dan dijatuhkan melalui Ore Pass ke level terendah (level 500). Tahap keempat adalah Transporting, mengangkut bijih dari dalam tambang ke area proses penghancuran bijih 25
(Crushing Plant Area) dengan menggunakan Grandby. Tahap terakhir yaitu Backfilling (pengisian ulang) merupakan proses pemompaan Backfill dalam bentuk campuran air dan padatan (Slurry) ke dalam Stope (lubang hasil proses penambangan), hal ini untuk menghindari terjadinya Subsidence permukaan, serta sebagai pijakan pemboran selanjutnya. Sistem pengolahan bijih emasnya dilakukan oleh PT. Antam Tbk. Dengan menggunakan dua buah pabrik yang berbeda namun dengan proses yang sama. Kapasitas untuk pabrik pertama sebesar 500 dry million ton atau ton kering per jam dan pabrik kedua berkapasitas 720 dry million ton. Alur proses pengolahan bijih menjadi dore bullion melewati 5 tahap proses yaitu, yang pertama adalah Crushing Unit yaitu proses pengecilan bijih hasil penambangan mulai dari ukuran 400 mm menjadi ukuran kurang dari 12.5 mm. selanjutnya adalah Milling Unit, dari Crushing bijih emas dibawa ke bin dengan belt conveyor menuju ballmill, kemudian bijih digerus bersama kapur mati, bola baja sebagai media gerus dan Pb(NO 3 ) 2 (lead nitrat) untuk mempercepat proses pelindian perak pada proses sianidasi, dan jenis prosesnya adalah proses basah (media air). Tahap ketiga adalah Leaching and Carbon In Leach Unit (CIL) yaitu proses pelindian (pelarutan) bijih logam (emas dan perak) dalam larutan sianida. Emas dan perak dalam lumpur (produk ballmill) dimasukkan dalam tanki pelarut dimana tanki tersebut ditambahkan NaCN 700-900 ppm. Tahap yang selanjutnya adalah Gold Recovery Unit yaitu pengambilan emas dan perak dari loaded carbon (karbon aktif yang telah bermuatan logam emas dan perak dengan kadar tertentu) sampai berbentuk dore bullion melalui tiga proses yaitu, tahap elution, electrowining, dan smelting. Dalam tahap elution, karbon yang telah jenuh 26
menyerap larutan emas dan perak di sirkuit CIL, dilepaskan kembali menjadi fase larutan. Hasil dari proses elution disebut sebagai air kaya (eluate solution) akan diolah dalam proses electrowining. Air kaya dari tanki eluate dipompakan menuju bak elektrowining, emas dan perak dalam air kaya akan terdeposisi ke kawat katoda menggunakan arus searah (elektrolisa). Emas dan perak yang menempel pada proses elektrolisis di sel katoda yang berupa endapan disebut cake. Setelah proses electrowining adalah proses smelting, dimana cake dipanaskan sampai melebur dengan waktu sekitar 4 jam dan hasil peleburan ini berupa dore bullion. Dore bullion ditampung dalam louder untuk dimasukkan ke percetakan bullion (bullion mold) yang selanjutnya dikirim ke unit pemurnian logam mulia di Jakarta yang juga merupakan satu unit produksi PT. Antam Tbk. Untuk dimurnikan sehingga kadarnya mencapai 99.8 %. Dan tahap terakhir adalah proses pengolahan limbah yang dihasilkan dari proses produksi. PT. Antam Tbk. UBPE Pongkor dalam menangani limbahnya dilengkapi dengan tailing dam sebagai tempat penampungan limbah terakhir dan dua area Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yaitu IPAL Tambang dan IPAL Cikaret. IPAL tambang mengelola limbah dengan kadar TSS (Total Suspended Solid) yang tinggi dan IPAL Cikaret mengelola limbah dengan kadar sianida yang tinggi, maka adanya penambahan CuSO 4 dan H 2 O 2 selain flocculant dan coagulant. IPAL ini dibangun untuk mengolah limbah cair dari overflow tailing dam, sebelum dialirkan ke sungai cikaniki, sludge yang mengendap diangkut oleh dump truck untuk dikembalikan ke tailing dam.
27
2.1.3. Buangan dari Pertambangan dan Pengolahan Emas Buangan dari adanya pertambangan dan pengolahan emas cukup bervariasi tergantung pada teknik yang digunakan. Pertambangan emas biasanya akan menghasilkan air, tanah, batu, yang merupakan sisa dari proses penambangan. Untuk pengolahan emas juga dihasilkan buangan berupa air, lumpur, dan bahan-bahan yang dipakai dalam proses pengolahan bijih emas. 2.2. Limbah Berbahaya Pencemaran lingkungan dalam kehidupan sehari-hari dapat dipahami sebagai sesuatu kejadian lingkungan yang tidak diingini, menimbulkan gangguan atau kerusakan lingkungan bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan sampai kematian. Hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat disebut pencemaran, misalnya udara berbau tidak sedap, air berwarna keruh, tanah ditimbuni sampah. Hal tersebut dapat berkembang dari sekedar tidak diingini menjadi gangguan. Udara yang tercemar baik oleh debu, gas maupun unsur kimia lainnya dapat menyakitkan saluran pernafasan, mata menjadi pedas atau merah dan berair. Bila zat pencemar tersebut mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3), kemungkinan dapat berakibat fatal. Hal yang sama dapat terjadi pada air. Air yang tercemar dapat menimbulkan gangguan gatal pada kulit, atau sakit saluran pencernaan bila terminum dan dapat berakibat lebih jauh bila ternyata mengandung B3. Demikian pula halnya dengan tanah yang tercemar, yang pada gilirannya dapat mengotori sumber air didekatnya. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup adalah : masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan 28
atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. 2.2.1. Jenis dan Akibat Limbah Berbahaya Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3). Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lainlain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3. Limbah merupakan zat ataupun benda sisa dari suatu proses baik itu proses produksi maupun proses konsumsi. Adapun limbah berasal dari berbagai tempat, limbah bisa berasal dari kegiatan rumah tangga, kegiatan rumah sakit, kegiatan
29
industri, dan kegiatan pertambangan. Jenis dan akibat dari limbah berbahaya yang dihasilkan dari tempat-tempat tersebut akan dijelaskan dibawah ini. 2.2.1.1. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Rumah Tangga Terdapat dua jenis limbah rumah tangga yaitu limbah organik dan anorganik, dimana sebagian besar limbah rumah tangga merupakan bahan organik seperti sisa-sisa makanan (sayuran, sisa tepung, kulit buah dan daun-daun), dan juga berupa tinja dan limbah cair yang semuanya dapat mencemari lingkungan perairan. Sedangkan untuk limbah anorganik yang berasal dari rumah tangga adalah berupa botol plastik, tas plastik, kaleng, dan kain (sintetis). Dampak yang diakibatkan dari limbah hasil rumah tangga adalah yang pertama dampak terhadap kesehatan. Lokasi dan pengelolaan limbah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Adapun penyakit-penyakit yang ditimbulkan adalah diare, kolera, tifus yang menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari limbah dengan pengelolaan tidak tepat yang dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan limbahnya kurang memadai, dan penyakit yang disebabkan oleh jamur (misalnya jamur kulit). Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan, salah satu contohnya adalah penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan atau sampah. 30
2.2.1.2. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Industri Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk kategori atau dengan sifat limbah B3. Kegiatan industri disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan perairan, tanah, dan udara. Limbah cair, yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan mengganggu kehidupan biota air. Limbah padat akan mencemari tanah dan sumber air tanah, limbah gas yang dibuang ke udara pada umumnya mengandung senyawa kimia berupa SOx, NOx, CO, dan gas-gas lain yang tidak diinginkan. Adanya SO2 dan NOx diudara dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat menimbulkan kerugian karena merusak bangunan, ekosistem perairan, lahan pertanian dan hutan. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah limbah dari industri kimia. Limbah dari industri kima pada umumnya mengandung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah-limbah yang biasa dihasilkan oleh industri adalah •
Chromium Chromium adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit dioksidasi
meski dalam suhu tinggi. Chromium digunakan oleh industri Metalurgi, Kimia, Refractory (heat resistant application). Dalam industri metalurgi, chromium merupakan komponen penting dari stainless steels dan berbagai campuran logam. Dalam industri kimia digunakan sebagai : Cat pigmen (dapat berwarna merah, kuning, orange dan hijau), Chrome plating, penyamakan kulit, Treatment Wool 8 Chromium terdapat stabil dalam 3 valensi. Berdasarkan urutan toksisitasnya 31
adalah Cr-O, Cr-III, Cr-VI Electroplating, penyamakan kulit dan pabrik textil merupakan sumber utama pemajanan chromium ke air permukaan. Limbah padat dari tempat prosesing chromium yang dibuang ke landfill dapat merupakan sumber kontaminan terhadap air tanah. Kelompok Resiko Tinggi : Pekerja di industri yang memproduksi dan menggunakan Cr, dan perumahan yang terletak dekat tempat produksi akan terpajan Cr-VI lebih tinggi. Perumahan yang dibangun diatas bekas landfill, akan terpajan melalui pernafasan (inhalasi) atau kulit. Pemajanan melaui, inhalasi terutama pekerja, kulit, dan Oral (masyarakat pada umumnya). Dampak Kesehatan dan efek fisiologi yang akan terjadi ketika tercemar oleh Cromium adalah Cr (III) yang merupakan unsur penting dalam makanan (trace essential) yang mempunyai fungsi menjaga agar metabolisme glucosa, lemak dan cholesterol berjalan normal. Organ utama yang terserang karena Cr terhisap adalah paru-paru, sedangkan organ lain yang bisa terserang adalah ginjal, lever, kulit dan sistem imunitas. Efek pada Kulit adalah Dermatitis berat dan ulkus kulit karena kontak dengan Cr-IV. Efek pada Ginjal bila terhirup Cr-VI dapat mengakibatkan necrosis tubulus renalis, efek pada hati adalah pemajanan akut Cr dapat menyebabkan necrosis hepar. Bila terjadi 20 % tubuh tersiram asam Cr akan mengakibatkan kerusakan berat hepar dan terjadi kegagalan ginjal akut. •
Cadmium (Cd) Cadmium merupakan bahan alami yang terdapat dalam kerak bumi.
Cadmium murni berupa logam berwarna putih perak dan lunak, namun bentuk ini tak lazim ditemukan di lingkungan. Umumnya cadmium terdapat dalam kombinasi dengan elemen lain seperti Oxigen (Cadmium Oxide), Clorine 32
(Cadmium Chloride) atau belerang (Cadmium Sulfide). Kebanyakan Cadmium (Cd) merupakan produk samping dari pengecoran seng, timah atau tembaga cadmium yang banyak digunakan berbagai industri, terutama plating logam, pigmen, baterai dan plastik. Pemajanan Sumber utama pemajanan Cd berasal dari makanan karena makanan menyerap dan mengikat Cd. misalnya : tanaman dan ikan. Tidak jarang Cd dijumpai dalam air karena adanya resapan dari tempat buangan limbah bahan kimia. Dampak pada kesehatan Beberapa efek yang ditimbulkan akibat pemajanan Cd adalah adanya kerusakan ginjal,liver, testes, sistem imunitas, sistem susunan saraf dan darah. •
Cupper (Cu) Tembaga merupakan logam berwarna kemerah-merahan dipakai sebagai
logam murni atau logam campuran (suasa) dalam pabrik kawat, pelapis logam, pipa dan lain-lain. Pemajanan Pada manusia pemajanan terjadi melalui pernafasan, oral dan kulit yang berasal dari berbagai bahan yang mengandung tembaga. Tembaga juga terdapat pada tempat pembuangan limbah bahan berbahaya. Senyawa tembaga yang larut dalam air akan lebih mengancam kesehatan. Cu yang masuk ke dalam tubuh, dengan cepat masuk ke peredaran darah dan didistribusi ke seluruh tubuh.
33
Dampak terhadap Kesehatan Cu dalam jumlah kecil (1 mg/hr) penting dalam diet agar manusia tetap sehat. Namun suatu intake tunggal atau intake perhari yang sangat tinggi dapat membahayakan. Bila minum air dengan kadar Cu lebih tinggi dari normal akan mengakibatkan muntah, diare, kram perut dan mual. Bila intake sangat tinggi dapat mengakibatkan kerusakan liver dan ginjal, bahkan sampai kematian. •
Timah Hitam (Pb) Sumber emisi antara lain dari : Pabrik plastik, percetakan, peleburan
timah, pabrik karet, pabrik baterai, kendaraan bermotor, pabrik cat, tambang timah dsb. Pemajanan melalui Oral dan Inhalasi Dampak pada Kesehatan Sekali masuk ke dalam tubuh timah didistribusikan terutama ke 3 (tiga) komponen yaitu • Darah • Jaringan lunak (ginjal, sumsum tulang, liver, otak) • Jaringan dengan mineral (tulang + gigi) Tubuh menimbun timah selama seumur hidup dan secara normal mengeluarkan dengan cara yang lambat. Efek yang ditimbulkan adalah gangguan pada saraf perifer dan sentral, sel darah, gangguan metabolisme Vit.D dan Calsium sebagai unsur pembentuk tulang, gangguan ginjal secara kronis, dapat menembus placenta sehingga mempengaruhi pertumbuhan janin.
34
•
Nickel (Ni) Nikel berupa logam berwarna perak dalam bentuk berbagai mineral. Ni
diproduksi dari biji Nikel, peleburan atau daur ulang besi, terutama digunakan dalam berbagai macam baja dan suasa serta elektroplating. Salah satu sumber terbesar Ni terbesar di atmosfir berasal dari hasil pembakaran BBM, pertambangan, penyulingan minyak, incenerator. Sumber Ni di air berasal dari lumpur limbah, limbah cair dari “Sewage Treatment Plant”, air tanah dekat lokasi landfill. Pemajanan Melalui inhalasi, oral dan kontak kulit. Dampak terhadap Kesehatan Ni dan senyawanya merupakan bahan karsinogenik. Inhalasi debu yang mengandung Ni-Sulfide mengakibatkan kematian karena kanker pada paru-paru dan rongga hidung, dan mungkin juga dapat terjadi kanker pita suara. •
Pestisida Pestisida mengandung konotasi zat kimia dan atau bahan lain termasuk
jasad renik yang mengandung racun dan berpengaruh menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan manusia, kelestarian lingkungan dan keselamatan tenaga kerja. Pestisida banyak digunakan pada sektor pertanian dan perdagangan/ komoditi. Pemajanan Melalui Oral, Inhalasi, Kulit.
35
Dampak pada Kesehatan Pestisida golongan Organophosphat dan Carbamat dapat mengakibatkan keracunan sistemik dan menghambat enzim Cholinesterase (Enzim yang mengontrol transmisi impulse saraf) sehingga mempengaruhi kerja susunan saraf pusat yang berakibat terganggunya fungsi organ penting lainnya dalam tubuh. Keracunan pestisida golongan Organochlorine dapat merusak saluran pencernaan, jaringan, dan organ penting lainnya. •
Arsene Arsene berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan.
Arsen di air ditemukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain. Senyawa Arsen dengan oksigen, klorin atau belerang sebagai Arsen inorganik, sedangkan senyawa dengan Carbon dan Hydrogen sebagai Arsen Organik. Arsen inorganik lebih beracun dari pada arsen organik. Suatu tempat pembuangan limbah kimia mengandung banyak arsen, meskipun bentuk bahan tak diketahui (Organik/ Inorganik). Industri peleburan tembaga atau metal lain biasanya melepas arsen inorganik ke udara. Arsen dalam kadar rendah biasa ditemukan pada kebanyakan fosil minyak, maka pembakaran zat tersebut menghasilkan kadar arsen inorganik ke udara, dan penggunaan arsen terbesar adalah untuk pestisida. Pemajanan Arsen ke dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan atau minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah.
36
Dampak terhadap Kesehatan Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan, bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare. Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal. •
Nitrogen Oxide (NOx) NOx merupakan bahan polutan penting dilingkungan yang berasal dari
hasil pembakaran dari berbagai bahan yang mengandung Nitrogen. Pemajanan Pada manusia pada umumnya melalui inhalasi atau pernafasan. Dampak terhadap kesehatan Berupa keracunan akut sehingga tubuh menjadi lemah, sesak nafas, batuk yang dapat menyebabkan edema pada paru-paru •
Sulfur Oxide (SOx) Sumber SO2 bersal dari pembakaran BBM dan batu bara, penyulingan
minyak, industri kimia dan metalurgi. Dampak terhadap Kesehatan • Bila pemajanan lewat ingesti efeknya berat, rasa terbakar di mulut, pharynx, abdomen yang disusul dengan muntah, diare, tinja merah gelap (melena). Tekanan darah turun drastis.
37
• Pemajanan lewat inhalasi, menyebabkan iritasi saluran pernafasan, batuk, rasa tercekik, kemudian dapat terjadi edema paru, rasa sempit didada, tekanan darah rendah dan nadi cepat. • Pemajanan lewat kulit terasa sangat nyeri dan kulit terbakar. •
Karbonmonoksida (CO) Karbonmonoksida adalah gas yang tidak berbau dan tidak berwarna,
berasal dari hasil proses pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung rantai karbon. Pemajanan Pada manusia melalui inhalasi. Dampak terhadap kesehatan • Keracunan akut terjadi setelah terpajan karbonmonoksida berkadar tinggi. CO yang masuk kedalam tubuh dengan cepat mengikat haemoglobine dalam darah membentuk karboksihaemoglobine (COHb), sehingga haemoglobine tidak mempunyai kemampuan untuk mengikat oksigen yang sangat diperlukan untuk proses kehidupan dari pada jaringan dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena CO mempunyai daya ikat terhadap haemoglobine 200 sampai 300 kali lebih besar dari pada oksigen, yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi otak atau hypoxia, susunan saraf, dan jantung, karena organ tersebut kekurangan oksigen dan selanjutnya dapat mengakibatkan kematian. • Keracunan kronis terjadi karena terpajan berulang-ulang oleh CO yang berkadar rendah atau sedang. Keracunan kronis menimbulkan kelainan pada pembuluh darah, gangguan fungsi ginjal, jantung, dan darah.
38
2.2.1.3. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Pertambangan Pertambangan memerlukan proses lanjutan pengolahan hasil tambang menjadi bahan yang diinginkan. Misalnya proses dipertambangan emas, memerlukan bahan air raksa atau merkuri akan menghasilakan limbah logam berat cair penyebab keracunan syaraf dan merupakan bahan teratogenik. Adapun penjelasan mengenai limbah berbahaya yang dihasilkan oleh pertambangan adalah sebagai berikut. 1. Merkuri Logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang memiliki sifat cair pada temperatur ruang dengan gaya berat spesifik (specific gravity) dan daya hantar listrik yang tinggi, mudah bergerak, tidak berbau, tidak larut dalam air, sebagai pelarut organik, cenderung membentuk Alloy dengan logam lain, bertekanan uap tinggi dan berat jenis yaitu 13,54 pada suhu 20 o C. Karena sifatsifat tersebut, merkuri banyak digunakan baik dalam kegiatan perindustrian maupun laboratorium. Merkuri merupakan zat yang sangat beracun bagi makhluk hidup baik sebagai unsur tunggal maupun yang telah membentuk persenyawaan (Palar, 2004). Menurut William et . a l (1995) beberapa sumber polutan yang menyebabkan terjadinya penimbunan merkuri di lingkungan laut, yang terpenting adalah industri penambangan logam, industri bijih besi, termasuk metal plating, industri yang memproduksi bahan kimia, baik organik maupun anorganik, dan sampah domestik (offshore dumping), lumpur dan lain-lain. Telah lama diketahui bahwa merkuri dan turunannya sangat beracun, sehingga kehadirannya di lingkungan perairan dapat mengakibatkan kerugian 39
pada manusia karena sifatnya yang mudah larut dan terikat jaringan tubuh organisme air. Merkuri harus ditangani dengan hati-hati, dijauhkan dari anak-anak dan wanita yang sedang hamil. Standar yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah sebagai berikut: di air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)). Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap 1 juta gram) atau satu gram dalam 10 ton makanan. Di udara 0,1 mg (miligram) metilmerkuri setiap 1 m3, 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk orang-orang yang bekerja 40 jam seminggu (8 jam sehari) (Ismunandar, 2002). Sifat ion Merkuri yang mudah berinteraksi dengan air, maka merkuri dengan mudah memasuki tubuh melalui tiga cara, yaitu melalui kulit, inhalasi (pernafasan) maupun lewat makanan. Bila masuk melalui kulit akan menyebabkan reaksi alergi kulit berupa iritasi kulit, reaksi seperti ini tidak perlu menunggu lama cukup mandi beberapa kali di sungai atau di laut yang tercemar merkuri, kulit pun akan segera mengalami iritasi. Pekerja yang biasa menggunakan merkuri berisiko tinggi menghirup uap merkuri lewat hidungnya. Uap yang terhirup ini dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan dan paru, sehingga saraf juga bisa rusak. Cara lain masuknya merkuri ke dalam tubuh manusia adalah melalui makanan atau minuman. Jadi pada gilirannya, manusia sendiri juga ikut menimbun merkuri dalam tubuhnya. Dampak akibat masuknya merkuri ke dalam tubuh biasanya muncul dalam waktu lama, bisa bulanan atau tahunan tergantung kadar merkuri yang masuk. Merkuri akan menumpuk dan selanjutnya mengganggu fungsi ginjal atau sering disebut nefrotoksik (Budiawan, 2009).
40
1.1. Proyek Merkuri Global Penilaian Lingkungan di dua area pertambangan emas skala kecil di Indonesia Tujuan dari proyek ini adalah untuk memimpin penilaian terhadap besarnya kontaminasi merkuri dalam dua area pertambangan emas tersebut, memberikan dukungan secara teknik untuk langkah- langkah intervensi yang akan dilakukan, penyelidikan keberadaan sumber merkuri saat ini dan sebelum adanya kegiatan tambang, evaluasi ketersediaan merkuri serta pergerakannya melalui karakteristik hidrokomia, geokimia, mineralogy, dan bioindikator. Pertambangan batu keras dilakukan didalam lubang sempit dengan diameter 50-70 cm dan kedalaman mencapai 30 m, penemuan bijih emas utamanya dilakukan dengan mencari lapisan-lapisan urat-urat emas dalam batubatu vulkanik. Lalu untuk mengangkat bijih-bijih emas yang ditemukan dilakukan dengan menggunakan karung-karung agar dapat diangkut dari kedalaman 30 m tersebut ke permukaan lubang tambang. Setelah mengumpulkan bijih-bijih emas tersebut, barulah dilakukan pengolahan untuk mendapatkan emas. Bijih-bijih tersebut diangkut dan dibawa ke tempat penggilingan, lalu bijih-bijih tersebut dihancurkan dengan alat penggilingan untuk mendapatkan kualitas bijih yang terbaik. Setelah didapatkan bijih dengan kualitas yang terbaik selanjutnya adalah memasukkan bijih-bijih tersebut ke dalam tromel untuk dihancurkan kembali, setelah itu dilakukan pencampuran langsung dengan menggunakan merkuri tanpa konsentrasi gravitasi untuk mendapatkan emas yang diinginkan. Merkuri yang hilang setelah proses pencampuran untuk Kasus di Tatelu, dimana terdapat 100 unit dengan 12 tromel per unit yang menggunakan 1 kg merkuri per tromel untuk 41
satu kali putaran, dimana dilakukan 3 kali putaran per hari adalah sebanyak 2 % dari total 3600 kg per hari penggunaan merkuri yaitu sekitar 72 kg merkuri yang hilang per harinya. Rasio penggunaan merkuri untuk mengikat emas yang normal biasanya ada pada interval 1:1 hingga 2:1, untuk kasus di Tatelu ini rasio penggunaan merkuri untuk mengikat emasnya adalah 60:1, jadi untuk satu kg emas digunakan 60 kg merkuri. Hal tersebut menyebabkan besarnya merkuri yang hilang ke lingkungan, sehingga besar pula resiko bahaya kesehatan yang dihadapi, terutama yang melakukan pengolahan bijih emas yang berinteraksi langsung dengan merkuri tersebut akan mudah terkontaminasi merkuri yaitu melalui udara yang dihirupnya yang telah terkontaminasi merkuri. Sedangkan untuk di daerah Galangan, jumlah merkuri yang hilang setelah proses pencampuran dimana terdapat 500 unit dan hanya melakukan 1 kali putaran per harinya dengan penggunaan merkuri 1kg per tromel. Dan rasi penggunaa merkuri untuk mengikat emasnya hanya 2,4:1 yaitu 2,4 kg merkuri untuk 1 kg emas. Di daerah Galangan ini lebih sedikit menggunakan merkuri dibanding di daerah Tatelu (Saulo dkk, 2004). 2. Sianida Sianida secara alami terbentuk dalam ikatan yang dihasilkan oleh reaksi biokimia. Banyak spesies tumbuhan yang terdiri atas senyawa organik yang mengandung sianida dalam bentuk cyanogenic glycosides (Knowles, 1976 dalam Hardiani, Lidya 2002). Contohnya sianida yang terdapat pada tanaman seperti selada, jagung, ubi, kedelai, dan almond, selain tanaman sianida juga terdapat
42
dalam asap rokok (hardiani, 2002.) berdasarkan tingkat keracunannya, dikenal tiga macam senyawa sianida, yaitu: a. Sianida bebas (CN free) Sianida bebas adalah jumlah dari konsentrasi HCN dan ion CN- dalam larutan air. CN free beracun bagi manusia, hewan mamalia dan spesies air (Doudoroff, 1976 dalam Hardiani, 2002.). Dosis mematikan untuk manusia dewasa sangat bervariasi tergantung pada besarnya pemaparan, seperti dibawah ini: •
1 sampai 3 mg/kg berat tubuh, jika terminum;
•
100 sampai 300 ppm, jika terhirup;
•
100 mg/kg berat tubuh jika terserap.
b. Sianida Total (Total Cyanide) Sianida total adalah jumlah konsentrasi dari senyawa sianida yang terdapat dalam air termasuk senyawa kompleks sianida logam. Dalam terminologi, CN total dituliskan CN-, dan CN free juga berlabel CN-, dengan demikian terkadang sulit membedakan antara CN total dengan CN free. Pada umumnya ahli biologi dan ilmuwan-ilmuwan lingkungan lebih menyukai peraturan yang menunjukkan terminologi CN free, karena CN total kurang beracun bila dibandingkan CN free. c. Weak Acid Dissociable Cyanide (CN WAD) CN wad adalah jumlah konsentrasi dari senyawa sianida yang terdisosiasi dalam asam lemah. Konsentrasi ini tidak termasuk senyawa kompleks sianida yang stabil (seperti ferisianida, ferosianida dan senyawa kompleks sianida logam lainnya). Logam-logam yang biasanya berikatan dengan sianida jenis ini antara lain Zinc dan Cadmium. Masing-masing logam yang berikatan dengan sianida 43
memiliki efek toksisitas tersendiri. Untuk Zinc sianida efek toksisitasnya antara 0,18 sampai 0,26 mg/l, sedangkan Cadmium sianida sebesar 0,18 mg/l. Pencemaran sianida pada proses pengolahan bijih emas menurut Soedjoko et al (1991) adalah gangguan akibat penggunaan sianida yang mungkin timbul dalam proses ekstraksi emas, meliputi antara lain tercemarnya air sungai, air tanah dan udara. Sianidasi biasanya diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang bermodal besar, maka pada umumnya mereka sudah melengkapinya dengan unit pengendali limbah, meresirkulasikan limbah cairnya ke dalam proses pengolahan dan membuat tailing pond/tailing dam, dimana disini terjadi degradasi sianida secara alami. Namun demikian pencemaran masih tetap akan ada, apabila penanganannya tidak dilakukan dengan baik dan tidak dilakukan pengawasan dan pemantauan secara terus menerus terhadap limbah yang akan dibuang ke sungai. Soedjoko et al (1991) juga menyebutkan bahwa pemakaian garam-garam sianida pada industri, seperti pengolahan emas dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia/pekerja. Hal ini disebabkan karena ion sianida mempunyai sifat menghambat kerjanya beberapa sistem enzim dalam tubuh manusia. Enzin yang sangat peka terhadap sianida adalah enzim sitokrom oksidase dan enzim lainnya yang mengontrol oksidasi dalam jaringan sel. Jaringan sel yang terhambat oleh ion sianida tidak dapat menggunakan oksigen yang dibawa oleh darah, sebagai akibatnya pembentukan oxyhaemoglobin yang diperlukan untuk pembakaran terganggu. Persenyawaan sianida berupa gas sangat mudah diserap oleh paru-paru dan penyerapan melalui kulit umumnya lambat. Serangan sianida berjalan cepat, gejala yang timbul umumnya: lemah, sakit kepala, pandangan kabur, dan kadang-kadang pingsan. 44
2.2.1.4. Limbah Berbahaya yang Bersumber dari Rumah Sakit Setiap ruang kerja di rumah sakit berpotensi menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Adapun jenis limbah dari setiap ruang dapat berbeda-beda sesuai dengan fungsi ruangan tersebut. Secara umum, berdasarkan asalnya sampah rumah sakit dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu: 1.
Sampah Anatomis, contoh: potongan tubuh manusia
2.
Sampah Non anatomis, contoh: perban, kapas, kasa pembalut luka
3.
Sampah inventaris/administrasi dan sampah domestik, contoh: pembungkus makanan, sisa makanan pasien, kertas, kardus, plastik. Berdasarkan sifatnya dapat dikelompokkan kedalam dua kategori, yaitu
sampah medis atau klinis, dan sampah non medis. Dari keseluruhan sampah rumah sakit, sekitar 10% merupakan sampah infektif (dapat menularkan penyakit) sehingga memerlukan penanganan terlebih dahulu sebelum dibuang. Sedangkan limbah cair dikelompokkan menjadi dua, yaitu limbah cair infektif dan limbah cair non infektif. Limbah cair infektif terutama berasal dari kegiatan-kegiatan: 1.
Pengobatan/perawatan pasien dengan penyakit infeksi, berupa buangan pasien dan pencucian peralatan pasien.
2.
Kegiatan operasi dan kegiatan laboratorium klinis berupa darah, sisa obat, dan pencucian peralatan.
3.
Kegiatan laundry dan pembersihan ruangan infektif.
Sedangkan sumber limbah cair non infektif berasal dari kegiatan seperti: 1.
Dapur
2.
Pembersih ruangan-ruangan non infektif
45
Limbah medis atau klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi, veterinary (kedokteran hewan), pengobatan, terapi, penelitian. Rumah sakit merupakan penghasil limbah medis terbesar, berbagai jenis limbah yang dihasilkan di rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan bisa membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung terutama bagi petugas yang menangani limbah tersebut serta masyarakat di sekitar rumah sakit. Berdasarkan potensi bahaya yang terkandungdalam limbah medis, maka jenis limbah dapat digolongkan sebagai berikut (Depkes RI, 1996 dalam Ariany, 2005): 1.
Limbah Benda Tajam Selain berpotensi menyebabkan cidera melalui sobekan atau tusukan, limbah benda tajam juga memiliki potensi bahaya tambahan yang dapat menularkan penyakit digunakan untuk pengobatan pasien infeksi.
2.
Limbah infeksius Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruangan perawatan (isolasi) penyakit menular.
3.
Limbah jaringan tubuh Jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah, cairan tubuh yang dihasilkan pada saat pembedahan (autopsi).
4.
Limbah sitotoksik
46
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. 5.
Limbah farmasi Limbah farmasi berasal dari obat-obatan yang kadaluarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obatan yang tidak diperlukan lagi oleh institusi yang bersangkutan, limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
6.
Limbah kimia Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, veterinary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.
7.
Limbah radioaktif Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain tindakan kedokteran nuklir, radiommunoasaay dan bakteriologis. Limbah ini dapat berbentuk padat, cair maupun gas.
2.2.1
Nilai Harapan Hidup Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial
ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan 47
dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya. Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat Tabel Kematian. Tetapi karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan Hidup digunakan cara tidak langsung dengan program Mortpak Lite. Contohnya, Angka Harapan Hidup yang terhitung untuk Indonesia dari Sensus Penduduk Tahun 1971 adalah 47,7 tahun. Artinya bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1971 (periode 1967-1969) akan dapat hidup sampai 47 atau 48 tahun. Tetapi bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1980 mempunyai usia harapan hidup lebih panjang yakni 52,2 tahun, meningkat lagi menjadi 59,8 tahun untuk bayi yang dilahirkan 48
menjelang tahun 1990, dan bagi bayi yang dilahirkan tahun 2000 usia harapan hidupnya mencapai 65,5 tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup ini menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan bangsa Indonesia selama tiga puluh tahun terkahir dari tahun 1970-an sampai tahun 2000. Tabel 2. Angka Harapan Hidup saat Lahir Propinsi/Kabupaten
Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup Laki-laki Perempuan Sumatera Selatan 65,5 69,5 Kab. OKI 64,4 68,5 Kota Palembang 69,9 73,5 Jawa Barat 63,8 68,0 Kab. Kuningan 63,4 67,7 Kota Bandung 70,0 73,6 NTT 62,9 67,2 Kab. Flores Timur 63,5 67,8 Kab. Timor Tengah Utara 62,6 67,0 Sumber: Menurut Beberapa Propinsi dan Kabupaten/Kota, yang dihitung dari data Susenas 2004 memakai program Mortpak 4.
2.3. Pertambangan Emas Liar (PETI) PETI adalah usaha pertambangan yang dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang, perusahaan atau yayasan berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki izin dari instansi pemerintah pusat atau daerah sesuai peaturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi semua izin, rekomendasi, atau bentuk apapun yang diberikan kepada perseorangan, sekelompok orang, perusahaan atau yayasan oleh instansi pemerintah diluar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat dikategorikan sebagai PETI. Pertambangan emas tradisional yang dilakukan secara turun temurun dan telah berlangsung sebelum Indonesia merdeka, merupakan cikal bakal usaha pertambangan yang kemudian dikenal sebagai PETI. PETI emas di Gunung Pongkor memasuki kawasan pertambangan emas Pongkor PT. ANTAM sejak tahun 1991 dan lebih dikenal dengan istilah gurandil. Keberadaan PETI awalnya 49
sekitar puluhan orang dan aktifitasnya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi (KLH, 2002). Adanya krisis moneter yang diikuti dengan krisis ekonomi pada tahun 1998 di Indonesia menambah jumlah PETI yang datang menjadi ribuan dengan komposisi perbandingan jumlah PETI yaitu: pendatang 70% dan penduduk lokal 30%. Secara teknis kegiatan para pelaku kegiatan PETI di Gunung Pongkor dibedakan menjadi: (1). PETI: Pemahat, kuli pikul dan pemilik lubang, (2). Kelompok pendukung: pemodal, pengolah, penampung, dan oknum aparat/jawara yang bertindak sebagai pelindung kegiatan PETI (beking). Pola kegiatan PETI dapat dilihat dari diagram berikut: Lokasi Kegiatan PETI Penggali
P E M O D A L + B E K I N G
Suplai gelundungan dan merkuri Pemikul Pengolahan emas di lokasi Penggalian Pengolahan emas di luar lokasi penggalian
Di dalam Kec.Nanggung
Di luar Kec. Nanggung
Penadah Sumber: KLH, 2002 Gambar 4. Diagram alir kegiatan PETI emas di Pongkor
50
Pengolahan bijih-bijih emas yang telah ditambang dilakukan dengan cara sederhana serta menggunakan bahn kimia merkuri (Hg) yang berfungsi sebagai pengikat butiran-butiran emas membentuk bullion, karena sifat merkuri yang cenderung membentuk Alloy bila bereaksi dengan logam lain. Batuan yang ditambang diremukkan menjadi butiran-butiranyang halus. Kemudian butirnbutiran tersebut dimasukkan ke dalam alat yang dinamakan glundungan, yang dicampur dengan bahan kimia merkuri (Hg) dan air. Untuk satu alat glundungan yang berkpasitas 8-12 kg diperlukan 0,5-1 kg merkuri. Setelah melalui proses penggelundungan
selama
±6-8
jam
dihasilkan
bullion
(emas+merkuri).
Selanjutnya dari bullion-bullion ini dilakukan pemurnian dan peleburan (Hasmalina, 2004). Diagram prosesnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
BIJIH EMAS
Air Raksa
Penggilingan+Amalgamisasi
Bullion Emas+Raksa
Retorting Pengotor + emas yang tidak terambil + air raksa yang hancur Peleburan
Buangan Limbah/Tailing Di Sungai atau ditmbun Emas Sumber: KLH, 2002 Gambar 5. Proses pengolahan emas oleh PETI di Gunung Pongkor
51
2.4. Metode Transfer Benefit Transfer benefit adalah sebuah proses mengadopsi estimasi nilai yang telah ada dan mentransfernya kedalam sebuah aplikasi baru yang berbeda dari bentuk aslinya (Boyle and Bergstrom, 1992). Terdapat dua tipe dari transfer benefit, yaitu transfer nilai dan transfer fungsi. Transfer nilai adalah mengadopsi sebuah estimasi nilai tunggal atau estimasi poin rata-rata dari beberapa penelitian, untuk mentransfer kedalam aplikasi kebijakan baru. Transfer fungsi menggunakan jumlah estimasi untuk memprediksi nilai yang seragam untuk membuat aplikasi kebijakan yang baru. Transfer benefit biasanya digunakan dalam analisis-analisis kebijakan karena estimasi-estimasi nilai diluar lokasi aslinya jarang yang sangat cocok untuk pertanyaan-pertanyaan kebijakan yang spesifik. EPA membuat petunjuk praktis untuk memimpin cara transfer benefit, yang telah dibuat berupa panduan tinjauan untuk memimpin analisis-analisis tersebut (EPA, 2000a). Karena transfer benefit meliputi penggunaan data yang telah ada, maka transfer benefit tidak menetapkan batasan eror untuk nilai dalam aplikasi baru setelah ditransfer. Untuk alasanalasan ini, transfer benefit secara umum dipertimbangkan sebagai metode valuasi kedua terbaik oleh para ekonomis. 2.5. Kasus Minamata Penyakit minamata pertama kali ditemukan di Kumamoto pada tahun 1956, dan pada tahun 1968 Jepang mangumumkan penyakit ini disebabkan oleh pencemaran pabrik perusahaan Chisso Co. Ltd. Penyakit Minamata diduga akibat banyaknya ikan dan kerang yang mati di Teluk Minamata karena airnya tercemar oleh metil merkuri (methylmercury). 52
Gambar 6. Kedudukan teluk Minamata yang terletak di Jepang
Tahun 1908 perusahaan Chisso didirikan dan pada tahun 1932 perusahaan ini mulai mengeluarkan berbagai jenis produk dari pewarna kuku, peledak dan sebagainya. Industri ini berkembang melalui industri kimia, dan kemudian mulai membuang sisa limbahnya ke perairan teluk Minamata. Kira-kira 200-600 ton merkuri dibuang dari tahun 1932 hingga 1968. Selain merkuri, sisa limbah PT Chisso juga terdiri dari mangan, thalium, dan selenium.
Gambar 7. Saluran pipa sisa buangan merkuri dari perusahaan Chisso.
Bencana mulai dirasakan pada tahun 1949 ketika kawasan batu karang semakin rusak, sehingga ikan yang menjadi sumber tangkapan nelayan Minamata mulai menurun secara drastis. Pada tahun 1953 beberapa ekor kucing yang memakan ikan dari teluk Minamata mengalami kejang- kejang, seperti menarinari, dan mengeluarkan air liur dan beberapa saat kemudian kucing itu mati.
Gambar 8. putaran proses pencemaran yang dimulai dari sisa buangan mengandungi metil merkuri
53
Pada Tahun 1956, gadis berusia 5 tahun menderita gejala kerusakan otak, gangguan berkomunikasi, dan kehilangan keseimbangan, akibatnya dia tidak dapat berjalan seperti biasa, hal yang sama terjadi pada adik dan empat orang saudaranya. Penyakit ini kemudiannya diberi nama oleh Dr. Hosokawa sebagai penyakit minamata atau minamata disease. Tahun 1959 terbukti penyakit Minamata disebabkan oleh keracunan metil merkuri, dibuktikan melalui kucing yang kejang dan diikuti dengan kematian setelah diberi makan metil merkuri. Kemudian pada tahun 1960 bukti tersebut menyatakan bahwa PT Chisso berperanan besar dalam tragedi Minamata, karena penemuan metil merkuri dalam ekstrak kerang dari teluk Minamata. Sedimen kerang mengandung 10-100 ppm metil merkuri, sedangkan di dasar dekat pembuangan pabrik mencapai 2000 ppm. Akhirnya pada tahun 1968 pemerintah secara resmi mengakui sisa buangan pabrik Chisso sebagai sumber utama penyebab penyakit Minamata. Tabel 3. Daftar Waktu Perkembangan Kasus Minamata Tahun 1908 1932 19321968
Kejadian Perusahaan Chisso berdiri Chisso mengeluarkan berbagai jenis produk dari pewarna kuku, peledak, dan sebagainya Kira-kira 200-600 ton merkuri dibuang ke alam
1949
Batu karang semakin rusak, ikan semakin sulit didapat
1953
Beberapa ekor kucing yang memakan ikan dari Teluk Minamata mengalami kejang- kejang, mengeluarkan air liur kemudian mati
1956 1959
Gadis berusia 5 tahun menderita gejala kerusakan otak, gangguan berkomunikasi, dan kehilangan keseimbangan akibatnya tidak bisa berjalan, dan hal yang sama terjadi pada adik dan 4 orang saudaranya Terbukti penyakit Minamata disebabkan oleh metil merkuri
1960
PT. Chisso dinyatakan berperan besar dalam tragedi Minamata karena ditemukan metil merkuri dalam ekstrak kerang (10-100ppm) dari teluk Minamata
54
1988
Pemerintah Jepang secara resmi mengakui sisa buangan PT. chisso sebagai penyebab penyakit Minamata Distrik Kumamoto menetapkan bahwa Chisso secara resmi bertanggungjawab atas terjadinya penyakit Minamata Presiden dan Direktur Chisso dihukum bersalah dan harus membayar kompensasi untuk gejala gangguan sensorik yang parah menerima 2.6 juta yen dari Chisso
1995
Telah tercatat 14.753 orang mengaku menjadi korban pencemaran di Minamata
1968 1973
2.4.1 Gejala-gejala akibat penyakit Minamata Minamata adalah penyakit yang disebabkan keracunan metil merkuri dengan mengakibatkan gangguan pada saraf pusat dan otak karena logam merkuri. Penyakit Minamata tidak menular secara genetik. Selain itu, penyakit Minamata juga tidak dapat diobati contonya dengan Antibiotik karena bukan disebabkan oleh infeksi, namun dengan merawat secara khusus dapat mengurangi gejala dan fisioterapi fisik.
Gambar 9. Korban yang mengalami kekejangan otot
Untuk pengetahuan anda, merkuri banyak digunakan dalam industri seperti Thermometer, baterai dan soda. Pada tubuh manusia metil merkuri menyebar ke seluruh jaringan terutama darah dan otak. Sekitar 90% ditemukan dalam sel darah merah dan sisanya dibuang melalui empedu ke saluran pencernaan juga air kencing. Metil merkuri memasuki tubuh manusia melalui tiga cara, yaitu melalui kulit, inhalasi(pernafasan) dan juga makanan. Apabila ia memasuki melalui kulit ia akan menyebabkan reaksi alergi pada kulit. Reaksinya berlangsung dengan singkat, seperti mandi beberapa kali pada air yang tercemar merkuri, kulit akan segera mengalami iritasi. Kadar metil merkuri tertinggi dapat ditemukan pada 55
ginjal, hati, dan otak. Selain itu juga dapat menyebabkan radang buah pinggang atau nephritis, efek-efek saraf dan Jantung. Setelah keracunan, dapat timbul gangguan pada sistem saluran pencernaan dan pernafasan. Metil merkuri juga dapat menembus blood brain barrier dan menimbulkan kerusakan di otak. Metil merkuri yang masuk tubuh manusia akan menyerang sistem saraf pusat, akibatnya terjadi kerusakan sel-sel saraf pada otak kecil, selaput saraf dan bagian otak yang mengatur penglihatan. Korbannya mengalami kejang- kejang (paresthesia), gangguan berkomunikasi, hilang daya mengingat, ataxia dan lainlain lagi. Gejala-gejala dapat berkembang lebih buruk menjadi seperti kesulitan menelan, kelumpuhan, kerusakan otak, dan terakhir adalah kematian. Penderita kronik penyakit ini mengalami sakit kepala, sering lelah, hilang kemampuan indra perasa dan pembau serta menjadi pelupa (Anonim). 2.4.1. Kompensasi kepada Para Korban Korban akibat penyakit minamata semakin bertambah banyak karena penduduk pada distrik Kumamoto mayoritas mengkonsumsi ikan yang merupakan media transfer utama merkuri kedalam tubuh para korban, ditambah dengan penyakit minamata bawaan yang menyerang anak-anak yang dilahirkan setelah adanya penyakit minamata ini. Pada tahun 1958 tepatnya bulan Agustus dibentuk lembaga solidaritas keluarga dan penderita penyakit minamata yang beraksi untuk menuntut dana kompensasi bagi para korban. Pihak perusahan tetap mengelak bahwa penyakit tersebut tidak disebabkan oleh limbah yang dihasilkan oleh perusahaan Chisso tersebut. Lembaga solidaritas ini tetap berjuang yang akhirnya pada akhir tahun 1959 mereka ditawarkan kontrak oleh perusahaan Chisso melalui gubernur Teramoto yang berisi pemberian dana kompensasi kepada korban yang 56
meninggal sebesar 300 ribu yen dengan biaya pemakaman sebesar 20 ribu yen, dan bagi mereka yang masih hidup diberikan dana kompensasi sebesar 100 ribu yen untuk orang dewasa dan 30 ribu yen untuk anak-anak per tahunnya. Hingga tahun 1995 masalah permintaan dana kompensasi terus berlangsung, karena tidak semua korban mendapatkan dana kompensasi namun hanya yang memiliki sertifikasi saja yang akan mendapatkan dana kompensasi. Pada tanggal 27 April tahun 2001 para korban menuntut penegakan hukum hingga ke pengadilan tinggi Osaka, dan memutuskan bahwa pemerintah tidak ada usaha untuk menolong dan bertanggung jawab akibat limbah perusahaan Chisso sebagai biang pencemaran yang berujung pada penyakit minamata, dan pemerintah diharuskan untuk bertanggungjawab dengan memberi kompensasi bagi para korban. Pada tanggal 11 Mei 2001 kasus ini dibawa lagi ke pengadilan tinggi Jepang dan kasus ini berlanjut tanpa kesimpulan. Seiring dengan meninggalnya para korban, pada faktanya penyakit minamata belumlah berakhir hingga saat ini. Sebagai kelanjutan gugatan masyarakat yang terkena penyakit Minamata kepada pemerintah Jepang sejak tahun 1995, telah digelar persidangan di Pengadilan Tinggi Kansai di Osaka Jepang pada tanggal 15 Oktober 2004. Hasil dari persidangan tersebut adalah memutuskan untuk memenangkan gugatan 37 orang masyarakat yang terkena penyakit Minamata dan mengharuskan pemerintah Jepang dan perusahaan Chisso memberi dana kompensasi sebagai bentuk tanggungjawab akibat pencemaran yang ditimbulkan sebesar 71.500.000 yen kepada korban.
57