18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Alter (dikutip oleh Kusrini, 2007) Decision Support System merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan pemanipulasian data. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, di mana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat. Konsep SPK pertama kali diperkenalkan pada awal 1970-an oleh Michael Scott Morton dengan istilah Management Decision System. Michael Scott Morton mendefinisikan SPK sebagai sistem berbasis komputer interaktif,yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah tidak terstruktur”. SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahapan pembuatan keputusan yang dimulai dari tahap mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan, sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif. Decision Support System (DSS) lebih ditujukan untuk mendukung manajemen dalam melakukan pekerjaan yang bersifat analitis dalam situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas. DSS tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan pengambilan keputusan, tetapi memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan pengambil keputusan untuk melakukan berbagai analisis menggunakan model-model yang tersedia.
2.2
Fakultas Ilmu Komputer
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (Fasilkom-TI) merupakan salah satu fakultas yang terdapat di Universitas Sumatera Utara.Fasilkom-TI memiliki dua Program Studi yaitu S-1Ilmu Komputer dan S-1 Teknologi Informasi. Program Studi S-1 Ilmu Komputer merupakan salah satu program studi yang ada di lingkungan Fasilkom-TI USU dan memiliki beberapa organisasi yaitu salah satunya Ikatan Mahasiswa Ilmu Komputer (IMILKOM).
Universitas Sumatera Utara
19
2.1.1 IMILKOM IMILKOM adalah salah satu organisasi terbesar yang ada di S1-Ilmu Komputer. Adapun departemen yang dinaungi dalam IMILKOM adalah Departemen Kemahasiswaan, Departemen Wawasan Kontemporer, Departemen Seni dan Olahraga, Departemen Hubungan Masyarakat, Departemen Dana dan Usaha dan Departemen Komunikasi dan Informasi. 2.1.2. PORSENI PORSENI yang merupakan singkatan dari Pekan Olahraga Seni adalah acara yang dilakukan setiap satu tahun sekali yang dipersiapkan selama 3 bulan dan acaranya dilaksankan selama 1 bulan penuh dan merupakan program kerja yang dari IMILKOM yang berada dibawah naungan Departemen Seni dan olahraga. Porseni memiliki beberapa perlombaan antara lain yaitu Putra Putri Ilkom, Dota, Pes, Futsal, Voli dan lain sebagainya. 2.1.3. PUTRA PUTRI ILKOM Putra Putri Ilkom adalah salah satu ajang pemilihan yang diikuti oleh mahasiswa/i S-1 Ilmu Komputer USU untuk menetukan putra putri ILKOM yang terbaik, berprestasi, dan mempunyai wawasan luas, yang bertujuan untuk meningkatkan mental dan kreatifitas mahasiswa tersebut. Mahasiswa/mahasiswi dipilih dari setiap stambuk secara berpasangan yang memiliki beberapa kriteria yaitu dari penampilan, kecerdasan, public speaking, dan penginterprestasian daerah.
Universitas Sumatera Utara
20
2.3
Algoritma Profile Matching
Metode Profile Matching merupakan suatu proses yang sangat penting dalam manajemen SDM dimana terlebih dahulu ditentukan kompetensi (kemampuan) yang diperlukan oleh suatu jabatan. Kompetensi/kemampuan tersebut haruslah dapat dipenuhi oleh pemegang/calon pemegang jabatan. Metode Profile Matching atau pencocokan profil adalah metode yang sering sebagai mekanisme dalam pengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variabel prediktor yang ideal yang harus dipenuhi oleh subyek yang diteliti, bukannya tingkat minimal yang harus dipenuhi atau dilewati. (Kusrini, 2007). Menurut Kusrini, 2007 (dikutip oleh Darmawan, 2012). Dalam Metode profile Matching secara garis besar merupakan proses membandingkan antara kompetensi individu ke dalam kompetensi jabatan sehingga dapat diketahui perbedaan kompetensinya (disebut gap), semakin kecil gap yang dihasilkan maka bobot bobot nilainya semakin besar yang berarti memiliki peluang lebih besar untuk karyawan menempati posisi tersebut.
Langkah-langkah pada metode profile matching yaitu 1. Menentukan variabel-variabel pemetaan Gap kompetensi menentukan aspek-aspek yang akan digunakan dalam memproses nilai karyawan. 2. Menghiung hasil pemetaan Gap kompetensi yang dimaksud dengan Gap disini adalah beda antara profil karyawan dengan profil standar yang diharapkan. Dapat ditunjukkan dengan rumus dibawah ini: Gap = profil karyawan – profil standar …………….. (1) Setelah menentukan bobot nilai gap untuk ketiga aspek yaitu aspek kapasitas intelektual, sikap kerja dan perilaku dengan cara yang sama. Kemudian tiap aspek dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu Core Factor dan Secondary Factor. Core factor (faktor utama) merupakan aspek (kompetensi) yang paling menonjol/paling dibutuhkan oleh suatu jabatan yang diperkirakan dapat menghasilkan kinerja optimal. Untuk menghitung core factor dibutuhkan rumus :
Universitas Sumatera Utara
21
Keterangan: NCF = nilai rata-rata core factor NC = Jumlah total nilai core factor tiap aspek IC = Jumlah item core factor
Secondary factor (factor pendukung) adalah item-item selain aspek yang ada pada core factor. Untuk menghitung secondary factor digunakan rumus:
Keterangan: NSF = nilai rata-rata secondary factor NS = Jumlah total nilai secondary factor tiap aspek IS = Jumlah item secondary factor
Perhitungan nilai total tiap aspek. Dari hasil setiap aspek di atas berikutnya dihitung nilai total berdasarkan presentasi dari nilai core factor dan secondary factor yang diperkirakan berpengaruh terhadap kinerja tiaptiap profil. Untuk dapat menghitung nilai total tersebut dapat digunakan rumus :
NAK = 60% (NRC) + 40% (NRS) ………….(4) Keterangan: N = Nilai total tiap aspek NRC = Nilai Core factor
Universitas Sumatera Utara
22
NRS = Nilai Secondary factor
2.4
Algoritma Gale-Shapley
Pada tahun 1962, David Gale dan Lloyd Shapley memperkenalkan studi pencocokan untuk membuat alokasi himpunan pasangan-pasangan yang stabil yang kemudian dikenal dengan Stable Marriage Problem. Penyelesaian Stable Marriage Problem bertujuan untuk mencari pasangan-pasangan yang stabil dari sejumlah n pria dan sejumlah n wanita yang memiliki urutan ketertarikan sendiri terhadap calon pasangan lainnya yang berbeda jenis. Algoritma Gale-Shapley telah dipakai oleh Alvin E. Roth untuk mencocokkan pencari kerja dengan lowongan yang ada sehingga terbentuknya hipunan pasangan yang stabil dan relevan. Algoritma Gale-Shapley bertujuan untuk memasangkan sejumlah n pria dan n wanita dengan syarat monogami (satu pria untuk satu wanita, dan sebaliknya) dan heteroseksual (antara pria dan wanita) berdasarkan preference list yang dibuat oleh pria dan wanita sehingga terbentuk himpunan M yang terdiri dari pasangan-pasangan yang stabil.Preferensi list adalah daftar atau urutan pria dan wanita berdasarkan tingkat ketertarikan mulai dari yang paling diminati, yang kedua diminati, dan seterusnya hingga ke-n diminati apabila tidak cocok dengan orang yang ke –(n-1). Tujuan utama algoritma ini adalah memasangkan satu set M = {m1, m2, m3, …, mn} dimana m adalah laki-laki dan satu set W = {w1, w 2, w 3, … , w n } dimana w adalah wanita, dimana setiap laki-laki dan wanita mempunyai kebebasan dalam mengurutkan pasangan dari preferensi tertinggi sampai terendah. M dan W menyatakan himpunan semua pasangan terurut dari bentuk (m, w) dimana m €M dan w €W. Misalkan n laki-laki dan perempuan n mencari pasangan seumur hidup. Masing-masing dari mereka memiliki daftar preferensi anggota dari jenis kelamin lainnya dan menyerahkan ke terpusat otoritas. Dalam semangat membuat semua peserta mempertahankan kembali jangka panjang relationship, otoritas harus memastikan bahwa pencocokan tidak melibatkan setiap pasangan memblokir: beberapa masing-masing lebih suka yang lain atas(nya) mitra dalam pencocokan. Sebuah pencocokan tanpa pasangan blocking stabil. Tujuan dari kewenangan, mengingat pria dan daftar preferensi perempuan, adalah untuk menemukan stabil pencocokan. (Bong et al., 2013).
2.4.1 Stable Marriage Problem Stable Marriage Problem diperkenalkan pertama kali oleh David Gale dan Lloyd Shapley dalam paper seminar mereka yang berjudul College Admissions and Stability of Marriage pada 1962. Penyelesaian Stable
Universitas Sumatera Utara
23
Marriage Problem bertujuan untuk mencari pasangan-pasangan yang stabil dari sejumlah n pria dan sejumlah n wanita yang memiliki urutan ketertarikan sendiri terhadap calon pasangan lainnya yang berbeda jenis. Peneliti menyatakan bahwa untuk setiap jumlah pria dan wanita yang sama, selalu memungkinkan untuk menyelesaikan Stable Marriage Problem dan membuat matching tersebut stabil. Berikut adalah contoh implementasi Stable Marriage Problem : Misalnya, sejumlah n pria kita notasikan dengan (A,B,C,...) dan sejumlah n wanita kita notasikan dengan (a,b,c,...). Ketika kita memiliki pasangan X-a dan Y-b, jika X lebih menyukai b dibandingkan dengan pasangannya saat ini yaitu a dan b lebih menyukai X dibandingkan pasangannya saat ini, yaitu Y, maka X-b disebut pasangan yang tidak stabil (dissatisfied pair). Himpunan M dikatakan stabil apabila tidak memiliki pasangan yang tidak stabil (dissatisfied pair). Dalam perhitungan statistika jika kita memiliki n pria dan n wanita, maka paling banyak proposal yang diajukan untuk mendapatkan himpunan M yang terdiri dari pasangan-pasangan stabil adalah n2. Untuk lebih jelasnya, kita mulai dari preference list berikut ini. Tabel 1. Women Preferences Women
Men Joe
Brian
George
Matt
Jim
Amy
1
2
4
3
5
Sarah
3
5
1
2
4
Susan
5
4
2
1
3
Kelly
1
3
5
4
2
Dianne
4
2
3
5
1
Tabel 2. Men Preferences Men
Women Amy
Sarah
Susan
Kelly
Dianne
Joe
5
1
2
4
3
Brian
4
1
3
2
5
George
5
3
2
4
1
Universitas Sumatera Utara
24
Matt
1
5
4
3
2
Jim
4
3
2
1
5
Setiap pria akan melamar wanita yang menjadi prioritas utamanya, sedangkan setiap wanita akan mengikuti aturan berikut: 1. Jika seorang wanita belum bertunangan dan belum dilamar, maka ia harus menunggu. 2. Jika seorang wanita belum bertunangan, tetapi sedang dilamar, maka ia akan menerima lamaran tersebut. 3. Jika seorang wanita belum bertunangan, tetapi telah memiliki banyak lamaran (lebih dari satu), maka ia akan menerima lamaran yang menduduki preference list tertinggi. 4. Jika seorang wanita telah bertunangan dan menerima lamaran lain, maka ia akan menerima lamaran dari pria yang menduduki preference list tertinggi. Putaran I: Men : Setiap pria akan melamar wanita yang menduduki preference list tertinggi. Woman : Setiap wanita akan mengikuti empat aturan diatas. Men:
Joe proposes to Sarah
Women:
Sarah accepts Joe’s proposal
Brian proposes to Sarah
Sarah does not take Brian’s proposal
George proposes to Dianne
Dianne accepts George’s proposal
Matt proposes to Amy
Amy accepts Matt’s proposal
Jim proposes to Kelly
Kelly accepts Jim’s proposal
Gambar 1. Putaran Pertama Algoritma Gale-Shapley (Ivan Bong, 2013)
Putaran II: Men : Setiap pria yang belum bertunangan akan melamar wanita yang merupakan preference list selanjutnya. Women
: Setiap wanita akan mengikuti empat aturan diatas.
Men: Brian proposes to Kelly
Women: Kelly doesn’t change(Jim is higher)
Universitas Sumatera Utara
25
Gambar 2. Putaran Kedua Algoritma Gale-Shapley (Ivan Bong, 2013) Putaran III: Men : Setiap pria yang belum bertunangan akan melamar wanita yang merupakan preference list selanjutnya. Women Men:
: Setiap wanita akan mengikuti empat aturan diatas.
Brian proposes to Susan
Now we have five stable couples.
Women:
Susan accepts Brian’s proposal
Joe
Sarah
Brian
Susan
George
Dianne
Matt
Amy
Jim
Kelly
Gambar 3. Putaran Ketiga Algoritma Gale-Shapley(Ivan Bong, 2013)
Dalam kenyataannya, kita dihadapkan pada kondisi dimana pencocokan tidak hanya terjadi pada one to one, tetapi juga one to many. Selain itu, dalam kasus pencocokan pria dan wanita pada Algoritma GaleShapley. Setiap pria dan wanita harus menetapkan urutan ketertarikan terhadap pasangan lain yang berbeda jenis dengan asumsi bahwa setiap pria dan wanita akan bahagia bila dicocokkan dengan pria dan wanita lain yang kurang disukai daripada tidak mendapatkan pasangan sama sekali. Dalam perkembangannya, Algoritma Gale-Shapley diperbaharui sehingga kedua masalah diatas dapat diatasi dan penerapannya lebih sesuai dengan keadaan pencocokan di dunia nyata.
2.5. Penelitian yang Relevan Adapun penelitian-penelitian yang relevan terhadap penelitian ini adalah: 1. Andreas Handojo, Djoni H. Setiabudi dan Rachma Yunita(2003), Pembuatan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Untuk Proses Kenaikan Jabatan Dan Perencanaan Karir Pada PT. X, Hasil penelitian, Informasi-informasi yang berhubungan dengan karyawan maupun jabatan dapat dapat disimpan dalam suatu database sehingga jika suatu saat diperlukan untuk prosess profile matching . Dengan software profile matching dapat membantu proses pencarian karyawan yang sesuai dengan jabatan yang lowong 2. Arief Soma Darmawan(2012), Pemilihan Beasiswa Bagi Mahasiswa SMIK WIDYA PRATAMA dengan Metode Profile Matching,
Universitas Sumatera Utara
26
3.
Metode Profile Matching merupakan metode mencocokan profile mahasiswa dengan profile yang diharapkan untuk penerima beasiswa. Metode ini menggunakan perangkingan untuk merekomendasikan sebuah keputusan. Arif Lukman Hidayat dan Tito Pinandita(2013), Sistem Pendukung Keputusan Evaluasi Kinerja Karyawan Untuk Promosi Jabatan Struktural Pada Bimbingan Belajar Sciencemaster Menggunakan Metode Gap Kompetensi (Profile Matching), Dengan menggunakan metode Profile Matching terbentuk suatu aplikasi sistem pendukung keputusan yang dapat menyeleksi karyawan yang sesuai untuk ditempatkan pada suatu jabatan tertentu.
Universitas Sumatera Utara