BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dengue Hemoragic Fever (DHF) 1. Penyebab Timbulnya Penyakit DHF Dalam suatu penelitian Hammon, dkk (1956) berhasil menemukan penyebab penyakit DHF yaitu virus dengue yang kemudian disebut virus dengue tipe 1 dan 2 sampai dengan tahun 1960 baru dikenal virus dengue tipe 3 dan 4 penyebab epidemi dinamakan virus dengue tipe 3 dan 4 karena selain berhasil diisolasi dari manusia dan Aedes aegypty, juga mempunyai sifat virologi yang mirip dan juga sifat antigen yang erat dengan virus dengue tipe 1 dan 2, namun bila penyakit ini digolongkan dalam demam dengue. Infeksi pertama virus dengue menimbulkan imunitas spesifik yang bersifat relatif, sehingga seseorang dapat dihinggapi virus dengue atau tipe lain untuk yang kedua kalinya atau lebih. Penyelidikan epidemiologi secara ekstensif membuktikan adanya hubungan DHF dengan respon antibodi sekunder, dengan perkataan lain DHF dapat terjadi apabila seseorang mendapat infeksi ulang untuk kedua kali atau lebih dengan tipe virus berlainan dalam jangka waktu yang diperkirakan berkisar antara 6 bulan sampai 5 tahun. (Soemarmo Sunaryo Poerwo Soedarmo,1983).
6
7
Penyelidikan ini menimbulkan adanya “The two infection hypotesis” yakni seseorang dapat menderita demam berdarah bila mendapat infeksi ulang dengan infeksi virus yang berbeda. DHF yang disertai shock (DSS) dapat terjadi pada anak yang berumur kurang dari satu tahun dengan infeksi virus dengue pertama kali. Karena anak tersebut dilahirkan dari ibu yang mempunyai imunitas terhadap dengue yang diberikan kepada bayinya melalui plasenta. 2. Patofisiologi Penyakit DHF Penyelidikan otopsi pada 100 penderita DHF yang meninggal membuktikan adanya sistem kerusakan umum vaskuler dengan akibat peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah terhadap protein plasma dan efusi di “Serous Cavitis” yaitu didaerah peritoneal, pleura dan pericardinal. Pendarahan biasanya ditemukan di lambung, usus halus, kulit, daerah sub kapsuler, organ hepar, paru dan jaringan lunak. Patologi perdarahan DHF disebabkan trombositopenia hebat dan gangguan fungsi trombosit disamping defisiensi ringan atau sedang faktor I, II, V, VII, IX dan faktor X. (Dr. Soedarto DTMH. P.h.D,1992) 3. Derajat Penyakit DHF Menurut WHO derajat beratnya demam berdarah dengue dibagi menjadi empat tingkatan yaitu : Derajat I
: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manisfestasi perdarahan paling ringan.
8
Derajat II
: Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain.
Derajat III
: Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah (hipotensi) sehingga penderita menjadi gelisah.
Derajat IV
: Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
Derajat I dan II adalah termasuk DHF, sedang derajat III dan IV adalah DSS (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-2 Media Aeskulapius FKUI 1982, Hal 570).
B. Tranfusi Darah Perlu diingat bahwa tranfusi darah hanya dilakukan apabila indikasi untuk tranfusi darah telah diidentifikasi secara pasti dan akurat. Keduanya harus selalu diusahakan agar tranfusi hanya dengan komponen yang diperlukan. Indikasi
utama
untuk
tranfusi
darah
lengkap
adalah
untuk
mengantisipasi perdarahan. Menentukan jumlah kehilangan darah secara pasti dan petunjuk beratnya perdarahan mungkin diperoleh dari data perubahan tekanan darah, nadi dan kadar haemoglobin. Gejala akibat kehilangan darah adalah dari pucat, berkeringat, rasa haus, rasa ringan di kepala, nafas dalam dan gelisah.
9
Tranfusi trombosit diberikan dalam bentuk konsentrat trombosit. Indikasi tranfusi trombosit adalah keadaan trombositopeni yang mengancam jiwa. Apabila jumlah trombosit menurun sampai kira-kira 20.000/mm³ biasanya menyebabkan perdarahan otak yang sering berakibat fatal. (Prof.dr. Imam Supandiman, DSPD.H,1997).
C. Trombosit Trombosit merupakan unsur sel sumsum tulang yang terkecil dan vital untuk hemostasis dan pembekuan trombosit bersama-sama dengan faktor hemostasis lain, yaitu pembuluh darah dan faktor pembekuan diperlukan untuk menjaga supaya darah tetap dalam bentuk cair dan berada dalam pembuluh darah sehingga pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan cukup. Gangguan pada trombosit dapat disebabkan karena gangguan dan jumlah atau gangguan dalam fungsi. Gangguan dalam jumlah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu jumlah trombosit yang terlalu banyak (trombositosis) dan jumlah trombosit yang terlalu sedikit (trombositopeni). Sedangkan yang lainnya karena kelainan pembuluh darah. Trombosit mempunyai diameter 1-4 µm(mikro meter), tak berinti bila dilakukan Pengecatan dengan larutan giemsa dan wright sitoplasmanya akan berwarna biru muda dan berinti merah ungu. Trombosit bukan sel, melainkan pecahan granula sel berbentuk piringan dan tidak berinti. Trombosit dibentuk dalam sumsum tulang melalui frakmentasi sitoplasma dan megakariosit.
10
Pembentukan trombosit diatur oleh zat humural yang beredar dalam peredaran darah yang dinamakan trombopoitin (trombopoetik stimulatin factor). Trombosit setelah dibentuk dari sumsum tulang dilepaskan kedalam sirkulasi darah kira-kira 250.000/mm³ darah. Adapun fungsi trombosit ada 3, yaitu : 1. Menutup luka dengan jalan membentuk gumpalan trombosit pada tempat kerusakan pembuluh darah. 2. Membentuk faktor untuk pembekuan. 3. Mengeluarkan sitokinin untuk konsentrasi pembuluh darah dan untuk mempercepat pembentukan gumpalan trombosit.
D. Jenis Pemeriksaan Trombosit 1. Cara Langsung Darah dipipet dengan pipet leukosit sampai angka 0,5.kemudian dipipet reagan Rees Ecker sampai angka 11.Dikocok horizontal, dibuang 3 tetes pertama kemudian 1 tetes pada bilik hitung. Kemudian ditutup dengan deck Glass. Bilik hitung diletakkan pada cawan Petri yang dilapisi dengan kapas basah selama 10 menit dihitung trombosit pada bilik hitung yang kecil 80 kotak.
11
a. Diagnosa Laboratorium 2. Uji Torniquet Prinsip uji torniquet adalah pembendungan akan menyebabkan rusaknya dinding pembuluh darah kapiler, sehingga darah dalam pembuluh darah kapiler dan menembus kedalam jaringan sekitarnya mengakibatkan adanya bercak-bercak merah pada permukaan kulit yang disebut Ptechie (Ganda Subrata,2001) 3. Pemeriksaan Trombosit Prinsip pemeriksaan trombosit darah di alirkan ke dalam suatu celah kapiler yang berada diantara dua elektroda (Internal elektroda dan external elektroda) kemudian laser dilewatkan pada celah kapiler tersebut maka akan dihasilkan impulse listrik yang selanjutnya akan diterima
oleh
detector
perangkat
penghitung. Nilai
pengukuran
masing–masing sel sebanding dengan impulse listrik yang dihasilkan yang akan ditampilkan pada layar monitor . Jumlah trombosit dibawah 100.000/mm³ biasanya ditemukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 sakit oleh karena itu pemeriksaan trombosit dalam batas normal atau mendukung pemeriksaan pertama waktu pasien masuk dan bila masih normal, diulang dihari ke-3. Untuk mengetahui jarak pemantauan Trombosit
sebelum dan
sesudah ditranfusi, di RS PKU Muhammadiyah Cepu pasien yang di tranfusi darah lengkap untuk pemeriksaan Laboratorium dilakukan dalam waktu tiga jam setelah tranfusi dilakukan.
12
4. Tranfusi Darah Tranfusi Darah adalah: Pemberian prodak darah pada penderita untuk memperbaiki daya angkut oksigen, menambah volume, menambah komponen –komponen maupun memperbaiki fungsi dari darah yang lain. Macam tranfusi ada 2 yaitu: a. Tranfusi Darah Lengkap. Indikasi utama untuk tranfusi darah lengkap adalah untuk mengantisipasi perdarahan dan untuk menentukan jumlah kehilangan darah secara pasti. Petunjuk beratnya perdarahan mungkin diperoleh dari data perubahan tekanan darah, nadi dan kadar hemoglobin. b. Tranfusi Trombosit. Tranfusi trombosit diberikan dalam bentuk konsentrat trombosit indikasi tranfusi
trombosit
adalah keadaan trombositopeni yang
mengancam jiwa. Apabila jumlah trombosit menurun sampai kira-kira 20.000/mm3 biasanya menyebabkan perdarahan otak yang sering berakibat fatal. Indikasi tranfusi trombosit dapat digolongkan sebagai berikut: I. Trombositopeni akibat produksi trombosit berkurang. a. Pasien dengan keganasan yang mendapatkan khemoterapi itensif. b. Anemi aplastik c. Sindroma mielodisplasi
13
II. Trombositopeni karena kehilangan darah, disterilisasi atau sekwentrasi . -. Kehilangan trombosit ,contohnya 1. Tranfusi masit 2. Operasi bypass cardiopulmoner. III. Kelainan trombosit kwalitatif a. Kelainan congenital b. Didapat, penyakit mieloproliferasi