9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dan Jenis Kapal Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya apung dinamis, kendaraan di permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah (Dep.Hub. 2008) Menurut Dep.Dik.Nas (2003), jenis kapal menurut fungsinya adalah : a. Kapal Pesiar, adalah kapal yang dipakai untuk pelayaran pesiar. Penumpang menaiki kapal pesiar untuk menikmati waktu yang dihabiskan diatas kapal yang dilengkapi fasilitas penginapan dan perlengkapan bagaikan hotel berbintang. Lama pelayaran pesiar bisa berbeda-beda, mulai dari beberapa hari sampai sekitar tiga bulan tidak kembali kepelabuhan asal keberangkatan. b. Kapal Riset, adalah kapal yang pada umumnya digunakan untuk riset dan penelitian yang berhubungan dengan kelautan. Seperti penelitian gempa bawah laut, pencemaran air laut. c. Kapal Penumpang adalah kapal yang digunakan untuk angkutan penumpang. Untuk meningkatkan efisiensi atau melayani keperluan yang lebih luas, kenyamanan dan kemewahan, kadang kapal diperlukan demi memuaskan para penumpang. Lain dari itu kapal penumpang harus memiliki kemampuan bertahan hidup pada situasi darurat. d. Kapal Ro-Ro adalah kapal yang bisa memuat orang dan kendaraan yang berjalan masuk sendiri ke dalam kapal dengan penggeraknya sendiri dan bisa
9
Universitas Sumatera Utara
10
keluar dengan sendiri juga sehingga disebut sebagai kapal roll on – roll off disingkat Ro-Ro, untuk itu kapal dilengkapi dengan pintu rampa yang menghubungkan kapal dengan dermaga. e. Kapal Barang atau kapal kargo adalah segala jenis kapal yang membawa barang-barang dan kargo dari suatu pelabuhan ke palabuhan lainnya. Ribuan kapal jenis ini menyusuri laut dan samudera dunia setiap tahunnya memuat barang-barang perdagangan internasional dan nasional. Kapal kargo pada umumnya di desain khusus untuk tugasnya. f. Kapal Tanker ialah kapal yang dirancang untuk mengangkut minyak atau produk turunannya. Jenis utama kapal tanker termasuk mengangkut minyak, LNG, LPG. Diantara berbagi jenis kapal tenker menurut kapasitas : ULCC (Ultra large Crude Carrier) berkapasitas 500.000 Ton dan VLCC (Very Large Crude Carrier) berkapasitas 300.000 Ton. g. Kapal Tunda adalah kapal yang dapat digunakan untuk melakukan manuver/pergerakan, utamanya menarik atau mendorong kapal lainnya di pelabuhan, laut lepas atau melalui sungai atau terusan. Kapal Tunda memiliki tenaga yang besar bila dibandingkan dengan ukurannya. Mesin induk kapal tunda biasanya berkekuatan antara 750 sampai dengan 300 tenaga kuda ( 500 s/d 2000 kW), tetapi kapal yang lebih besar (digunakan di laut lepas) dapat berkekuatan 25.000 tenaga kuda (20.000 kW). Kapal tunda memiliki kemampuan manever yang tinggi, tergantung dari unit penggerak. Kapal tunda dengan penggerak konvensional memiliki baling-baling di belakang, efisien untuk menarik kapal dari pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Jenis penggerak
Universitas Sumatera Utara
11
lain sering disebut Schottel propulsion system (azimuth thruster/Z-peller) dimana baling-baling di bawah kapal dapat bergerak 3600 atau sistem propulsion Vioth-Schneider yang menggunakan semacam pisau di bawah kapal yang dapat membuat kapal berputar 3600. h. Kapal Peti Kemas (countainer ship) adalah kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas. Selanjutnya PP 51 tahun 2002 tentang perkapalan, yang dimaksud dengan peti kemas adalah bagian dari alat yang berbentuk kotak serta terbuat dari bahan yang memenuhi syarat bersifat permanen dan dapat di pakai berulang-ulang, yang memiliki pasangan sudut serta dirancang khusus untuk memudahkan angkutan barang dengan satu atau lebih noda transportasi, tanpa harus dilakukan pemuatan kembali. Termasuk jenis ini adalah kapal semi peti kemas, yaitu perpaduan antara kapal kargo dan peti kemas. 2.2 Sanitasi Kapal Setiap orang yang berada di kapal harus menjaga sanitasi dan kesehatan kapal seperti sarana sanitasi, suplai makanan dan kebersihan lingkunagn di kapal. Sanitasi kapal tidak mungkin terwujud tanpa kerja sama setiap anak buah kapal (ABK). Nahkoda berkewajiban menjaga kondisi sanitasi setiap saat dan secara berkala memeriksa kondisi sanitasi di atas kapal (CDC, 2003) Berdasarkan International Health Regulation : Handbook for Inspection of Ships and Issuance of Ship Sanitation Certificates (WHO, 2011), disimpulkan bahwa sasaran peningkatan sanitasi kapal antara lain kamar tidur ABK dan penumpang, dapur, ruang rakit makanan, gudang tempat penyimpanan, fasilitas
Universitas Sumatera Utara
12
perawatan anak, fasilitas medis, kolam renang dan kolam spa, limbah padat dan limbah medis, ruang mesin, air minum, pembuangan kotoran, muatan kargo, sistem dan area lainnya. 2.2.1 Kamar (Quarters) Kamar atau ruang tidur yang biasanya digunakan untuk awak kapal ataupun penumpang harus memenuhi persyaratan seperti, ruangan harus bebas dari vektor, sistem ventilasi mencukupi atau udara yang masuk dapat tersaring dengan baik untuk mencegah penyebaran penyakit, kamar harus kedap air dan gas, tersedia toilet baik didalam kamar ataupun diluar kamar pribadi, toilet harus dilengkapi dengan fasilitas seperti cara untuk mengeringkan tangan (lebih baik menggunakan handuk kertas yang langsung dapat dibuang) serta sabun cair, menerapkan langkah-langkah dekontaminasi, menjaga sistem toilet bebas dari kebocoran, disarankan kamar juga dilengkapi dengan cahaya buatan apabila cahaya alami tidak tersedia. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan mensyaratkan luas lantai kamar tidur tiap anak buah kapal adalah : a. Paling sedikit 2,00 𝑚2 untuk kapal lebih kecil dari 500 GT b. Paling sedikit 2,35 𝑚2 untuk kapal dengan ukuran ≥ 500 GT c. Paling sedikit 2,78 𝑚2 untuk kapal dengan ukuran ≥ 3000 GT d. Untuk kamar tidur penumpang, satu kamar tidur terdapat 4 tempat tidur, maka luas lantai per orang minimal 2,22 𝑚2
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.2
Dapur dan Ruang Rakit Makanan (Galleys and Pantry) Dapur dan ruang rakit makanan adalah ruangan dengan faktor risiko utama
yang berkontribusi terhadap wabah bawaan makanan di kapal terutama terkait dengan suhu yang membuat makanan mudah rusak, penjamah makanan yang terinfeksi serta adanya kontaminasi silang. Penjamah makanan dan karyawan dapur yang memiliki gejala masalah pencernaan sebaiknya tidak terlibat dalam berbagai macam pekerjaan yang berkaitan dengan pembuatan makanan hingga bebas dari gejala dalam waktu minimal 48 jam. Dapur harus dilengkapi dengan tempat mencuci tangan sekurang-kurangnya satu, dengan sabun dan cara mengeringkan tangan (lebih baik menggunakan handuk kertas yang langsung dapat dibuang) dan tersedia tempat pembuangan sampah untuk handuk tersebut. Mengatur bak untuk pencucian bahan makanan secara terpisah juga perlu dilakukan, namun sekurang-kurangnya tersedia satu bak cuci untuk pencucian bahan makanan, Kebersihan, desinfeksi dan sanitasi dari bak cuci perlu diawasi dengan ketat sebelum persiapan makanan, terutama jika hanya satu bak cuci yang tersedia. Memberikan pencahayaan buatan jika cahaya alami yang memadai tidak tersedia untuk mengevaluasi kondisi sanitasi. Keadaan dapur kapal yang memenuhi syarat dilihat dari tingkat kebersihan dapur, ada tidaknya sirkulasi udara, pencahayaan yang cukup, adanya tempat pencucian piring dan peralatan dapur lain yang saniter, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan vektor atau rodent.
Universitas Sumatera Utara
14
2.2.3 Gudang Tempat Penyimpanan (Stores) Faktor risiko juga dapat terjadi pada gudang tempat penyimpanan. Gudang tidak hanya digunakan untuk menyimpan bahan makanan tetapi juga untuk menyimpan bahan non-makanan seperti bahan kimia dan peralatan yang diperuntukkan bukan untuk makanan. Gudang tempat penyimpanan harus berada dalam kondisi bersih, terorganisir, dan dikelola dengan baik sehingga tidak menjadi tempat berkembang biaknya vektor. Genangan air dan sumbernya harus dihilangkan, Desinfeksi, hapus serangga dan tindakan hapus tikus perlu dilakukan untuk membebaskan gudang dari keberadaan vektor. Penyimpanan
makanan
dipisahkan
dengan
non-makanan
serta
memisahkan produk mentah dan produk yang sudah jadi. Tempat penyimpanan makanan berada di jarak aman (sekitar 15 cm) di atas dek dan terlindung dari masuknya air dan kontaminasi potensial lainnya. Bahan kimia harus dipisahkan dengan menyimpannya didalam loker.
2.2.4 Fasilitas Perawatan Anak Fasilitas perawatan anak di kapal berkontribusi terhadap risiko kesehatan masyarakat. Fasilitas tersebut juga penting sebagai pusat untuk pengawasan dan pengendalian risiko kesehatan masyarakat. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fasilitas perawatan anak antara lain : o Ventilasi dan pencahayaan dari fasilitas perawatan anak; o Bahan dan kebersihan permukaan furnitur, karpet dan mainan; o Tempat penggantian popok, fasilitas cuci tangan dan toilet;
Universitas Sumatera Utara
15
o Pelatihan kru dalam prosedur sanitasi, dengan penekanan pada cuci tangan;
2.2.5 Fasilitas Medis Fasilitas medis penting untuk pengawasan dan pengendalian penyakit diatas kapal. Namun, fasilitas medis juga berkontribusi terhadap terjadinya risiko kesehatan masyarakat, sebagai kondisi yang tidak sehat dalam fasilitas medis dapat menyebabkan penyebaran penyakit menular. Oleh karena itu, anggota awak yang ditunjuk untuk menyediakan perawatan medis, memainkan peran dalam pencegahan, pengawasan dan pengendalian penyakit menular. Prasyarat untuk mengendalikan risiko kesehatan masyarakat mencakup pelatihan staf yang berdedikasi, manual operasional dan protokol yang tepat, fasilitas untuk diagnosis dan pengobatan, dan pemberitahuan tepat waktu kepada ahli yang kompeten. Sebagai akomodasi untuk ABK dan Penumpang, fasilitas ini dibutuhkan untuk menangani apabila ada yang menderita sakit maupun kecelakaan kerja, untuk itu fasilitas medis harus memenuhi syarat : 1. Setiap kapal dengan jumlah Anak Buah Kapal 15 (lima belas) orang atau lebih dilengkapi dengan ruangan perawatan kesehatan yang layak dan memiliki kamar mandi dan jamban tersendiri. 2. Fasilitas ruang perawatan kesehatan tidak boleh di pergunakan untuk keperluan lain selain untuk perawatan orang sakit. 3. Pada setiap kapal harus tersedia obat-obatan dan bahan-bahan pembalut dalam jumlah yang cukup.
Universitas Sumatera Utara
16
4. Untuk pemberian pelayanan kesehatan di kapal, Nahkoda dalam keadaan tertentu dapat meminta bantuan nasehat dari tenaga medis di darat. Kapal yang lebih kecil mungkin tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi semua langkah-langkah untuk pengawasan, pencegahan dan pengendalian dalam cara yang sama seperti kapal yang lebih besar dengan dokter di kapal.
2.2.6 Kolam Renang Dan Kolam Spa Kolam spa lebih kecil dari kolam renang dan memiliki rasio yang jauh lebih tinggi dari pengguna terhadap volume air. Dengan demikian, konsentrasi bahan organik dalam kolam spa seringkali jauh lebih tinggi daripada di kolam renang. Oleh karena itu, desinfeksi air adalah kunci pengawasan, tetapi kenaikan suhu dan kadar organik yang tinggi di air kolam renang spa menjadi sulit untuk mempertahankan desinfeksi efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain : menggantikan bahan atau alat kelengkapan dengan bahan tahan korosi yang tidak mendukung pertumbuhan mikroorganisme, pastikan bahwa pipa dan keseimbangan tangki dapat diakses untuk pembersihan dan desinfeksi, kontrol kekeruhan air sehingga kurang dari 0,5 NTU. Menerapkan prosedur untuk membersihkan kolam renang secara teratur.
2.2.7 Limbah Padat dan Limbah Medis Sejumlah besar limbah dihasilkan di atas kapal, tergantung pada jenis dan rute kapal. Limbah ini dapat dipisahkan ke dalam sampah sisa makanan, kertas
Universitas Sumatera Utara
17
dan kardus, kaleng dan timah, kaca, plastik, bahan berminyak dan limbah medis berpotensi menular. Syarat tempat penampungan sampah, antara lain : 1. Memasang kontainer sampah yang kedap air, non penyerap dan mudah dibersihkan; dapat didesinfeksi; dan memiliki penutup yang erat. 2. Gosok, cuci dan sterilkan wadah tempat sampah dengan bersih setelah setiap pengosongan. 3. Kontrol hama di daerah sekitar tempat sampah. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai limbah medis, antara lain : 1. Menyimpan limbah berpotensi menular dalam kantong plastik kuning atau wadah yang diberi label dengan kata-kata "HIGHLY INFECTIOUS " dan dengan simbol internasional zat menular (biohazard). 2. Menyimpan limbah medis secara terpisah dari limbah lainnya di tempat khusus. 3. Hubungkan pipa untuk limbah cair medis dan air limbah dari daerah medis, termasuk bak mandi, shower dan wastafel mencuci tangan, ke sistem pembuangan limbah. 4. Membuang limbah benda tajam ke dalam wadah plastik yang sesuai. 5. Menyediakan wadah benda tajam yang terbuat dari logam atau plastik anti robek. Wadah harus kuning, dan diberi label dengan kata "SHARPS" dan simbol internasional zat infeksius (biohazard).
Universitas Sumatera Utara
18
2.2.8 Ruang Mesin Ruang mesin dan kompartemen di dekatnya dapat berisi mikroba berbahaya dan bahan kimia. Agen infeksi dan bahan kimia berbahaya dapat ditransfer dari ruang mesin ke limbah melalui sambungan black water, grey water, air ballast, air pendingin, air limbah industri dan limbah berbahaya lainnya. Risiko utama termasuk kontaminasi oleh vektor dan efek dari lingkungan ruang mesin terhadap kesehatan kerja dari awak, meliputi : 1. Paparan eksternal dengan menghirup uap minyak dan kabut yang berasal ventilasi yang buruk; 2. Suhu tinggi dari ruang tertutup dengan fasilitas pendingin tidak cukup; 3. Pencahayaan tidak cukup.
2.2.9 Air Minum Kapal dapat dilengkapi dengan dua atau tiga sistem air yang berbeda : air minum, air non-minum yang digunakan untuk prosedur operasional lainnya dan air untuk pemadam kebakaran. Adapun yang menjadi parameter wajib dari persyaratan kualitas air minum berdasarkan Permenkes No. 492/ Menkes/ Per/ IV/ 2010, adalah : 1. Persyaratan Fisik Persyaratan fisik yang harus dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Sementara suhunya sebaiknya sejuk yaitu ± 3𝑜 C. Selain itu, air minum memiliki syarat kekeruhan yaitu 5 NTU dan tidak menimbulkan endapan.
Universitas Sumatera Utara
19
2. Persyaratan Kimia Dari aspek kimiawi, bahan air minum tidak boleh mengandung partikel terlarut dalam jumlah tinggi serta logam berat (misalnya Hg, Ni, Pb, Zn,dan Ag) ataupun zat beracun seperti senyawa hidrokarbon dan detergen. Ion logam berat dapat mendenaturasi protein, disamping itu logam berat dapat bereaksi dengan gugus fungsi lainnya dalam biomolekul. Karena sebagian akan tertimbun di berbagai organ terutama saluran cerna, hati dan ginjal, maka organ-organ inilah yang terutama dirusak 3. Persyaratan Mikrobiologis Bakteri patogen yang tercantum dalam Kepmenkes yaitu Escherichia Coli, Clostridium Perfringens, Salmonella. Bakteri patogen tersebut dapat membentuk toksin (racun) setelah periode laten yang singkat yaitu beberapa jam. Keberadaan bakteri Coliform (E.Coli tergolong jenis bakteri ini) yang banyak ditemui di kotoran manusia dan hewan menunjukkan kualitas sanitasi yang rendah dalam proses pengadaan air. Makin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, makin tinggi pula risiko kehadiran bakteri patogen, seperti bakteri Shigella (penyebab muntaber), S. Typhii (penyebab Typhus), Kolera, dan Disentri.
2.2.10 Air Bersih Nahkoda atau mualim yang ditugaskan, harus memastikan dengan benar bahwa air yang di suplay dari pelabuhan memenuhi standar kualitas air bersih
Universitas Sumatera Utara
20
dengan meminta pernyataan dari keagenen kapal, jika dibutuhkan pengelolaan atau penyaringan di kapal harus dilaksanakan dengan metode memenuhi syarat. Untuk itu dikapal harus ada peralatan pengujian dasar (Turbiditas, pH dan sisa Chlor) air bersih menjaga tingkat keamanan air bersih. Air bersih untuk persediaan di kapal minimal tersedia untuk dua hari dengan asumsi kebutuhan 120 liter per orang per hari untuk maksimal kapasitas anak buah kapal dan penumpang, selanjutnya air di kapal minimal mengandung 0,2 ppm sisa chlor bebas (CDC, Juli 2005)
2.2.11 Pembuangan Kotoran (Sewage) Limbah kotoran merupakan salah satu jenis air limbah, dan merupakan sumber aktual atau potensial utama polusi air minum dengan agen infeksius. Polusi juga bisa berasal dari banyak karakteristik kimia, termasuk konsentrasi tinggi amonium, nitrat dan fosfor; konduktivitas yang tinggi (karena padatan terlarut yang tinggi); dan alkalinitas tinggi, dengan pH biasanya berkisar antara 7 dan 8. Trihalomethan juga kemungkinan akan hadir sebagai hasil dari desinfeksi terdahulu. Metode yang paling umum dari pengolahan limbah adalah limbah dari toilet dialirkan melalui sistem perpipaan ke dalam tangki penampung di mana limbah tersebut dihaluskan, didekantasi dan dipecah oleh bakteri alami dalam proses aerobik. Hal ini kemudian didesinfeksi sebelum dibuang ke laut terbuka. Hal ini penting untuk mempertimbangkan bahwa penggunaan berlebihan pembersih
dan
desinfektan
dalam
sistem
pembuangan
limbah
dapat
Universitas Sumatera Utara
21
menghancurkan bakteri alami di tangki pengolahan. Proses aerobik membutuhkan oksigen; Oleh karena itu, aerator meniup udara ke dalam kompartemen biologis. Gas beracun bisa saja dihasilkan selama proses ini.
2.2.12 Air Balast Kapal yang mengangkut sejumlah besar kargo (misalnya kapal bulk atau kapal kontainer) perlu untuk mengontrol keseimbangan kapal selama operasi kargo. Oleh karena itu, sejumlah besar air ballast yang dipompa ke dalam atau keluar dari kapal. sebagai contoh, jika sebuah kapal tiba di pelabuhan dengan kargo kosong, kapal ini "di ballast", yang berarti bahwa beberapa ratus ton air ballast berada di tangki ballast air untuk menstabilkan kapal saat melintasi laut. Selama operasi memuat, air ballast harus dipompa ke tangki untuk menjaga kapal agar tetap stabil. Bila ditemukan kasus seperti, tidak ada pertukaran air ballast di laut terbuka, tidak ada sistem pengolahan tersedia, maka hal-hal yang perlu diperhatikan : a. Menutup semua katup pengeluaran segera. b. Beritahu pihak yang tepat (misalnya polisi pelabuhan atau Pengawasan Pelabuhan Negara). c. Jika perlu, lakukan pengeluaran di bawah pengawasan pihak yang tepat. d. Jika ditemukan uji salinitas menunjukkan bahwa air belum ditukar di laut terbuka, maka lakukan penginformasian kepada pihak yang tepat untuk
Universitas Sumatera Utara
22
mengumpulkan sampel untuk kemudian dilakukan penilaian risiko organisme air berbahaya dan patogen di dalam air.
2.2.13 Muatan Kargo Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap risiko kesehatan masyarakat di atas kapal, meliputi desain, konstruksi, manajemen dan operasi muatan kargo. Beberapa risiko kesehatan masyarakat dapat dibawa dari satu negara ke negara lain melalui kargo yang terkontaminasi atau terinfeksi ketika dimuat, kontaminasi atau vektor kutu kargo, dan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian yang tidak memadai atau tidak cukup di atas kapal. Muatan harus dikosongkan selama pemeriksaan/ inspeksi dilakukan.
2.2.14 Sistem dan Area Lainnya Ada sistem dan area lain yang juga dapat menimbulkan masalah kesehatan. Vektor menimbulkan risiko besar bagi kesehatan penumpang dan awak kapal. Nyamuk, tikus, kecoa, lalat, kutu dan kutu tikus yang berada diatas kapal, semuanya mampu menularkan penyakit. Tikus yang berada di daerah pelabuhan juga dianggap vektor untuk banyak penyakit, seperti wabah, tifus murine, salmonellosis, trichinosis, leptospirosis dan rat-bite fever. Pemantauan dan pengendalian vektor dan reservoir diperlukan untuk menjaga kesehatan di kapal. Untuk itu perlu dilakukan tindakan seperti : a. Menempatkan rat guard untuk mencegah tikus naik ke kapal melalui tali tambat.
Universitas Sumatera Utara
23
b. Melakukan pengawasan rutin terhadap vektor dan reservoir; misalnya, menyebarkan dan memeriksa perangkap tikus dan perangkat lainnya. c. Menghilangkan
genangan
air
dan
menerapkan
langkah-langkah
pengendalian vektor. d. Pastikan bahwa awak yang mengurus ruangan mengambil tindakan pencegahan, termasuk menggunakan APD sekali pakai yang kemudian diganti setelah membersihkan kabin setiap orang yang sakit. e. Memelihara sistem drainase sehingga tidak bocor. f. Membersihkan kabin penumpang dan awak yang sehat, sebelum membersihkan kabin pada penumpang dan kru yang sakit.
2.3 Pengendalian Vektor Penular Penyakit 2.3.1 Pengawasan Institusi
yang
berwenang
dalam
melaksanakan
pengawasan
dan
pengendalian vektor di pelabuhan adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), KKP merupakan UPT pusat yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur
Jenderal
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan
Lingkungan
Departemen Kesehatan RI. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Keehatan Pelabuhan yang menyatakan bahwa tugas Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, pelaksanaan kekarantinaan, pelayanan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
24
terbatas di wilayah pelabuhan/ bandara dan lintas batas darat serta pengendalian dampak risiko lingkungan (Depkes RI, 2008). Selanjutnya salah satu fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan sesuai Permenkes RI No. 356/Menkes/Per/IV/2008 tersebut di atas adalah pelaksanaan pengawasan alat angkut dan pengendalian vektor penular penyakit dan risiko lingkungan di wilayah pelabuhan/ bandara dan lintas batas darat.
2.3.2 Pengendalian Vektor Nyamuk Nyamuk
termasuk
dalam
subfamily
Culicinae,
famili
Culicidae
(Nematocera: Diptera) merupakan vektor atau penular utama dari penyakitpenyakit arbovirus (demam berdarah, chikungunya, demam kuning, encephalitis, dan lain-lain), serta penyakit-penyakit nematoda (filariasis), riketsia, dan protozoa (malaria). Jenis-jenis nyamuk yang menjadi vektor utama, biasanya adalah Aedes spp., Culex spp., Anopheles spp., dan Mansonia spp. Tempat pembiakan nyamuk antara lain : a. Aedes spp. Nyamuk-nyamuk Aedes yang aktif pada waktu siang hari seperti Ae. Aegypti dan Ae. albopictus biasanya meletakkan telur dan berbiak pada tempat-tempat penampungan air bersih atau air hujan seperti bak mandi, tangki penampungan air, vas bunga, kaleng-kaleng atau kantung-kantung plastik bekas dan semua bentuk kontainer yang dapat menampung air bersih. Kedua jenis nyamuk Aedes tersebut merupakan vektor utama penyakit demam berdarah.
Universitas Sumatera Utara
25
b. Culex spp. Nyamuk-nyamuk Culex ada yang aktif pada waktu pagi, siang, dan ada yang aktif pada waktu sore atau malam. Nyamuk-nyamuk ini meletakkan telur dan berbiak di selokan-selokan yang berisi air bersih ataupun selokan air pembuangan domestik yang kotor (air organik), serta di tempat-tempat penggenangan air domestik atau air hujan di atas permukaan tanah. c. Mansonia spp. Nyamuk Mansonia biasanya berbiak dalam kolam-kolam air tawar seperti kolam ikan. Larva-larva nyamuk ini bernapas dengan memenetrasi akar tanaman air. Nyamuk Mansonia selain menularkan penyakit chikungunya juga dapat menularkan penyakit filariasis dan ensefalitis. d. Anopheles spp. Nyamuk Anopheles dapat berbiak dalam kolam-kolam air tawar yang bersih, air kotor, air payau, maupun air-air yang tergenang di pinggiran laut. Pencegahan dan pengendalian nyamuk dilakukan sesuai dengan jenis penyakit yang ditimbulkan oleh jenis nyamuk yang berbeda. Biasanya pengendalian nyamuk ditujukan pada nyamuk Aedes spp. agar terhindar dari penyakit
demam
berdarah
dengue.
Menurut
Sembel
(2009),
bentuk
pengendaliannya antara lain : 1. Pengendalian Dengan Cara Sanitasi Pengendalian ini merupakan pengendalian secara tidak langsung, yaitu membersihkan atau mengeluarkan tempat-tempat pembiakan nyamuk
Universitas Sumatera Utara
26
seperti kaleng-kaleng bekas, plastik-plastik bekas dan kontainer-kontainer lain yang dapat menampung air bersih atau genangan air hujan. Tempattempat penampungan air termasuk sumur harus dibersihkan untuk membunuh telur-telur, jentik-jentik, dan pupa-pupa nyamuk. Program yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan RI ialah menguras, menimbun, dan mengubur (3M). 2. Pengendalian Dengan Cara Mekanik Pengendalian DBD yang lain adalah dengan cara mekanik, yaitu mencegah gigitan nyamuk dengan memakai pakaian yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh, kecuali muka dan penggunaan net atau kawat kasadi rumah. 3. Pengendalian Dengan Insektisida Penyemprotan dengan ULV malathion masih merupakan cara yang umum dipakai untuk membunuh nyamuk-nyamuk dewasa, tetapi cara ini tidak dapat membunuh larva yang hidup dalam air. Pengendalian yang umum dipergunakan untuk larva-larva nyamuk adalah dengan menggunakan larvasida seperti abate. 4. Pengembangan Infrastruktur Kesehatan Sejumlah ahli meyakini bahwa negara-negara yang sedang berkembang harus memfokuskan diri pada pengimplementasian infrastruktur pusatpusat kesehatan seperti puskesmas. Demikian pula program pencegahan penyakit dengan melibatkan individu-individu dalam satu keluarga dan di
Universitas Sumatera Utara
27
sekitarnya serta oleh berbagai lapisanmasyarakat dan pusat-pusat pelayanan kesehatan sangat diperlukan. 5. Penggunaan Zat Penolak Serangga Permethrin yang mengandung zat penolak seperti permanone atau deltamethrin hanya direkomendasi untuk digunakan pada pakaian, sepatu, kelambu, dan alat-alat untuk perkemahan. Permethrin dapat menolak dan membunuh tungau, nyamuk, dan artropoda lainnya. Obat penolak yang saat
ini
direkomendasi
adalah
yang
mengandung
N,N-
diethylmetatoluamide (DEET) sebagai ingredien aktif. DEET dapat menolak nyamuk, tungau/ caplak dan artropoda lainnya apabila dioleskan pada kulit atau pakaian. 6. Pengendalian Hayati Beberapa negara telah berhasil dalam melakukan pengendalian vektor penyakit secara hayati dengan menggunakan patogen mikroba seperti Bacillus sphaericus. Banyak penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang diisolasi dari inang yang terinfeksi oleh B. thuringiensis, B. sphaericus, dan Beauveria bassiana di lapangan biasanya memiliki patogenitas tinggi. Oleh sebab itu, isolasi patogen mikroba pada jentik-jentik nyamuk juga perlu dilakukan untuk mendapatkan patogen mikroba yang berpotensi sebagai agen hayati untuk mengendalikan vektor nyamuk demam berdarah yang ramah lingkungan serta yang dapat berlangsung terus-menerus.
Universitas Sumatera Utara
28
2.3.3 Pengendalian Lalat Menurut Depkes RI (2001), penghitungan kepadatan lalat menggunakan fly grill sudah mempunyai angka recommendation control yaitu : 0–2
: TIdak menjadi masalah (rendah).
3–5
: Perlu dilakukan pengamatan terhadap tempat-tempat berkembangbiak lalat seperti tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lain-lain (sedang).
6 – 20 : Populasi padat dan perlu pengamatan lalat dan bila mungkin direncanakan tindakan pengendaliannya (tinggi). > 21
: Populasi sangat padat dan perlu diadakan pengamatan terhadap tempat berkembangbiaknya lalat dan tindakan pengendalian (sangat tinggi/ sangat padat). Pengendalian lalat bervariasi sesuai dengan jenis lalat dan penyakit yang
ditimbulkannya. Namun pada umumnya pengendalian lalat dilakukan untuk lalat rumah yang mana banyak mengganggu ketenteraman masyarakat, terutama di Indonesia. Menurut Sembel (2009), bentuk pengendalian tersebut antara lain : 1. Sanitasi yang baik merupakan bagian yang sangat penting dalam program pengendalian dan pengelolaan lalat rumah dan lalat sejenis. Sisa-sisa makanan dan bahan-bahan lainnya di mana lalat dapat meletakkan telurnya harus dikeluarkan, dihancurkan, dipendam dalam tanah, atau dibakar, sehingga bahan-bahan ini tidak menjadi tempat peletakkan telur lalat. Sampah seharusnya dikeluarkan setiap dua atau tiga hari untuk memutus siklus hidup lalat.
Universitas Sumatera Utara
29
2. Penggunaan kawat kasa pada pintu dan jendela rumah mengurangi masuknya lalat ke dalam rumah. Pengendalian secara mekanik, yaitu membunuh lalat dengan alat pembunuh lalat seperti sapu lidi kecil atau alat lainnya yang dapat dengan mudah dipakai untuk membunuh lalat yang ada dalam rumah. 3. Penggunaan zat penarik lalat juga dapat mengurangi populasi lalat. Perangkap lampu ultraviolet dapat dipergunakan dalam rumah untuk menarik lalat rumah dan kemudian mereka jatuh ke bawah dan tertampung dalam suatu cairan yang mengandung insektisida. Demikian juga dengan penggunaan insektisida, yaitu aerosol seperti “Baygon”, “Mortin”, dan penyemprotan dengan permethrin. Di tempat-tempat pembuangan sampah dapat menggunakan asam borat.
2.3.4
Pengendalian Kecoa Menurut Depkes RI (2002), kecoa merupakan serangga yang hidup di
dalam rumah, restoran, hotel, rumah sakit, alat angkut, gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-lain. Serangga ini sangat dekat hidupnya dengan manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab dan banyak terdapat makanan, hidupnya berkelompok, dapat terbang aktif pada malam hari seperti di dapur, tempat penyimpanan
makanan,
sampah,
saluran-saluran
air
kotor.
Umumnya
menghindari cahaya, siang hari bersembunyi di tempat gelap dan sering bersembunyi di celah-celah. Serangga ini dikatakan pengganggu karena mereka
Universitas Sumatera Utara
30
biasa hidup di tempat kotor dan dalam keadaan tertentu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Jenis-jenis kecoa yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat dan tempat hidupnya pada umumnya berada di dalam lingkungan manusia dan khususnya di dalam lingkungan kapal antara lain : German cockroach (Blatella germanica), American cockroach (Periplaneta americana), Oriental cockroach (Blatta orientalis) Brown-banded cockroach (Supella longipalpa), Australian cockroach (Periplaneta fuliginosa) dan Brown cockroach (Periplanetabrunnea) (Aryati, 2005). Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit. Peranan tersebut antara lain : a) Sebagai vektor mekanik bagi beberapa mikroorganisme patogen. b) Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing. c) Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan pembengkakan pada kelopak mata. Menurut Aryati (2005), penularan penyakit dapat terjadi melalui bakteri penyebab penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana bakteri tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa, selanjutnya bakteri tersebut mengkontaminasi makanan. Vektor yang paling sering dijumpai di atas kapal adalah kecoa. Pada umumnya kecoa merupakan binatang yang aktif pada malam hari. Pada siang hari mereka bersembunyi di dalam lubang atau celah-celah tersembunyi. Kecoa yang menjadi permasalahan dalam kesehatan manusia adalah kecoa yang sering
Universitas Sumatera Utara
31
berkembangbiak dan hidup di sekitar makhluk hidup yang sudah mati. Aktivitas kecoa kebanyakan berkeliaran di dalam ruangan melewati dinding, pipa-pipa atau tempat sanitasi. Kecoa dapat mengeluarkan zat yang baunya tidak sedap sehingga kita dapat mendeteksi tempat hidupnya. Jika dilihat dari kebiasaan dan tempat hidupnya, sangat mungkin kecoa dapat menularkan penyakit pada manusia. Bakteri yang menempel pada tubuhnya yang dibawa dari tempat-tempat yang kotor akan tertinggal atau menempel di tempat yang dia hinggapi. Menurut Depkes RI Tahun 2002 yang dikutip oleh Sembiring (2003), strategi pengendalian kecoa ada 4 cara, yaitu : 1) Pencegahan Cara ini termasuk melakukan pemeriksaan secara teliti barang-barang atau bahan makanan yang akan dinaikkan ke atas kapal, serta menutup semua celahcelah, lubang atau tempat-tempat tersembunyi yang bisa menjadi tempat hidup kecoa dalam dapur, kamar mandi, pintu dan jendela, serta menutup atau memodifikasi instalasi pipa sanitasi. 2) Sanitasi Cara kedua ini termasuk memusnahkan makanan dan tempat tinggal kecoa antara lain, membersihkan sisa-sisa makanan di lantai atau rak, segera mencuci peralatan makan setelah dipakai, membersihkan secara rutin tempat-tempat yang menjadi persembunyian kecoa seperti tempat sampah, di bawah kulkas, kompor, perabotan, dan tempat tersembunyi lainnya. Jalan masuk dan tempat hidup kecoa harus ditutup, dengan cara memperbaiki pipa yang bocor, membersihkan saluran air (drainase), bak cuci piring dan washtafel. Pemusnahan tempat hidup kecoa
Universitas Sumatera Utara
32
dapat dilakukan juga dengan membersihkan lemari pakaian atau tempat penyimpanan kain, tidak menggantung atau segera mencuci pakaian kotor dan kain lap yang kotor. 3) Trapping Perangkap kecoa yang sudah dijual secara komersil dapat membantu untuk menangkap kecoa dan dapat digunakan untuk alat monitoring. Penempatan perangkap kecoa yang efektif adalah pada sudut-sudut ruangan, di bawah washtafel dan bak cuci piring, di dalam lemari, di dalam basement dan pada lantai di bawah pipa saluran air. 4) Pengendalian dengan insektisida Insektisida yang banyak digunakan untuk pengendalian kecoa antara lain : Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan organophosphate majemuk, Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan Runnel. Penggunaan bahan kimia (insektisida) ini dilakukan apabila ketiga cara di atas telah dipraktekkan namun tidak berhasil. Disamping itu bisa juga diindikasikan bahwa pemakaian insektisida dapat dilakukan jika ketiga cara tersebut di atas (pencegahan, sanitasi, trapping) dilakukan dengan cara yang salah atau tidak pernah melakukan sama sekali. Celah-celah atau lubang-lubang dinding, lantai dan lain-lain merupakan tempat persembunyian
yang
baik.
Lubang-lubang
yang
demikian
hendaknya
ditutup/ditiadakan atau diberi insektisida seperti Natrium Fluoride (beracun bagi manusia), serbuk Pyrethrum dan Rotenone, Chlordane 2,5 %, efeknya baik dan tahan lama sehingga kecoa akan keluar dari tempat-tempat persembunyiannya. Tempat-tempat tersebut kemudian diberi serbuk insektisida dan apabila
Universitas Sumatera Utara
33
investasinya sudah sangat banyak maka pemberantasan yang paling efektif adalah dengan fumigasi.
2.3.6 Pengendalian Pinjal Pada Tikus Pinjal tikus merupakan vektor penyakit pes. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain yang dapat ditularkan kepada manusia. Pes juga merupakan penyakit yang bersifat akut disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Pes dikenal ada 2 macam yaitu pes bubo ditandai dengan demam tinggi, tubuh menggigil, perasaan tidak enak, malas, nyeri otot, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar (lipat paha, ketiak dan leher). Sedangkan pes pneumonic ditandai dengan gejala batuk hebat, berbuih, air liur berdarah, sesak nafas dan susah bernafas (Simanjuntak, 2006). Menurut Chin (2006), penularan pes dapat juga terjadi di atas kapal melalui: a) Direct contact yaitu penularan pes ini dapat terjadi kepada seseorang atau para ABK melalui gigitan pinjal jika ditemukan tikus mati tersangka pes di atas kapal. b) Penularan pes dapat terjadi pada orang atau para ABK, karena digigit oleh pinjal infeksi setelah menggigit tikus domestik/komersial yang mengandung bakteri Yersenia pestis. d) Droplet penderita pes paru-paru kepada orang lain melalui percikan ludah atau pernapasan, penularan pes melalui gigitan pinjal akan mengakibatkan pes bubo dan pes bubo dapat berlanjut menjadi pes paru-paru (sekunder pes).
Universitas Sumatera Utara
34
Menurut Santi (2004), pinjal bisa menjadi vektor penyakit pada manusia yang penting misalnya penyakit pes (sampar = plague) dan murine typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia. Beberapa spesies pinjal menggigit dan menghisap darah manusia. Vektor terpenting untuk penyakit pes dan Murine typhus ialah pinjal tikus Xenopsylla cheopis. Bakteri pes, Pasteurella pestis, berkembang biak dalam tubuh tikus sehingga akhirnya menyumbat tenggorokan pinjal itu. Kalau pinjal mau mengisap darah maka ia harus terlebih dulu muntah untuk mengeluarkan bakteri-bakteri pes yang menyumbat tenggorokannya. Muntah ini masuk dalam luka gigitan dan terjadi infeksi dengan Pasteurella pestis. Pinjal-pinjal yang tersumbat tenggorokannya akan lekas mati. Menurut Ehler dan Stell yang dikutip oleh Soejoedi (2005), keberadaan tikus dapat dideteksi dengan beberapa cara dan yang paling umum adalah adanya kerusakan barang atau alat. Tanda-tanda berikut merupakan penilaian adanya kehidupan tikus yaitu: a) Gnawing (bekas gigitan) b) Burrows (galian /lubang tanah) c) Dropping (kotoran tikus) d) Runways (jalan tikus) e) Foot print (bekas telapak kaki) f) Tanda lain : Adanya bau tikus, bekas urine dan kotoran tikus, suara, bangkai tikus. Selanjutnya pengendalian tikus dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi lingkungan yang pelaksanaannya dapat ditempuh dengan cara:
Universitas Sumatera Utara
35
a) Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi ditempat yang kedap tikus. b) Menampung sampah dan sisa makanan ditempat sampah yang terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan, bertutup rapi dan terpelihara dengan baik. c) Tempat sampah tersebut hendaknya diletakkan di atas pondasi beton atau semen, rak atau tonggak. d) Sampah harus selalu diangkut secara rutin minimal sekali sehari. e) Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan barang/alat sehingga tidak dapat dipergunakan tikus untuk berlindung atau bersarang. Pemasangan perangkap (trapping) perlu diupayakan secara rutin. Macam perangkap tikus yang beredar di pasaran adalah jenis snap/guillotine trap dan cage trap. Jenis cage trap digunakan untuk mendapatkan tikus hidup, guna diteliti pinjalnya. Biasanya perangkap diletakkan di tempat jalan tikus atau di tepi bangunan. Pemasangan perangkap lebih efektif digunakan setelah dilakukan poisoning, dimana tikus yang tidak mati karena poisoning dapat ditangkap dengan perangkap. Tikus adalah binatang pengerat yang merugikan manusia karena menghabiskan/merusak makanan, tanam-tanaman, barang-barang dan lain-lain harta benda. Kehidupan tikus disebut juga “Commersial”, yaitu makan, tinggal dari dekat kehidupan manusia. Tikus dapat pula sebagai vektor berbagai jenis penyakit-penyakit
bakterial,
penyakit-penyakit
Spirochaeta dan penyakit cacing.
virus,
penyakit-penyakit
Dilihat dari sudut estetika dan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
36
umum, tikus dapat menimbulkan citra kurang baik karena dihubungkan dengan sektor pariwisata (Depkes RI, 2002). Menurut Depkes RI (2007a), pengendalian tikus di kapal dilakukan dengan mengamati dan mengawasi terhadap pemasangan rat guard, pemasangan lampu pada malam hari yang menerangi seluruh tangga, usaha menghindari kapal tender/bergandengan serta posisi tangga kapal harus ditinggikan 60 cm dari dermaga. Sedangkan pemeriksaan tanda-tanda kehidupan tikus di atas kapal adalah : 1) Pemeriksaan terhadap kapal dilakukan sekali enam bulan dan disesuaikan dengan masa berlakunya dokumen Sertifikat Sanitasi Kapal. Pemeriksaan tikus di kapal di lakukan dengan melihat tanda-tanda kehidupan tikus. 2) Tanda-tanda kehidupan tikus di atas kapal : a. Dropping (kotoran tikus), tersebar halus dan berbentuk kumparan (spindle shape), kotoran baru (lembek, hitam gelap dan mengkilap) sedang kotoran lama (keras, abu-abu hitam). b. Runways, tikus suka mempergunakan jalan yang sama untuk keluar dari sarangnya mencari makan dan sebagainya, karena badan tikus (bulunya) kotor dan berlemak maka akan terdapat bulu menempel pada jalan tikus. c. Tracks atau bekas tapak kaki, dapat dilihat jelas pada tempat-tempat lantai yang berdebu halus. d. Bekas gigitan (gnawing), tikus menggigit untuk tiga keperluan yakni : untuk membuat
jalan
(lobang)
menembus
tempat
makanan,
untuk
mengunyah/menggigit makanan dan sebagai binatang pengerat ia harus selalu
Universitas Sumatera Utara
37
menggigit-gigit agar gigi seri tetap pendek, selain bahan-bahan yang empuk kadang-kadang metal seperti pipa leding dan lain-lain digigit pula. e. Tikus hidup, jika pada waktu pemeriksaan kapal ditemukan tikus dalam keadaan hidup. Sedangkan tikus mati, jika pada waktu pemeriksaan ditemukan tikus mati akibat peracunan atau terinfeksi pes. Apabila terlihat satu ekor tikus sewaktu pemeriksaan berarti diperkirakan ada 20 ekor di tempat/kapal itu. Selanjutnya teknik pengendalian tikus di atas kapal adalah: 1) Cara Mekanik a. Pemasangan perangkap pada tempat-tempat yang diperkirakan tempat bersarangnya tikus. b. Penggunaan lem tikus. c. Penangkapan langsung (sulit dilakukan). 2) Cara Biologis a. Dengan memelihara binatang pemangsa (predator) seperti kucing. 3) Cara Kimiawi (Poisoning) a. Pemberitahuan kepada pihak kapal tentang akan diadakan peracunan, bahaya terhadap manusia dan cara-cara pengamanannya. b. Menentukan
tempat-tempat
pemasangan
racun
dan
diberi
tanda/penomoran. c. Racun yang telah dicampur dengan makanan antractaf diletakkan di atas piring kertas.
Universitas Sumatera Utara
38
4) Fumigasi a. Fumigasi kapal dilakukan berdasarkan hasil pemeriksana adanya tandatanda kehidupan tikus dan atas permintaan pihak kapal (nakhoda/pemilik). b. Dilakukan apabila dalam pemeriksaan dijumpai adanya tanda-tanda kehidupan tikus. c. Kegunaannya adalah untuk melakukan hapus tikus/serangga diatas kapal sebagai syarat untuk mendapatkan dokumen kesehatan Internasional (Surat Keterangan Bebas Pengawasan Sanitasi Kapal). d. Bila fumigasi dilakukan, harus ditentukan fumigan yang dipakai (HCN, CH3Br atau CO2).
Universitas Sumatera Utara
39
2.4 Kerangka Konsep Komponen Sanitasi Kapal : A. Sanitasi Ruangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Dapur Ruang Rakit Makanan (Pantry) Gudang Kamar ABK Kamar Penumpang Geladak (deck) Ruang Mesin Fasilitas Medik
Memenuhi syarat International Health Regulation (2005) : Handbook for Inspection of Ships and Issuance of Ship Sanitation Certificates
B. Keberadaan vektor pembawa penyakit : 1. 2. 3. 4.
Larva nyamuk Lalat (Musca domestica) Kecoak (Periplaneta americana) Tikus
Tidak memenuhi syarat
C. Pengolahan Makanan & Minuman 1. Makanan 2. Air Minum 3. Air Bersih D. Pengelolaan Limbah 1. 2. 3. 4. 5.
Air Tergenang Limbah Cair Limbah Padat Sampah Air Balast
Permenkes No. 356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan.
Pengawasan dan Pengendalian oleh KKP Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara