8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka Berdasarkan penelusuran penulis, beberapa penelitian yang mengkaji film telah banyak dilakukan namun belum ada yang mengkaji film “ Cahaya Dari Timur : Beta Maluku “ dengan pesan perdamaian sebagai titik fokusnya. Berikut beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan tema penelitian ini. 1. Skripsi karya Uyun Latifah (2014) mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam skripsinya yang berjudul ” Komunikasi Dakwah Dalam Film UMMI AMINAH “ yang bertujuan untuk mengetahui komunikasi dakwah dan penerapan nilai sabar dalam film UMMI AMINAH. Penelitian menggunakan metode analisis semiotika Roland Barthes. Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa : (1) Tidak semua teori komunikasi dakwah menurut wahyu Illahi dideskripsikan dalam film Ummi Aminah. Yaitu hanya komunikasi dakwah qawaln adhima, qawlan baliga, qawlan karima, qawlan layyina, qawlan maisuro dan qawlan sadidan. (2) Komunikasi dakwah dengan qawlan adhima mendominasi dalm film Ummi Aminah. (3) Dan adapun nilai sabar menurut Drs. K.H. Muslim Nurdun, yaitu sabar terhadap perintah Allah, sabar terhadap larangan Allah, sabar
9
terhadap
perbuatan
orang
lain,
dan
sabar
menerima
musibah
direpresentasikan semua dalam film Ummi Aminah.13 2. Skripsi karya Fita Fatimah, mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta (2014) dalam skripsinya yang berjudul ” Nilai Optimisme Dalam Film Cinta Suci Zahrana “ yang bertujuan untuk menemukan nilai-nilai optimisme yang terkandung dalam film “ Cinta Suci Zahrana “. Penelitian menggunakan metode analisis semiotik. Hasil dari penelitian menemukan bahwa nilai-nilai optimisme dalam film “ Cinta Suci Zahrana “ yang ditandai dengan gambar dan pesan lisan meliputi pengharapan yang tinggi, tidak mudah putus asa, mampu memotivasi diri dan tidak bersikap pasarah.14 3. Skripsi karya Dianita Dyah Makhrufi, mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta (2013) dalam skripsinya yang berjudul “ Pesan Moral Islami Dalam Film Sang Pencerah (Kajian Analisis Semiotika Roland Barthes)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna Pean Moral Islami pada tokoh KH. Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah.
13
Uyun Latifah. Komunikasi Dakwah Dalam Film Ummi Aminah, Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014), hlm. 115 14 Fita Fatimah. Nilai Optimisme Dalam Film Cinta Suci Zahrana, Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014), hlm. 84
10
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa pesan moral Islami dalam film Sang Pencerah meliputi moral Islami (akhlak) yang mengacu pada sifat tawadhu, beramal shaleh, lemah lembut dan pemaaf.15 4. Skripsi karya Rosyid Rochman Nur Hakim mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta (2012) dalam skripsinya yang berjudul “ Representasi Ikhlas Dalam Film Emak Ingin Naik Haji “. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ikhlas direpresentasikan tokoh Emak dalam film Emak Ingin Naik Haji. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tanda-tanda ikhlas melalui tokoh emak yaitu, pantang menyerah, orang yang ikhlas hatinya baik dan lembut, istiqomah, berusaha membantu orang lain, selalu memaafkan kesalahan orang lain, tidak membeda-bedakan dalam pergaulan, tawakal, dan bersyukur.16 Dari hasil penelitian di atas ada ketertkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis seperti metode yang dipakai yaitu analisis semiotika dan objek yang akan diteliti adalah film. Perbedaannya hanya ada Film yang akan penulis kaji disini yaitu film ”Cahaya Dari Timur : Beta Maluku” karya Angga Sasongko. Penulis akan meneliti film dengan menggunakan analisis semiotika Roland Bathers dengan
memfokuskan
bagaimana pesan perdamaian dalam film tersebut. 15 Dianita Dyah Makhrufi. Pesan Moral Islami Dalam Film Sang Pencerah (Kajian Analisis Semiotika Model Roland Barthes),Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013), hlm. 49 16 Rosyid Rochman Nur Hakim. Representasi Ikhlas Dalam Film Emak Ingin Naik Haji (Analisis Semiotik Terhadap Tokoh Emak), Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012), hlm. 33-36
11
B. Kerangka Teori 1. Pengertian Semiotika Charles Sanders Pierce sebagaimana dikutip Nawiroh Vera17 mendefinisikan semiotika sebagai studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, yakni cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Jhon Fiske sebagaimana dikutip Nawiroh Vera18 menyatakan bahwa semiotika adalah studi tentang pertanda dan makna dari sistem tanda ; ilmu tentang tanda, tentang bagaimana makna dibangun dalam “teks” media; atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna. Berdasarkan lingkup pembahasannya, semiotika dibedakan atas tiga macam berikut.19 a. Semiotika Murni (Pure) Pure Semiotic membahas tentang dasar filosofis semiotika, yaitu berkaitan dengan metabahasa, dalam arti hakikat bahasa secara universal. Misalnya pembahasan tentang hakikat bahasa sebagaimana dikembangkan oleh Saussure dan Pierce.
17
Nawiroh Vera, 2014. Semiotika Dalam Riset Komunikasi. (Bogor : Ghalia Indonesia), hlm. 2 Ibid., 19 Ibid., hlm. 4 18
12
b. Semiotika Deskriptif (Descriptive) Descriptive
Semiotic
adalah
lingkup
semiotika
yang
membahas tentang semiotika tertentu, misalnya sistem tanda tertentu atau bahasa tertentu secara deskriptif. c. Semiotika Terapan (Applied) Applied Semiotic adalah lingkup semiotika yang membahas tentang penerapan semiotika pada bidang atau konteks terntentu, mislanya
dengan
kaitannya
dengan
sistem
sosial,
sastra,
komunikasi, periklanan, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, mencakup bahasan Semiotika Terapan (Applied Semiotic) dan teknik analisis data yang dipakai yaitu pendekatan analisis semiotik dengan menggunakan teori Roland Barthes. Sobur sebagaimana dikutip Nawiroh Vera20 menjelaskan bahwa Teori semiotik Barthes secara harfiah diturunkan dari teori bahasa menurut de Saussure. Roland Barthes mengungkapkan bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Selanjutnya, Barthes menggunakan teori signifiantsignifie yang dikembangkan menjadi teori tentang metabahasa dan konotasi. Istilah significant menjadi ekspresi (E) dan signifie menjadi isi (C). Namun, Barthes mengatakan bahwa antara E dan C harus ada relasi (R) tertentu, sehingga membentuk tanda (sign,Sn). Konsep relasi ini membuat teori 20
Ibid. Hlm. 27
13
tentang tanda lebih mungkin berkembang karena relasi ditetapkan oleh pemakai tanda. Menurut Barthes, ekspresi dapat berkembang dan membentuk tanda baru, sehingga ada lebih dari satu dengan isi yang sama. Pengembangan ini disebut sebagai gajala meta-bahasa dan membentuk apa yang disebut kesinoniman (synonymy). Sebagaimana pandangan Saussure, Barthes juga meyakini bahwa hubungan antara penanda dan pertanda tidak terbentuk secara alamiah, melainkan bersifat arbitrer. Bila Saussure hanya menekankan pada penandaan dalam tataran denotatif, maka Roland Barthes menyempurnakan semiologi Saussure dengan mengembangkan sistem penandaan pada tingkat konotatif. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. Beriku adalah peta tanda Roland Barthes, 1. Signifier (penanda)
2. Signified (pertanda)
3. Denotative Sign (tanda denotatif) 2. Connotative Signifier (penanda konotatif)
3. Connotative
Signified
(pertanda konotative) 4.Connotative Sign (tanda konotatif) Peta Tanda Roland Barthes 21
21
Ibid.,
14
Dari peta Barthes di atas melihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan pertanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Denotasi dalam pandangan Barthes merupakan tataran pertama yang maknanya bersifat tertutup. Tataran denotasi menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Denotasi merupakan makna yang sebenar-benarnya, yang disepakati bersama secara sosial, yang rujukannya pada realitas. 22 Contohnya jika kita membaca kalimat seperti ‘Mawar sebagai Bunga Desa ‘, secara denotasi orang akan memaknai bahwa mawar adalah bunga yang tumbuh di desa, tetapi secara konotasi maknanya berubah, bunga berarti seorang gadis dan Mawar adalah nama gadis tersebut. Bunga dan gadis awalnya tidak ada hubungannya sama sekali, tetapi dapat diinterpretasikan memiliki sifat kesamaan, yaitu cantik atau indah.23 2. Pengertian Pesan Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan idealnya mempunyai isi pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.24 Pesan memiliki wujud (physical) yang dapat dirasakan atau diterima oleh indra.
22
Ibid., hlm. 28 Ibid., 24 Muslimin. 2010. Komunikasi Pembangunan .(Yogyakarta : Jurusan Ilmu Komunikasi UMM), hlm. 19 23
15
Dominick mendefinisikan pesan sebagai: the actual physical product that the source encodes. (produk fisik aktual yang telah di enkoding sumber).25 Enkoding dapat diartikan sebagai sebuah penerjemahan ide-ide atau pikiran kedalam bentuk yang dapat diterima oleh panca indera. Misalkan ketika kita menulis surat, ide-ide kita akan dituangkan kedalam sebuah buku tulis melalui media pulpen, atau pensil. Pesan yang disampaikan manusaia dapat berbentuk sederhana maupun bisa memberikan pengaruh yang cukup efektif. Pesan dapat pula bersifat rumit dan kompleks.
26
Pesan dapat disampaikan kepada individu
atau kelompok. Adapun pesan dapat disampaikan dengan cara langsung atau face to face atau tidak langsung yaitu melalui perantara sebuah media. Penerima pesan memiliki kontrol yang berbeda-beda terhadap berbagai bentuk pesan yang diterimanya. Ada pesan yang mudah sekali diabaikan atau ditolak oleh penerima, dalam hal ini penerima memiliki kontrol yang besar terhadap pesan yang diterimanya namun ada pula pesan yang sulit untuk dikontrol dan dihentikan.27 Dalam penyampaiannya, bentuk pesan dikelompokan menjadi beberapa sifat, seperti informatif, persuasif, dan coersif.28
25
Moorisan. 2014. Teori Komunikasi .(Jakarta : Prenada Media Group), hlm. 19 Ibid., hlm. 20 27 Ibid., 28 Muslimin. 2010. Komunikasi Pembangunan .(Yogyakarta : Jurusan Ilmu Komunikasi UMM), hlm. 19-20 26
16
a. Informatif Memberikan
keterangan-keterangan
dan
kemudian
komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif lebih berhasil daripada pesan persuasif. b. Persuasif Pesan
yang
bersifat
bujukan,
yakni
membangkitkan
pengertian dan kesadaran seorang bahwa apa yang disampaikan akan memberikan pendapat, pandagan atau sikap sehingga terjadi perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi itu adalah atas kehendak senidri. c. Coersif Pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksisanksi. Bentuk pesan dengan cara memaksa atau coersif dapat berbentuk perintah, instruksi yang biasanya terjadi pada sebuah organisasi. Pesan yang disampaikan harus tepat, sama halnya ketika seseorang akan menembak, maka ia harus membidik sasaranya dengan baik sebelum melepaskan tembakannya, sehingga ketika ia melepaskan peluru dari
17
senjatanya dia yakin bahwa peluru itu akan mengenai sasarannya. 29 Pesan yang mengena harus memenuhi sayarat diantaranya : a. Pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik, sesuai yang diinginka. b. Pesan itu menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak. c. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima sehingga dapat menimbulkan kepuasan.30 Agar pesan sampai sesuai dengan keinginan kita, maka pesan perlu memiliki rancangan. Ada tiga logika dalam merancang pesan dimulai dari yang paling tidak terpusat pada orang (least person-centered) hingga yang sangat terpusat (most person-centered). a. Logika Ekspresif (Expressive Logic), Logika
ekspresife
adalah
logika
yang
memandang
komunikasi sebagai suatu cara untuk mengekspresikan diri dan menyatakan perasaan dan pikiran. Pesan yang terdapat pada logika ekspresif ini bersifat terbuka dan reaktif, dengan hanya memberikan sedikit perhatian pada kebutuhan dan keinginan orang lain. Contoh, Anda marah kepada seorang teman yang tidak mengembalikan buku yang dipinjamnya dari Anda.
29
Ibid., hlm. 20 Ibid., hlm. 20-21
30
18
b. Logika Konvensional (Conventional Logic) Logika konvensional yaitu logika yang melihat komunikasi sebagai suatu permainan yang dimainkan dengan mengikuti sejumlah aturan. Logika jenis ini bertujuan untuk merancang pesan yang sopan, pantas, dan berdasarkan aturan yang sepatutnya diketahui setiap orang. Contoh, teman Anda hendak meminjam buka Anda, namun sebelumnya Anda memperingatkan dia untuk mengembalikannya dalam waktu tiga hari dan dia setuju. c. Logika Retorika (rhetorical logic) Logika retorika yaitu logika yang memandang komunikasi sebagai suatu car untuk mengubah aturan melalui negosiasi. Pesan yang dirancang dengan logika ini cenderung lentur atau fleksibel, memiliki pemahaman dan terpusat pada lawan bicara. Pembicara yang menggunakan logika ini cenderung untuk membingkai ulang situasi yang dihadapi agar berbagai tujuan, termasuk persuasi dan kesopanan, dapat diintegrasikan dalam satu kesatuan. Contoh, Anda menyarankan teman Anda secara sopan untuk meminjam buku yang sama diperpustakaan agar ia bisa mengembalikan buku Anda yang dipinjamnya.31
31
Moorisan. 2014. Teori Komunikasi .(Jakarta : Prenada Media Group), hlm. 186-187
19
3. Pengertian Perdamaian Perdamaian merupakan gagasan yang ideal dari semua bangsa, harapan umat manusia di muka bumi ini. Ada yang menggambarkan perdamaian secara analogis dengan surga, yang diimpikan sebagai sebuah keadaan yang sangat menyenangkan, aman, tenang, dan damai.32 Perdamaian bukan merupakan sebuah keadaan yang memiliki perbedaan, tapi menghargai perbedaan. Perdamain tidak harus semuanya menjadi sama, tetapi saling menghormati.33 Menghormati dalam setiap perbedaan pendapat atau persepsi. Persepsi yang berbeda bukan berarti menghalangi sebuah perdamaian, tapi justru menjadi kekuatan untuk hidup dalam kerukunan Menciptakan mengurangi
perdamaian
kekerasan
jelas
(pengobatan)
berhubungan dan
dengan
menghindari
upaya
kekerasan
(pencegahan).34 Kekerasan yang terjadi di masyakarakat menyebabkan kerusakan sarana prasarana dan banyak korban yang terluka. Selain itu kekerasan juga dapat berdampak buruk pada psikis seseorang terutama pada anak-anak. Maka darti itu perdamaian merupakan solusi terbaik untuk mengurangi dan mencegah kekerasan. Konsep tentang perdamaian merentang antara agama dan kebudayaan karena dia berkaitan dengan nilai-nilai seperti keamanan dan keselarasan, 32 Syafa’atun Elmirzanah, dkk. 2002. Plularisme, Konflik dan Perdamaian .(Yogyakarta : Pustaka Pelajar), hlm. 11 33 Ibid.,hlm. 12 34 Johan Galtung. 2003. Studi Perdamaian .(Surabaya : Pustaka Eureka), hlm.3
20
martabat dan keadilan. Karena itu tidaklah mengherankan setiap sistem agama
dan
kepercayaan,
apakah
bersifat
sekuler
atau
religius,
bagaimanapun juga mempunyai ajaran tentang perdamaian baik yang nyata maupun perdamaian akhirat yang dijanjikan sebagai implementasi tentang ajaran-ajaran.35 Perdamaian berhubungan dengan konsep kunci dari agama dan kepercayaan serta kebudayaan, konsep perdamaian seolah diletakan pada dua perspektif agama dan kebudayaan umat manusia.36 Selain konsep kunci dari agama, kepercayaan serta kebudayaan, perdamaian juga tidak dapat dilepaskan dari keadilan, dan keadilan mensyaratkan tidak adanya penindasan.37 Perdamaian dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut : a. Perdamaian Negatif Dalam perspektif ini perdamaian tercipta ketika adanya perjanjian-perjanjian perdamaian dan juga dominasi militer .38 Perdamaian negatif merupakan sebuah keadaan yang tidak ada perang, tidak ada konflik dan tidak ada juga kekerasan yang berarti bahwa wilayah itu sudah damai, karena tidak ada perang
35
Alo Liliweri. 2011. Komunikasi .(Jakarta : Kencana Prenada Media Group), hlm. 434 Ibid.,hlm. 435 37 Ibid.,hlm. 451 38 Anak Agung Banyu Perwita, dkk . 2015. Kajian Konflik dan Perdamaian .(Yogyakarta : Graha Ilmu), hlm. 71 36
21
maupun konflik. Tetapi pada realitasnya masyarakat masih ada yang mengalami kekerasan yang tidak tampak serta adanya ketidakadilan. b. Perdamaian Positif Perdamaian diartikan secara positif ketika kekerasan secara struktural dan kultural sudah bisa dihilangkan. Perdamaian positif bisa dikatakan seperti suatu mimpi yang sulit diwujudkan. Hal ini disebabkan karena kebanyakan proses-proses perdamaian hanya fokus kepada penghentian kekerasan secara langsung, perdamaian positif bisa dicapai ketika adanya penghapusan terhadap segala bentuk ketidaksetaraan dalam struktur sosial. Perdamaian positif bertujuan untuk memperbaiki kualitas kehidupan setiap individu yang termasuk didalamnya pengembangan karakter seorang individu, kebebasan berpendapat, kesetaraan sosial dan ekonomi, solidaritas, otonomisasi dan partisipasi.39 Dari kategori perdamaian di atas, dapat disimpulkan bahwa perdamaian negatif adalah perdamaian yang terjadi hanya tetapi masih banyak menimbulkan akibat negatif yang sulit diperbaiki paska konflik selesai. Sedangkan perdamaian positif adalah perdamaian yang terjadi dan memberikan dampak yang positif kepada masyarakat paska konflik selesai.
39
Anak Agung Banyu Perwita, dkk . 2015. Kajian Konflik dan Perdamaian .(Yogyakarta : Graha Ilmu), hlm. 71-72
22
Perdamaian bukan sekedar menghentikan sengketa, konflik dan peperangan.
Perdamaian
bukan
pula
berhenti
sejak
para
pihak
menandatangani perjanjian untuk tidak melakukan sengketa konflik dan peperangan. Perdamaian sebagai akhir dari semua tindak kekerasan yang dibungkus oleh cinta.40 Perdamaian yang sebenarnya adalah perdamaian yang mengasilkan dampak positif paska konflik. Terdapat beberapa klasifikasi mengenai pola hubungan antara treatment untuk menciptakan perdamaian dalam menghadapi kekerasan dan konflik: a.
Peacekeeping Istilah peacekeeping dibuat oleh lester B Pearson pada tahun 1956, ketika Krisis Suez rejadi. Perason kemudian bekerjasama dengan Dag Hammarskjold, Sekretaris Jendral PBB, untuk membentuk the United Nations Emergency Force (UNEF). UNEF adalah pasukan militer bersenjata internasional yang menduduki zona penyangga interpositional diantara pihak pembenrontak atas izin mereka. Pasukan UNEF dan misi-misi peacekeeping yang diturunkan setelah Perang Dingin ini bertujuan
40
untuk
menstabilkan
konflik
internasional
Alo Liliweri. 2011. Komunikasi .(Jakarta : Kencana Prenada Media Group), hlm. 452
dan
23
memberikan waktu dan tempat bagi para politisi dan diplomat untuk menyusun solusi jangka panjang.41 Peacekeeping atau menjaga perdamaian merupakan respon yang dilakukan terhadap bentuk kekerasan langsung (direct violence). Caranya dengan mengendalikan para aktor sehingga mereka berhenti menghancurkan benda benda maupun membunuh
orang
(by
changing
conflict
behaviour).
42
Peacekeeping adalah tekanan dari pihak ketiga untuk membantu wilayah konflik dengan cara memisahkan kedua pihak yang bertikai. Pihak ketiga yang memisahkan tersebut adalah militer atau diplomat.
b. Peacebuilding Proses peacebuilding bukanlah proses yang sederhana, karena melibatkan tidak hanya berbagai fungsi dan peran, tetapi juga berbagai rentetan kegitan seperti gencatan senjata dan penanganan pengungsi hingga pembentukan pemerintah yang baru dan rekonstruksi ekonomi di wilayah tersebut. Proses peacebuliding paska konflik kekerasan juga harus dilengkapi dengan pembangunan kembali infrastruktur dan pemulihan
41
Anak Agung Banyu Perwita, dkk . 2015. Kajian Konflik dan Perdamaian .(Yogyakarta : Graha Ilmu), hlm. 80 42 Lutfi. Thesis. hlm. 19
24
fungsi
pemerintahan
demi
memenuhi
kebutuhan
dasar
masyarakat.43 Peacebuilding atau membangun perdamaian merupakan tipe untuk merespon kekerasan struktural (structural violence). Model ini dilakukan dengan mengatasi kontradiksi di akar formasi konflik dan menghilangkan kontradiksi struktural dan ketidakadilan
(by
removing
structural
contradictons
and
injustices) seperti halnya menanggulangi kemiskinan yang menyebabkan
banyaknya
kematian.44
Peacebuilding sendiri
adalah fase untuk mencegah konflik datang kembali. Dalam fase ini biasanya dijalankan oleh lembaga nonpemerintahan yang bergerak pada nilai-nilai HAM dan sebagainya
4. Pengertian Film Undang-Undang Nomor 33 tahun 2009 tentang Perfilman pada Bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukan.45
43
Anak Agung Banyu Perwita, dkk . 2015. Kajian Konflik dan Perdamaian .(Yogyakarta : Graha Ilmu), hlm. 87 44 Lutfi. Thesis. hlm. 19 45 Nawiroh Vera.2014.Semiotika Dalam Riset Komunikasi. (Bogor : Ghalia Indonesia), hlm. 91
25
Film merupakan salah satu media komunikasi massa karena merupakan bentuk komunikasi massa yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massa, dalam arti berjumlah banyak, tersebar dimana-mana, khalayaknya heterogen dan anonim, dan menimbulkan efek tertentu.46 Film adalah suatu media visual, yaitu media yang memaparkan “berita” yang ditangkap, baik melalui indera mata maupun telinga dengan sangat efektif dalam mempengaruhi peonton. Film dapat memberikan pengaruh yang cukup besar kepada jiwa manusia yang sedang memirsanya. Disaat sedang menonton film, terjadi suatu gejala yang menurut ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi psikologis. Ketika proses decoding terjadi, para penonton kerap menyamakan atau meniru seluruh pribadinya dengan salah seorang peran film.47 Dalam bahasa semiotik, sebuah film dapat didefinisikan sebagai sebuah teks yang pada tingkat penanda, terdiri atas serangkaian imaji yang mempresentasikan aktivitas dalam kehidupan nyata.48 Film mempunyai beberapa karakteristik yang membedakan dengan media massa lain, diantaranya adalah 49:
46
Ibid., Muhammad Arifin. Dakwah Multimedia Terobosan Baru Bagi Para Da’I (Surabaya : Graha Ilmu Mulia), hlm. 15 48 Marcel Danesi. 2011. Pesan, Tanda, dan Makna .(Yogyakarta : Jalasutra), hlm.100 49 Nawiroh Vera.2014.Semiotika Dalam Riset Komunikasi. (Bogor : Ghalia Indonesia), hlm. 92 47
26
a. Layar Luas Kelebihan media film dibandingkan dengan televisi adalah layar yang digunakan untuk pemutaran film lebih berukuran besar atau luas. Dengan layar film, telah memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. b. Pengambilan Gambar Layar yang lebar memungkinkan pengambilan gambar dari jarak jauh atau extreme long shot dan panomaric shot. Pengambilan gambar yang seperti ini dapat memunculkan kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya. c. Identifikasi Psikologis Konsentrasi penuh saat kita menonton bioskop, tanpa kita sadari dapat membuat kita benar-benar menghayati apa yang ada dalam film tersebut. Penghayatan yang dalam itu membuat kita secara tidak sadar menyamakan diri kita sebagai salah seorang pemeran dalam film tersebut.
27
Pada dasarnya film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian besar, yaitu kategori film cerita dan noncerita. Pendapat lain suka menggolongkan menjadi film fiksi dan film nonfiksi.50 Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarangdan dimainkan oleh actor dan aktris. Pada umumnya, film cerita bersifat komersial, artinya dipertunjukan di bioskon dengan harga karcis tertentu atau diputar di televise dengan dukungan sponsor iklan tertentu. Film noncerita merupakan kategori film yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya. Jadi, merekam kenyataan daripada fiksi tentang kenyataan.51 Film dapat dikategorikan menjadi beberapa macam sebagai berikut: a. Film Berita (news reel) Film berita atau news reel adalah film mengenai fakta peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung berita (news value). b. Film Dokumenter Titik berat dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Membuat film dokumenter dapat dilakukan dengan pemikiran dan perencanaan yang matang sehingga berbeda dengan film berita yang sifatnya tergesa-gesa.
50
Marceli Sumarno.1996. Dasar-Dasar Apresiasi Film .(Jakarta : PT Grasindo), hlm.10 Ibid.,
51
28
c. Film Cerita (Story Film) Film cerita adalah jenis film yang mengandung sebuah cerita, yaitu yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang flmnya yang terkenal. Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan diperuntukkan semua publik di mana saja. d. Film Kartun Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis. Setiap lukisan memerlukan ketelitian. Satu per satu dilukis dengan seksama untuk kemudian dipotret satu per satu.52
Ika Kurnia Utami. 2013. Semiotika Taubat Dalam Film “Mama Cake”. Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. hlm : 14-15 52