BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Uang, Fungsi Uang dan Jenis Uang Dalam kehidupan sehari-hari, uang mememiliki pengertian yang bermacam-macam. Secara sederhana uang diartikan sebagai alat pertukaran barang dan jasa.
Menurut Mandala,dkk (2004)
uang adalah asset yang paling likuid di antara seluruh asset yang ada dalam perekonomian. Suatu asset dikatakan likuid bila sangat mudah ditukarkan dengan barang dan jasa lain, biaya transaksinya sangat kecil dan nilai nominalnya relatif stabil. Menurut Boediono (1985) uang adalah uang kertas dan uang logam yang ada di tangan masyarakat. Uang tunai ini disebut dengan uang kartal atau dalam bahasa inggris disebut currency. Menurut Mankiw (2007) uang adalah persediaan asset yang dapat dengan segera digunakan untuk melakukan transaksi. Semakin banyak seseorang memiliki uang, maka akan dianggap semakin kaya. Bagi ekonom, uang tidak mengacu pada seluruh kekayaan tetapi hanya salah satu jenis dari kekayaan. Uang yang ada di tangan masyarakat akan membentuk persediaan uang nasional. Menurut Frederic S.Mishkin (2008), uang memiliki arti khusus bagi ekonom. Para ekonom membuat perbedaan antara uang dalam bentuk mata uang, rekening koran( tabungan) dan dalam bentuk lainnya yang digunakan untuk transaksi dan kekayaan. Dalam masyarakat, dianggap bahwa semakin kaya atau semakin makmur seseorang maka uang yang dimilikinya semakin banyak. Tetapi
bagi ekonom, uang tidaklah menjadi bagian dari seluruh kekayaan tetapi salah satu bentuk dari kekayaan atau asset yang digunakan untuk proses transaksi. Masyarakat juga menganggap bahwa uang adalah pendapatan (income). Tetapi bagi seorang ekonom mendefenisikan uang (juga sering disebut sebagai uang beredar) sebagai sesuatu yang secara umum diterima dalam pembayaran barang dan jasa atau pembayaran atas utang berbeda dengan kekayaan dan pendapatan. Menurut Mankiw (2006) uang adalah persediaan asset yang digunakan untuk transaksi, kuantitas uang adalah jumlah asset tersebut dan dalam perekonomian sederhana jumlah ini mudah diukur tetapi tidak mudah dalam perekonomian yang lebih kompleks karena tidak ada asset tunggal yang digunakan untuk seluruh transaksi. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa uang adalah sesuatu yang dipercayai, diterima dan dianggap bernilai oleh masyarakat, digunakan untuk aktivitas perekonomian baik transaksi barang dan jasa, penyimpan kekayaan atau ukuran kekayaan. Uang diartikan sebagai suatu alat atau komoditi yang memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai alat tukar atau medium of exchange, sebagai satuan hitung atau unit of account, alat penyimpan nilai atau store of value dan standart pembayaran di masa mendatang yang dapat ditangguhkan atau standard of deffered payment 1.
(Mulyani, 1988).
Sebagai alat tukar atau medium of exchange Setelah munculnya uang, maka efisiensi dalam perekonomian semakin
tercapai, karena menghilangkan banyak waktu yang dibutuhkan untuk proses
pertukaran barang dan jasa. Hal ini berbeda pada saat sistem barter yang dinilai sangat tidak efisien dan tidak efektif. Perekonomian barter hanya memungkinkan untuk transaksi yang sederhana karena untuk transaksi yang besar akan membutuhkan kemampuan memenuhi permintaan barang dan jasa yang diminta satu pihak dengan barang dan jasa yang ditawarkan pihak lain atau disebut dengan double coincidence of wants. Dalam perekonomian yang sederhana, transaksi dilakukan secara langsung dan
membutuhkan
penggunaan
uang
contohnya:
seorang
petani
yang
memproduksi beras, dia bisa memilih apakah akan mengkonsumsi semua hasil produksinya atau memperdagangkannya secara langsung kepada orang-orang di kota, menjual hasil pertaniannya dan menerima uang dari hasil penjualan tersebut dan dengan uang tersebut si petani bisa membeli baju atau apapun yang menjadi kebutuhannya.
Berbeda
dengan
perekonomian
modern
yang
kompleks,
perdagangan dilakukan secara tidak langsung tetapi perekonomian kompleks tetap membutuhkan uang. Contohnya : seorang profesor ekonomi menggunakan gajinya untuk membeli buku, penerbit buku menggunakan hasil penjualan buku untuk membeli kertas, perusahaan kertas menggunakan penerimaannya dari hasil penjualan kertas untuk membayar pemotong kayu. Si pemotong kayu menggunakan pendapatannya untuk membayar uang kuliah anaknya di perguruan tinggi dan perguruan tinggi menggunakan uang kuliah untuk membayar gaji professor. Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa uang mampu mendorong adanya efisiensi baik dari penggunaan waktu, sehingga perekonomian dapat
berjalan dengan lancar dan akan terlihat sistem pembagian kerja di masyarakat dan mendorong adanya spesialisasi. 2.
Sebagai satuan hitung atau unit of account Uang digunakan untuk memberikan ukuran dimana harga ditetapkan dan
utang dicatat (Mankiw, 2006). Harga suatu barang relatif terhadap barang yang lainnya tetapi ditetapkan harganya apakah dalam bentuk Rupiah atau Dollar. Contohnya sorum sepeda motor menyatakan bahwa harga satu unit sepeda motor Rp 10.000.000,- bukan dengan 100 karung beras meskipun nilainya sama. Demikian juga halnya dengan utang, dibayarkan dengan sejumlah uang di masa depan bukan dengan sejumlah beberapa komoditas tertentu. 3.
Alat penyimpan nilai atau store of value Uang yang diterima di masa kini sebagai bentuk dari pendapatan bisa
digunakan untuk transaksi di kemudian hari. Misalnya seseorang yang berpenghasilan Rp 50.000.000,- perbulan, bisa menabung uang tersebut dan kemungkinan membelanjakannya besok atau bulan depan. Suku bunga yang tinggi yang ditawarkan oleh pasar modal dan pasar uang juga memotivasi seseorang untuk mengubah uangnya ke dalam bentuk asset lain yang memberikan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan uang contohnya dengan membeli obligasi, saham, mendepositokan uangnya atau membeli komoditas lainnya yang dianggap mampu memberi nilai yang lebih tinggi di masa depan. 4.
Standart pembayaran di masa mendatang atau standard of deffered
payment
Sistem standart pembayaran di masa mendatang bisa dilihat dalam sistem pembayaran gaji dan kredit. Contohnya: seorang karyawan yang bekerja di bulan ini akan menerima gaji atau upah pada bulan berikutnya. Kita bisa mengklasifikasikan dan mengelompokkan uang secara umum ke M0, M1, M2, M3. 1.
M0 disebut sebagai uang primer Uang primer yang terdiri dari uang kartal yang berada di luar lembaga
keuangan ditambah dengan cadangan lembaga keuangan, termasuk dalam komponen cadangan adalah uang kartal yang berada pada perbankan ditambah dengan simpanan pada bank sentral. Prefensi uang kartal dari sektor swasta mempengaruhi posisi cadangan lembaga keuangan. Pada jumlah uang primer tertentu, cadangan akan menurun apabila uang kartal yang berada di luar system perbankan meningkat (Diulio, 1993). 2.
M1 atau uang dalam pengertian sempit M1 sering disebut sebagai uang dekat (near money), meliputi uang kartal
dan uang giral atau demand deposits (Mulyani, 1988). Uang kartal digunakan masyarakat untuk pembayaran tunai dalam perekonomian yang terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang kertas diterima oleh masyarakat karena masyarakat percaya penuh kepada pemerintah atau lembaga yang mencetak uang tersebut dan uang dipercaya masyarakat sebagai alat pembayaran yang memiliki nilai yang diatur secara hukum dan sulit untuk dipalsukan. Uang kertas jauh lebih ringan dibandingkan mata uang logam. Sedangkan uang giral tidak dipegang masyarakat secara langsung. Uang giral diterbitkan oleh bank umum yang berupa rekening
giro, simpanan berjangka, warkat terdiri dari cek, bilyet giro, nota kredit, wesel bank untuk transfer, surat bukti peneriman transfer, nota kredit, dan nota debit. Uang giral muncul akibat dari kelemahan uang kertas dan uang logam yang mudah dicuri dan cukup mahal untuk dibawa dalam jumlah yang besar. Banyak keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan uang giral. Contohnya cek, penggunaan cek relatif lebih mudah daripada penggunaan uang kertas dan uang logam. Cek adalah suatu instruksi dari anda ke bank anda untuk mengirimkan uang dari rekening anda ke rekening orang lain ketika orang tersebut menyetorkan cek yang diterimanya (Mishkin:2008). Dengan menggunakan cek, transaksi besar bisa dilakukan tanpa harus membawa uang dalam jumlah yang besar, penggunaan cek juga relatif lebih aman dibandingkan dengan menggunakan mata uang kertas ataupun mata uang logam. Menurut Boediono (1998) M1 adalah uang beredar yang bisa digunakan untuk pembayaran bisa diperluas dan mencakup alat-alat pembayaran yang mendekati uang, misalnya deposito berjangka (time deposits) dan simpanan tabungan (saving deposits) pada bank-bank. 2.
M2 atau uang dalam arti luas M2 atau uang dalam arti luas sering disebut dengan likuiditas
perekonomian adalah M1 ditambahkan dengan uang kuasi (quasi money), yang terdiri dari deposito berjangka denominasi kecil, surat berharga pasar uang, rekening antar bank, rekening tabungan dan rekening tabungan valuta asing milik swasta domestik.
Menurut Boediono (1985) M2 diartikan sebagai M1 ditambah dengan deposito berjangka (time deposits) dan saldo tabungan (saving deposits) milik masyarakat pada bank-bank, karena perkembangan M2 ini juga bisa mempengaruhi perkembangan harga, produksi dan keadaan ekonomi pada umumnya. Di Indonesia, M2 mencakup semua time deposits dan sertifikat deposits pada bank-bank. 3.
M3 atau uang dalam arti yang lebih luas M3 terdiri dari M2, deposito berjangka jumlah besar, surat berharga pasar
uang. 2.2
Uang Kuasi Uang kuasi atau quasy money adalah uang yang tidak bisa digunakan
setiap saat karena sifatnya tidak likuid dan penggunaannya terikat oleh waktu. Menurut kamus Bank Indonesia uang kuasi adalah istilah ekonomi yang digunakan untuk mendeskripsikan asset yang dapat diuangkan secara cepat. Uang kuasi terdiri dari deposito, tabungan, dan simpanan valas milik swasta domestik. Menurut Boediono (1985), seluruh time deposits (TD) dan sertifikat deposits (SD) baik besar kecil dalam bentuk rupiah atau dollar milik penduduk pada bank atau lembaga keuangan non-bank disebut uang kuasi atau quasy money. Perbedaan TD dan SD sangat sedikit antara TD dan SD dalam rupiah dengan TD dan SD dalam dollar, sehingga perbedaan M2 dan M3 menjadi tidak jelas. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998, deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian Nasabah Penyimpan dengan bank.
Uang kuasi terbentuk karena adanya fungsi uang sebagai penyimpan nilai atau store of value, dimana unit-unit ekonomi bisa menggunakan uang secara terus-menerus. Jadi, dalam jangka waktu tertentu, pelaku ekonomi yang memiliki dana yang surplus bisa melakukan saving atau menabung sebagian pendapatannya di lembaga perbankan baik dalam bentuk tabungan, deposito berjangka denominasi kecil maupun mengkonversikan uang tunai yang dimilikinya kedalam bentuk surat-surat berharga. Dengan terkumpulnya uang tunai dari para pelaku ekonomi yang surplus dana di bank, maka pihak perbankan akan menggunakan uang tersebut untuk membiayai unit/pelaku ekonomi yang mengalami defisit dana yaitu melalui pemberian kredit oleh pihak perbankan. Para pelaku ekonomi yang surplus dana ini sebenarnya menabung atau membeli surat-surat berharga dengan tujuan agar mereka mendapatkan bunga atau harga sewa yang diterima oleh pihak yang surplus dana karena membiayai pihak yang defisit dana karena pada dasarnya uang kartal dan uang giral tidak menghasilkan bunga. Semakin tingginya bunga yang ditawarkan oleh pihak bank, maka akan meningkatkan keinginan pelaku ekonomi yang surplus dana untuk menabung uangnya dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka dibandingkan memegang uang kartal ataupun uang giral. Meskipun uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, uang kuasi tetap termasuk sebagai alat tukar sama dengan uang kartal dan uang giral karena uang kuasi memiliki fungsi-fungsi uang baik sebagai alat tukar, satuan hitung, penyimpan nilai dan standart pembayaran.
Menurut Boorman (1976) tingginya permintaaan uang kuasi (quasy money) dipengaruhi oleh tingkat pendapat riil, suku bunga domestik, suku bunga internasional, jumlah uang beredar dan nilai tukar dollar. 2.3 Teori Permintaan Uang Uang menjadi salah satu hal sentral atau hal pokok dalam perekonomian sehingga studi tentang perubahan jumlah uang beredar mendapat perhatian yang sangat besar. Studi ini disebut juga sebagai teori moneter. Perkembangan analisis kebijakan moneter lebih banyak membahas tentang teori-teori permintaan uang dibandingkan dengan penawaran uang karena penawaran uang bersifat otonomus. Teori-teori permintaan uang yaitu : 2.3.1 Teori Permintaan Uang Klasik Teori klasik tentang permintaan uang terdiri dari teori kuantitas uang yang dikembangkan oleh Irving Fisher, model cambridge oleh Marshall dan Pigou dan teori kuantitas modern oleh Milton Friedman. A.
Teori kuantitas uang Teori ini dikembangkan oleh Irving Fisher yang disampaikan dalam
bukunya The Purchasing Power of Money tahun 1911. Teori ini berpendapat bahwa uang hanya digunakan sebagai alat tukar saja dan perekonomian berada dalam kondisi kesempatan kerja penuh atau full employment. Kondisi perekonomian dalam kesempatan kerja penuh atau full employment dimaksudkan perekonomian berproduksi pada saat dimana faktor-faktor produksi secara penuh (Nasution, 1998).
Teori ini juga menyatakan bahwa semakin banyak transaksi
yang
dibutuhkan oleh seseorang, maka akan semakin banyak jumlah kuantitas uang tunai yang dipegangnya dan erat kaitannya dengan kecepatan perputaran jumlah uang atau money velocity yang dipertukarkan dengan transaksi. Oleh sebab itu, hubungan antara transaksi dan uang dirumuskan oleh Irving Fisher sebagai berikut (Mankiw, 2007): MV = PT Sisi kiri persamaan kuantitas menyatakan uang yang digunakan untuk transaksi. M adalah kuantitas uang atau jumlah uang yang beredar. V disebut sebagai velocity of money atau kecepatan perputaran uang dalam suatu periode dalam perekonomian. Sisi kanan persamaan kuantitas menyatakan transaksi. P menunjukkan tingkat harga dari suatu transaksi tertentu atau jumlah Rupiah yang dipertukarkan. T menyatakan total jumlah barang dan jasa yang diperdagangkan dalam perekonomian pada suatu periode tertentu. Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa jumlah uang yang diterima oleh penjual sama dengan jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli dan jika salah satu variabel M, V, P atau T berubah maka variabel lainnya akan berubah. Contohnya jika kuantitas uang (M) meningkat, maka jumlah transaksi ( T) harus meningkat. B.
Model Cambridge Model ini dikembangkan oleh para ekonom Cambridge yaitu oleh Alfred
Marshall dan Pigou. Aliran Cambridge memandang pendapat Irving Fisher atau teori kuantitas uang dengan perbedaan, dimana teori ini menekankan pendapatan nasional yang diwujudkan dalam uang kas atau penguasaan bukan pada
perputaran uang (V) atau pembelanjaan (Nasution, 1998). Sebagai bagian dari aliran klasik, teori ini juga menyatakan bahwa uang digunakan sebagai alat tukar, tetapi juga mengakui uang sebagai alat penyimpan kekayaan (store of wealth). Dalam hal ini masyarakat tidak hanya bisa memegang uang tunai saja tetapi bisa mengkonversikan uangnya atau kekayaannya dalam bentuk surat-surat berharga. Pengalokasian kekayaan tersebut ditentukan oleh tingkat bunga dan tingkat hasil yang diharapkan ( expected return). Persamaan yang dibuat Marshall dalam transaksi yaitu: M = k (PT) M adalah kuantitas uang atau jumlah uang yang beredar. T adalah jumlah transaksi yang terjadi. P adalah tingkat harga rat-rata pada setiap transaksi. k adalah bagian dari transaksi dalam bentuk uang tunai. Sedangakan persamaan Marshall dalam bentuk pendapatan yaitu: M = k (PY) M adalah kuantitas uang atau jumlah uang beredar. Y adalah pendapatan nasional, P adalah tingkat harga dari suatu transaksi, dan k adalah bagian pendapatan dalam bentuk uang tunai. C. Teori kuantitas modern oleh Milton Friedman Milton Friedman (1956) berpendapat bahwa uang adalah salah satu bentuk asset atau kekayaan sama seperti bentuk kekayaan lainnya seperti obligasi, tanah, emas, termasuk kemampuan yang lain. Milton menyatakan bahwa kekayaan adalah bentuk dari pendapatan yang diharapkan manusia untuk mampu bertahan
hidup di masa depan. Tingkat suku bunga berhubungan secara langsung dengan jumlah kekayaan dan aliran pendapatan. Hal ini dirumuskan sebagai berikut: W = Y/i W adalah kekayaan, Y adalah aliran pendapatan (income flow) dan i adalah tingkat bunga. 2.3.2 Teori Keynes Tentang Permintaan Uang Teori ini dikemukakan oleh Jhon Maynard Keynes (1936), dimana Keynes mengabaikan pendapat teori klasik yang mengatakan permintaan uang berhubungan dengan kecepatan perputaran uang (velocity of money). Keynes menyatakan permintaan uang (demand for money) oleh masyarakat didasari oleh tiga motif yaitu: 1. Permintaan uang untuk transaksi Dalam hal ini Keynes setuju dengan pendapat aliran klasik bahwa uang berfungsi sebagai alat tukar yang digunakan untuk tujuan transaksi. Permintaan uang untuk transaksi sangat erat kaitannya dengan jumlah pendapatan seseorang, jika pendapatan semakin besar, maka transaksi yang dilakukan akan semakin besar begitu juga sebaliknya apabila tingkat pendapatan semakin kecil, maka transaksi yang dilakukan akan semakin kecil. Permintaan uang untuk tujuan transaksi juga dipengaruhi oleh tingkat harga. Bila harga naik akan mempengaruhi besarnya permintaan uang untuk transaksi. Hubungan antara jumlah permintaan uang untuk tujuan transaksi dengan besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh seseorang dapat ditunjukkan pada gambar 2.1.
M MT (Permintaan uang untuk
2 1
0
1
2
Y
Tingkat Pendapatan (Y) Gambar 2.1. Hubungan antara jumlah permintaan uang untuk tujuan transaksi dengan besar kecilnya pendapatan Sumber: Nasution, 1998 Gambar di atas menunjukkan bahwa apabila tingkat pendapatan (Y) naik dari 1 ke 2, maka jumlah permintaan uang untuk transaksi (MT) juga akan naik dari 10 ke 20. Jika pendapatan semakin tinggi, maka aktivitas perekonomian juga akan semakin tinggi, yang dapat menyebabkan berbagai kegiatan yang tak dapat diprediksikan bisa terjadi sehingga transaksi semakin besar. 2. Permintaan uang untuk berjaga-jaga Dalam hal ini tindakan yang dilakukan seseorang adalah menyimpan sebagian uang tunai yang dimilikinya untuk tujuan berjaga-jaga (precontionary motive) dan untuk berbagai pengeluaran yang tidak bisa diperkirakan. Misalnya: seorang karyawan menerima gaji di awal bulan sebesar Rp 2.000.000,00 dia menyimpan Rp 500.000,00 uangnya untuk berbagai keperluan tak terduga di akhir
bulan. Ternyata di akhir bulan karyawan tersebut sakit dan harus membeli obat seharga Rp 300.000,00 maka dia menggunakan uang tersebut untuk membeli obat. Keynes mengatakan bahwa tingkat uang untuk berjaga-jaga ditentukan oleh besarnya transaksi yang akan dilakukan seseorang di masa yang akan datang. Permintaan uang untuk berjaga-jaga pada akhirnya digunakan untuk tujuan transaksi. 3. Permintaan uang untuk spekulasi Selain sebagai alat transaksi dan untuk berjaga-jaga, orang juga memegang uang untuk tujuan spekulasi. Yang sangat diperhatikan dalam permintaan uang untuk tujuan spekulasi adalah nilai waktu dari uang (time value of money) dan biaya ekonomi dari memegang uang tunai. Untuk berspekulasi biasanya masyarakat akan menyimpan uang tunai mereka dalam bentuk obligasi (bond). Tujuan masyarakat menyimpan uang mereka dalam bentuk obligasi adalah untuk mendapatkan bunga di masa depan. 2.3.3 Teori IS-LM Teori IS-LM dikembangkan oleh Jhon Hicks (1937). Tujuan dari model IS-LM adalah menunjukkan apa yang menentukan pendapatan nasional pada berbagai tingkat harga. Dalam jangka panjang, harga sifatnya fleksibel dan penawaran agregat menentukan pendapatan, dalam jangka pendek harga sifatnya kaku sehingga perubahan agregat mempengaruhi penawaran. Model IS-LM terdiri dari dua bagian yaitu kurva IS dan kurva LM. Kurva IS menyatakan investasi dan saving dan menyatakan apa yang terjadi di sektor riil (pasar barang dan jasa). Kurva LM menyatakan Likuiditas dan Money dan
menyatakan apa yang terjadi di sektor moneter ( pasar uang dan modal). Tingkat bunga mempengaruhi keseimbangan investasi dan permintaan uang sehingga menggabungkan kurva IS-LM. Tingkat bunga di sektor moneter akan mempengaruhi pengeluaran investasi dan akan mempengaruhi keseimbangan pasar barang dan jasa. Perubahan yang terjadi di sektor riil yaitu adanya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan permintaan uang untuk tujuan transaksi. Jika pendapatan nasional meningkat permintaan akan uang untuk transaksi akan meningkat. Hal ini akan mempengaruhi tingkat bunga dan keseimbangan sektor moneter. Terjadi keseimbangan perekonomian apabila pasar barang atau jasa dan pasar uang atau modal berada dalam keseimbangan simultan dimana pada tingkat bunga tertentu jumlah uang yang ditawarkan sama dengan jumlah uang diminta sehingga pasar uang dan modal berada dalam keseimbangan dan pada tingkat bunga tersebut produksi sama dengan pengeluaran agregat, sehingga pasar barang dan jasa juga berada dalam keseimbangan. Banyak ahli ekonomi yang menggabungkan teori klasik dan model IS-LM yang disebut dengan sintesis klasik-keynesian atau neo klasik-keynesian. 2.4 Tingkat Suku Bunga Deposito Tingkat bunga memegang peranan penting dalam setiap perekonomian yang menggunakan uang untuk menyimpan nilai (store f value). Tingkat bunga yaitu sebagai harga penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu (Boediono, 1987). Menurut Samuelson (2001) suku bunga merupakan keuntungan finansial atas dana atau keuntungan tahunan atas dana yang dipinjamkan. Suku bunga
menjalankan dua fungsi dalam ekonomi yaitu sebagai alat pendorong suku bunga memberikan insentif bagi orang yang menabung dan mengumpulkan kekayaan. Sebagai alat pembagi, suku bunga memungkinkan masyarakat untuk memilih proyek investasi. Suku bunga deposito biasanya lebih tinggi dari suku bunga tabungan biasa. Pengambilan bunga deposito dilakukan setelah tanggal jatuh tempo bunga atau dimasukkan ke pokok deposito berikutnya. 2.4.1 Teori Suku Bunga Menurut Aliran Klasik Menurut teori klasik, tinggi rendahnya bunga sangat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran akan modal. Jika modal yang ditawarkan oleh pihak penabung tinggi, maka bunga akan cenderung rendah, tetapi jika modal yang ditawarkan rendah maka bunga akan tinggi (Darmawan, 83). Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan masyarakat untuk berinvestasi akan semakin kecil tetapi keinginan untuk menanamkan dananya dalam bentuk tabungan ataupun deposito akan semakin meningkat. Peningkatan tabungan dan deposito akan meningkatkan jumlah uang kuasi. Teori klasik juga mengatakan bahwa keseimbangan tingkat bunga akan tercapai apabila saving sama dengan investasi. Keseimbangan tingkat bunga menurut teori klasik dilihat dari gambar 2.2 berikut:
Tingkat
I1 S=I I0 I2 I1 I0 I2 I1
Tabungan S1
S0
S3
Gambar 2.2 Keseimbangan tingkat bunga menurut teori klasik Sumber: Nasution, 1998 Berdasarkan gambar di atas, keseimbangan tingkat bunga tercapai saat jumlah investasi (I) dan tabungan (S) sama di pasar yang di tunjukkan S=I atau saat I 0 =S 0. Jika bunga naik dari I 0 ke I 1 maka investasi akan berkurang dan tingkat tabungan akan naik. Karena jumlah tabungan naik, maka tingkat bunga dari I 1 kembali ke I 0 sehingga tercapai kembali keseimbangan. Sebaliknya jika bunga turun dari tingkat I 0 ke I 2 maka akan menaikan investasi dan jumlah tabungan akan berkurang. Karena jumlah investasi terus naik, maka akan tingkat bunga akan turun kembali dan akan mencapai titik keseimbangan dititik I 0. 2.4.2 Teori Suku Bunga Menurut Keynes Menurut Keynes, adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang (tingkat bunga) didasarkan pada unsur permintaan uang
untuk tujuan spekulasi: permintaan besar apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi (Boediono,1985). Hubungan antara tingkat suku bunga dan permintaan uang untuk spekulasi dapat dilihat gambar 2.3 Interest
I0 I1
P LIkuidity tramp 0
Q1
Q2
Q untuk spekulasi
Gambar 2.3 Hubungan antara tingkat suku bunga dan permintaan uang untuk spekulasi Sumber : Nasution, 1998 Berdasarkan gambar di atas ditunjukkan bahwa ada hubungan berlawanan arah antara permintaan uang untuk spekulasi dengan tingkat bunga. Pada saat tingkat bunga berada pada titik terendah, dan tidak mungkin untuk diturunkan lagi, yang terjadi adalah harga surat berharga sangat tinggi, maka masyarakat tidak akan memegang surat berharga. Masyarakat akan lebih memilih untuk memegang uang tunai. Pada tingkat ini, permintaan uang tidak peka/sensitif terhadap tingkat bunga.
2.4.3 Hubungan Tingkat Suku Bunga Deposito dengan Permintaan Uang Kuasi Menurut Sarwono dan Warjiyo (1997), suku bunga menentukan keputusan mengenai alternatif investasi di masyarakat. Kenaikan suku bunga, misalnya, akan menyebabkan investasi dan konsumsi di sektor riil menjadi kurang menarik. Masyarakat akan lebih tertarik untuk menanamkan dananya pada tabungan, deposito maupun obligasi. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa jika tingkat suku bunga deposito tinggi, maka masyarakat akan mendepositokan atau menyimpan modal mereka bukan dalam bentuk uang tunai sehingga terjadi pertambahan terhadap jumlah uang kuasi dan jika tingkat bunga deposito rendah masyarakat akan lebih memilih memegang uang tunai dibandingkan dalam bentuk tabungan, deposito ataupun surat berharga. 2.5 Produk Domestik Bruto Perkapita (Gross Domestic Product Percapita) Produk Domestik Bruto perkapita (PDB Perkapita) atau Gross Domestic Product per capita (GDP per capita ) secara umum diartikan sebagai ukuran pendapatan rata-rata penduduk suatu negara. PDB digunakan sebagai tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Semakin tinggi pendapatan rata-rata penduduk suatu negara maka kesejahteraan akan semakin tinggi, produktivitas semakin meningkat, pertumbuhan ekonomi yang naik. 2.5.1
Hubungan PDB dengan Permintaan Uang Kuasi Produk Domestik Bruto digunakan sebagai salah satu indikator tinggi atau
rendahnya standar hidup penduduk suatu Negara. Semakin tinggi, maka standar
hidup dinilai akan semakin tinggi. Semakin tingginya satandar hidup maka masyarakat tidak lagi menggunakan pendapatan mereka hanya untuk konsumsi tapi sebagian untuk ditabung baik ke dalam deposito berjangka atau bentuk tabungan lainnya. Hal ini menyebabkan jumlah uang kuasi semakin meningkat. 2.6 Inflasi 2.6.1 Pengertian Inflasi Inflasi secara umum diartikan sebagai meningkatnya harga barang-barang secara terus menerus diikuti dengan meningkatnya jumlah uang beredar. Inflasi merupakan suatu proses ketidakseimbangan (disequilibrium) yang mana tingkat harga yang terus-menerus mengalami kenaikan atau peningkatan selama periode tertentu (Nasution,1998). Menurut teori klasik, inflasi sepenuhnya merupakan gejala moneter artinya perubahan indeks harga umum hanya diakibatkan oleh perubahan jumlah uang yang beredar. Milton Friedman (1956) menyatakan bahwa inflasi selalu dan dimana pun merupakan fenomena moneter. Friedman berpendapat bahwa inflasi disebabkan oleh tingkat pertumbuhan uang beredar yang tinggi. 2.6.2 Jenis-jenis Inflasi Jenis-jenis inflasi dapat dikategorikan berdasarkan beberapa hal yaitu (Boediono, 1987) : 1.
Berdasarkan asal inflasi a. Inflasi yang berasal dari dalam negri atau domestic inflation. Inflasi ini terjadi karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru.
b. Inflasi yang berasal dari luar negri atau imported inflation. Inflasi ini terjadi karena kenaikan harga-harga di luar negri atau di Negara-negara langganan berdagang kita. 2.
Berdasarkan parah atau tidaknya inflasi a. Inflasi ringan yaitu inflasi di bawah 10% pertahun b. Inflasi sedang yaitu antara 10-30% pertahun c. Inflasi berat yaitu infalsi yang nilainya antara 30-100% pertahun d. Hiperinflasi yaitu di atas 100% pertahun.
2.6.3
Faktor-faktor penyebab inflasi Terjadinya inflasi bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu : a. Inflasi permintaan atau demand pull inflation Inflasi permintaaan atau demand pull inflation
adalah inflasi yang
disebabkan karena adanya tarikan permintaan terhadap barang dan jasa sehingga mendorong kenaikan harga-harga. Inflasi permintaan terjadi karena anggran belanja pemerintah yang defisit atau pendapatan negara lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran negara. Kekurangan anggaran ini biasanya diatasi oleh pemerintah dengan mencetak uang. Pencetakan uang yang sering dapat dilakukan menyebabkan kenaikan harga umum yang semakin cepat sehingga memicu terjadinya inflasi ( Suparmoko, 2000). Inflasi yang disebabkan oleh tarikan permintaan (demand pull inflation) bisa dilihat dari gambar 2.4.
D1
P
S
P1 E
P0
D1
S 0
Qd/Qs Qd=Qs
1
Qd =Qs
1
Gambar 2.4 Inflasi yang disebabkan oleh tarikan permintaan (demand pull inflation) Sumber: Suparmoko, 2000 Berdasarkan gambar 2.4, sumbu horizontal menunjukkan Qd=Qs dimana kuantitas barang yang diminta sama dengan kuantitas barang yang ditawarkan. Sumbu vertikal menunjukkan harga barang atau P. Kurva permintaan DD memotong kurva penawaran SS sehingga terjadi keseimbangan/equilibrium di sumbu E dan tercapai harga keseimbangan di Po dan keseimbangan jumlah barang yang diminta sama dengan jumlah barang yang ditawarkan ditunjukkan oleh Qd=Qs. Jika terjadi pertambahan permintaan karena pertambahan jumlah uang yang beredar, maka kuva permintaan DD akan bergeser ke kanan menjadi D’D’ dan akan berpotongan dengan kurva SS, sehingga akan menciptakan harga baru sebesar P1 dan jumlah barang yang diminta dan yang yang ditawarkan akan meningkat dari Qd=Qs menjadi Qd1=Qs1,
karena struktur biaya yang tidak
berubah, harga menjadi lebih tinggi dan jumlah barang dapat meningkat. Jika pergeseran kurva tersebut terjadi secara terus menerus karena peningkatan jumlah
uang beredar, maka harga pun akan terus mengalami kenaikan, maka terjadilah demand pull inflation. b. Inflasi penawaran atau cost push inflation Inflasi penawaran atau cost push inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh desakan kenaikan biaya produksi, khususnya kenaikan upah buruh, sehingga kenaikan upah buruh akan mengakibatkan kenaikan harga-harga yang ditawarkan oleh produsen (Suparmoko, 2000). Misalnya kenaikan harga BBM dan tariff dasar listik akan membawa dampak terhadap naiknya harga-harga secara umum, hal ini terjadi akibat bertambahnya biaya yang dikeluarkan oleh produsen. Inflasi yang disebabkan oleh dorongan biaya produksi dapat dilihat dari gambar 2.4 berikut: P S P1 P0
E
S 0
Qd/Qs Qd1=Qs1
Qd=Qs
Gambar 2.5 Inflasi yang disebabkan oleh dorongan biaya produksi Sumber: Suparmoko, 2000 Berdasarkan gambar 2.5, sumbu horizontal menunjukkan jumlah barang yang diminta dan yang ditawarkan Qd=Qs dan sumbu vertikal menunjukkan harga barang atau P. Perpotongan kurva permintaan DD dan kurva penawaran SS akan menghasilkan keseimbangan di titik E sehingga menghasilkan harga Po dan
kuantitas barang yang sama antara permintaan dan penawaran di Qd=Qs. Dengan meningkatnya upah tenaga kerja atau meningkatnya biaya produksi, akan mengakibatkan kurva penawaran bergeser ke kiri menjadi S1S1 dan berpotongan dengan kurva permintaan DD pada tingkat harga yang lebih tinggi yaitu P 1 . Dalam kondisi ini, maka jumlah barang yang diperjualbelikan akan lebih sedikit yaitu Qd 1 =Qs 1 . Hal ini terjadi karena biaya untuk membuat barang tersebut mahal dan mendorong produsen untuk menjual produknya dengan harga lebih tinggi sehingga terjadilah cost push inflation. Inflasi dari sudut penawaran dibagi juga atas price push inflation dan import cost push inflation. Inflasi karena dorongan harga atau Price push inflation terjadi karena kekekuatan monopoli yang dimiliki oleh produsen dalam mengatur tingkat harga dan tingkat produksi sesuai dengan keinginannya. Inflasi karena impor atau Import cost push inflation terjadi karena kenaikan harga barangbarang impor seperti bahan baku dan barang modal, jika barang-barang tersebut terus mengalami kenaikan maka harga di dalam negri juga akan meningkat yang dapat menyebabkan terjadinya inflasi ( Nasution, 1998). 2.6.4
Hubungan Inflasi dengan Permintaan Uang Kuasi Laju inflasi merupakan biaya atau opportunity cost, dari pemegangan
kekayaan dalam bentuk aktiva moneter, seperti C atau currency, DD atau demand deposits, terutama TD atau time deposits. Oleh karena itu, laju inflasi mempengaruhi uang kuasi dalam hal ini time deposits, jika inflasi tinggi cenderung membuat time deposits rendah (Boediono, 1985).
2.7 Penelitian terdahulu Dhani Agung Darmawan (2005) dengan judul “Analisis permintaan uang kuasi di Indonesia, periode 1983-2003, pendekatan error corectioin models. Dalam penelitian ini digunakan variable GNP (Gross National Product), nilai tukar, indeks harga konsumen, tingkat suku bunga luar negri (SIBOR), suku bunga deposito, dan uang kuasi (QM) di Indonesia. Dalam penelitian ini berdasarkan hasil estimasi Error correction models, permintaan memliki perspektif jangka panjang dan jangka pendek. Permintaan uang kuasi dalam jangka pendek menunjukkan bahwa serentak variable GNP, nilai tukar, indeks harga konsumen, tingkat suku bunga luar negri dan suku bunga dalam negri, signifikan karena mempengaruhi permintaan uang kuasi di Indonesia. Sedangkan jangka panjang, variable suku bunga luar negri (SIBOR) dan indeks harga konsumen tidak signifikan dan variabel lainnya signifikan. Ronaldo (2008) dengan judul “Analisis Determinasi Model Permintaan Uang Beredar Ruang Lingkup Artian Luas (M2) Studi Kasus Indonesia Periode 1990 -2005.” Variabel yang digunakan adalah permintaan uang secara luas (M2) yang terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi yang beredar di masyarakat, tingkat PDB Riil, tingkat suku bunga deposito 3 bulan, suku bunga kredit modal kerja, tingkat suku bunga di pasar uang internasional (Jibor). Dalam penelitian ini digunakan Error Corection models dan kointegrasi untuk mengetahui kesimbangan jangka pendek dan jangka panjang variabel-variabel bebas yaitu tingkat PDB Riil, tingkat suku bunga deposito 3 bulan, suku bunga kredit modal kerja, tingkat suku bunga di pasar uang internasional (Jibor) terhadap
variabel tidak bebas yaitu uang dalam arti luas (M2) yang terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi. Badjuri (1997) dengan judul “Permintaan Uang di Indonesia tahun 19781993: Pendekatan kointegrasi”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Gross Domestic Income (GDY), tingkat bunga dalam negri, tingkat bunga luar negri, dan inflasi yang diharapkan. Berdasarkan hasil uji Kointegasi dari Engle-Granger menunjukkan bahwa hubungan jangka panjang elastisitas permintaan uang baik dalam arti sempit(Ml) maupun luas (M2) ditentukan oleh GDY, tingkat bunga dalam negeri, tingkat bunga luar negeri dan expected inflation. Berdasarkan hasil uji Error Correction Model menunjukkan bahwa dalam jangka pendek elastisitas permintaan uang dalam anti sempit (Ml) dan permintaan uang dalam arti luas (M2) dipengaruhi oleh GDY, suku bunga dalam negeri, suku bunga luar negeri, dan inflasi yang diharapkan. Berdasarkan hasil uji dengan prosedur Barriren. menunjukkan bahwa dalam jangka panjang permintaan uang dalam arti sempit maupun luas hasilnya tidak jauh berbeda dengan Engle Granger. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji cukup memuaskan.
2.8 Kerangka Konseptual
PERMINTAAN UANG KUASI DI
DIPENGARUHI
SUKU BUNGA DEPOSITO
PDB PERKAPTA
INFLASI
SECARA PARSIAL/ SECARA SIMULTAN
ANALISIS/ KESIMPULAN
Gambar 2.6 Kerangka Konseptual Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dapat dilihat bahwa permintaan uang kuasi di Indonesia dipengaruhi oleh tingkat suku bunga deposito, PDB Perkapita dan Inflasi. Pengaruh tingkat suku bunga deposito, PDB Perkapita inflasi terhadap permintaan uang kuasi akan dilihat secara parsial dan secara simultan sehingga akan diperoleh kesimpulan.
2.9 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti dan masih harus dibuktikan kebenarannya karena masih bersifat dugaan. Berdasarkan masalah di atas, hipotesisnya adalah: H1 : Adanya pengaruh antara suku bunga deposito terhadap permintaan uang kuasi. H2 : Adanya pengaruh antara PDB Perkapita terhadap permintaan uang kuasi. H3 : Adanya pengaruh antara inflasi terhadap permintaan uang kuasi. H4 : Secara simultan, suku bunga, PDB Perkapita dan inflasi berpengaruh terhadap permintaan uang kuasi.