BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Wanita Bali dengan Triple roles Wanita bali adalah wanita yang menikah dengan pria Bali yang sama-sama
beragama Hindu kemudian dari pernikahan tersebut mereka menjadi krama istri di banjar dan desa adat setempat atau perempuan yang bukan bersasal dari Bali tetapi melangsungkan pernikahan dengan pria Bali dan akibat perkawinan itu pula menjadi krama istri di banjar dan desa adat di Bali (pratiwi, 2007). Triple roles merupakan 3 peran ataupun kewajiban yang diemban oleh wanita Bali dalam hidupnya yang mulai diemban sejak awal menikah dan mengikuti sistem kekerabatan patrilineal yang telah dianut turun temurun oleh masyarakat di Bali. Adapun ketiga peran tersebut yaitu (1) berperan sebagai pengurus dan pelindung rumah tangga, (2) berperan sebagai pencari nafkah, (3) berperan sebagai pelaksana adat baik dikeluarga, banjar, maupun di desa adat (Tirtayani,2007). Triple Roles yang dijalankan oleh wanita Bali sejalan dengan tiga peranan wanita yang dikemukakan dalam International Labour Organization, South-East Asia and The Pacific multidisciplinary Advisory Team (ILO/SEAPAT’s) online gender learning. Adapun 3 peran yang dijalankan tersebut
dapat diuraikan
sebagai berikut: a. Reproductive role Peran reproduktif seperti melahirkan, membesarkan anak, bertanggung jawab pada tugas-tugas rumah tangga dilakukan oleh perempuan, diperlukan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja. Ini tidak hanya mencakup 12
13
reproduksi biologis, melainkan juga perawatan dan pemeliharaan tenaga kerja (pasangan laki-laki dan anak-anak yang bekerja) dan angkatan kerja mendatang (bayi dan anak-anak bersekolah). b. Productive role Peran produktif ini adalah peran wanita yang bekerja diluar rumah ataupun sektor lain guna membantu menopang perekonomian keluarga untuk menuju ke arah yang lebih sejahtera. c. Community Managing role Adalah peran dimana wanita ikut serta dalam kegiatan bermasyarakat ataupun kegiatan sosial yang ada di lingkungannya sebagai perluasan dari peran reproduksi mereka untuk bersosialisasi serta kerjasama dan berhubungan secara sukarela pada masyarakat sekitarnya. Berdasarkan data dari Depression Information and Fact Statistics US pada tahun
2003 disebutkan bahwa 97% kasus depresi yang dilaporkan
disebabkan oleh aktivitas kerja, kehidupan rumah tangga, dan kehidupan sosial (Suci, 2011). Triple Roles yang harus dijalani tersebut membuat wanita Bali mengalami kesulitan terutama dalam hal membagi waktu untuk ketiga perannya tersebut (Ayu, 2013). Kewajiban-kewajiban yang dijalankan seringkali tanpa disadari menimbulkan tekanan psikis yang tentunya akan berdampak pada fisik maupun psikisnya (Suci, 2011).
14
2.2
Stres
2.2.1 Pengertian Stres Menurut WHO, stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/ beban kehidupan). Pada saat ini stres digunakan untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respon fisiologis, perilaku dan subjektif terhadap stres (Sriati, 2007). Stres dapat diartikan sebagai respon tubuh terhadap segala situasi dimana tuntutan nonspesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Potter & Perry, 2005). Menurut Nasution (2011), stres memiliki tiga bentuk yaitu: a. Stimulus yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga stressor. b. Respon yaitu stres yang merupakan suatu reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara fisiologis, seperti: jantung berdebar, gemetar dan pusing. Sedangkan respon psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung. c. Proses yaitu suatu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
15
2.2.2
Penyebab Stres Penyebab stres atau stresor adalah semua kondisi stimulasi yang
berbahaya dan menghasilkan reaksi stres,
misalnya jumlah semua respon
fisiologis nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis (Isnaeni,2010). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stresor. Menurut Nasution (2011) terdapat tipe kejadian yang dapat menyebabkan stres yaitu: a. Daily Hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan sebagainya. b. Personal stressor adalah ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level individual seperti berbagai masalah yang dialami pribadi yaitu masalah kehidupan atau pekerjaan. 2.2.3
Sifat Stresor Setiap orang memiliki respon yang berbeda dalam menghadapi stresor.
Makin besar paparan stresor pada seseorang, maka makin besar pula dampak stres yang ditimbulkan (Potter & Perry, 2005). Selain fungsi fisiologis, kepribadian, serta sifat dari stresor, terdapat pula faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi stres antara lain: a. Falsafah hidup Semakin orang berserah diri kepada Tuhan, maka akan terbebas dari stres.
16
b. Persepsi Semakin “santai” suatu kejadian dipersepsikan semakin sulit seseorang mengalami stres karena kejadian tersebut. c. Posisi sosial Semakin berperan dan menyatu seseorang dengan lingkungan sosialnya, semakin sulit seseorang mengalami stres. d. Pengalaman Semakin sering suatu stresor tertentu mengunjungi seseorang semakin sering pula kemungkinan seseorang tersebut mengalami stres. 2.2.4
Reaksi terhadap Stres Stres yang terjadi pada setiap orang dapat mempengaruhi kondisi
psikologis maupun fisiologis tubuh (Sriati, 2007). Adapun reaksi yang dapat ditimbulkan antara lain: a. Aspek Fisiologis Reaksi stres merupakan reaksi fight-or-flight response karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-flight response menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat terhadap situasi yang mengancam. Akan tetapi apabila stresor yang tinggi datang terus menerus dapat membahayakan kesehatan individu (Sarafino, 2006) Menurut Sariati (2007), keadaan stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatis berespon terhadap impuls saraf dari
17
hipotalamus yaitu mengaktivasi berbagai organ otot polos yang berada di bawah pengendaliannya. Sebagai contohnya, meningkatnya kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem koteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan Corticotropin Releasing Factor (CRF), kerja pada suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon Adrenocorticotropin Hormone (ACTH), yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal, dimana ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight. b. Aspek Psikologis Reaksi psikologis terhadap stresor meliputi: 1) Kognisi Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas kognitif. 2) Emosi Emosi cenderung muncul terkait dengan stres, inividu sering menggunakan keadaan emosionalnya
untuk
mengevaluasi
stres
dan pengalaman
emosional. Reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa takut, phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih dan marah (Nasution, 2011)
18
3) Perilaku Sosial Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat berperilaku menjadi positif ataupun negatif. Perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif (Nasution,2011) 2.2.5
Dampak Stres
1. Dampak Stres Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada tubuh. Adapun dampak-dampak yang dapat ditimbulkan akibat dari stres meliputi perubahan pada rambut, mata, telinga, daya pikir, mulut dan kulit. Stres juga dapat berdampak pada sistem organ tubuh, yang meliputi: sistem
pernapasan,
sistem
kardiovaskular,
sistem
perkemihan,
sistem
muskuloskeletal, sistem endokrin dan sistem imun (Hawari, 2008). a. Rambut Warna rambut yang semula hitam pekat lambat laun mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Uban (rambut yang memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut. b. Mata Ketajaman mata seringkali terganggu seperti membaca tidak jelas karena mata kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
19
c. Telinga Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus). d. Daya pikir Kemampuan berpikir dan mengingat serta konsentrasi menjadi menurun, muncul gejala lupa dan sering kali mengeluh kepala pusing. e. Mulut Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain itu, pada tengorokan dapat dirasakan adanya ganjalan sehingga seseorang akan mengalami kesulitan menelan, hal ini disebabkan oleh otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps). f. Kulit Reaksi yang ditimbulkan akibat stres pada kulit dapat bermacam-macam. Pada kulit dari sebagaian tubuh dapat terasa panas atau dingin atau mengalami keringat yang berlebihan. Reaksi lain meliputi, kelembaban kulit yang berubah serta kulit menjadi lebih kering. Selain itu, perubahan kulit lainnya yang dapat terjadi merupakan manifestasi dari penyakit kulit, seperti muncul eksim, urtikaria, pada kulit wajah sering timbul jerawat (acne) berlebihan, juga sering ditemukan kedua belah telapak tangan dan kaki mengalami keringat berlebihan. g. Sistem pernafasan Stres dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan seperti nafas terasa berat dan sesak, hal tersebut dapat disebabkan karena terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada.
20
Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada mengalami spasme dan mengalami penurunan elastisitas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma bronchiale, hal ini disebabkan karena otot-otot saluran pernafasan mengalami spasme. h. Sistem kardiovaskular Sistem kardiovaskular yang meliputi jantung dan pembuluh darah dapat mengalami gangguan pada fungsi akibat stres. Perubahan yang terjadi meliputi jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (contriction) sehingga menyebabkan wajah tampak memerah atau pucat. Pembuluh darah Perifer terutama pada ujung jari-jari tangan atau kaki juga mengalami vasokontriksi sehingga dapat menimbulkan rasa dingin dan kesemutan. Selain dari gejala-gejala tersebut stres dapat berakibat pada sistem kardiovaskular yang menyebabkan sebagian atau seluruh tubuh terasa panas (subfebril) atau sebaliknya terasa dingin. i. Sistem pencernaan Stres dapat mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaan. Gangguangangguan tersebut meliputi, lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal ini disebabkan karena adanya peningkatan asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Selain gangguan pada lambung, stres dapat mengakibatkan gangguan pada usus, sehingga dapat meyebabkan seseorang mengalami konstipasi ataupun diare.
21
j. Sistem Perkemihan Stres dapat menimbulkan gangguan pada sistem perkemihan. Adapun gangguan dari sistem perkemihan yang sering dikeluhkan akibat stres adalah frekuensi buang air kecil menjadi lebih sering dari biasanya, meskipun bukan merupakan penderita diabetes melitus. k. Sistem muskuloskeletal Stres dapat pula menyebabkan gangguan pada sistem muskuloskeletal yang meliputi otot dan tulang. Gangguan yang dapat ditimbulkan pada sistem muskuloskeletal tersebut meliputi: otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain itu, keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, seperti rasa ngilu atau rasa kaku apabila mengerakkan anggota tubuh. l. Sistem Endokrin Stres dapat mengakibatkan gangguan pada sitem endokrin, dimana gangguan yang dapat ditimbulkan antara lain meliputi peningkatan kadar glukosa darah dan apabila hal ini terjadi berkepanjangan dapat mengakibatkan terjadinya penyakit diabetes melitus. Gangguan hormonal lain yang dapat ditimbulkan akibat stres yaitu pada wanita dapat terjadi seperti gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhea)(Hawari, 2008). m. Sistem Imun Stres menyebabkan perubahan neurotransmitter neurohormonal melalui berbagai
aksis
seperti
Hypothalamic-Pituitary
Adrenal
Axis
(HPA),
Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis (HPT) dan Hypothalamic-PituitaryOvarial Axis (HPO). HPA merupakan teori mekanisme yang paling banyak
22
diteliti. Aksis Limbic-Hypothalamo-Pituitary-Qdrenal (LHPA) menerima berbagai input, termasuk stresor yang akan mempengaruhi neuron bagian medial Parvocellural Nucleus Paraventricular hypothalamus (mpPVN). Neuron tersebut akan mensintesis Corticotropin Releasing Hormone (CRH) dan Arginine Vasopressin (AVP), yang akan melewati sistem portal untuk dibawa ke hipofisis anterior. Reseptor CRH dan AVP akan menstimulasi hipofisis anterior untuk mensintesis Adrenocorticotropin Hormon (ACTH) dari prekusornya, Kemudian
Propiomelanocortini ACTH
mengaktifkan
(POMC) proses
serta
biosintesis
mensekresikannya. dan
melepaskan
glukokortikoid dari korteks adrenal kortison pada roden dan kortisol pada primata. Glukokortikoid akan mendepresi sistem imun. Bila konsentrasinya cukup tinggi, akan terjadi penurunan respon inflamasi terhadap injuri atau infeksi. Tahap-tahap proses inflamasi akan terhambat, limfosit akan dihancurkan dalam jaringan limfoid dan produksi antibodi akan menurun. Akibatnya, kemampuan seseorang menahan infeksi akan berkurang. Sehingga orang yang mengalami stres akan mudah mengalami infeksi atau terserang penyakit. 2.2.6 Pengukuran Skor Tingkat Stres Tingkat stres adalah hasil penilaian tehadap berat ringannya stres yang dialami seseorang (Sriati, 2007). Tingkatan stres ini diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond (1955), yang merupakan seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan, dan stres. Pertanyaan dalam kuisioner
23
tersebut mencakup aspek fisik, psikologis dan sosial dari stres. Tingkatan stres pada instrumen ini berupa ringan, sedang, dan berat (Sriati, 2007) Menurut Crawford & Henry pada jurnalnya yang berjudul “DASS : Normative data & Latent Structure in Large Non-Clinical Sample”. DASS mempunyai tingkatan discrimant validity dan mempunyai reliabilitas sebesar 0,91 yang diolah berdasarkan cronbach’s Alpha (Kholifah,2013). Selain itu instrumen Depression Anxiety Stress Scales 42 (DASS 42) sudah pernah diterjemahkan dan digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Putu Shinta Devi (2012), serta telah dilakukan uji validitas dan reabilitas pada kuesioner tersebut. Dari uji validitas yang telah dilakukan didapat 25 item pernyataan yang dinyatakan valid. Hal tersebut dibuktikan dari pernyataan r hitung pada pernyataan tersebut lebih besar dibandingkan r tabel (0,423). Selain itu kuesioner dinyatakan reliabel karena telah dilakukan uji dengan mrmbandingkan nilai Cronbach’s Alpha dengan nilai konstanta (0,6). Dalam uji realibitas yang dilakukan didapat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,897. Terlihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha > nilai konstanta (0,897> 0,6) sehingga kuesioner dinyatakan reliabel. Kuesioner dalam penelitian ini dibuat terstruktur sehingga memungkinkan responden dapat menjawab semua pernyataan pada kuesioner. Pengumpulan data dilakukan di awal dan akhir pemberian Senam Tera. Kuesioner Depression Anxiety Stress Scales 42 (DASS 42) yang telah di uji validitas dan realibilitasnya ini berisikan 25 item pernyataan. Keseluruhan item pernyataan tersebut terdiri dari 3 aspek utama yang dinilai yaitu aspek fisik, psikologis dan sosial. Aspek fisik terdapat dalam pernyataan nomor 4, 8. Aspek Psikologis terdapat dalam
24
penyataan nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 19, 20, 22, 23, 24. Sedangkan Aspek sosial terdapat pada item pernyataan nomor 12, 16, 17, 18, 21, 25. Kriteria jawaban pada masing-masing jawaban yaitu: 0 : tidak pernah 1 : kadang-kadang 2 : sering 3 : hampir setiap saat (Sriati, 2007). Pada alat ukur ini hasil dari jawaban responden di jumlahkan sehingga dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui skor dan interpretasi berupa derajat stres responden yaitu: a. <25
: Stres ringan
b. 25 - <50
: Stres sedang
c. 50 - 75
: Stres berat
Hasil perhitungan skor stres tersebut didapat dalam rumus Koyan (2007) dalam Widastra (2010) yang dinyatakan dalam perhitungan dibawah ini: Dari 42 item pertanyaan kuesioner DASS 42 untuk mengukur stres dimana masing-masing item diberikan skor 0 untuk tidak pernah, skor 1 untuk kadangkadang, skor 2 untuk sering, dan skor 3 untuk hampir setiap saat. Rentang minimum maksimumnya adalah 42 x 0= 0 sampai dengan 42 x 3 = 126 Nilai mean ideal (Mi)
= ½ x (nilai maksimum + nilai minimum) =½ x (126 + 0) = 63
Nilai standar deviasi ideal (SDi)
= ⅙ x (nilai maksimum – nilai minimum)
25
= ⅙ x (126 - 0) = 21 Untuk membagi skor stres menjadi 3 kategori maka digunakan rumus sebagai berikut: 1) Kategori stres berat yaitu (Mi + 1 SDi ) – (Mi+3 SDi) 2) Kategori stres sedang yaitu (Mi – 1SDi) – (< Mi + 1 SDi) 3) Kategori stres rendah yaitu (Mi – 3 SDi) – (< Mi – 1 SDi) (Devi, 2012). 2.2.7 Manajemen Stres Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri menghadapi stresor dengan cara melakukan perbaikan diri secara psikis/mental, fisik dan sosial. Perbaikan diri secara psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan tujuan hidup yang lebih jelas dan pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik, olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor (Isnaeni, 2010). Menurut Yulianti (2004) dalam Isnaeni (2010), dalam memanajemen stres dapat dilakukan beberapa pendekatan meliputi pendekatan farmakologis, pendekatan perilaku, pendekatan kognitif dan relaksasi. a. Pendekatan farmakologi Pemakaian obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter disusunan saraf pusat otak (sistem limbik). Sebagaimana
26
diketahui sistem limbik merupakan bagian otak yang berfungsi mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering digunakan adalah obat anti cemas (axiolytic) dan anti depresi (anti-depressant). b. Pendekatan kognitif Mengubah pola pikir individu, berpikir positif dan sikap yang positif, membekali diri dengan pengetahuan tentang stres, menyeimbangkan antara aktivitas otak kiri dan kanan, serta hipnoterapi. c. Pendekatan Perilaku Mengubah perilaku yang menimbulkan stres, toleransi/adaptabilitas terhadap stres, menyeimbangan antara aktivitas fisik, nutrisi, serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu. d. Relaksasi Relaksasi merupakan upaya melepaskan ketegangan. Ada 3 macam relaksasi yaitu relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan relaksasi pernafasan, meditasi maupun transendensi/keagamaan (Isnaeni, 2010).
2.2
Senam Tera
2.2.1 Pengertian Senam Tera Senam memadukan
Tera gerakan
Indonesia
merupakan
bagian-bagian
tubuh
latihan
fisik
dengan
teknik
dan dan
mental, irama
pernapasan melalui
pemusatan pemikiran yang dilaksanakan secara teratur,
serasi, benar dan
berkesinambungan. Senam ini bersumber dari senam
pernapasan Tai Chi yaitu senam yang mempunyai dasar olah pernapasan yang dipadukan seni bela diri yang di
Indonesia dikombinasikan dengan gerak
27
peregangan serta persendian dan dijadikan sebagai
olah
raga
kesehatan
(Sukartini, 2009). Tera
berasal
dari
kata
"terapi"
yang
mempunyai
arti
penyembuhan/pengobatan. Dalam praktek Senam Tera bukan saja mempunyai manfaat pengobataan (kuratif) tetapi juga bersifat pencegahan (preventif) dan mempunyai sifat penyembuhan sakit (Sukartini,2009). 2.2.2 Prinsip-prinsip Senam Tera Pada dasarnya terdapat beberapa prinsip-prinsip gerakan yang mendasari Senam Indonesia adalah Gerak ringan dan lentur, gerak lambat, gerak melingkar dan Gerak tidak terputus. Dalam melakukan senam Tera diperlukan sikap awal yang harus diperhatikan, diantaranya: 1.
Semua otot dan sendi dilemaskan (rileks).
2.
Berdiri tegak, kaki diregangkan selebar bahu.
3.
Suasana hati riang gembira, berseri dan tersenyum.
4.
Kuda-kuda senam tera; kedua lutut ditekuk tetapi apabila dilihat dari atas lutut boleh melebihi ujung jari kaki, badan tetap tegak.
5.
Konsentrasi dinamis membayangkan aba-aba masing-masing gerakan.
6.
Saat pernafasan, lidah di tempel di langit-langit rongga mulut, tarik dan lepas nafas secara perlahan. Manfaat akan diperoleh secara maksimal, bila latihan dilakukan 3 kali dalam seminggu, gerakan dilakukan secara benar, teratur, berirama, berkesinambungan dan berkelanjutan.
28
2.2.3 Gerakan dalam Senam Tera Senam Tera Indonesia terdiri dari 3 komponen gerakan utama yaitu gerakan peregangan, persendian dan pernafasan. Pada gerakan peregangan terdapat 17 gerakan, gerakan persendian terdiri dari 25 gerakan sedangkan gerakan pernafasan terdiri dari 20 gerakan. Adapun deskripsi mengenai bagianbagian gerakan tersebut antara lain: A. Gerakan pereganggan Gerakan Peregangan terdiri dari 17 gerakan, diawali dengan pemanasan (lari di tempat) dan di akhiri pelemasan. Pemanasan sebagai penyesuaian kondisi tubuh sebelum melakukan kegiatan latihan senam inti. Peregangan bertujuan untuk
meningkatkan
kegiatan
metabolisme, meningkatkan denyut jantung
secara bertahap sehingga jantung lebih siap menerima beban latihan serta meningkatkan
aliran
darah
ke
otot-otot, meningkatkan suhu otot secara
bertahap untuk mencegah terjadinya cedera. Gerak Peregangan memiliki durasi 4 menit. Urutan Gerak Peregangan : 1.
Dorong tangan ke atas
2.
Dorong tangan ke kiri
3.
Dorong tangan ke kanan
4.
Dorong tangan ke depan
5.
Rentangkan ke samping
6.
Angkat siku rapat
7.
Buka ke belakang
8.
Putar ke kiri
29
9.
Putar ke kanan
10. Bungkuk lengan ke atas 11. Lenturkan badan 12. Tekuk lutut ke kiri 13. Tekuk lutut ke kanan 14. Lutut kiri ke depan 15. Lutut kanan ke depan 16. Putar pinggul ke kiri 17. Tekuk lutut rapat. B. Gerakan persendian Gerakan dari Senam persendian ini terdiri dari 25 macam gerakan yang mempunyai nilai aerobik yang cukup tinggi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan mental atau semangat kerja. Gerakan ini meliputi: Gerakan berputar, Bergerak dua arah dan Gerakan pada sumbu tulang belakang. Urutan Gerakan Persendian : 1.
Menoleh ke kiri ke kanan
2.
Tundukkan kepala
3.
Miringkan kepala
4.
Putarkan kepala
5.
Lengan ke depan
6.
Telapak tangan kearah badan
7.
Putar bahu kedepan
8.
Balik arah
30
9.
Busungkan badan
10. Telapak tangan ke bawah 11. Rentangkan tangan kanan 12. Rentangkan tangan kiri 13. Dorong tangan ke atas 14. Putarkan pinggang 15. Gerakan bermain piano 16. Kaki kiri ke depan 17. Kaki kiri ke belakang 18. Angkat lutut 19. Tumit kedepan 20. Tumit ke samping 21. Kaki ke belakang 22. Tangan dilipat 23. Bertepuk tangan 24. Tumit diangkat 25. Jalan di tempat C. Gerakkan Pernafasan Senam Pernafasan adalah inti dari Senam Tera yaitu gabungan gerakan tubuh, pernafasan dan konsentrasi yang dilakukan secara berkesinambungan tidak terputus antara satu gerakan dengan gerakan berikutnya, secara benar dan mengikuti aba-aba musik pengiring, dilakukan dengan konsentrasi pada gerakan dan imajinasi sesuai gerakan yang dimainkan. Dasar-dasar Senam Pernafasan :
31
1. Sikap Tubuh Tubuh berdiri tegak tanpa membusungkan dada atau mengangkat
bahu.
Pandangan mata lurus ke depan. Semua otot dikendorkan (rileks). Kedua kaki dibuka selebar bahu telapak kaki dalam posisi sejajar tidak menggeser ke kiri atau ke kanan (kecuali saat gerakan Meraup Air, Mendorong Ombak dan Membentangkan Sayap). Pada saat mengangkat tangan, bahu tidak boleh ikut terangkat. Pada saat badan bergerak ke kiri/kanan pinggang saja yang ikut berputar. Siku tidak menempel di rusuk. Pada saat lutut ditekuk, bila dilihat dari atas tidak melebihi ujung jari kaki. Pada saat jongkok, pada posisi kuda-kuda, pantat tidak ditonjolkan ke belakang dan lutut tidak boleh ikut terangkat. 2. Gerakan Tubuh Dilakukan selamban mungkin sesuai irama musik, berkesinambungan hindari sikap berhenti di tengah gerakan. Gerakan ringan dan lentur. Setiap gerakan harus dilakukan secara benar. Keseimbangan bobot tubuh harus tepat. 3. Pernafasan Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan paru-paru, agar dapat memenuhi kebutuhan oksigen, yang merupakan zat vital untuk terjadinya proses metabolisme, agar tercipta energi yang sangat kita butuhkan dalam kehidupan kita. Adapun teknik dalam pernafasan yaitu: a. Tarik nafas perlahan-lahan, melalui hidung sementara bibir dirapatkan, lidah ditempelkan di langit-langit rongga mulut.
32
b. Hembus nafas perlahan-lahan, boleh melalui hidung maupun mulut seperti menyebutkan huruf “H” dan tidak ditiupkan. c. Tarik Nafas : Saat tangan diangkat, dibuka, digerakkan ke kiri. d. Hembus nafas: Saat tangan diturunkan, ditutup, didorong, digerakkan ke kanan. 4. Konsentrasi Konsentrasi
dalam Senam Tera adalah konsentrasi dari Meditasi Dinamis
(tidak terfokus pada satu titik) yaitu konsentrasi pada gerakan dan imajinasi membayangkan kepada nama gerakan yang sedang kita lakukan. 5. Pelaksanaan Senam Pernafasan Senam Pernafasan terdiri dari Senam Pernafasan Pokok dan Senam Pernafasan Lanjutan. Masing-masing terdiri dari 20 macam gerakan. Hitungan tarik-lepas nafas dalam masing-masing gerakan berbeda yaitu ada 6 atau 12 hitungan tarik-lepas nafas. Senam Pernafasan dalam Senam Tera termasuk golongan pernafasan Lembut. Dilaksanakan secara alami sesuai dengan kondisi fisik dan umur seseorang. Dilakukan secara halus dan tidak disentak-sentak, bernafas secara berirama, teratur, berkesinambungan tidak terputus-putus, tidak ada kegiatan menahan nafas, dilakukan penuh konsentrasi dan penuh perasaan, sikap mental dalam suasana gembira/senyum agar otot-otot muka rileks sehingga darah mengalir lebih lancar. Adapun deskripsi gerakan dalam latihan pernafasan adalah:
33
a. Mengatur Nafas Berdiri tegak kedua kaki sejajar dan dibuka selebar bahu. Pandangan ke depan. Tarik nafas
perlahan-lahan, melalui hidung sementara bibir
dirapatkan, lidah ditempelkan di langit-langit rongga mulut. 1. Hembus nafas perlahan-lahan, boleh melalui hidung maupun mulut seperti menyebutkan huruf “H”.
Gambar 1. Posisi tegak mengatur nafas (Sumber: Brick,2005) b. Naik-turun Mengatur Nafas 1. Posisi berdiri kedua tangan diangkat lurus ke depan sambil tarik nafas kemudian lepas nafas, tangan turun kembali dan lutut ditekuk. Punggung atau badan tetap tegak. Lakukan tarik– lepas nafas 6 kali. 2. Manfaat gerakan naik turun menggerakkan “CHI” (tenaga dalam) melancarkan saluran Meridian (saluran Chi) sehingga peredaran chi dan darah menjadi lancar.
34
Gambar 2. Posisi Naik Turun mengatur nafas (Sumber: Brick,2005) c. Melapangkan Dada Kedua tangan lurus ke depan bentangkan tangan sambil tarik nafas, dada dilapangkan. Tangan kembali ke depan sambil lepas nafas, lutut di tekuk posisi kuda-kuda. Dilakukan sebanyak 6 kali. Imajinasi : Membayangkan seperti di puncak gunung dengan dada dilapangkan dan pandangan mata jauh ke depan Manfaat: Menggerakkan tenaga Chi, melancarkan peredaran darah dan tenaga ke seluruh tubuh.
35
Gambar 3. Posisi Melapangkan Dada (Sumber: Brick,2005) d. Mengayun Pelangi Angkat kedua tangan lurus ke atas ayun ke kiri, tangan kanan di atas kepala, tangan kiri lurus ke arah kiri kaki kanan ditekuk badan condong ke kanan
sambil tarik nafas. Kemudian ayun kedua tangan arah
sebaliknya/kanan, kaki kiri ditekuk, badan condong ke kiri sambil lepas nafas. Dilakukan 6 kali tarik-lepas nafas. Imajinasi: Membayangkan pelangi yang beraneka warna, menikmati dan larut dalam keindahannya. Manfaat: Membantu mengurangi atau menghilangkan perasaan kaku dan penumpukan lemak pada pinggang.
36
Gambar 4. Posisi mengayun Pelangi (Sumber: Brick,2005) e. Membelah Awan Kedua kaki kuda-kuda/lutut ditekuk posisi tangan menyilang di bawah, angkat tangan ke atas sambil menarik nafas, lepas nafas.tangan turun kembali seolah-olah membelah awan. Dilakukan berulang 6 kali tarik-lepas nafas. Imajinasi: Mengambang bersama awan di langit biru, dengan riang gembira menguak gumpalan awan di angkasa. Manfaat : Memupuk dan menambah tenaga pada bagian paha dan pinggang.
37
Gambar 5. Gerakan Membelah Awan (Sumber: Brick,2005) f. Mengayun Lengan Kedua kaki posisi kuda-kuda/lutut ditekuk. Tangan kiri lurus ke depan telapak tangan ke terbuka ke atas, putar lengan dan tangan kanan ke belakang atas
lalu dorong ke depan sambil hembuskan nafas, posisi
telapak tangan kanan tepat di atas tangan kiri. Dilakukan 6 kali tarik-lepas nafas. Imajinasi: Mengambang bersama awan di langit biru, dengan riang gembira menguak gumpalan awan di angkasa. Manfaat: Memupuk dan menambah tenaga pada bagian lengan dan pinggang.
38
Gambar 6. Gerakan Mengayun Lengan (Sumber: Brick,2005) g. Mengayuh Di Danau Posisi awal angkat tangan di depan badan kemudian mengikuti perputaran bahu, ayun kedua tangan ke bawah, belakang lalu ke atas, turun kembali di depan badan. Lutut ditekuk saat tangan ke bawah. Tarik nafas saat tangan diayun ke atas, hembus nafas saat turun di depan badan. Lakukan tarik-lepas nafas 6 kali. Imajinasi: Membayangkan mengayuh perahu di danau yang tenang dengan santai dan penuh kedamaian. Manfaat: Memperkuat daya kerja organ pencernaan serta menyegarkan pikiran.
39
Gambar 7. Gerakan Mengayuh di Danau (Sumber: Brick,2005) h. Mengangkat Bola Posisi berdiri tegak angkat tangan kanan kedepan, sambil jinjit (seolah mengangkat bola) kemudian tangan diturunkan dan kaki kembali keposisi semula. Ulangi angkat tangan kiri dan seterusnya secara bergantian. Saat mengangkat tangan tarik nafas dan lepas nafas saat tangan diturunkan. Dilakukan 12 kali tarik lepas nafas. Imajinasi: Membayangkan kehidupan masa kanak-kanak yang penuh keceriaan. Manfaat: Menenangkan hati, menenteramkan pikiran, menghilangkan pegal-pegal/perasaan kaku pada otot-otot pinggang mempertinggi daya kerja ginjal.
40
Gambar 8. Mengangkat Bola (Sumber: Brick,2005) i. Memandang Rembulan Posisi kuda-kuda/lutut ditekuk, kedua tangan di depan lutut seolah-olah memegang bola kemudian angkat ke samping kiri atas sambil kaki ke posisi berdiri. Pandangan ikuti arah tangan, saat tangan ke atas tarik nafas dan lepas nafas saat tangan turun ke posisi semula. Kemudian ulang ke arah kanan atas dan seterusnya dilakukan sebanyak 6 kali. Imajinasi: Membayangkan keindahan bulan purnama.
41
Gambar 9. Gerakan Memandang Rembulan (Sumber: Brick,2005) j. Mendorong Telapak Posisi kuda-kuda/lutut ditekuk kedua tangan ditekuk di samping perut, dorong tangan kanan ke depan serong ke kiri sambil lepas nafas, tarik kembali tangan kanan sambil tarik nafas sementara tangan kiri di dorong serong ke kanan sambil lepas nafas. Dilakukan bergantian 6 kali tariklepas nafas. Imajinasi: Membayangkan seakan-akan kita membuang udara kotor dan menghisap udara bersih tidak saja dari hidung, tetapi juga dari telapak tangan yang dibuka. Manfaat: meregangkan otot-otot
pinggang, membantu menyembuhkan
pegal-pegal pada otot-otot pinggang dan paha serta mempertinggi daya tahan tubuh.
42
Gambar 10. Gerakan mendorong Telapak (Sumber: Brick,2005) k. Membelai Mega Posisi kuda-kuda/lutut ditekuk pandangan seolah-olah bercermin pada telapak tangan kiri (jarak kurang lebih 30 cm) tangan kanan posisi di depan perut (lihat gambar). Kemudian putar pinggang ke kiri kedua tangan
mengikuti
(pinggang saja yang diputar) sambil
tarik nafas.
Kemudian putar pinggang ke arah berlawanan (kanan), lepas nafas kedua tangan mengikuti (tangan kanan ganti dijadikan cermin). Diulang bergantian 6 kali tarik-lepas nafas. Imajinasi: Membayangkan kedua lengan kita seperti baling-baling kapal yang berputar, dengan putaran pinggang kita sebagai porosnya. Manfaat: Menyatukan
jiwa
dan
badan menenangkan
menenteramkan pikiran, memperlancar pencernaan.
hati,
43
Gambar 11. Gerakan Membelai Mega (Sumber: Brick,2005) l. Meraup Air Kaki kiri ke depan, tangan seolah-olah meraup air yang ada di depan lutut sambil tarik nafas, angkat kedua tangan ke atas sambil lepas nafas. Ulangi gerakan meraup air sampai 3 kali kemudian ganti kaki, kaki kanan ke depan dan lakukan gerakan yang sama 3 kali lagi. Imajinasi: Membayangkan terdapat banyak sekali ikan di laut, yang dapat kita tangkap dengan mudah disertai dengan perasaan gembira Manfaat: memperkuat daya kerja ginjal dan lambung, serta memperkuat otot-otot pinggang, paha dan kaki dan menghilangkan lemak-lemak.
44
Gambar 12. Gerakan Meraup Air (Sumber: Brick,2005) m. Mendorong Ombak Kaki kiri ke depan, kedua tangan ditekuk di depan dada dorong tangan ke depan sambil lepas nafas, kemudian tarik kembali sambil tarik lakukan
nafas
6 kali gerakan kemudian ganti kaki kanan di depan ulangi
gerakan tadi 6 kali tarik-lepas. Imajinasi: Membayangkan kita main-main di laut dan ikut beralun dengan alunannya. Manfaat: memperkuat daya kerja hati dan limpa menghilangkan pegalpegal pada otot punggung.
45
Gambar 13. Gerakan Mendorong Ombak (Sumber: Brick,2005) n. Membentangkan Sayap Kaki kiri ke depan, rentangkan kedua tangan sambil tarik nafas, dada dilapangkan, tubuh ke belakang, kemudian tangan tutup kembali lepas nafas. Dilakukan sebanyak 6 kali tarik lepas nafas. Kemudian ganti kaki, kaki kanan ke depan lakukan gerakan seperti sebelumya tarik-lepas nafas 6 x tarik lepas. Imajinasi:
membayangkan
kita
seperti
burung
merpati
sedang
mengepakkan sayap dan banyak menghirup udara bersih. Manfaat: melancarkan peredaran darah pada hati dan mengatasi rasa pengap di dada
46
Gambar 14. Gerakan Membentangkan Sayap (Sumber: Brick,2005) o. Menjulurkan Tinju Posisi kaki kuda-kuda/ lutut ditekuk, kedua tangan dikepalkan di samping perut. Dorong tinju tangan kiri ke depan sambil lepas nafas, kemudian ditarik
kembali sambil menarik nafas sementara tinju tangan kanan
dorong ke depan lepas nafas, demikian seterusnya bergantian tangan kiri dan tangan kanan sampai 12 kali tarik-lepas nafas. Imajinasi : membayangkan seakan-akan kita mendorong sesuatu dengan tinju dengan memakai tenaga dari dalam tubuh (bukan tenaga otot /luar). Manfaat: menambah kekuatan tenaga dalam dan kebugaran tubuh, memperbesar kapasitas daya kerja paru-paru, serta menambah tenaga.
47
Gambar 15. Gerakan Menjulurkan Tinju (Sumber: Brick,2005) p. Terbang Melayang Posisi
kuda-kuda/lutut ditekuk kedua tangan di samping badan,
rentangkan tangan ke atas sambil menarik nafas
kedua kaki
jinjit,
kemudian tangan turun kembali lepas nafas, sambil menekuk lutut. Diulang 12 kali tarik lepas nafas. Imajinasi: Seakan-akan seperti bebas.Manfaat: Membantu pusing.
bangau yang sedang terbang di alam
menghilangkan ketegangan pikiran, kepala
48
Gambar 16. Gerakan Terbang Melayang (Sumber: Brick,2005) q. Memutar Roda Posisi berdiri kuda-kuda/lutut ditekuk, ke dua tangan seolah-olah ada roda di depan badan kita, kemudian digerakan berputar ikuti arah jarum jam, tarik nafas saat tangan bergerak ke atas dan posisi kaki kembali tegak. Saat berputar turun, lepas nafas, kaki ditekuk kembali dilakukan 3 kali putaran. Kemudian berbalik arah 3 x putaran. Imajinasi : Membayangkan tubuh kita seperti roda besar yang berputar dengan pinggang sebagai porosnya. Manfaat : Memperkuat otot pinggang, paha dan kaki, memperlancar/ mempertinggi sirkulasi darah pada tubuh, membantu penyembuhan pegalpegal di pinggang dan paha.
49
Gambar 17. Gerakan Memutar Roda (Sumber: Brick,2005) r. Menepuk Bola Gerakan seolah-olah menepuk bola, angkat tumit kanan (jinjit) tepuk tangan kanan ke bawah sementara kaki kiri diangkat sambil ditekuk dilakukan bergantian. Saat tangan keatas tarik nafas saat turun lepas nafas. Dilakukan 11 kali tarik-lepas nafas. Imajinasi: Membayangkan kehidupan masa kecil ceria dan bergembira melakukan permainan menepuk bola.
50
Gambar 18. Gerakan Menepuk Bola (Sumber: Brick,2005) s. Meredakan Nafas Posisi berdiri kuda-kuda/lutut ditekuk, kedua tangan di depan badan lalu diangka seolah-olah meraup sesuatu sampai di depan mata sambil menarik nafas, kaki tegak. Kemudian tangan diturunkan seperti posisi awal dan lepas nafas kaki ditekuk kembali. Dilakukan 6 kali tarik-lepas nafas. Imajinasi: Melepaskan semua konsentrasi pada gerakan yang telah kita lakukan, dengan perasaan lega dan damai kita akhiri latihan. Manfaat : menenangkan pikiran.
51
Gambar 19. Gerakan Meredamkan Nafas (Sumber: Brick,2005) t. Menggosok Telapak Tangan Satukan ke dua telapak tangan di depan pusar dan gosok tangan sampai hangat, tempel dan usap ke muka. Lakukan sampai 3 kali sesuai aba-aba. 1. Lakukan dengan senyum sebagai ungkapan rasa gembira. 2. Saat menggosok tangan membayangkan seakan-akan kedua telapak tangan ada sesuatu yang dapat membuat air muka kita bertambah cerah. Manfaat: Memperlancar sirkulasi darah dan mempertinggi metabolisme pada sel-sel kulit dan otot-otot di muka.
52
Gambar 20. Gerakan Menggosok Telapak Tangan (Sumber: Brick,2005) 2.2.4 Pengaruh Senam Tera terhadap Perubahan Tingkat Stres Senam tera merupakan salah satu senam yang diadaptasi dari gerakan Tai Chi. Dalam Senam Tera terdapat 3 komponen gerakan utama yaitu gerakan peregangan, persendian dan pernafasan (Sukartini, 2009). Senam Tera dapat memberikan manfaat pada tingkat stress pada pelakunya karena Senam Tera mengandung 2 unsur penting yaitu aktivitas fisik dan relaksasi. Menurut Yulianti dalam Isnaeni (2010) jenis terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat stress adalah terapi perilaku yaitu melalui peningkatan aktivitas fisik serta relaksasi. Unsur pertama dalam Senam Tera adalah aktivitas fisik. Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait pengaruh aktivitas fisik yang terbukti baik untuk kesehatan dan dapat menurunkan tingkat stres. Untuk itu, aktivitas jasmani yang
53
dilakukan secara terprogram, terukur, teratur, dan rutin mampu mengurangi potensi serangan stress, selain itu juga mampu memelihara kebugaran jasmani individu. Dianjurkan individu non olahragawan untuk melakukan aktifitas fisik, antara lain seperti jogging, jalan, renang, bersepeda dengan intensitas ringan sampai sedang, dalam durasi waktu minimal 20 menit, frekuensinya 3 kali setiap minggu, akan membantu memelihara kebugaran jasmani (Sukadiyanto, 2010). Menurut Sukartini (2008) Pelatihan senam tera dilakukan selama empat minggu karena terlihat perubahan yang signifikan pada minggu keempat apabila dilakukan dalam waktu yang bergantian. Saat melakukan aktivitas fisik dalam hal ini senam. Mengakibatkan otot berkontraksi. Kontraksi otot akan merangsang vasodilatasi pembuluh darah otot, sehingga menimbulkan aliran bali vena dan curah jantung. (Wilmore&Costill, 2004). Saat aliran darah membawa banyak oksigen dan nutrisi ke otak, terjadi peningkatan metabolisme yang menyebabkan peningkatan energi yang dihasilkan oleh mitokondria sel saraf untuk mensintesis neurotransmiter terutama serotonin dan norefinefrin didalam otak termasuk sistem limbik yang berkaitan dengan pengendalian emosi, perilaku instinktif, motivasi serta perasaan (Purnamasari, 2012). Serotonin yang disekresikan oleh nukleus yang berasal dari rafe medial batang otak dan berproyeksi di sebagian besar area otak khususnya menuju radiks dorsalis medulla spinalis dan menuju hipotalamus. Pelepasan serotonin di area nuklei anterior ventromedial hipotalamus akan menimbulkan perasaan senang,
54
rasa puas dan ketenangan sehingga berperan dalam penurunan kecemasan, stres ataupun depresi (Purnamasari, 2012). Norefinefrin
juga
berperan
dalam
penurunan
stres.
Norefinefrin
disekresikan oleh sebagian besar neuron yang berada di batang otak dan hipotalamus. Peningkatan sekresi norefinefrin pada hipotalamus membantu pengaturan seluruh aktivitas dan suasana hati, pikiran dan kehendak (Purnamasari, 2012). Aktivitas aerobik ataupun senam yang teratur juga membantu menurunkan aktivitas amygdala pada system limbik yang berhubungan dengan komponen emosional dari otak. Sistem ini berpengaruh terhadap sekresi Corticotropin Releasing Hormone (CRH) yang berperan dalam pengaturan sekresi GnRH hipotalamus dari tempat produksinya di nucleus arkuata. Khusus pada wanita, produksi GnRH mengakibatkan produksi LH dan FSH oleh hipofisis anterior yang secara langsung juga mempengaruhi hormone esterogen dan progesterone pada tingkat ovarium (Sugiono, 2002). Produksi esterogen berpengaruh terhadap produksi serotonin yang berperan dalam menimbulkan perasaan senang, rasa puas, dan ketenangan sehingga dapat menurunkan stres. Sedangkan progesteron membantu menyeimbangkan estrogen yang berperan dalam memperbaiki suasana hati dan meningkatkan ketenangan serta kualitas tidur. Unsur Kedua dalam pelaksanaan Senam Tera dalah relaksasi berupa terapi pernafasan yang diadaptasi dari gerakan Tai Chi. Tai Chi dikenal dapat membantu mengendalikan stres dengan cara latihan pernafasan yang tepat dikombinasikan dengan latihan otot ringan sehingga membuat seseorang menjadi rileks. Teknik pernafasan yang dalam dan gerakan yang lambat dapat meningkatkan konsentrasi
55
oksigen di dalam darah, memperlancar aliran darah, dan menurunkan denyut jantung. Gerakan Taichi bersumber pada Teori mengenai Yin dan Yang. Alam semesta, menurut ilmu pengetahuan Tiongkok kuno, terbagi dua: Yin dan Yang. Yin berarti unsur negatif seperti gelap, bulan, perempuan, dan lain sebagainya. Sedang Yang adalah unsur positif, misalnya terang, matahari, pria. Negatif bukan berarti buruk, demikian juga unsur positif bukan berarti baik. Segala sesuatu harus berimbang. Teori Yin dan Yang inilah yang mendasari pandangan Tai Chi Chuan. Chi (energi) di tubuh pun terdiri atas Yin dan Yang, dan itu harus selalu seimbang tanpa ada yang kalah-menang. Tidak seimbangnya energi Yin-Yang di tubuh akan menimbulkan berbagai keluhan di tubuh. Energi yang tidak seimbang mengakibatkan kekusutan dalam simpul darah. Dengan upaya penyelarasan energi, simpul darah pun diperbaiki, yang tersumbat dibuat jadi lancar kembali (Ji, 2009). Gerakan Tai Chi Chuan berpusat pada kaki, dikoordinasi di pinggang, dan dialirkan ke tangan. Hampir semua gerakan berporos pada pinggang. Maka senam Tai Chi membuat otot-otot perut kuat dan pinggang lentur. Khusus bagi perempuan akan membuat wajah terlihat bertambah segar, memperindah bentuk tubuh, otot-otot tubuh menjadi luwes (Sari, 2011). Pelaksanaan Senam Tera pun memiliki karakteristik yang sejenis dengan Tai Chi. Dalam melaksanakannya Pikiran harus tenang dan seluruh anggota tubuh baik kepala, punggung, kaki, tangan, dan pinggang harus fang song (rileks), tidak boleh tegang, Gerakannya perlahan tanpa terputus-putus. Mengalir seperti air di sungai yang tenang. Senam tera yang dapat diikuti semua usia (Sari, 2011).
56
Penelitian yang dilakukan oleh widyantoro (2002) dalam Putra (2013) menunjukkan adanya pengaruh yang sangat signifikan terhadap tingkat kecemasan. Kelompok yang mengikuti pelatihan tingkat pradasar seni pernafasan memiliki kecemasanyang lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak mengikuti pelatihan. Sehingga kelompok yang mengikuti pelatihan lebih mampu mengontrol emosi serta menghindari stres yang dialami (Putra, 2013) Pernafasan merupakan rantai diantara tubuh, pikiran dan emosi. Setiap emosi memiliki pola pernafasan. Ketika seseorang memberikan perhatian pada pernafasannya, maka akan mendapatkan pikiran dan emosi rileks. Pernafasan dapat mengeluarkan rasa marah dari pikiran emosi. Melalui terapi relaksasi pernafasan membuat bernafas lebih dalam, teratur dan rendah sehingga memberikan ketenangan (Rampersad, 2007) Nafas adalah pengatur kegembiraan, kesedihan, kesenangan, kemarahan, kewaspadaan dan emosi emosi lainnya. Secara kualitas dan kuantitas pernafasan memberi akibat yang nyata dan mengarahkan kesehatan manusia. Penelitian membuktikan bahwa seni pernafasan dengan perenungan batin (inner imagery) dapat mengontrol pergeseran-pergeseran frekuensi gelombang otak sesuai keinginan dari Beta (13-32Hz) yaitu keadaan sadar (conscious) ke gelombang alpha (7-14 Hz) yaitu setengah sadar, rileks atau meditative (rem sleep). Mereka yang mengalami gelombang alpha melaporkan adanya perasaan bahagia, tenang santai serta peningkatan kesadaran pikiran dan perasaan (Angraini,2003). Penelitian lainnya yang dilakukan suhartono,dkk, melihat toleransi terhadap stress dan imun melalui kandungan kadar hormone anti stress ACTH dan hormon
57
kortisol anggota latihan senam pernafasan, hasil penelitian ini menunjukkan anggota kelompok pelatihan senam pernafasan memiliki toleransi terhadap stres yang lebih tinggi sehingga lebih sabar, lebih bisa mengendalikan diri dan memiliki imunitas yang baik (Putra, 2013).