BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan 2.1.1. Pengertian Pertumbuhan Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan adalah bertambah besarnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang dikutip oleh Syahzan (2006), adanya multiplikasi dan pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak adanya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa. Jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang ervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki. Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebi dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah (Nursalam, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Soetjiningsih (2002), menjelaskan bahwa pada umumnya pertumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu : 1. perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa. 2. hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif, pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder, dan perubahan lainnya. 3. kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-masa tertentu, yaitu masa prenatal, bayi, dan adolensi dimana terjadi pertumbuhan cepat dari masa pra sekolah dan masa sekolah, dimana pertumbuhan berlangsung lambat. Kalau tiap organ diukur beratnya, maka kemajuan atau pola pertumbuhan akan berbeda-beda. Ada organ yang menunjukkan permulaan petumbuhan sangat dini dan ada pula yang mulainya sangat terlambat. Demikian pula ada yang mempunyai pola yang sangat cepat, sehingga dalam waktu yang sangat pendek telah mencapai bentuk organ biasa, sedangkan yang lain pola pertumbuhannya sangat perlahan sehingga mencapai bentuknya yang dewasa pada umur yang sudah lanjut (Sediaoetama, 2004). Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya, tetapi lebih dari itu, gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh (Depkes RI, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka disebut gizi seimbang atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan disebut gizi kurang. Dalam keadaan gizi baik dan sehat atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak akan normal, sebaliknya bila dalam keadaan gizi tidak seimbang, pertumbuhan seorang anak akan terganggu, misalnya anak tersebut akan kurus, pendek, atau gemuk (Depkes RI, 2002). Kalau seorang anak sejak lahir diukur berat badannya secara periodik misalnya setiap tiga bulan sekali, maka akan terdapat suatu gambaran atau pola pertumbuhan anak tersebut. Studi serial dengan waktu berturut-turut dari satu subyek tertentu, disebut studi longitudinal, dimana pada suatu saat tertentu dipelajari sejumlah individu yang disebut populasi. Ternyata bahwa pola pertumbuhan sejak lahir sampai meninggal tidak merupakan suatu garis lurus, tetapi terdiri dari atas beberapa bagian yang menunjukkan kecepatan tumbuh yang cepat, diselingi oleh kecepatan tumbuh lambat. Pertumbuhan seorang anak praktis dianggap berhenti setelah mencapai umur dewasa, karena sudah sangat lambat, sehinga dapat diabaikan. Disini tubuh sudah akan tidak banyak lagi menambah bahan baru kepada sel atau jaringan, tetapi hanya menggantikan bahan-bahan yang telah rusak atau aus terpakai (Sediaoetama, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Pengertian Perkembangan Perkembangan (development) adalah berkembangnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, organ-organ, dan system organ yang berkembang sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjinigsih, 2002). Prinsip-prinsip perkembangan pada anak akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Perkembangan melibatkan perubahan Tujuan perubahan perkembangan ialah realisasi diri atau pencapaian kemampuan genetik atau aktualisasi diri yaitu upaya untuk menjadi orang yang terbaik secara fisik dan mental. Ini merupakan dorongan untuk melakukan apa saja yang sesuai baginya untuk merasa bahagi dan puas, orang harus diberikan kesempatan untuk memenuh dorongan tersebut. Beberapa jenis perubahan yang terjadi dalam dalam perkembangan adalah : a. perubahan ukuran, termasuk disini perubahan fisik dalam tinggi, berat organ dalam dan sekeliling serta perubahan dalam memori, penalaran, persepsi, dan imajinasi kreatif. b. perubahan proporsi, anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa dalam proporsi fisiknya. Mereka juga tidak memiliki miniature mental orang dewasa. Kemampuan imajinatif mereka berkembang lebuh baik daripada kemampuan
Universitas Sumatera Utara
penaarannya, sehingga sedangkan yang terjadi pada orang dewasa justru sebaliknya.. c. hilangnya cirri lama,misalnya kelenjar thymus setelah pubertas dan rambut serta gigi bayi, kehilangan kegunaaannya, cirri itu secara bertahap mengalami atrofi, seperti halnya beberapa ciri bawaan psikologis dan perilaku seperti gerak dan bicara bayi serta imajinasi yang sangat luas. d. mendapatkan ciri baru, seperti ciri fisik yang baru termasuk gigi tetap dan karakteristik jenis kelamin primer dan sekunder, ciri mental yang baru termasuk perhatian dalam seks, standar moral, dan keyakinan agama. 2. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya Petunjuk ilmiah pertama yang penting dari pentingnya tahun-tahun awal berasal dari penelitian Freud tentang kesulitan penyesuaian kepribadian. Kesulitan seperti itu dikatakan Freud dapat dilacak sampai ke suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di masa kanank-kanak. Kondisi yang mempengaruhi dasar awal perkembangan pada anak adalah : a. hubungan antarpribadi yang menyenangkan, hubungan yang menyenangkan terutama dengan anggota keluarga akan mendorong anak mengembangkan kecendrungan menjadi terbuka dan menjadi lebih berorientasi kepada orang lain b.keadaan emosi, ketiadaan hubungan emosional akibat penolakan anggota keluarga atau perpisahan dengan orang tua, seringkali menimbulkan gangguan kepribadian. Sebaliknya pemuasan emosional mendorong perkembangan kepribadian.
Universitas Sumatera Utara
c. metode melatih anak, anak-anak yang dibesarkan orang tua yang permisif ketika besar cenderung kehilangan rasa tanggung jawab, mempunyai kendali emosional yang buruk, dan sering berprestasi rendah dalam melakukan sesuatu. Mereka yang dibebaskan oleh orang tua yang demokratik atau sedikit otoriter penyesuaian pribadi dan sosialnya lebih baik. d. peran yang dini, anak pertama yang seringkali diharapkan bertanggung jawab di rumah dan menjaga anak yang lebih kecil dapat mempunyai kepercayaan diri yang lebih besar daripada saudaranya yang lahir sesudahnya tetapi mungkin juga mempunyai kecendrungan ntuk mengembangkan kebiasaan memerintah sepanjang hidupnya. e. struktur keluarga di masa kanak-kanak, seorang anak yang berasal dari sebuah keluarga yang besar, siap dan perilakunya cenderung otoriter, sedangkan yang berasal dari keluarga yang bercerai atau berpisah. f. rangsangan lingkungan, lingkungan yang merangsang merupaka salah satu pendorong perkembangan kemampuan anak yang diturunkan. Bercakap-cakap dengan bayi atau menunjukkan gambar bercerita pada seorang anak prasekolah mendorong minat dalam belajar berbicara dan keingina untuk mambaca. Lingkungan yang merangsang mendorong perkembangan fisik dan mental yang baik,
sedangkan
lingkungan
yang
tidak
merangsang
menyebabkan
perkembangan anak di bawah perkembangannya.
Universitas Sumatera Utara
3. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar Proses kematangan intrinsik adalah terbukanya karakteristik yang secara potensial ada pada individu yang berasal dari warisan genetik individu. dalam fungsi filogenetik yaitu fungsi umum ras, misalnya merangkak, duduk, dan berjalan, perkembangan berasal dari proses kematangan. Sesungguhnya latihan hanya memberi sedikit
keuntungan.
Sebaliknya
mengendalikan
lingkungan
dengan
cara
memngurangi kesempatan berlatih akan menghalangi perkembangan. Berbeda halnya dalam fungsi ontogenik yaitu fungsi khas individu misalnya berenang, melempar bola, naik sepeda, atau menulis diperlukan latihan. Tanpa latihan, perkembangan tidak akan terjadi. Kecendrungan yang diwariskan tidak dapat matang sepenuhnya tanpa dukungan lingkungan. 4. Pola perkembangan dapat diramalkan Studi longitudinal mengenai kecerdasan telah mengungkapkan bahwa pola perkembangan mental dapat diramalkan seperti halnya pola perkembangan fisik. Hasil beberapa studi longitudinal meliputi berbagai segmen daur hidup sejak bayi hingga usia 50 tahun menunjukkan bahwa bagian utama dari pertumbuhan mental muncul pada saat bayi berkembang paling cepat, yaitu selama 16 hingga 18 tahun pertama. Juga terdapat pola perkembangan yang dapat diramalkan untuk berbagai fungsi kecerdasan, seperti daya ingat dan penalaran, yang merupakan kecerdasan umumnya.
Universitas Sumatera Utara
5. Pola perkembangan mempunyai karakteristik yang dapat diramalkan Tidak saja pola perkembangan dapat diramalkan, tetapi ia mempunyai karakteristik tertentu yang sama dan dapat diramalkan. Studi perkembangan telah menunjukkan bahwa terdapat sejumlah karakteristk yang dapat diramalkan, diantaranya adalah : -
ukuran kematangan, pada usia yang agak awal kita dapat meramalkan bagaimana keadaan fisik seseorang ketika ia dewasa nanti.
-
perencanaan pendidikan, dapat didasarkan atas bakat ketarampilan kecerdasan awal anak.
-
persiapan untuk tahapan berikutnya, pada setiap tahapan perkembangan anak dapat disiapkan untuk tahapan berikutnya.
-
perencanaan pekerjaan, perkembangan fisik, kecerdasan, dan kepribadian awal memberi petunjuk tentang apa saja yang dapat dikerjakan anak ketika ia dewasa. Petunjuk ini dapat digunakan orang tua dan guru untuk merencanakan pendididkan bagi pekerjaan anak kelak.
-
adopsi, karena pola awal perkembangan fisik dan mental dapat meramalkan perkembangan di masa datang, hal itu dapat digunakan sebagai pedoman memilih bayi untuk di adopsi.
Universitas Sumatera Utara
6. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak mengikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri. Beberapa anak berkembang dengan lancar, bertahap dan langkah demi langkah, sedangkan yang lain bergerak dengan kecepatan melonjak. Beberapa diantaranya menunjukkan sedikit penyimpangan, sedangkan pada yang lain banyak terjadi penyimpangan. Perbedaan perkembangan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kemampuan bawaan, suasana emosional, apakah seseorang mempunyai dorongan intelektual yang kuat, dan apakah seseorang mempunyai kesempatan untuk mengalami dan belajar. 7. Periode pola perkembangan Walaupun perkembangan berlangsung secara berkesinambungan, terdapat bukti bahwa pada berbagai usia ciri bawaan tertentu lebih menonjol daripada yang lain karena perkembangannya terjadi lebih cepat.Oleh karena itu dimungkinkan untuk menandai periode utama yang ditunjukkan oleh jenis perkembangan tertentu yang membayangi lainnya. Karena adanya variasi individual, batas usia untuk periode ini hanya dapat diramalkan secara kasar. Dalam pola perkembangan, beberapa periode ditandai oleh “keseimbangan” dan yang lain oleh “ketidakseimbangan”. Pada yang pertama, anak menyesuaikan diri dengan baik dan mudah ditangani. Sedangkan pada yang kedua penyesuaian tampaknya terganggu oleh kondisi dari dalam atau oleh faktor lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
8. Adanya harapan sosial dalam periode perkembangan Dalam setiap kelompok budaya, pengalaman telah menunjukkan bahwa pada orang dapat mempelajari pola perilaku dan keterampilan tertentu dengan lebih mudah dan berhasil pada usia-usia tertentu ketimbang saat lainnya. Kelompok ini kemudian mengharapkan setiap individu bersikap sesuai dengan waktu perkembangan ini. Harapan sosial dikenal juga dengan tugas perkembangan. Berikut ini adalah tujuan tugas perkembangan : a. tugas perkembangan ini bertindak sebagai pedoman untuk membantu para orangtua dan guru guna mengetahui apa yang harus dipelajari anak pada usia tertentu. b. tugas perkembangan menimbulkan kekuatan motivasi bagi anak-anak untuk belajar hal-hal yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia tersebut. c. tugas perkembangan menunjukkan pada para orang tua dan gru tentang apa yang diharapkan dari mereka di masa mendatang. Dengan demikian mereka menyadari perlunya menyiapkan anak untuk menghadapi harapan baru tersebut. 9. Setiap bidang perkembangan mengandung bahaya yang potensial Walaupun pola perkembangan bergerak normal, kadang-kadang pada setiap usia terdapat bahaya di beberapa bidang perkembangan yang mengganggun pola normal ini. Beberapa hal ini berasal dari lingkungan sedangkan yang lain timbul dari dalam diri. Terlepas dari asalnya, bahaya ini dapat mempengauhi usaha penyesuaian fisik, psikologis dan sosialyang dilakukan seorang anak. Akibatnya, mereka
Universitas Sumatera Utara
mengubah pola perkembangan sehingga menghasilkan suatu daerah mendatar dimana tidak terjadi pergerakan maju atau menyebabkan kemunduran ketahapan yang lebih rendah. Bila hal ini terjadi, anak itu menghadapi masalah penyesuaian dan dikatakan mempunyai “penyesuaian yang buruk” atau “tidak matang”. 10. Kebahagiaan bervariasi pada berbagai pola perkembangan Sesuai dengan tradisi, masa anak-anak merupakan periode kehidupan yang paling membahagiakan. Tradisi ini telah dipertegas dengan hal lain, bahwa masa kanak-kanak seharusnya bahagia, waktu yang bebas dan aman untuk menjamin penyesuaian yang baik dalam hidup kedewasaan. Dewasa ini, terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa keyakinan tersebut tidak benar dan bagi banyak anak , hal itu justru berlawanan. Studi mengenai kebahagiaan di masa kanak-kanak telah mengungkapkan bahwa bagi beberapa anak, masa kanak-kanak adalah saat bahgia, sedangkan bagi yang lain merupakan masa yang tidak bahagia. Laporan retrospektif mengenai kebahagiaan pada berbagai usia yang dilakukan orang dewasa telah menunjukkan hasil yang serupa. Beberapa orang dewasa ingat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang paling bahagia dalam kehidupan mereka. Sebaliknya laporan retrospektif dari beberapa orang dewasa telah menunjukkan bahwa ingatan yang tidak menyenangkan membayangi kebahagiaannya dan bahwa mereka tidak ingin kembali ke masa kanakkanak. (Hurlock, E.B. 2005)
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan anak-anak dapat dibagi menjadi 5 area sebagai berikut : (Nursalam, 2002) 1. Perkembangan Kognitif Perkembangan kemampuan anak untuk mempelajari dan memecahkan masalah. Misalnya : -
bayi usia 2 bulan yang menjelajahi lingkungannya dengan menggunakan tangan atau matanya
-
anak usia 5 tahun yang belajar memecahkan persoalan matematika sederhana
2. Perkembangan Sosial dan Emosional Perkembangan kemanpuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain termasuk upayanya untuk mengendalikan diri. Misalnya : -
bayi usia 6 minggu belajar tersenyum
-
bayi usia 10 bulan belajar untuk melambai
-
anak usia 5 tahun belajar untuk menentukan gilirannya dalam bermain bersama
3. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Perkembangan kemampuan anak untuk memhami dan menggunakan bahasa. Misalnya : - bayi usia 12 bulan mengucapkan kata pertamanya - anak usia 2 tahun menyebutkan nama anggota tubuhnya - anak usia 5 tahun mulaimenggunakan istilah banyak, sedikit, tinggi, dan lain-lain
Universitas Sumatera Utara
4. Perkembangan Motorik Halus Perkembangan kemampuan anak untuk menggunakan otot halusnya terutama tangan dan jarinya. Misalnya : mengambil mainan, memegang sendok, membalikkan halaman buku, menggunakan crayon untuk menggambar. 5. Perkembangan Motorik Kasar Perkembangan kemampuan anak untuk menggunakan otot kasarnya. Misalnya : - bayi usia 6 bulan belajar untuk bangkit dari posisi terlentang - bayi usia 12 bulan belajar berdiri dengan berpegangan pada kursi - anak usia 5 tahun belajar melakukan lompat tali 2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda, namun keduanya memiliki saling mempengaruhi dan berjalan secara simultan (bersamaan). Pertambahan ukuran fisik akan disertai dengan pertambahan kemampuan anak. Pada dasarnya, tumbuh kembang mempunyai prinsip yang berlaku secara umum, yaitu : 1. tumbuh kembang merupakan suatu proses terus menerus dari konsepsi sampai dewasa. 2. pola tumbuh kembang pada semua anak pada umumnya sama, hanya kecepatannya dapat berbeda. 3. proses tumbuh kembang dimulai dari kepala ke seluruh anggota badan, misalnya melalui melihat, tersenyum, mengangkat badan, duduk, berdiri, dan seterusnya.
Universitas Sumatera Utara
Satoto (1990) menyatakan pertumbuhan dan perkembangan anak secara langsung dipengaruhi asupan gizi anak, sedangkan secara tidak langsung dipengarui oleh praktek pemberian makanan pada anak, keadaan sosial ekonomi keluarga dan keadaan anak. Asupan zat gizi yang kurang akan menyebabkan status gizi menurun diikuti oleh penyakit infeksi. Sedangkan Soekirman (2000), menyatakan secara mendasar ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu faktor langsung dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi. Sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, praktek pemberian makan anak, dan faktor bayi atau anak. Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor (Nursalam 2002). Menurut Soetjiningsih (2002), faktor yang mempegaruhi tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. A. Faktor Dalam (Internal) Faktor internal yang mmempengarhi tumbuh kembang balita adalah genetik. Faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang, yaitu perbedaan ras, etnis, atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, dan kelainan kromosom.
Universitas Sumatera Utara
B. Faktor Eksternal Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi, yaitu : 1. Faktor Prenatal (selama kehamilan), meliputi : a) Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama selama trisemester terakhir akhir kehamilan. b) Mekanis, posisi janin abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan congenital. c) Toksin, zat kimia, radiasi d) Kelainan endokrin e) Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual f) Kelainan imunologi g) Psikologi ibu 2.Faktor Kelahiran Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak. 3.Faktor Pascanatal Seperti halnya pada masa prenatal, faktr yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis/kelainan congenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosio ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Ciri Keterlambatan Perkembangan Anak Keterlambatan perkembangan dapat diketahui secara dini dengan mengenali cirinya. Secara umum, ciri-cirinya adalah sebagai berikut : 1. Ciri Keterlambatan Perkembangan Perilaku - tidak dapat mempertahankan perhatian atau tetap fokus terhadap aktivitas yang sedang dilakukannya dalam waktu tertentu seperti anak seusianya. - fokus pada obyek yang tidak biasa dalam waktu yang lama; sangat menikmati hal tersebut dibandingkan interaksi dengan orang/obyek lainnya - menghindari tatapan mata dengan orang lain - terlihat frustasi dalam melakukan aktivitas sederhana - memperlihatkan perilaku yang agresif dan lebih keras kepala dibandingkan dengan anak seusianya - melakukan kekerasan setiap harinya - memandang langit, mengguncang-guncang tubuhnya, berbicara sendiri lebih sering dan lama dibandingkan anak lain seusianya - tidak berusaha mendapatkan perhatian dan kasih sayang - tidak merasa perlu mendapatkan persetujuan untuk melakukan hal yang tidak biasa atau sama sekali baru.
Universitas Sumatera Utara
2. Ciri Keterlambatan Perkembangan Fisik dan Motorik - tangan dan kaki sangat kaku dan tidak fleksibel - memiliki tubuh yang lembek atau lemas dibandingkan dengan anak lain seusianya - hanya atau jauh lebih sering menggunakan salah satu sisi dari badannya - sangat ceroboh jika dibandingkan dengan anak lain seusianya 3. Ciri Keterlambatan Perkembangan Penglihatan (Vision) - mengalami kesulitan untuk mengikuti pergerakan obyek atau orang lain dengan matanya - sering menggosok-gosok mata - memiringkan kepala secara tidak biasa untuk melihat suatu obyek - sulit mengambil benda kecil dengan tangannya (setelah usia 12 bulan) - kesulitan untuk fokus atau bertatapan (eye contact) - menutup salah satu matanya untuk melihat benda yang jauh - juling kedalam atau keluar - mendekatkan benda ke matanya agar dapat melihatnya - ukuran dan/atau warna mata yang tidak wajar 4. Ciri Keterlambatan Perkembangan Pendengaran (Hearing) - bersuara sangat keras atau sangat pelan - kesulitan untuk merespons pada saat ia dipanggil meskipun untuk hal-hal yang sangat ia senangi - mengarahkan badannya sedemikian rupa sehingga kedua telinganya mengarahke sumber suara - sulit mengerti atau menjalankan perintah (setelah usia 3 tahun)
Universitas Sumatera Utara
- tidak terkejut terhadap suara keras - daun telinga terlihat kecil atau mengalami perubahan bentk - gagal mengeluarkan suara atau kata yang seharusnya bias dialakukan oleh anak seusianya 2.4. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita 2.4.1. Pemantauan Pertumbuhan Balita Salah satu cara yang digunakan dalam pemantauan pertumbuhan balita adalah dengan menggunakan antropometri. Beberapa pengukuran antropometri yang digunakan untuk mengukur status gizi anak balita adalah : a) Berat menurut umur Untuk anak balita pada umumnya, pengukuran ini merupakan cara standar digunakan untuk pertumbuhan. Kurang berat tidak hanya menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup tetapi juga mencerminkan keadaan sakit yang baru saja dialami yang mengakibatkan berkurangnya berat badan. b) Tinggi menurut umur Tinggi kurang cepat dipengaruhi oleh pangan dibandingkan dengan berat menurut umur. Oleh karena itu, tinggi menurut umur yang rendah biasanya menunjukkan kurang pangan yang kronis. c) Berat menurut tinggi Ukuran berat menurut tinggi yang rendah sering menunjukkan kurang pangan yang belum lama terjadi.
Universitas Sumatera Utara
d) Lingkar lengan menggunakan lengan kiri atas Penyusutan jaringan tubuh yang disebakan kurang pangan yang kronis ditunjukkan oleh mengecilnya lingkar lengan tengah, kadang-kadang disebut sebagai lingkar lengan atas (LLA). Dalam jangka usia anak balita LLA anak yang sehat adalah sekitar 16 cm. anak yang beradapada usia 1-4 tahun LLAnya berada diantar 12,5 cm – 13,5 cm adalah rawan terhadapp kurang pangan (Supariasa, 2002) 2.4.2. Pemantauan Perkembangan Penilaian perkembangan anak memiliki banyak model dan macamnya misalnya tes IQ, tes psikomotorik, tes prestasi dan lain-lain. Masing-masing tes tersebut disesuaikan dengan fungsi dan usia anak. Meskipun demikian perlu ada parameter-parameter tertentu sehingga dapat dilakukan perbandingan secara konsisten. Menurut Frankenburg (1981), yang dikutip oleh Soetjiningsih, terdapat 4 aspek perkembangan balita, yaitu : 1. Kepribadian/tingkahlaku
sosial,
yaitu
aspek
yang
berhubungan
dengan
kemampuan untuk mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksidengan lingkungan. 2. Motorik halus, yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat, serta tidak memerlukan banyak tenaga, misalnya memasukkan manik-manik ke dalam botol, menempel, dan menggunting.
Universitas Sumatera Utara
3. Motorik kasar, yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya berjalan dan berlari. 4. Bahasa, yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara secara spontan. Aspek-aspek perkembangan tersebut diatas merupakan modifkasi dari tes atau skrining perkembangan yang dikemukakan oleh Frankenburg yang dikenal dengan Denver Development Screening Test, yaitu salah satu tes atau metode skrining yang sering digunakan untuk menilai perkambangan anak mulai usia 3 bulan sampai 6 tahun. Bila menggunakan Denver Development Screening Test relatif lebih sulit dilakukan di lapangan, oleh karena itu Departemen Kesehatan Republik Indonesia melakukan modifikasi, yaitu berupa pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Berdasarkan buku pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita yang disusun oleh Departemen Kesehatan tersebut, tes perkembangan yang dapat dilakukan adalah Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). 2.5. Bina Keluarga Balita (BKB) Memasuki PJP II, perlu diperhatikan secara khusus masalah pembinaan dan pengembangan anak. Karena sasaran utama PJP I adalah pembanguna manusia Indonesia yang seutuhnya, segala perhatian dicurahkan sejak dini, yaitu sejakanakanak, bahkan sejak di dalam kandungan ibu. Hanya dengan program yang terarah dan terpadu, upaya mewujudkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat tercapai, karena pembinaan dan pengembangan anak merupakan masalah yang kompleks.
Universitas Sumatera Utara
Diperlukan ketekunan dan kesungguhan di semua sector pembangunan secara terpadu, agar kualitas anak Indonesia yang sesuai dengan budaya bangsa dan dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila dapat tercapai. Kualitas anak Indonesia yang demikian dapat tercapai merupakan modal utama dalam mewujudkan kualitas manusia Indonesia yang produktif, maju, selaras, seimbang, serasi, lahir dan batin. Salah satu upaya untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia tersebut antara lain adalah dengan Program Bina Keluarga Balita (BKB). Masa balita ini merupakan masa yang menetukan dalam tumbuh kembangnya, yang akan menjadi dasar terbentuknya manusia yang seutuhnya. Oleh karena itu pemerintah memandang perlu untuk memberikan suatu pelayanan yang menunjang tumbuh kembang balita secara menyeluruh terutam dalam aspek mental dan sosial. Karena aspek pertumbuhan fisiknya telah terlebih dahulu mendapat perhatian, antara lain melalui berbagai Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Program BKB ini terutama bermanfaat bagi keluarga yang berpenghasilan rendah baik itu di daerah pedesaan, pantai, maupun perkotaan. Padakeluarga-keluarga yang kurang mampu ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup anakaaknya yang belum menjadi prioritas utama di dalam kehidupan keluarganya. Mereka masih menghadapi berbagai masalah lain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehariharinya. Oleh karena itu usaha yang terpadu dari semua pihak dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif, diharapkan dapat mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berguna bagi nusa dan bangsa.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1. Tujuan Program BKB Adapun tujuan mum dari program BKB adalah meningkatkan peranan ibu dan anggota keluarga lainnya untuk sedini mungkin memberikan stimulasi pada tumbuh kembang anakn yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental, dan sosial, yaitu terbentuknya manusia Indonesia seuthnya yang menghayati dan dapat mengamalkan Pancasila. Tujuan khusus dari program BKB, yaitu : 1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya tentang pentingnya : -
proses tumbuh kembang balita dalam aspek fisik, mental, dan sosial
-
pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya di Posyandu
2. Meningkatkan
ketrampilan
ibu
dan
anggota
keluarga
lainnya
dalam
mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal, antara lain dengan stimulasi mental dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) dan memanfaatkan pelayanan yang tersedia. 2.5.2. Pelaksanaan Program BKB Kegiatan BKB dilaksanakan oleh kader yang sudah dilatih membina ibu kelompok sasaran yang mempunyai anak balita.
Universitas Sumatera Utara
Ibu sasaran ini dibagi menjadi 5 kelompok menurut umur anaknya, yaitu : 1. Kelompok ibu dengan anak umur 0-1 tahun 2. Kelompok ibu dengan anak umur 1-2 tahun 3. Kelompok ibu dengan anak umur 2-3 tahun 4. Kelompok ibu dengan anak umur 3-4 tahun 5. Kelompok ibu dengan anak umur 4-5 tahun Pembagian kelompok umur ini sesuai dengan tugas perkembangan balita, dimana tiap-tiap kelompok umur tersebutmempunyai tugas perkembangan yang berbeda, sehinnga cara stimulasi maupun media yang yang diperlukan untuk interaksi antara ibu dan anak pun berbeda. Pada program BKB ini, secara garis besarnya tugas perkembangan anak dibagi menjadi 7 aspek perkembangan, yaitu : 1. Perkembangan Gerakan Motorik Kasar Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya memerlukan tenaga, karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Contohnya : menegakkan kepala, tengkurap, merangkak, berjalan, berlari dan sebagainya. 2. Perkembangan Gerakan Motorik Halus Yaitu gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi diperlukan koordinasi yang cermat. Contohnya : memegang benda kecil dengan jari telunjuk dan ibu jari, memasukkan benda kedalam botol, menggambar dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
3. Perkembangan Komunikasi Pasif Yaitu kesanggupan mengerti dan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh orang lain. 4. Perkembangan Komunikasi Aktif Yaitu kemampuan untuk menyatakan perasaan dan keinginannya melalui tangisan, gerakan tubuh, maupun dengan kata-kata. Sebagai makhluk sosial, anak akan selalu berada diantara atau bersama orang lain. Agar dicapai saling pengertian maka diperlukan suatu komunikasi, dimana bahasa merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaannya. 5. Perkembangan Kecerdasan Pada anak balita kemampuan berpikir mula-mula berkembang melalui kelima indranya. Ia melihat warna-warna, mendengar suara atau bunyi-bunyi, mengenal rasa dan seterusnya. Daya pikir dan pengertian mula-mula terbatas pada apa yang nyata dan yang dapat dilihat dan dipegang atau dimainkan. Kemudian berbagai konsep atau pengertian tersebut akan dimiliki, seperti konsep tentang benda, warna, manusia, bentuk, dan lain-lain. Semua konsep ini memungkinkan anak melakukan pemikiran-pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi, yang lebih abstrak dan majemuk. 6. Perkembangan Kemampuan Menolong Diri Sendiri Seorang anak pada pada awal kehidupannya mula-mula masih bergantung pada orang lain dalam hal pemenuhan kebutuhannya. Dengan makin mampunya dia melakukan gerakan motorik dan bicara, anak terdorong untuk melakukan sendiri berbagai hal. Orangtua harus melatih usaha mandiri anak ini, mula-mula dalam
Universitas Sumatera Utara
hal menolong kebutuhan anak sehari-hari, misalnya makan, minum, buang air kecil dan besar, berpakaian, dan lain-lain. Kemudian kemampuannya ditingkatkan dalam hal kebersihan, kesehatan, dan kerapihan. 7. Perkembangan Tingkah Laku Sosial Yaitu kemampuan anak berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Mula-mula ana hanya mengenal orang-orang yang paling dekat dengan dirinya, yait ibunya, kemudian orang-orang serumah. Dengan bertambahnya usia anak, luas pergaulan juga perlu dikembangkan. Anak perlu berkawan, perlu diajar tentang aturan-aturan, disiplin, sopan-santun, dan lain-lain. Ketujuh aspek perkembangan yang telah diutarakan diatas, semuanya saling kait mengkait. Karena itu perlu diusahakan adanya stimulasi terhadap ketujuh aspeh perkembangan tersebut secara berimbang. Program stimulasi yang diadakan berkelompok ini mempunyai keuntungan, karena ibu-ibu dapat daling bertukar pengalaman dalam mengasuh anak dan adanya dorongan untuk lebih memberikan stimulasi pada anaknya dengan melihat kemjuan yang dicapai oleh anak lainnya. Disamping itu kerjasama antara ibu-ibu dapat mempengaruhi aspek-aspek tingkah laku ibu itu sendiri, misalnya keyakinan pada diri sendiri, mampu menyatakan keinginannya, keikutsrtaannya pada masyarakat, dan lain-lain. Berbeda dengan program yang kita anjurkan untuk dikerjakan di rumah, ini relative tidak efektif bila ibu sangat miskin atau mempunyai masalah-masalah, Karen mereka tidak mempunyai banyak waktu untuk melaksanakan program tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.5.3. Kegiatan Program BKB Kegiatan dalam program BKB adalah sebagai berikut : 1. menyuluh ibu dan anggota keluarga lainnya agar mampu menerapkan stimulasi mental dalam pola pengasuhan dan pendidikan anak balita dengan menggunakan APE (Alat Permainan Edukatif) dan alat bantu lain seperti buku-buku, dongengdongeng, lagu-lag, dan lain-lain. Penyuluhan tersebut antara lain dalam hal : -
Pengembangan
aspek
fisik,
misalnya
kegiatan-kegiatanyang
dapat
merangsang pertumbuhan fisik anak. -
Pengembangan bahasa, seperti melatih berbicara dengan menggunakan kalimat yag benar.
-
Pengembangan aspek kognitif, antara lain pengenalan suara, ukuran, warna, dan bentuk.
-
Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungan dengan interaksi ibu dengan anak, keluarga dan masyarakat.
2. Menyuluh ibu dan anggota keluarga lainnya dalam rangka peningkatan pengetahuannya antara lain dalam hal : -
Kesehatan keluarga, sanitasi sanitasi, gizi, air susu ibu (ASI), imunisasi, KB, dan pemanfaatan pelayanan yan tersedia.
-
Hal-hal lain yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga
Universitas Sumatera Utara
Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan program BKB adalah buku petunjuk pelaksanaan program, bahan penyuluhan program Bina Keluarga Balita menurut umur, matriks perkembangan anak, buku untuk kader, Alat Permainan edukatif (APE) yang standar atau APE pengganti yang dikembangkan oleh kelompok-kelompok BKB, buku petunjuk penggunaan APE, serta sarana atau bahan lain menurut keperluan. Hasil-hasil yang diharapkan melalui program BKB adalah sebagai berikut : 1. Ibu menjadi terampil sebagai pengasuh dan pendidik anak, khususnya dalam menunjang proses tumbuh kembang anak baik fisik, mental, maupun sosial. 2. Terselenggaranya proses pendidikan non formal di rumah sebaai dasar bagi pendidikan formal di sekolah. 3. Ibu/ayah/keluarga yang lain dapat berinteraksi lebih erat dengan anak, sehingga akan cepat mengetahui gangguan atau kelainan tumbuh kembang anak seawal mungkin. 4. Terwujudnya Keluarga Kecil Sejahtera (KKS) 5. Terhadap tumbuh kembang anak kelak diharapkan : - beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, beradat istiadat baik, sopan santun, berprilaku terpuji. - sehat dengan ketahanan fisik yang tangguh - cerdas, memahami berbagai permasalahn dan berpengetahuan luas - mandiri, tangguh dan berwibawa, menyelesaikan tugas dan kewajibannya sebagai warga negara Republik Indonesia yang baik dan bertanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara
KERANGKA KONSEP
Pertumbuhan Balita BKB & Non BKB - BB/U - TB/U - BB/TB Karakteristik Ibu - Umur - Pendidikan - Pekerjaan - Jumlah Anak - Jarak Kelahiran
Perkembangan Balita BKB & Non BKB - Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
Universitas Sumatera Utara