16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam skripsi berjudul “Sekularisasi dalam Pembaruan Pemikiran Islam : Kajian Terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid (1970-2005)” ini, peneliti menelaah berbagai literatur yang dapat menunjang penelitian. Pada bab ini, peneliti melakukan tinjauan kepustakaan dari pelbagai referensi, berupa buku, artikel, majalah, dan jurnal. Peneliti mengkaji isi literatur sebagai rujukan serta untuk mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan skripsi ini, yaitu gambaran umum mengenai pembaruan pemikiran Islam, khususnya yang berhubungan dengan pemikiran sekularisasi Nurcholish Madjid. Selain itu, dengan kajian pustaka ini, peneliti juga dapat memfokuskan permasalahan sehingga dapat terlihat kedudukan/ posisi penelitian ini di antara penelitian-penelitian sejenis yang pernah dilakukan. Bab tinjauan pustaka ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama, literatur yang berkaitan dengan Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia. Kedua, literatur yang ditulis sendiri oleh Nurcholish Madjid, sebagai sumber primer dalam pembahasan skripsi ini. Literatur-literatur yang relevan dengan permasalahan penelitian ditinjau dari segi otentisitas (keaslian) dan kredibilitas (dapat dipercaya). Kajian dalam bab ini memaparkan kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan literatur tersebut, gambaran umum atau garis besar pembahasannya, serta kontribusi literatur-literatur tersebut terhadap skripsi ini.
A. Literatur yang Mengkaji Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia Literatur pertama yang digunakan peneliti dalam tinjauan pustaka ini yaitu buku Islam, Politik, dan Modernisasi yang ditulis R. William Liddle. Buku ini diterbitkan tahun 1997 oleh Pustaka Sinar Harapan. Buku ini dibagi ke dalam dua macam tulisan. Pertama, tiga tulisan panjang yang membahas Islam dan politik di Indonesia, serta membahas salah satu kasus masalah politik yang dihadapi Indonesia masa itu. Kedua, tulisan-tulisan pendek yang sebagian besar merupakan kolom yang pernah diterbitkan di majalah Tempo dan artikel-artikel yang diterbitkan di Forum Keadilan dan Kompas. Di samping itu, terdapat beberapa tulisan yang merupakan resensi buku. Buku tersebut memberikan gambaran mengenai sudut pandang ahli politik Amerika (Liddle terfokus pada budaya politik di Indonesia) terhadap kondisi Islam terutama pada masa Orde Baru. Pada topik pertama yang memfokuskan pada segi sejarah intelektual, William Liddle menguraikan pandangannya mengenai pemikiran ekonomi-politik Sutan Sjahrir, pemikiran Nurcholish Madjid yang “substansialis”, dan pemikiran sosial-kultural Goenawan Moehamad. Sebagian besar tulisan William Liddle dalam buku tersebut ditulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia, yaitu pada tulisan-tulisan pendek yang ditulis langsung oleh Liddle sejak pertengahan 1980-an. Sedangkan, tiga tulisan panjang yang membahas sejarah intelektual merupakan terjemahan dari versi asli yang menggunakan Bahasa Inggris. William Liddle (1997: 14) mengemukakan bahwa pengaruh Nurcholish Madjid terhadap kondisi sosial dan politik Indonesia dimulai sejak pidato yang
17
dikemukakan beliau mengenai “Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Ummat”. Lebih lanjut lagi, Liddle mengemukakan bahwa : … Nurcholis memulai dengan menyatakan bahwa Islam di Indonesia mandeg. Muslim menghadapi pilihan kritis: jalan pembaharuan, yang menuntut pemikiran kembali yang teliti akan makna agama di dalam dunia modern dengan pengorbanan solidaritas umat, atau memelihara solidaritas itu dengan pengorbanan pemikiran yang beku dan kehilangan kekuatan moral. Memilih pembaharuan, dia mengajukan proses liberalisasi yang pada gilirannya punya tiga dimensi: sekularisasi, kebebasan intelektual dan pikiran maju dan sikap terbuka. Dalam mengkaji topik pertama dalam tulisan Liddle, peneliti membuat catatan-catatan mengenai inti dari pembahasannya. Pembahasan Liddle mengenai Nurcholish Madjid tidak terlalu mendalam karena secara singkat tulisan-tulisan tersebut bermaksud membandingkan peranan dari Sutan Sjahrir, Nurcholish Madjid, dan Goenawan Moehamad. Walaupun begitu, analisis serta refleksi yang digambarkannya mengenai kondisi politik di Indonesia, memberikan kontribusi bagi penelitian ini, khususnya pembahasan mengenai pengaruh beberapa pemikir Barat terhadap pemikiran Nurcholish Madjid dan pengaruh pemikiran Nurcholish Madjid terhadap masyarakat Indonesia. Liddle mengemukakan pengaruh Robert N. Bellah terhadap pemikiran Nurcholish. Seperti yang dirujuk Nurcholish dari kertas kerja Bellah berjudul “Tradisi Islam dan Masalah Modernisasi”, konsep Bellah digunakan dalam menjelaskan kondisi Islam masa klasik, yang dipandang lebih modern (dalam pengertian ilmu sosial Barat). Dengan memaparkan konteks historis modernisasi dalam perkembangan sejarah Islam, Nurcholish menggambarkan bahwa Islam sangat relevan dengan kehidupan modern. Terutama mengenai salah satu elemen struktural Islam klasik yang dikemukakan Bellah, mengenai penurunan nilai 18
secara radikal, di mana seseorang boleh dan sah mengatakan sekularisasi, dari semua struktur sosial di hadapan pusat hubungan manusia-Tuhan. Oleh karena itu, Nurcholish tidak menjelaskan sekularisasi sama dengan sekularisme, akan tetapi ‘setiap macam dari pengembangan yang membebaskan’ sehingga umat Islam dapat membedakan nilai-nilai yang transendental dan duniawi. Sudut pandang terhadap umat Islam di Indonesia, berarti Islam telah kehilangan ‘daya pukul psikologisnya’ sehingga tidak dapat menangkap tuntutan perubahan sosial kontemporer. Pandangan Liddle memberikan kontribusi mengenai segi praktis konsep sekularisasi dalam bidang politik. Konsep negara dalam perspektif Nurcholish dipandang substantif, bahwa kebutuhan pokok bagi kaum Muslim bukan masalah bentuk dari negara, tetapi moral karakter dari perilaku politiknya. Dengan skripsi ini, peneliti mencoba menafsirkan konsepkonsep yang relevan berkaitan segi teoritis dan praktis dari pemikiran Nurcholish Madjid. Literatur selanjutnya yang digunakan peneliti dalam kajian pustaka ini yaitu buku yang ditulis Greg Barton pada tahun 1999, yang berjudul Gagasan Islam Liberal di Indonesia (Pemikiran Neo-modernisme Nurcholish Madjid, Djohan Efendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid). Buku yang diterbitkan atas kerjasama Paramadina dan Pustaka Antara ini, merupakan terjemahan dari disertasi Barton di Monash University pada tahun 1995. Judul disertasi tersebut yaitu The Emergence of Neo-Modernism: A Progressive, Liberal Movement of Islamic Thought in Indonesia (A Textual Study Examining the Writings of
19
Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib and Abdurrahman Wahid 1968-1980). Isi buku tersebut merupakan upaya yang cukup komprehensif dalam mengkaji perkembangan pemikiran Islam di Indonesia, khususnya pemikiran neoModernisme yang diwakili Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid. Barton (1999: 22-23) menjelaskan, Salah satu tugas penting dari kajian ini adalah menelaah gagasan-gagasan, isu-isu dan konteks sosialnya di dalam pemikiran kaum neo-Modernis. Pekerjaan semacam ini dalam banyak hal telah membuat saya perlu mengatur strategi yang tepat dan membentuk cara berpikir tersendiri. Gagasan dan isu tersebut berserakan dalam tulisan yang berbeda-beda, dari artikel-artikel umum hingga kajian panjang yang mengupas neo-Modernisme. Gagasan dan isu itu pun mencakup pandangan-pandangan bervariasi; baik yang ditulis oleh Muslim maupun non-Muslim, orang Indonesia dan non-Indonesia, dengan tingkat keterlibatan berbeda. Secara umum, buku tersebut berisi pembahasan atas latar belakang NeoModernisme di Indonesia, kemudian dibahas pemikiran-pemikiran keempat tokoh intelektual neo-Modernisme Islam; Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid, secara terpisah dalam bab-bab tersendiri. Pembahasan
dalam
bab
mengenai
pemikiran
keempat
tokoh
tersebut
dideskripsikan dengan menggambarkan latar belakang dan perjalanan hidupnya, kajian atas beberapa tulisan dari keempat tokoh tersebut sesuai dengan tema pembahasannya, serta kesimpulan di akhir bab. Pembahasan selanjutnya berisi deskripsi atas keterhubungan antara neoModernisme dengan Pembaruan Pemikiran Islam. Dalam pembahasan bab ini, Barton menghubungkan pemikiran keempat tokoh neo-Modernisme Indonesia tersebut dengan analisis Fazlur Rahman terhadap gerakan-gerakan Reformasi
20
Islam. Akhir pembahasan dalam buku ini berisi analisis atas latar belakangfaktor-faktor historis, sosial dan politis- kelahiran pemikiran Islam neo-Modernis dan pengaruhnya terhadap Islam dan Masyarakat Indonesia. Buku tersebut memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai pemikiran neo-Modernisme Islam di Indonesia, selain dari banyaknya literatur yang digunakan sebagai sumber rujukan, penulis buku tersebut melakukan penelitian yang cukup intens melalui komunikasi langsung dengan empat tokoh yang dideskripsikan dalam buku tersebut. Barton lebih banyak menggunakan kutipan-kutipan untuk merefleksikan dan menganalisis pemikiran tokoh-tokoh tersebut. Greg Barton dalam buku tersebut lebih banyak mengutip dari tulisantulisan tokoh lain yang sebelumnya pernah melakukan penelitian, seperti R. William Liddle, Harold Crouch, William Shepard, dan sebagainya. Dalam buku ini, tentu tidak lepas dari subjektivitas penulisnya. Barton mempunyai kecenderungan untuk menggunakan tipologi neo-Modernisme dalam kajian pemikiran empat tokoh intelektual Muslim dalam buku ini, walaupun dari beberapa sumber rujukan yang digunakannya menyebutkan tipologi yang lain. Oleh karena itu, khusus dalam penelitian ini, peneliti tidak bisa langsung memetakan tipologi Pemikiran Nurcholish Madjid sesuai dengan yang digunakan Barton. Terlebih lagi, terdapat banyak penelitian lain yang menempatkan pemikiran Nurcholish Madjid dalam beberapa tipologi yang berbeda. Peneliti harus bisa menilai perkembangan pemikiran Nurcholish Madjid. Sehingga, variabel waktu merupakan hal terpenting yang dapat membantu peneliti melihat
21
perubahan atas pemikiran Nurcholish Madjid. Dalam menelaah buku Barton ini pun, peneliti harus dengan cermat melihat perkembangan pemikiran Nurcholish Madjid berdasarkan waktu perjalanan hidupnya. Pandangan Barton- tidak jauh berbeda dengan Liddle- terhadap pembaruan pemikiran Islam Nurcholish Madjid, mengesankan studi yang “Barat-sentris”, karena seringkali menggunakan kerangka premis-premis dan konsep-konsep kultural Barat yang memperlihatkan prasangka dan bias dunia Barat terhadap Islam. Seperti halnya pandangan Barton mengenai maksud pidato Nurcholish Madjid 3 Januari 1970, bahwa: Terhadap dukungan yang sepenuh hati pada perubahan sekalipun mengorbankan keutuhan, sikap Nurcholish Madjid sangat jelas dan sama sekali tidak menganggap ringan. Dengan panjang lebar ia memaparkan pada makalahnya dan menunjukkan mengapa pembaruan harus dilakukan apapun yang terjadi. Pada sisi lain tentu saja ia mengharap makalahnya itu mempercepat perdebatan sengit atau “memecah umat”, karena saat ia mengutip kata-kata Beufre, “Garis-garis pemikiran tradisional kita sudah seharusnya dipersilahkan pergi ke laut….,” … (1999: 106-107). Buku yang ditulis Barton tersebut memberikan kontribusi dalam memaparkan perkembangan pembaruan Islam yang dilakukan Nurcholish Madjid. Beberapa kajian terhadap tulisan-tulisan Nurcholish membantu peneliti menelaah dasar pemikiran dalam setiap pokok-pokok pemikirannya. Seperti misalnya, dalam makalah Nurcholish berjudul “Sekali Lagi Tentang Sekularisasi” tahun 1972. Pemaparan lebih lanjut mengenai sekularisasi dari makalah Nurcholish tahun 1970 diperjelas dengan memunculkan landasan teologis/ tauhid dalam ajaran Islam. Barton mengemukakan penafsirannya terhadap konsep sekularisasi Nurcholish atas substansi tauhid, membebaskan pemikiran sebagian besar masyarakat Indonesia yang sebelumnya menganut animisme menuju monoteisme. 22
Literatur yang ketiga yaitu buku yang ditulis oleh Dr. Fauzan Saleh, yang berjudul Teologi Pembaruan : Pergeseran Wacana Islam Sunni di Indonesia Abad XX, yang diterbitkan oleh PT. Serambi Ilmu Semesta pada tahun 2004. Buku ini merupakan terjemahan dari disertasi doctoral Fauzan Saleh di McGill University, dengan judul aslinya yaitu Modern Trends in Islamic Theological Discourse in Twentieth Century Indonesia : A Critical Survey. Secara umum, kajian dalam buku tersebut membahas perkembangan pemikiran teologis umat Islam di Indonesia pada abad ke-20. Secara lebih khusus, kajiannya difokuskan kepada pemikiran teologi kaum reformis yang tergabung dalam gerakan Muhammadiyah dan Persatuan Islam. Alasan yang dikemukakan Fauzan Saleh (2004 : 29) mengkaji hal tersebut yaitu karena: Wacana teologi yang dikembangkan oleh kedua organisasi ini dapat dipandang sebagai awal mula upaya sistematis untuk menggariskan pokokpokok keyakinan Islam dalam konteks sejarah dan budaya Indonesia, tetapi yang secara ketat diarahkan kepada bentuk ortodoks. Upaya mereka untuk memperkenalkan kembali Islam yang murni, meskipun dilakukan dalam berbagai pendekatan atau penekanan yang berbeda, telah diambil alih oleh generasi 1970-an, yang merupakan fase transisi dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Hal ini terutama diwakili oleh Harun Nasution dan Nurcholish Madjid yang karya-karya mereka menunjukkan kecenderungan akademik yang lebih nyata dalam perkembangan pemikiran teologi Islam di Indonesia. Karya-karya
Nurcholish
Madjid
yang
banyak
digunakan
dalam
pembahasan buku tersebut, antara lain : Islam, Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan (Jakarta: Paramadina, 1992); Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1995); Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah
23
(Jakarta: Paramadina, 1995); dan Dialog Keterbukaan: Artikulasi dalam Wacana Sosial Kontemporer (Jakarta: Paramadina, 1998). Dalam pembahasan, selain sumber-sumber utama yang ditunjukkan dalam membahas pemikiran teologi Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Harun Nasution, karya-karya Nurcholish Madjid dipertimbangkan secara khusus. Pertimbangannya yaitu peranan Nurcholish Madjid sebagai pemikir dan penulis produktif, terutama setelah didirikan Yayasan Paramadina pada tahun 1986. Peneliti mendapatkan buku asli dari disertasi Fauzan Saleh tersebut berupa ebook dari situs internet http://www.google.com/books. Tidak berbeda dengan buku terjemahannya, buku ini terdiri dari empat bagian pembahasan. Pertama, pembahasan Sejarah Pergerakan Reformasi/ Pembaruan Islam (Islam in Indonesia Prior to the Advance of the Reform Movement). Kedua, mengenai wacana Islam Sunni di Indonesia (Redefining Islamic Orthodoxy in the Indonesian Context). Bagian
ketiga
membahas
rekontruksi
teologi
pembaruan
di
Indonesia
(Reconstructing a Theological Discourse: The Reformist Attempts to Sustain Orthodox Beliefs). Kemudian, pada bagian keempat dibahas wacana teologi kontemporer yang mengkaji mengenai Mu’tazilah (pemikiran Harun Nasution) dan neo-Modernisme (The Current Islamic Theological Discourse: Mu’tazilism and neo-Modernism). Dari pembahasan mengenai neo-Modernisme, peneliti mendapatkan refleksi dan analisis Fauzan Saleh mengenai pemikiran Nurcholish Madjid. Hasil analisis dan interpretasi Fauzan Saleh dalam buku tersebut membantu peneliti untuk memposisikan pemikiran Nurcholish Madjid dalam
24
perkembangan wacana teologi Islam di Indonesia di abad XX. Selain itu, buku tersebut memberikan kontribusi dalam menggambarkan perkembangan gagasan sekularisasi dan sekularisme dalam sejarah dunia Islam. Pada dasarnya, buku tersebut merupakan kritik atas paham-paham yang berkembang di dunia Islam, sebagai hasil dari pengaruh para orientalis Barat. Orientalis dan Diabolisme Pemikiran yang ditulis Dr. Syamsuddin Arif, merupakan literatur keempat yang ditinjau dalam bab ini. Di dalam buku ini dipaparkan pengkajian mengenai orientalis dan berbagai kajian pemikiran Islam di Indonesia. Kajian keislaman yang dibahas mencakup kajian atas pengaruh Ideologi global terhadap pemikiran Islam, termasuk sekularisasi; wacana keislaman mutakhir, sebagai refleksi atas perkembangan pemikiran Islam kontemporer; serta kajian keilmuan dari Sejarah Peradaban Islam. Buku ini diterbitkan tahun 2008 oleh Gema Insani Press dalam 342 halaman. Pemaparan Syamsuddin Arif dalam buku tersebut mudah dimengerti, walaupun beliau menggunakan cukup banyak referensi ilmiah dan kutipan. Penjelasannya dalam setiap artikel sebagian besar diawali dengan tinjauan secara umum kemudian terfokus pada permasalahan dan kajian praktisnya. Oleh karena itu, buku tersebut membantu peneliti untuk melihat gambaran teoritis dan praktis atas beberapa kajian pemikiran Islam di Indonesia. Khususnya mengenai pemikiran Sekularisasi, ditinjau dari segi teoritis dan perdebatannya. Buku tersebut menggambarkan pemahaman para orientalis (sarjana Barat non-Muslim yang mengkaji studi keislaman), berdasarkan analisis dari sarjana Timur Muslim, yaitu Syamsuddin Arif. Berbeda dengan sudut pandang William
25
Liddle dan Greg Barton, kajian keislaman yang dilakukan Syamsuddin Arif mengedepankan tinjauan Al-Qur’an dan Hadits, selain orientasi sejarah dan sosiokultural umat Islam. Pendekatan Syamsuddin Arif memaparkan analisisnya dalam buku tersebut memperlihatkan pandangan anti-Barat, akan tetapi dijelaskan secara ilmiah dan landasan pemikiran yang komprehensif. Diskursus dalam buku tersebut memang tidak membahas pemikiran Nurcholish Madjid secara lebih mendalam, akan tetapi cukup memberikan refleksi atas perkembangan gagasan sekularisasi dan sekularisme di antara umat Islam. Literatur berikutnya secara garis besar isinya merupakan kritik terhadap pemikiran Pembaruan Islam, khususnya terhadap pemikiran yang digagas Nurcholish Madjid. Buku Pembaruan Islam dan Orientalisme dalam Sorotan yang ditulis oleh Dr. Daud Rasyid, M.A. diterbitkan dua kali oleh penerbit yang berbeda. Awalnya diterbitkan oleh Usamah Press, yang dicetak hingga tiga kali yaitu tahun 1993, 2002, dan 2003. Kemudian, edisi terbaru diterbitkan oleh Syaamil Publishing pada tahun 2006. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pemikiran Nurcholish Madjid mendapatkan perhatian yang cukup besar dari beberapa cendekiawan muslim Indonesia, yang kemudian menjadi rujukan bagi peneliti dalam menilai posisi/ kedudukan pemikiran Nurcholish Madjid dalam wacana keagamaan di Indonesia. Pada awal penjelasan buku ini, Daud Rasyid mengkritik Islam Liberal dan Musyrikin
Mekah
yang
kemudian
dihubungkan
dengan
paham-paham
menyesatkan di era Reformasi Indonesia. Kemudian, Daud Rasyid memaparkan kritiknya terhadap pemikiran Harun Nasution dan Nurcholish Madjid dalam bab
26
ketiga yang berjudul “Kesesatan Dikemas dengan Gaya Ilmiah”. Dalam pembahasan bab ini, Daud Rasyid memaparkan keterkaitan Nurcholish dengan para orientalis, serta kritik terhadap beberapa gagasan Nurcholish dalam makalahmakalah dan pidatonya. Seperti pembahasan di bab ketiga, bab selanjutnya juga berisi pemaparan kritik terhadap wacana pembaruan pemikiran Islam, lebih khusus mengenai Mu’tazilah. Pada bab lima dan enam, dijelaskan mengenai kondisi studi Islam di Barat. Kemudian pada bagian terakhir, di bab tujuh dan delapan dibahas mengenai kajian dan pandangan Orientalisme terhadap Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Di dalam buku ini terkesan bahwa Daud Rasyid sangat menentang gagasan-gagasan yang dikemukakan Nurcholish Madjid, terutama dari tulisantulisan Nurcholish di majalah-majalah dan penyajian makalah beliau dalam seminar-seminar. Peneliti cukup mendapatkan gambaran mengenai alasan-alasan yang dikemukakan untuk bersikap kontra terhadap pemikiran Nurcholish. Berbeda dengan literatur-literatur sebelumnya yang sebagian besar bersikap positif terhadap pemikiran Nurcholish Madjid, bahkan memuji dan memberikan perhatian cukup besar sehingga dibahas dalam konteks perkembangan sejarah pemikiran Islam di Indonesia. Penyajian Daud Rasyid dalam memaparkan kritik terhadap pembaruan Islam dan orientalisme dalam buku ini menggunakan bahasa popular. Peneliti dalam penulisan karya ilmiah ini tentu harus dapat bersikap netral atau objektif, sehingga berusaha untuk bersikap kritis memberikan penafsiran terhadap buku ini. Bagaimanapun, buku tersebut cukup memberikan gambaran atas beberapa rujukan
27
dan kutipan yang memberikan sudut pandang berbeda atas pemikiran Nurcholish Madjid. Adnin Armas sebagai salah satu cendekiawan muslim yang sering mengkritik gagasan-gagasan Nurcholish Madjid dan kawan-kawannya, menyusun buku mengenai Jaringan Islam Liberal di Indonesia. Buku tersebut berjudul Pengaruh Kristen Orientalis terhadap Islam Liberal, Dialog Interaktif dengan Aktivis Jaringan Islam Liberal. Buku tersebut menjadi keenam yang ditinjau dalam bab ini. Sebenarnya buku tersebut merupakan kumpulan tulisan-tulisan Adnin Armas di mailing list (milis) Islam Liberal di internet yang kemudian disusun dan diterbitkan. Penyunting buku tersebut yaitu Arif Anggoro. Secara garis besar, dialog Adnin Armas dengan beberapa aktivis Jaring Islam Liberal Indonesia yang disusun dalam buku ini memaparkan beberapa dasar pemikiran Islam yang menjadi wacana kontemporer. Pembahasan dalam buku tersebut terbagi ke dalam tiga bab, yaitu 1) dialog mengenai Sekularisasi dan Syari’at Islam, 2) dialog mengenai Orientalis dan Al-Qur’an, 3) dialog mengenai Evolusi Agama. Kajian yang lebih banyak memberikan kontribusi terhadap skripsi ini yaitu pembahasan bab mengenai sekularisasi dan syari’at Islam. Karena dalam bab tersebut dikaji juga pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sekularisasi. Buku yang diterbitkan tahun 2003 oleh Gema Insani Press tersebut merupakan kritik terhadap para aktivis Jaringan Islam Liberal yang dianggap terpengaruh oleh para pemikir Kristen Orientalis.
28
Pengaruh para pemikir Orientalis terhadap pemikiran Nurcholish Madjid pun dijelaskan Adnin Armas sebagai dasar pemikiran sekularisasi. Pemikiran Nurcholish dianggap mengadopsi pemikiran Harvey Cox dan Robert N. Bellah. Seperti contohnya, dalam pemaparan berikut: Nurcholish mengutip pendapat Harvey Cox ketika membedakan antara sekularisasi dan sekularisme… Dalam menggulirkan gagasan sekularisasinya, Nurcholish mencari justifikasi dari ajaran-ajaran Islam. Ia, misalnya, menyatakan bahwa gagasan sekularisasi dapat dijustifikasi dari dua kalimat syahadat yang mengandung negasi dan afirmasi. …Sebelum Nurcholish menjustifikasi bahwa akar sekularisasi terdapat dalam ajaran Islam, Harvey Cox sebelumnya pun telah berpendapat bahwa akar sekularisasi terdapat dalam ajaran-ajarab Bible (Armas, 2003: 16-18). Literatur tersebut tidak terfokus pada gagasan-gagasan Nurcholish saja, sehingga pembahasan mengenai sekularisasi lebih menekankan pada pengaruh Orientalis yang melandasi pemikiran-pemikiran aktivis Jaringan Islam Liberal. Walaupun begitu, buku tersebut dapat menggambarkan sudut pandang cendekiawan muslim Indonesia yang kontra terhadap pemikiran sekularisasi, terutama terhadap Nurcholish Madjid. Buku Konteks Berteologi di Indonesia : Pengalaman Islam yang ditulis Azyumardi Azra, merupakan literatur ketujuh yang digunakan peneliti dalam tinjauan pustaka. Buku ini diterbitkan tahun 1999 oleh penerbit Paramadina. Buku ini merupakan kumpulan artikel dan makalah Azyumardi Azra yang sebagian besar telah dipresentasikan dalam beberapa seminar dan telah dipublikasikan dalam Kompas dan Jurnal Ulumul Qur’an. Secara umum, buku ini memaparkan kondisi keagamaan Islam, terutama berkaitan dengan kondisi sosio-kultural Indonesia.
29
Bagian pertama buku tersebut mendeskripsikan agama sebagai dialog sosio-kultural, pada khususnya mengenai gerakan keagamaan di Indonesia dalam kaitannya dengan budaya. Bagian kedua lebih fokus pada konteks hubungan antara agama Islam dengan agama lainnya di Indonesia, yaitu mengenai keharmonisan/kerukunan beragama dan konflik yang terjadi. Konteks hubungan antara agama Islam dengan agama lainnya lebih jelas dengan pengkajian beberapa kelompok agama tertentu pada bagian ketiga buku tersebut. Pengkajian mengenai beberapa kelompok agama di Indonesia tersebut memperlihatkan pandangan Azyumardi Azra terhadap corak wacana agama di Indonesia. Pada bagian keempat buku Azra, peneliti mendapatkan deskripsi yang jelas mengenai kondisi umat Islam di Indonesia menghadapi modernisme dan milenium baru. Deskripsi dan analisis pada bagian keempat ini menggambarkan perkembangan orientasi umat Islam sejak menghadapi wacana modernisme, berdasarkan tinjauan politik dan kultural. Sehingga, dapat membantu peneliti untuk menafsirkan kondisi umat Islam Indonesia yang melatarbelakangi munculnya gagasan-gagasan pembaruan pemikiran Islam. Akan tetapi, karena kajiannya yang cukup luas mengenai konteks teologi Islam di Indonesia secara umum, maka pembahasan mengenai pemikiran Nurcholish Madjid sedikit dibahas. Literatur kedelapan merupakan skripsi yang juga mengkaji pemikiran Nurcholish Madjid. Judulnya yaitu “Perspektif Pemikiran Nurcholish Madjid tentang Pluralisme Agama (1970-2005)”. Skripsi tersebut ditulis oleh sarjana Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2007, yaitu
30
Ahmad Abdul Wahab. Kajiannya menekankan pada pemikiran Nurcholish Madjid mengenai Pluralisme. Pembahasan pluralisme agama Nurcholish Madjid dijelaskan dengan memaparkan : 1) biografi Nurcholish Madjid, 2) dasar pemikiran pluralisme agama, 3) pemikiran Nurcholish Madjid tentang pluralisme agama, 4) perkembangan pemikiran Nurcholish Madjid tentang pluralisme agama. Perspektif pemikiran Nurcholish Madjid yang dikaji dalam skripsi tersebut menekankan pada toleransi antar agama, khususnya toleransi agama Islam terhadap agama-agama lain. Penulis skripsi tersebut menafsirkan perspektif pemikiran Nurcholish Madjid yang memandang pluralisme agama dapat menyelaraskan interaksi antar umat beragama. Terutama sudut pandang dari ajaran agama Islam mengenai pluralisme agama. Berbeda dengan penelitian skripsi ini, peneliti memfokuskan perspektif pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sekularisasi dalam pembaruan pemikiran Islam. Hal tersebut berkaitan dengan perpektif pemikiran Nurcholish Madjid dalam menyelaraskan kehidupan umat Islam sendiri, bukan dalam kaitannya dengan agama lain. Ahmad Abdul Wahab mengkaji sudut pandang Nurcholish mengenai Islam inklusif, bukan secara eksklusif. Oleh karena itu, pemikiran Nurcholish dalam skripsi tersebut mengenai kebebasan berpikir dalam Islam dipandang sebagai suatu hal yang menjadi titik temu dengan agama-agama lainnya. Dilihat dari relativisme agama, Islam memberikan kebebasan atas penafsiran ayat-ayat
31
Al-Qur’an sehingga tidak menutup kemungkinan untuk menerima konsep-konsep ajaran lain. Penulis skripsi tersebut (2007: 60) menjelaskan bahwa : Refleksi Nurcholish Madjid tentang makna Islam itu tidak berarti merelatifkan agama Islam, tetapi hal tersebut menunjukkan bahwa hakikat agama Islam adalah islam dalam arti penyerahan terhadap Allah SWT. Siapapun yang berserah diri kepada Tuhan atau siapa pun yang ber-islam, meskipun di luar agama Islam akan memperoleh keselamatan. Dalam hal ini Nurcholish Madjid juga tidak mengorbankan nilai keislamannya, akan tetapi dia sekali lagi mencoba menunjukkan bahwa atas dasar agama Islam pun keselamatan orang-orang yang berada di luarnya dapat diterima. Sikap terbuka yang seharusnya dimiliki umat Islam dihubungkan dengan keterbukaan terhadap agama lainnya. Juga mengenai kebebasan beragama, Nurcholish meyakinkan konsep keikhlasan sebagai hal yang dipertimbangkan seseorang memeluk suatu agama. Dalam skripsi tersebut, dikutip menurut Nurcholish Madjid (1995: 218), ‘Prinsip kebebasan dalam beragama adalah kehormatan bagi manusia dari Tuhan, karena Tuhan mengakui hak manusia untuk memilih sendiri jalan hidupnya’ (Wahab, Ahmad Abdul, 2007: 75). Dengan
menelaah
skripsi
tersebut,
peneliti
dapat
memfokuskan
permasalahan sehingga dapat terlihat kedudukan/ posisi penelitian ini di antara penelitian-penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada perspektif Nurcholish Madjid mengenai Islam secara eksklusif, berkaitan dengan tiga hal utama yang dikemukakannya sebagai pembaruan pemikiran Islam. Tiga hal tersebut yaitu mengenai sekularisasi, kebebasan intelektual, dan sikap terbuka dalam umat Islam Indonesia. Peneliti memfokuskan pada pemikiran tentang sekularisasi, terutama masalah dasar pemikiran dan perkembangannya.
32
Literatur berikutnya berupa skripsi Ashril Fathoni yang berjudul “Pemikiran Fazlur Rahman (1919-1988) tentang Metodologi Memahami AlQur’an dan Pengaruhnya di Indonesia”, yang ditulis tahun 2009. Peneliti terfokus dalam mengkaji pembahasan Bab V dalam skripsi tersebut, yang menekankan pengaruh pada Fazlurrahman terhadap pemikiran Nurcholish Madjid. Bab V dalam skripsi tersebut berjudul “Pengaruh Metodologi Fazlur Rahman dalam Memahami Al-Qur’an terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid”. Pengaruh Fazlurrahman, sebagai dosen di University of Chicago, terhadap pemikiran Nurcholish Madjid secara garis besar terdapat pada hal-hal berikut: 1) pemikiran Nurcholish mengenai Ijtihad, 2) pemikiran Nurcholish tentang tauhid, dan 3) pemikiran Nurcholish mengenai etika Al-Qur’an. Pengaruh tersebut berkaitan dengan “metode gerakan ganda” yang dikemukakan Fazlurrahman dalam menafsirkan Al-Qur’an, sehingga mempengaruhi pemikiran Nurcholish dalam memahami konteks ajaran Islam dalam Al-Qur’an. Selain itu, Ashril Fathoni juga menjelaskan beberapa pemikiran Nurcholish yang berbeda dengan dengan Fazlurrahman. Pemaparan mengenai pengaruh Fazlurrahman terhadap Nurcholish terfokus pada metodologi memahami Al-Qur’an saja, sehingga literatur tersebut berkontribusi dalam menjelaskan dasar pemikiran Nurcholish Madjid dalam memahami ajaran Islam. Hal tersebut mempengaruhi juga pandangan Nurcholish dalam menerapkan ajaran-ajaran Islam sesuai dengan konteks perkembangan sosial, politik dan budaya umat Islam Indonesia. Misalnya, pengaruh Fazlur Rahman mengenai ijtihad dalam Islam, dijelaskan “Kemiripan keduanya ini
33
terletak pada paradigm yang dianutnya yang meletakkan Islam sebagai nilai-nilai dan ajaran yang harus dikontekstualisasikan ke dalam realitas sosial yang terus berkembang” (Fathoni, 2009 : 108). Literatur tersebut berkontribusi dalam menggambarkan landasan pemikiran pembaruan pemikiran Nurcholish Madjid, khususnya berkaitan dengan pengaruh Fazlur Rahman. Literatur selanjutnya merupakan jurnal yang mempublikasikan gagasan pembaruan pemikiran Islam. Jurnal tersebut ialah jurnal Ulumul Qur’an (Jurnal Ilmu dan Kebudayaan) no. 3 vol.VI tahun 1995. Judul dari jurnal tersebut yaitu 25 Tahun Pembaruan Pemikiran Islam. Di dalam jurnal nomor tersebut, pembahasan pembaruan pemikiran Islam dijelaskan mulai dari rubrik Iftitah (Pembukaan), Analisis, Kolom, Dialog, Risalah, Ulasan Buku, hingga rubrik Masa Depan. Sebagian besar tema yang dibahas merupakan tema neo-Modernisme, peranan Nurcholish Madjid dalam gerakan pembaruan Islam, pluralisme dan demokrasi dalam Islam, serta kritik terhadap cendekiawan yang kontra terhadap pembaruan pemikiran Islam. Pembahasan dalam jurnal tersebut menggambarkan refleksi dan evaluasi agenda pembaruan pemikiran Islam yang dilakukan Nurcholish Madjid dan rekanrekannya. Sebagian besar penulis dalam rubrik-rubrik jurnal tersebut memiliki hubungan baik dengan Nurcholish Madjid sebagai pendukung gagasan-gagasan beliau. Seperti misalnya Budhy Munawar-Rachman, yang dikenal sebagai salah satu
aktivis
Paramadina
dan
memiliki
perhatian
cukup
besar
untuk
mengumpulkan tulisan-tulisan Nurcholish. Pada tahun 2008, ensiklopedi berjudul
34
Ensiklopedi Nurcholish Madjid diterbitkan dalam 4 jilid berisi kumpulan hasilhasil pemikiran Nurcholish yang disusun oleh Budhy Munawar-Rachman. Dalam jurnal tersebut, Budhy Munawar-Rachman menjelaskan analisis pertama yang berisi perkembangan pemikiran neo-Modernisme Islam di Indonesia, dengan judul “Dari Tahapan Moral ke Periode Sejarah, Pemikiran NeoModernisme Islam di Indonesia”. Dalam pembahasan analisis tersebut, Budhy memaparkan
sejarah
neo-Modernisme
dan
tipologi
tokoh-tokoh
dalam
perkembangan neo-Modernisme Islam di Indonesia, termasuk Nurcholish Madjid. Pada rubrik Analisis dalam jurnal tersebut, dipaparkan 10 artikel berkaitan dengan sejarah perkembangan pembaruan pemikiran Islam beserta tokohtokohnya. Termasuk pembahasan mengenai peranan Nurcholish Madjid, yang di dalam jurnal tersebut turut menulis analisisnya mengenai “Pluralisme Agama di Indonesia”. Analisis yang juga membantu penelitian ini yaitu mengenai “Tempo dan Gerakan Neo-Modernisme Islam Indonesia” ditulis oleh M. Deden Ridwan, yang sangat berkaitan dengan tulisan mengenai “Cak Nur dan Tempo” oleh Agus Wahid. Artikel tersebut membantu peneliti untuk mengetahui gambaran perkembangan pemikiran Nurcholish Madjid yang turut dipublikasikan melalui media cetak. Terutama majalah Tempo yang intens memberitakan gagasangagasan Nurcholish Madjid dalam laporan utamanya sekitar tahun 1971-1973. Setelah itu, pemberitaan dalam laporan utama Tempo mengenai gagasan Nurcholish Madjid dimuat pada edisi Juni 1986 dan April 1993.
35
Sebagian besar tulisan dalam jurnal ini mendukung gagasan pembaruan pemikiran Islam dan mencoba memprediksikan agenda pembaruan pemikiran Islam di masa depan- terdapat dalam rubrik Masa Depan. Oleh karena itu, sebagian besar artikelnya memiliki kecenderungan subjektif terhadap pembaruan pemikiran Islam. Peneliti tetap harus bersikap objektif dengan melakukan kritik terhadap jurnal tersebut. Literatur ke-11 yang ditelaah dalam tinjauan pustaka ini merupakan artikel yang membahas sejarah pemikiran Nurcholish Madjid dihubungkan dengan kondisi politik pada masa rezim Orde Baru. Artikel tersebut berjudul Modern Interpretation of Islamic History in the Indonesian Context, The Case of Nurcholish Madjid. Artikel tersebut diperoleh dari hasil browsing di situs internet http://www.smi.uib.no/pal/kull.pdf. Penulis artikel tersebut yaitu Ann Kull, seorang dosen dan aktivis dalam Pusat Kajian Asia Timur dan Asia Tenggara (Centre for East and Southeast Asian Studies) di Lund University, Swedia sejak bulan Januari 2008. Pada tahun 2005, Ann Kull mengkaji pemikiran Nurcholish Madjid dalam disertasi doktoralnya di Lund University yang berjudul Piety and Politics: Nurcholish Madjid and His Interpretation of Islam in Modern Indonesia. Di dalam artikel tersebut dijelaskan refleksi dan analisis penulis mengenai kondisi politik Indonesia pada masa Orde Baru yang dianggap menguntungkan para cendekiawan neo-Modernisme Islam untuk menyebarluaskan gagasangagasannya. Dalam konteks neo-Modernisme Islam di Indonesia, Ann Kull memfokuskan kajiannya terhadap peranan Nurcholish Madjid. Ann Kull juga
36
menjelaskan Ibnu Taymiyyah sebagai tokoh yang mempengaruhi pemikiran Nurcholish. Kajiannya yang memberikan gambaran atas orientasi Nurcholish yang memandang konteks sosial-politik Indonesia sebagai permasalahan moral dan spiritualitas memberikan kontribusi terhadap skripsi ini. Konseptualisasi sejarah Islam dalam konteks keindonesiaan, menurut Ann Kull, sangat berhubungan dengan perkembangan neo-Modernisme. Dengan mengkaji
pemikiran
Nurcholish,
Ann
Kull
memaparkan
perubahan/
perkembangan gagasan-gagasan Nurcholish Madjid dalam beberapa tipologi pemikiran. Perkembangannya dimulai dari pemikiran neo-Modernisme, dari ideide pembangunan bangsa, politik yang bermoral, ketaatan individu menjalankan ajaran agama dan tanggung jawab spiritual setiap individu; hingga menjadi seorang neo-Sufisme. Penjelasan Ann Kull dalam artikel tersebut menggunakan berbagai pendekatan sosial, yang juga merujuk pada analisis Greg Barton. Artikel yang berjudul “Nurcholish Madjid dan Pembaruan Islam (Pemikiran Cak Nur Tentang Modernisasi, Sekularisasi dan Desaklarisasi)” merupakan literatur ke-12 yang ditinjau dalam bab ini. Pembahasan mengenai pembaruan pemikiran Islam mencakup kajian berdasarkan sudut pandang istilah dan sejarah perkembangannya. Artikel tersebut menekankan keterkaitan tiga gagasan yang dikemukakan Nurcholish Madjid yaitu modernisasi, sekularisasi, dan desakralisasi. Literatur tersebut ditulisd oleh M. Asrul Pattimahu yang dipublikasikan di situs internet http://rullyasrul83.wordpress.com/2009/07/29/9/ pada tanggal 29 Juli 2009. Pada awal artikel dijelaskan latar belakang pembaruan pemikiran Islam,
37
kemudian dihubungkan dengan peranan Nurcholish Madjid yang dianggap sebagai salah satu tokoh pembaru. Secara garis besar, pembaruan pemikiran Islam yang dimunculkan oleh Nurcholish Madjid terkait dengan upaya untuk membebaskan diri dari nilai-nilai tradisional dan mencari nilai-nilai yang beorientasi ke masa depan. Penulis artikel menjelaskan urgensi serta manfaat pembaruan pemikiran berkaitan dengan kondisi umat di Islam Indonesia. Pada pokok pembahasan mengenai tiga gagasan yang berhubungan dengan Nurcholish Madjid, penulis artikel tersebut menjelaskan masing-masing gagasan dalam pemaparan yang terpisah. Secara deskriptif dijelaskan substansi dari setiap gagasan dengan mengutip tulisan-tulisan Nurcholish. Penulis artikel tersebut memiliki sudut pandang yang pro terhadap pemikiran Nurcholish. Hal tersebut terlihat dari beberapa persetujuannya dalam artikel tersebut terhadap pandangan Nurcholish. Selain dipaparkan substansi dari gagasan modernisasi, sekularisasi, dan desakralisasi, penulis artikel juga memaparkan contohnya pada kehidupan seharihari. Penjelasannya banyak dihubungkan dengan sejarah dan perkembangan gagasan tersebut. Misalnya, penjelasan mengenai gagasan modernisasi, Pattimahu menghubungkan kondisi bangsa Jepang yang tetap berpedoman pada tradisi walaupun kehidupannya telah modern. Penjelasan
mengenai
sekularisasi
dipisahkan
dengan
pembahasan
desakralisasi. Hal tersebut mempertimbangkan landasan pemikiran tentang desakralisasi dianggap lebih bersifat teologis daripada pembahasan sekularisasi. Kekurangannya bahwa penulis tidak lebih jauh menjelaskan keterkaitan antara
38
sekularisasi dan desakralisasi, juga perbedaan dan persamaannya. Dalam penelitian ini, peneliti harus bisa menafsirkan keterkaitan antara gagasan-gagasan tersebut agar dapat memecahkan pokok permasalahan penelitian. Artikel tersebut membantu peneliti untuk merefleksikan genesis pemikiran dari beberapa gagasan Nurcholish Madjid. Literatur lainnya merupakan artikel yang ditulis oleh seorang dosen di Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Asia (Division Asian of Languange and Culture), National Institute of Education, Nanyang Technological University, Singapura. Judul artikel tersebut ialah “Pergerakan Intelektual Dunia Islam Kontemporari: Persaingan Idea dan Cabarannya”. Pembahasannya berkaitan dengan pergerakan intelektual dalam dunia Islam dilihat dari sejarahnya dan tipologi pemikirannya. Azhar Ibrahim Alwee sebagai penulis artikel tersebut mendeskripsikan beberapa jenis pergerakan dalam pemikiran Islam, sejak masa Islam klasik hingga masa Islam kontemporer. Deskripsi yang terdapat dalam artikel ini terfokus mengemukakan pokok-pokok dari faktor perkembangan pemikiran, wacana yang dikembangkan, tokoh-tokoh yang memunculkan gagasan-gagasan baru, dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam perkembangannya. Artikel tersebut diperoleh dari situs internet http://www.thereadinggroup.sg/Articles/Pergerakan %20Intelektual%20Dunia%20Islam%20Kontemporari.pdf.
39
B. Literatur yang Ditulis Nurcholish Madjid Sebagian besar karya Nurcholish Madjid merupakan kumpulan dari artikel-artikel dan makalah-makalah beliau yang telah disampaikan dalam berbagai seminar dan dipublikasikan dalam beberapa media cetak. Hal tersebut karena Nurcholish Madjid tidak pernah mencoba untuk mempublikasikan tulisannya berupa buku secara lengkap. Beberapa buku yang memaparkan tulisantulisan Nurcholish Madjid pun disusun oleh cendekiawan lain yang memberikan perhatian cukup besar terhadap pemikiran Nurcholish Madjid. Sebagian besar literatur yang berisi kumpulan tulisan Nurcholish Madjid diterbitkan oleh Paramadina. Penerbit Paramadina merupakan penerbitan bukubuku yang berada di bawah Yayasan Paramadina, sebuah yayasan yang didirikan Nurcholish Madjid beserta rekan-rekannya pada tahun 1986. Setelah yayasan tersebut didirikan, karya-karya Nurcholish Madjid mulai diterbitkan dalam bentuk buku, sehingga pemikirannya secara lebih lengkap pun mudah untuk disebarluaskan. Literatur-literatur yang ditulis sendiri oleh Nurcholish Madjid tersebut merupakan sumber primer yang digunakan peneliti sebagai rujukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan skripsi ini. Literatur pertama yang digunakan peneliti dalam mengkaji pemikiran Nurcholish Madjid yaitu buku Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan, yang diterbitkan Mizan Pustaka pada tahun 1988, kemudian diterbitkan dalam edisi baru pada tahun 2008. Buku tersebut berisi kumpulan artikel-artikel dan beberapa makalah yang ditulis sendiri Nurcholish Madjid. Artikel-artikel dan makalahmakalah yang disusun sebagian besar telah dipublikasikan dalam beberapa media
40
cetak dan dipresentasikan beliau dalam seminar-seminar. Penyunting buku tersebut ialah Agus Edi Santoso. Salah satu makalah dalam buku tersebut, menjadi kajian utama skripsi ini, yaitu yang berjudul “Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat” merupakan naskah pidato Nurcholish Madjid pada acara Malam Silaturahmi Organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Indonesia), GPI (Gerakan Pemuda Islam), PII (Pelajar Islam Indonesia), dan Persami (Persatuan Sarjana Muslim Indonesia) pada tanggal 3 Januari 1970. Beberapa artikel lain yang berkaitan dengan gagasan Sekularisasi dalam rangka Pembaruan Pemikiran Islam terdapat dalam buku ini. Secara garis besar, buku tersebut memaparkan pemikiran Nurcholish Madjid mengenai posisi/ kedudukan Islam sebagai agama yang menjunjung keilmuan dan sangat mendukung wacana-wacana kemodernan, yang kemudian oleh Nurcholish Madjid dihubungkan dengan konteks bangsa Indonesia. Meskipun buku tersebut merupakan kumpulan tulisan, akan tetapi terlihat keterhubungan di antara satu tulisan dengan tulisan lainnya. Hal ini karena tulisan-tulisan Nurcholish Madjid diklasifikasikan dan disusun menurut tema pembahasan yang berkaitan. Penyusunan tulisan Nurcholish Madjid dalam buku tersebut tidak tersusun berdasarkan waktu penulisannya, sehingga peneliti tidak bisa secara langsung memetakan perkembangan pemikiran Nurcholish Madjid. Tetapi, editor buku juga mencantumkan data waktu penulisan (tanggal, bulan, tahun) penulisan setiap artikel di akhir bagian buku tersebut. Sehingga, peneliti dapat menilai dan
41
menginterpretasi perkembangan pemikiran Nurcholish Madjid dengan menyusun kembali tulisan-tulisan Nurcholish Madjid berdasarkan waktu penulisannya. Peneliti pun harus memisahkan dan memilih tulisan-tulisan yang terdapat dalam buku ini, yaitu tulisan yang berkaitan dan dapat berkontribusi dalam penelitian ini dan tulisan yang kurang relevan. Literatur kedua yang ditinjau yaitu buku Pintu-pintu Menuju Tuhan. Buku tersebut berisi kumpulan tulisan-tulisan pendek yang pernah dipublikasikan pada harian Pelita pada kolom “Pelita Hati” pada tahun 1989-1991 dan sebagian pada majalah Tempo. Editor buku terebut yaitu Elza Peldi Taher. Buku yang secara umum membahas beragam masalah, yaitu masalah keimanan, peradaban, etika, moral hingga masalah politik Islam kontemporer ini, diterbitkan pertama kali tahun 1994 oleh Paramadina. Tulisan-tulisan pendek di dalam buku tersebut, sebagian besar membahas substansi dari konsep-konsep pokok dalam ajaran Islam dan permasalahannya, serta penjabarannya dalam realitas kehidupan umat Islam. Walaupun sudut pandang yang dikemukakan lebih banyak menggunakan sumber Al-Qur’an dan Hadits, Nurcholish juga menyertakan pandangan dari segi historisnya. Nurcholish juga banyak mengutip dari kajian Ibnu Taymiyyah. Selain itu, pembahasan setiap artikel-artikel pendek tersebut, tidak saja mencakup pendalaman ilmu keislaman bagi perseorangan, tetapi juga dalam bermasyarakat dan bernegara. Pembahasan yang luas tersebut disusun dalam tujuh bagian yang mencakup tujuh tema pokok ajaran Islam.
42
Kumpulan artikel dalam buku tersebut disusun dalam tema-tema tertentu, secara berurutan sebagai berikut: 1) tauhid dan iman, 2) sejarah dan peradaban, 3) tafsir, 4) etik dan moral, 5) spiritual, 6) pluralisme dan kemanusiaan, 7) sosial dan politik. Permasalahan yang dibahas tidak saja permasalahan yang dialami umat Islam di Indonesia, akan tetapi juga dihubungkan dengan isu-isu global yang relevan. Sebagai kumpulan tulisan dari kolom-kolom di media cetak, tulisan Nurcholish mudah dipahami karena disajikan secara singkat dan padat. Walaupun begitu, literatur tersebut cukup membantu peneliti untuk menafsirkan konsistensi ide-ide pembaruan pemikiran Islam yang dikemukakan Nurcholish. Hal tersebut membantu peneliti dalam menggambarkan perkembangan pemikiran Nurcholish mengenai pembaruan pemikiran Islam di Indonesia. Buku Islam, Doktrin dan Peradaban yang menjadi literatur ketiga dalam tinjauan pustaka ini merupakan kumpulan artikel Nurcholish Madjid pada dekade 80-an. Peneliti memperoleh buku tersebut berupa ebook yang dipublikasikan oleh Yayasan Paramadina di situs internet http://media.isnet.org/islam/Paramadina/ Doktrin/index.html. Buku ini telah diterbitkan dalam versi cetak, pertama kali pada tahun 1992 oleh penerbit Paramadina dengan judul Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah. Kajian
Nurcholish
Madjid
dalam
setiap
artikel
buku
tersebut
menggunakan pendekatan historis. Pembahasannya yaitu mengenai kajian ilmu Agama Islam dan permasalahan-permasalahan yang terjadi akibat perbedaan pendapat di antara umat Islam. Pada bagian akhir artikel, Nurcholish sering memberikan pesan yang menganjurkan toleransi dalam rangka menghormati
43
sesama umat Islam. Rujukan yang banyak dikutip ialah kajian Ibnu Taymiyyah. Sebagai tokoh yang telah mengkaji pemikiran Ibnu Taymiyyah dalam disertasi doktoralnya, Nurcholish memiliki kecenderungan untuk mengutip pemikirannya. Terdapat tujuh bagian yang mencakup tema-tema pokok pembahasan ilmu Agama Islam yang dijelaskan dalam buku tersebut. Pada bagian pertama dijelaskan mengenai Disiplin Keilmuan Tradisional Islam tentang Ilmu Kalam, sebagai tinjuan kritis sejarah perkembangannya. Bagian kedua, dipaparkan konsep-konsep penting dalam Falsafah Islam, keterkaitan antara Islam dengan Hellenisme dalam sejarahnya. Bagian ketiga sebagai kajian atas disiplin keilmuan Islam pokok lainnya, dibahas mengenai Fiqih ditinjau dari makna kesejarahannya. Bagian keempat pada buku tersebut lebih khusus membahas paham Asy’ariyah sebagai salah satu doktrin Aqidah Islamiyah. Hal tersebut dihubungkan dengan Islam di Indonesia yang sebagian besar menganut paham Sunni. Bagian kelima merupakan kajian atas Tasawuf berkaitan dengan penghayatan keagamaan Islam. Bagian keenam dipaparkan mengenai dinamika Islam Klasik yang terfokus pada masyarakat Salaf. Pada bagian akhir buku tersebut, Nurcholish menyajikan segi praktis dari berbagai disiplin keilmuan Islam yang dibahas pada bab sebelumnya, yaitu kasus ijtihad yang dilakukan ’Umar Ibn Al-Khattab. Penyajian bagian terakhir tersebut berkaitan dengan makna dari ketentuan keagamaan dalam Islam. Peneliti memperoleh cukup gambaran atas pemahaman Nurcholish mengenai perkembangan pemikiran agama Islam di Indonesia melalui buku tersebut. Walaupun pada umumnya dibahas permasalahan yang mencakup dunia
44
Islam yang luas, akan tetapi kajiannya sering dihubungkan dengan kondisi Islam di Indonesia. Selain itu, peneliti dapat menafsirkan latar belakang dari pemikiran Nurcholish melalui buku tersebut. Literatur keempat merupakan kumpulan beberapa artikel Nurcholish Madjid yang pernah dipublikasikan sekitar tahun 1983-1984 dan artikel-artikel yang disampaikan di seminar-seminar pada tahun 1996-1998. Buku tersebut diterbitkan Paramadina tahun 1999 dengan judul Cita-Cita Politik Islam. Kemudian pada tahun 2009 diterbitkan atas kerjasama Paramadina dengan penerbit Dian Rakyat. Penyuntingnya ialah Muhamad Wahyuni Nafis. Di dalam buku tersebut, terdapat tujuh artikel yang ditulis Nurcholish Madjid. Beberapa artikel di dalam buku tersebut mengalami proses penyuntingan oleh editor. Artikel yang mengalami proses penyuntingan merupakan artikelartikel yang ditulis sebelum “era reformasi” atau sebelum rezim Presiden Soeharto berakhir (21 Mei 1998). Editor mempertimbangkan beberapa pernyataan dalam artikel-artikel tersebut sebagian telah terjadi dalam realitas saat itu, bahkan beberapa
hal
dianggap
sudah
berlalu.
Penyuntingan
dilakukan
untuk
menghilangkan bagian-bagian tertentu yang dianggap tidak perlu diketahui dan penambahan kalimat untuk penyesuaian pembahasan. Artikel-artikel yang disunting, yaitu artikel “Suatu Tatapan Islam terhadap Masa Depan Politik Indonesia”, yang pernah dipublikasikan di majalah Prisma Ekstra tahun 1984, disunting menjadi “Islam dan Masa Depan Politik Indonesia” dan artikel “Cita-cita Politik Kita” yang pernah dimuat dalam buku Aspirasi Umat Islam Indonesia, yang diterbitkan tahun 1983 oleh Lembaga Penunjang
45
Pembangunan Nasional (Lappenas). Juga tiga artikel lainnya yang disampaikan Nurcholish Madjid dalam seminar-seminar sekitar tahun 1996. Artikel tersebut ialah artikel berjudul “ABRI dan Masa Depan Demokrasi Indonesia” yang disampaikan pada Seminar Sesko ABRI di Bandung pada tanggal 19 Maret 1996; “Potensi Dukungan Budaya Nasional bagi Reformasi Politik” sebagai bahan Seminar KAHMI (Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam) tanggal 21-22 Agustus 1996 di Surabaya; dan artikel “Memberdayakan Masyarakat, Menuju Negeri yang Adil, Terbuka dan Demokratis” disampaikan pada Pidato Sambutan Peringatan Ulang Tahun ke-10 Yayasan Wakaf Paramadina di Jakarta tanggal 31 Oktober 1996. Sebagian besar tulisan Nurcholish disusun oleh pihak lain yang memberikan perhatian kepada gagasan-gagasan beliau, sehingga subyektifitas menjadi hal penting yang harus dikritisi. Seperti contohnya, dalam artikel berjudul “Islam dan Masa Depan Politik Indonesia”, terdapat pembahasan yang relevan dengan wacana keislaman dan kemodernan yang berkaitan dengan pembaruan pemikiran Islam. Akan tetapi, peneliti harus mengkritisi konteks pembahasan Nurcholish sesuai dengan kondisi Indonesia tahun 1996, bukan pada masa setelah “era reformasi” saat buku tersebut diterbitkan. Pada artikel-artikel berikutnya yang tidak mengalami proses penyuntingan, pembahasan artikel berada pada konteks Islam di Indonesia dalam kondisi Era Reformasi di Indonesia. Berdasarkan artikel-artikel tersebut, dapat dilihat perkembangan gagasan pembaruan pemikiran Islam yang lebih terfokus kepada pembangunan peradaban. Sehingga, tidak saja permasalahan berkaitan dengan
46
cita-cita bermasyarakat dan bernegara, wacana keislaman dalam konteks politik dihubungkan
dengan
pembangunan
peradaban.
Konsep
“Khalifah”
dan
“Reformasi Bumi” juga menjadi pembahasan utama yang menekankan orientasi pemikiran Nurcholish menjadi lebih luas. Pemikiran mengenai visi dan etika dalam konteks kenegaraan secara internasional, menjadi perhatian Nurcholish dalam mewujudkan visi Islam. Tulisan Nurcholish Madjid yang tidak mengalami penyuntingan yaitu artikel “Menata Kembali Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara Menuju Peradaban Baru Indonesia” dan “Kalam Kekhalifahan Manusia dan Reformasi Bumi”. Artikel yang pertama disebutkan disampaikan pada Studium Generale di Universitas Paramadina Mulya tahun 1998, sedangkan artikel berikutnya merupakan bahan Pidato Pengukuhan Guru Besar Luar Biasa dalam Bidang Ilmu Filsafat Islam di IAIN Syarif Hidayatullah pada tanggal 10 Agustus 1998. Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah merupakan literatur kelima yang peneliti kaji dalam bab tinjauan pustaka ini. Buku tersebut diterbitkan oleh Paramadina, pada tahun 1995. Edisi baru buku tersebut pada tahun 2008 diterbitkan dengan kerjasama antara penerbit Paramadina dan Dian Rakyat. Sama seperti buku Cita-cita Politik Islam, penyuntingnya ialah Muhamad Wahyuni Nafis. Buku tersebut merupakan hasil pemikiran-pemikiran Nurcholish Madjid yang pernah ditulis untuk acara dialog Klub Kajian Agama (KKA) di Paramadina. Tema yang dibahas dalam buku tersebut yaitu terfokus pada makna dan implikasi penghayatan iman terhadap perilaku sosial. Nurcholish Madjid – seperti
47
halnya sering dikemukakan dalam tulisan-tulisannya yang lain- menekankan tema-tema pokok ajaran Islam, agar umat Islam Indonesia dapat membedakan nilai-nilai Islam yang bersifat fundamental atau transendental dari ajaran yang sekunder atau temporal. Pembahasan tema “Mitos dalam Agama dan Budaya” misalnya, dalam pembahasan tersebut Nurcholish menjelaskan tinjauan historis mengenai adanya mitos dalam budaya manusia yang kemudian dihubungkan dengan kebangkitan rasionalisme di Eropa. Berbeda dengan respon yang diberikan masyarakat Eropa/ Barat saat itu yang kemudian memisahkan antara ilmu dan iman, bahwa terdapat kebenaran ganda yang tidak dapat didamaikan, yaitu kebenaran keimanan (agama) dan kebenaran keilmuan (falsafah). Nurcholish menekankan bahwa dalam Islam, atas penafsiran pemikiran Ibnu Rusyd, bahwa kebenaran adalah tunggal, namun kemampuan
manusia
memahaminya
berbeda-beda
tergantung
kapasitas
intelektualnya, yaitu pemahaman rasional, pemahaman retorik dan pemahaman dialektis. Pembahasan dalam buku tersebut terbagi ke dalam tiga bagian. Bagian pertama yaitu mengenai Pendekatan Sejarah dalam Memahami Doktrin dan Peradaban Islam. Pada bagian ini, dipaparkan pendekatan-pendekatan historis yang dapat digunakan untuk memahami fenomena-fenomena penting yang dijelaskan dalam Al-Qur’an. Bagian kedua yaitu Konsep-konsep Corak Keberagaman, merupakan penjelasan atas corak-corak keagamaan yang merefleksikan beberapa wacana keagamaan di Indonesia. Beberapa wacana yang dibahas menekankan pada penafsiran serta analisis terhadap kondisi keagamaan di
48
luar Islam, seperti tentang Ahlul Kitab, Mesianisme, dan Atheisme. Sedangkan wacana keagamaan dalam agama Islam meliputi pembahasan tentang neosufisme, tarekat, dan kultus. Pada bagian ketiga, sebagai bagian terakhir dalam buku ini, dibahas pemaknaan Islam dalam pengalaman dan ritual keagamaan. Pada bagian inilah Nurcholish Madjid mengemukakan analisis dan refleksinya terhadap kondisi umat Islam Indonesia yang pada umumnya masih terikat pada mitos dan tradisi jahiliyah. Penjelasannya pada bagian ini mengenai pokok-pokok ajaran Islam yang mendasar berkaitan dengan penjelasan sudut pandang Barat atau kaum Orientalis terhadap Islam. Pendekatan historis serta pemaparan yang selalu dihubungkan dengan AlQur’an dan Sunnah dalam buku tersebut, mempertegas analisis dalam setiap tulisannya. Sebagai materi untuk kajian keagamaan, buku tersebut mengarahkan pembacanya lebih memahami maksud di balik ajaran-ajaran pokok agama secara kritis berdasarkan pendekatan sejarahnya. Peneliti dapat menggunakan buku tersebut untuk menafsirkan pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sekularisasi, terutama pembahasan mengenai pemaknaan Islam dihubungkan dengan perbedaan atas ajaran yang fundamental dengan ajaran yang temporer. Buku tersebut juga berkontribusi bagi penelitian ini dalam menafsirkan landasan pemikiran/ latar belakang dari pemikiran Nurcholish Madjid atas Pembaruan Pemikiran Islam. Buku Tradisi Islam, Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia yang ditulis Nurcholish Madjid merupakan literatur keenam yang digunakan peneliti dalam tinjauan pustaka ini. Buku tersebut diterbitkan pada
49
tahun 1997 oleh Paramadina, kemudian pada tahun 2008 diterbitkan kembali atas kerjasama penerbit Dian Rakyat dengan Paramadina. Editornya ialah Kasnanto. Tidak berbeda dengan buku-buku lainnya, buku tersebut pun merupakan kumpulan tulisan Nurcholish Madjid yang seluruhnya disampaikan dalam beberapa seminar dan kajian-kajian. Akan tetapi, editor buku tersebut tidak mencantumkan data waktu artikel-artikel tersebut dipublikasikan pertama kali. Pembahasan dibagi ke dalam empat bagian, yaitu mengenai kajian Ilmiah Islam di Indonesia, peran umat Islam Indonesia menghadapi Era Tinggal Landas, dimensi sosial budaya Pembangunan di Indonesia, dan Demokrasi di Indonesia. Artikel-artikel di dalam buku tersebut disampaikan Nurcholish pada masa sebelum Era Reformasi di Indonesia, sehingga konteks pembahasannya pun disesuaikan dengan kondisi sosial, budaya, dan politik saat itu. Pemaparan Nurcholish mengenai kondisi umat Islam saat itu dalam buku tersebut menggambarkan kritik dan sudut pandang beliau dalam melihat peluang program pembangunan pemerintah Orde Baru bagi peningkatan wawasan pendidikan dan keagamaan umat Islam Indonesia. Permasalahan intelektualitas umat Islam di Indonesia juga dihubungkan dengan kondisi sosial dan budaya. Relevansi dengan kondisi politik dibahas dalam bab tersendiri, berkaitan dengan pelaksanaan Demokrasi di Indonesia. Pembahasan dalam buku Tradisi Islam, Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia tidak jauh berbeda dengan buku kumpulan tulisan Nurcholish lainnya, tetap mengemukakan gagasan Nurcholish dalam menyatukan visi “keislaman dan keindonesiaan”. Menjadi ciri khas dari tulisan Nurcholish
50
untuk memaparkan keterkaitan antara wacana Indonesia dengan wacana Islam di Indonesia. Hal tersebut berhubungan dengan program pembangunan saat itu. Oleh karena itu, pembahasannya pun berkaitan dengan tema modernisasi, sehingga harus ada interaksi antara tradisi Islam dengan ide-ide baru dari luar Indonesia. Dari buku tersebut, peneliti dapat mengkaji pemahaman Nurcholish mengenai kondisi umat Islam pada masa itu. Literatur berikutnya merupakan kumpulan tulisan yang disusun dari kumpulan materi khutbah Shalat Jum’at yang disampaikan Nurcholish di aula Yayasan Paramadina. Buku berjudul Atas Nama Pengalaman : Beragama dan Berbangsa di Masa Transisi merupakan penyusunan kembali kumpulan materi khutbah shalat jum’at berjudul Pesan-pesan Takwa: Kumpulan Khutbah Jum’at di Paramadina yang diterbitkan Desember tahun 2000. Sedangkan buku Atas Nama Pengalaman : Beragama dan Berbangsa di Masa Transisi diterbitkan Agustus tahun 2002 oleh penerbit Paramadina dengan editornya ialah Ahmad Gaus A.F. Buku tersebut berisi dialog antara jamaah shalat Jum’at di aula Yayasan Paramadina dengan Nurcholish Madjid sebagai khotib. Walaupun begitu, selain berisi dialog mengenai tema keagamaan, sebagian besar tema yang dibahas merupakan isu-isu politik yang menjadi wacana publik dan media massa pada saat itu. Kumpulan tulisan tersebut merupakan hasil transkripsi editor terhadap kasetkaset rekaman dialog Jum’at di Paramadina. Kumpulan tulisan tersebut telah disunting sebelumnya oleh editor, sehingga ditampilkan berupa pertanyaan-pertanyaan dan jawaban langsung Nurcholish Madjid dalam dialog Jum’at tersebut. Pada akhir setiap artikel, editor
51
mencantumkan data waktu (tanggal, bulan, dan tahun) agar pengkajiannya dapat disesuaikan dengan kondisi saat itu. Buku yang menyajikan dialog tentang ajaran agama Islam serta perwujudannya dihubungkan dengan isu-isu kontemporer saat itu membantu menafsirkan latar belakang keagamaan Nurcholish. Konsistensi atas beberapa konsep yang dikemukakannya sejak awal pembaruan pemikiran Islam dan penerapannya dalam konteks waktu yang terus mengalami perubahan sangat penting ditinjau untuk penelitian ini. Sebagai contohnya, dalam dialog tanggal 24 Maret 2000 dalam buku tersebut mengenai “Beriman kepada Allah, tetapi Musyrik”. Nurcholish menekankan penghayatan makna lafadz Lâ Ilâha Illallâh (Tiada Tuhan selain Allah) untuk menghilangkan ketergantungan terhadap hal-hal yang musyrik (menyekutukan Allah) dengan sekularisasi. Secara lebih jelas beliau menjelaskan: …Kenapa kita sekarang dengan rileks memasang gambar Garuda itu di kantor-kantor kita, padahal itu ‘kan kendaraannya Dewa Wisnu? Apakah kita tidak takut musyrik? Tidak, karena garuda itu sudah kita “bunuh” begitu rupa, sehingaa fungsinya sekarang tinggal dekorasi atau ornamen. Sebagai orang Islam kita memang harus begitu. Contoh lain adalah lambangnya kampus ITB di Bandung, yaitu Patung Ganesha. Itu lebih gawat lagi, karena Ganesha itu Dewa Ilmu. Apakah para mahasiswa ITB ngalap barkah dari patung Ganesha itu? Jelas tidak. Mereka memakai jaket dengan gambar Ganesha sebagai dewa sudah “dibunuh” atau sudah terkena Lâ Ilâha Illallâh itu. Nah, proses ini penting. Dan itu sebetulnya yang secara sosiologis disebut sekularisasi, devaluasi, atau kadang-kadang juga disebut demitologisasi. Literatur kedelapan merupakan kumpulan artikel yang diperoleh dari situs http://media.isnet.org/v01/islam/Paramadina/Konteks/toc.html.
Buku
yang
disusun dari kumpulan tulisan cendekiawan-cendekiawan Muslim Indonesia tersebut membahas mengenai tema-tema doktrin Islam dalam Al-Qur’an dengan 52
pendekatan historis. Peneliti meninjau tulisan-tulisan Nurcholish Madjid saja yang terdapat di dalam buku tersebut. Buku tersebut berjudul Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah. Sebenarnya buku tersebut telah diterbitkan dalam bentuk cetak pada tahun 1994 oleh penerbit Paramadina, dengan editornya yaitu Budhy Munawar Rachman. Judul buku yang telah dicetak itu yaitu Kontekstualisasi Doktrin Islam, Bunga Rampai Pemikiran Cendekiawan Muslim Indonesia. Yayasan Paramadina kemudian mempublikasikannya dalam bentuk ebook dengan format yang sama dengan buku versi cetaknya. Tulisan-tulisan Nurcholish yang disusun di dalam buku tersebut tersebar dalam setiap bab pembahasan. Pada bab pertama mengenai persoalan penafsiran Al-Qur’an, Nurcholish memaparkan “Masalah Ta'wil sebagai Metodologi Penafsiran Al- Qur'an”. Pada bagian kedua, membahas “Konsep-konsep Kebahagiaan dan Kesengsaraan” dalam kajian konsep-konsep dasar dalam AlQur’an. Bagian ketiga dengan tema Disiplin Ilmu Keislaman Tradisional: Teologi, Filsafat, Tasawuf dan Hadits, Nurcholish membahas konteks hadits dalam artikel berjudul “Pergeseran Pengertian Sunnah Ke Hadits, Implikasinya Dalam Pengembangan Syari'ah”. Pada bagian keempat buku tersebut, Nurcholish Madjid memaparkan empat artikel yang berkaitan dengan Fiqih dalam realitas umat Islam. Empat artikel tersebut yaitu: 1) Sejarah Awal Penyusunan dan Pembakuan Hukum Islam, 2) Tradisi Syarah dan Hasyiyah dalam Fiqh dan Masalah Stagnasi Pemikiran Hukum Islam, 3) Taqlid dan Ijtihad Masalah Kontinuitas dan Kreativitas dalam
53
Memahami Pesan Agama, dan 4) Pandangan Kontemporer Tentang Fiqh, Telaah Problematika Hukum Islam di Zaman Modern. Di bagian kelima buku tersebut, Nurcholish juga menjelaskan cukup banyak artikelnya dibandingkan tokoh cendekiawan lain. Terdapat lima artikel yang berada dalam tema pembahasan dimensi Esoteris Ibadah dalam Islam dan implikasinya pada pengembangan Etika Sosial. Artikel-artikel tersebut mencakup kajian mengenai shalat, puasa, simbol-simbol dalam ekspresi keagamaan, keterkaitan antara islam, iman, dan ihsan serta permasalahan mengenai penghayatan keagamaan populer dan masalah religiomagisme. Pada bagian kelima ini, peneliti memperoleh deskripsi mengenai pandangan Nurcholish atas realitas penghayatan keagamaan umat Islam di Indonesia. Hal tersebut dapat membantu peneliti untuk mengetahui latar belakang dari pemikiran Nurcholish mengemukakan pembaruan dalam pemikiran Islam di Indonesia. Di bagian akhir buku tersebut, terdapat empat artikel Nurcholish yang berkontribusi terhadap penelitian ini. Tema pembahasan bagian ketujuh yaitu Dimensi Sosial Ajaran Islam. Empat artikel yang dipaparkan Nurcholish Madjid mencakup pembahasan kehidupan sosial Nabi Muhammad SAW sebagai nabi penutup dalam Islam, potensi Islam di Indonesia sebagai sumber ideologi dan etos nasional, tinjauan hubungan agama dengan negara, serta tinjauan singkat mengenai proses perpecahan sosial-keagamaan Islam. Artikel berjudul “Islam di Indonesia dan Potensinya Sebagai Sumber Substansiasi Ideologi dan Etos Nasional” dan “Agama dan Negara dalam Islam Telaah atas Fiqh Siyasy Sunni” di bagian akhir buku tersebut, memberikan
54
kontribusi dalam menjelaskan gagasan modernisasi yang dihubungkan dengan pembaruan pemikiran Islam. Walaupun tulisan-tulisan Nurcholish berada dalam tema pembahasan yang sama dengan tulisan para cendekiawan muslim lain dalam buku tersebut, tetapi setiap tulisan memiliki kemandirian dalam pemaparannya. Literatur selanjutnya berupa kumpulan artikel yang dimuat dalam rubrik Kolom Nurcholish Madjid di harian Suara Merdeka sekitar bulan Mei 2003 hingga Februari 2004. Artikel-artikel tersebut diperoleh dari situs internet http://www.suaramerdeka.com/harian. Sebagian besar tulisannya membahas pandangan-pandangan
beliau
mengenai
Islam
dalam
kaitannya
dengan
modernisasi, pluralisme, toleransi serta wacana-wacana politik saat itu. Salah satunya, artikel yang dipublikasikan tanggal 13 september 2003 berjudul “Islam Terlalu Modern”. Pembahasannya mencakup esensi ajaran Islam yang antikekerasan. Dianggap mengklarifikasi wacana kekerasan yang dilakukan oleh umat Islam, sebagai akibat dari perbedaan pendapat, Nurcholish mengembalikan lagi permasalahan tersebut kepada esensi ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Pemaparan
secara
singkat
dalam
kolom-kolom
tersebut
tidak
menghilangkan esensi dan maksud dari gagasan Nurcholish. Tinjauan peneliti terhadap tulisan-tulisan tersebut membantu dalam menggambarkan perkembangan pemikiran beliau dan peranan Nurcholish dalam wacana sosial-politik di Indonesia saat itu. Literatur terakhir yang ditinjau dalam bab ini merupakan artikel Nurcholish Madjid dalam Jurnal Pemikiran Islam Paramadina. Artikel tersebut
55
diperoleh dari situs http://media.isnet.org/islam/Paramadina/Jurnal/index.html. Artikel berjudul “Islam dan Politik Suatu Tinjauan atas Prinsip-Prinsip Hukum dan Keadilan” tersebut menekankan orientasi Nurcholish terhadap politik dan Islam. Beberapa
pendapat
yang
kontra
terhadap
pemikiran
sekularisasi
Nurcholish Madjid sering memberikan konotasi negatif terhadap beliau sebagai tokoh yang “sekuler”. Akan tetapi, di dalam artikel tersebut Nurcholish mengemukakan prinsip dasar dalam Islam bahwa antara agama dan politik tidak dapat dipisahkan. Contoh yang kemudian dipaparkannya yaitu mengenai kehidupan masyarakat Madinah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Berkaitan dengan masalah kepemimpinan yang dialami Indonesia, prinsip keadilan hukum menjadi hal penting yang harus ditegakkan. Keadilan dalam Islam sebenarnya dapat membawa kehidupan bernegara menjadi lebih baik hingga dapat terbentuk sebuah peradaban. Pada akhir artikel tersebut, Nurcholish menekankan bahwa Islam memiliki sistem politik yang modern, yang hanya dapat diwujudkan jika Al-Qur’an dan Sunnah Nabi menjadi pedoman. Kekurangan dari artikel ini yaitu kurang jelasnya data waktu jurnal tersebut, sehingga peneliti harus meninjau kembali dengan perbandingan sumber.
56