Fungsi Uang dan Hukum Syariahnya
FUNGSI UANG DAN HUKUM SYARIAHNYA Oleh: Masnukha Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya Abstrak Uang memiliki peran penting dalam peradapan manusia. Keberadaan uang hingga seperti kita lihat saat ini, telah melalui proses panjang, sehingga sampai diakui sebagai alat tukar. Dengan uang sebagai alat tukar, berbagai transaksi dapat dilakukan. Mengingat pentingnya fungsi uang, tulisan ini berikhtiar untuk memaparkan pengertian, urgensi, dan fungsi uang, dilanjutkan dengan tinjauan hukum Islam terhadap eksistensi uang. Kata Kunci: fungsi uang, kedudukan uang dalam hukum Islam PENDAHULUAN Uang merupakan inovasi besar dalam peradaban manusia. Uang memainkan peran penting dalam kehidupan ekonomi manusia. Uang memudahkan manusia dalam melakukan transaksi pertukaran barang dan jasa. Uang memungkinkan perdagangan berjalan dengan efesien. Sehingga posisi uang sangat strategis dalam sistem ekonomi dan sulit digantikan variabel lainnya. Sebagaimana diketahui, pada awal peradaban manusia dalam memenuhi kebutuhannya dilakukan secara mandiri. Hal itu karena kebutuhan manusia masih sangat sederhana dan belum begitu membutuhkan orang lain. Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabannya semakin maju, kegiatan dan interaksi antar manusiapun meningkat tajam. Ketika itulah, manusia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhannya sendiri. Satu sama lain mulai saling membutuhkan dalam memenuhi kebutuhannya. Sejak saat itu, manusia mulai menggunakan berbagai cara dan alatuntuk melangsungkan pertukaran secara barter dalam memenuhi kebutuhannya. Pertukaran barter mensyaratkan adanya keinginan yang sama pada waktu yang bersamaan dari pihak yang melakukan Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 23
Masnukha
pertukaran. Karena kebutuhan manusia semakin kompleks, maka semakin sulit menciptakan kondisi tersebut. Itulah sebabnya diperlukan suatu alat tukar yang dapat diterima oleh semua pihak. Alat tukar itu kemudian disebut uang.Uang berkembang dan berevolusi mengikuti perjalanan sejarah. Dari perkembangan inilah, uang kemudian dikategorikan dalam tiga jenis yaitu uang barang, uang tanda/kertas dan uang giral atau uang kredit. Mengingat begitu urgennya peran uang bagi manusia, maka dalam makalah berikut ini akan di awali dengan uraian tentang pengertian dari uang, urgensi uang, fungsi utama uang dan dilanjutkan dengan tinjauan hukum Islam terhadap eksistensi uang Definisi Uang Al Ghazali dan Ibn Khaldun berpendapat, sebagaimana dikutip oleh Adiwarman Karim dalam buku Ekonomi Makro Islam, uang adalah apa yang digunakan manusia sebagai standar ukuran nilai harga, media transaksi pertukaran dan media simpanan.1Menurut Sahir Hasan, sebagaimana dikutip Hasan Ahmad dalam buku Mata Uang Islam, uang adalah pengganti materi terhadap segala aktivitas ekonomi, yaitu media atau alat yang memberikan kepada pemiliknya daya beli untuk memenuhi kebutuhannya, juga dari segi peraturan perundangan menjadi alat bagi pemiliknya untuk memenuhi segala kewajibannya.2 Dalam kamus perbankan, sebagaimana dikutip Ismail Nawawi, uang adalah segala sesuatu yang diterima secara umum, sebagai alat tukar, alat bayar, satuan dasar alat penilaian dan sebagai penyimpan daya beli. Dalam Encyclopedia Americana , juga dikutip Ismail Nawawi, disebutkan, uang dapat berupa segala sesuatu yang secara umum dan secara luas diterima untuk pembayaran barang-barang
1Adiwarman
Karim, Ekonomi Islam Suatu kajian Ekonomi Makro (Jakarta: IIIT Indonesia, 2002), 9-14 2 Ahmad Hasan, Mata Uang Islami (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 11
24 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Fungsi Uang dan Hukum Syariahnya
jasa dan hutang.3Ismail Hasyim dalam bukunya Mudzakara fi al Nuqud wa al Bunuk, menyatakan, uang adalah sesuatu yang diterima secara luas dalam peredaran, digunakan sebagai media pertukaran, sebagai standar ukuran nilai harga dan media penyimpan nilai, juga digunakan sebagai alat pembayaran untuk kewajiban bayar yang ditunda.4 Dari beberapa definisi uang di atas, maka uang bisa didefinisikan dalam tiga segi:5Pertama, definisi uang dari segi fungsifungsi ekonomi sebagai standar ukuran nilai, media pertukaran dan alat pembayaran yang tertunda (deffered payment). Kedua,definisi uang dengan melihat karakteristiknya yaitu segala sesuatu yang diterima secara luas oleh tiap-tiap individu. Ketiga, definisi uang dari segi peraturan perundangan sebagai segala sesuatu yang memiliki kekuatan hukum dalam menyelesaikan tanggungan kewajiban. Dari situ dapat kita ketahui bahwa para ahli ekonomi membedakan antara uang dan mata uang.6 Mata uang adalah setiap sesuatu yang dikukuhkan pemerintah sebagai uang dan memberinya kekuatan hukum yang bersifat dapat memenuhi tanggungan dan kewajiban, serta diterima secara luas. Sedangkan uang lebih umum dari mata uang, karena mencakup mata uang dan yang serupa dengan uang (uang perbankan). Dengan demikian, setiap mata uang adalah uang, tapi tidak setiap uang itu mata uang. Antara keduanya dinamakan hubungan umum khusus mutlak.7 Sejarah Uang Sebelum menjelaskan tentang fungsi uang, akan dipaparkan tiga tahap perkembangan fungsi uang, yaitu uang barang (comodity 3Ismail
Nawawi, Isu-Isu Ekonomi Islam, Nalar Moneter (Jakarta: VIV Press, 2013), 7 4Ismail Muhammad Hasyim, tt. Mudzakkarat fi al Nuqud wa al Bunuk (Beirut: Dar al Nahdhah al ‘Arabiyah), 14 5Muhammag Khalil Bar’I dan Ali Hafizh manshur, 1990. Muqaddimah fi Iqtishadiyah al Nuqud wa al Bunuk (Beirut: Maktabah Nahdhah al Syuruq), 3940 6 Ibid. 7Ahmad Hasan, Mata Uang Islami, 12.
Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 25
Masnukha
money), uang tanda/kertas (token money) dan uang giral/uang kredit (deposit money).8 Uang barang (commodity money) adalah medium of exchange yang memiliki nilai komoditas apabila komoditas tersebut digunakan bukan sebagai uang. Sebagai medium of exchange terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan, yaitu (1) kelangkaan (persediaan barang itu harus terbatas), (2) daya tahan (barang harus tahan lama) dan (3) barang yang dijadikan uang harus bernilai tinggi sehingga tidak memerlukan jumlah yang banyak dalam melakukan transaksi. Uang komoditas memiliki kekuatan nilai tukar dari bendanya sebagai barang komoditas. Gandum misalnya, memiliki nilai pada barangnya. Permintaan pada dasarnya adalah tujuan untuk konsumsi. Ketika fungsinya berubah menjadi uang komoditas, bentuk permintaan lainpun muncul, yaitu permintaan sebagai uang. Dari sana didapatkan kekuatan nilai tukarnya dibanding barangbarang dan jasa yang lain. Dengan demikian, penemuan terhadap uang komoditas merupakan penemuan yang memiliki arti tersendiri pada masanya. Itu menunjukkan fase penting dari fase-fase perkembangan manusia. Namun begitu, kesulitan-kesulitan dalam penggunaan uang komoditas masih ada, di antaranya: (1) Kemungkinan rusak; (2) Tidak bisa di bagi-bagi; (3) Tidak sama setiap unitnya; (4) Kesulitan penyimpanan dan membawanya. Karena itulah, orang-orang berpikir bahwa semestinya dibuat uang dari jenis yang lain sehingga kesulitan dan kekurang yang ada pada uang komoditas itu bisa diselesaikan. Orang-orang lalu melihat barang tambang untuk dijadikan sebagai uang,9 sehingga muncullah istilah uang logam sebelum kemudian uang logam ini digeser dengan keberadaan uang kertas sebagai token money. Uang tanda/kertas (token money) adalah pengganti uang logam emas atau perak; tanda terima yang dikeluarkan oleh bank sentral, Adiwarman Karim, Ibid., 23-25; Nurul Huda dkk, 2008. Ekonomi Makro Islam (Jakarta: Prenada Group), 76-78;Mustafa Edwin Nasution dkk, 2007, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencaan), 240-242. 9Ahmad Hasan, Mata Uang Islami., 67-68. 8
26 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Fungsi Uang dan Hukum Syariahnya
sebagai medium of exchange, dengan tidak disandarkan pada kepemilikan emas atau perak.Uang kertas melewati 4 tahap yang berbeda hingga sampai pada bentuk dan sistemnya sekarang.10 Fase pertama terjadi ketika volume perdagangan luar negeri semakin luas di mana keuntungan menjadi meningkat dan harta semakin berkembang. Keadaan tersebut menjadikan manusia menitipkan uang logam (mulia) pada tempat tukang emas atau pemuka agama untuk dijaga supaya tidak terjadi pencurian. Pihak pennyimpanan kemudian memberikan akta (bukti kepemilikan barang titipan) kepada para penyimpan dengan menuliskan jumlah uang logam simpanan. Akta akan di beri tanda tangan oleh penyimpan ketika selesai melakukan transaksi perdagangan untuk diserahkan kepada orang lain. Akta tersebut juga merupakan akta jaminan pembayaran terhadap pemegang akta. Pada fase kedua, bentuk penulisan akta mengalami perubahan. Pedagang yang menyimpan uang tidak perlu membubuhkan tanda tangan pada akta untuk diserahkan kepada pedagang yang lain setelah terjadi kesepakatan dagang. Siapa saja yang menerima akta, secara langsung mendapatkan hak untuk menerima jumlah titipan yang tertera pada akta. Urusan akta menjadi mudah dan penggunaannya tersebar luas. Walaupun begitu, pada prinsipnya akta ini bukan uang, hanya bukti hak atas uang logam yang dititipkan. Pada fase ketiga, kertas-kertas yang asalnya berfungsi sebagai pengganti uang logam dan sebagai bukti yang menetapkan jumlah titipan uang logam, bergeser fungsi menjadi uang yang digunakan secara langsung untuk membeli barang atau jasa dan tidak memiliki penopang secara total. Ketika orang-orang merasa tertipu dengan strategi para pemegang simpanan, yang bertujuan mendapatkan keuntungan berlipat tanpa modal, mereka segera menukarkannya dengan uang logam. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kekacauan. Akhirnya pemerintah melakukan intervensi dengan mewajibkan para pemegang simpanan untuk mempunyai modal
10Ibid.,75.
Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 27
Masnukha
(asset) selain uang logam titipan terhadap kertas-kertas yang diterbitkan serta memberikan kompensasi untuk menerbitkan kertas-kertas penopang nilai dalam jumlah terbatas. Setelah itu,pemerintah (dalam hal ini bank sentral) yang menangani proses penerbitan uang kertas. Fase keempat, peristiwa perang dunia 1 merupakan awal dari fase ini, di mana peredaran emas memburuk serta kebutuhan pemerintah terhadap pembiayaan semakin bertambah. Hal tersebut mendorong pemerintah menahan saldo emas dan mencegahnya keluar. Uang kertas menjadi tidak bisa ditukar dengan emas, ketika sebelumnya memiliki kekuatan nulai tukar yang bersumber dari saldo emas yang senilai. Setelah itu, kertas memiliki kekuatan nilai tukar dari unsur lain dan salah satunya emas. Uang giral (deposit money) adalah uang yang dikeluarkan oleh bank komersial melalui pengeluaran cek dan alat pembayaran giro lainnya. Uang giral merupakan simpanan nasabah di bank yang dapat diambil setiap saat dan dapat dipindahkan kepada orang lain untuk melakukan pembayaran. Uang giral ini munculseiring dengan pesatnya pertumbuhan industriyang mengakibatkan semakin tingginya kebutuhan akan uang dalam jumlah besar. Banyak pengusaha melunasi tagihan dengan menggunakan cek sedangkan secara tunai hanya dilakukan untuk pembayaran dalam jumlah kecil. Urgensi Uang Uang adalah salah satu pilar ekonomi. Uang memudahkan proses pertukaran komoditas dan jasa. Setiap proses produksi dan distribusi mesti menggunakan uang.Pada berbagai bentuk proses produksi berskala besar dan modern, setiap orang dari komponen masyarakat mengkhususkan diri dalam memproduksi barang komoditas atau bagian dari barang dan memperoleh nilai dari hasil produksi yang ia pasarkan dalam bentuk uang. Sebagaimana para pengusaha pabrik membayarkan gaji dari jasa para karyawan dan buruh yang bekerja pada mereka dengan menggunakan uang. Karena itu, sistem ekonomi modern yang menyangkut banyak pihak tidak bisa berjalan dengan sempurna tanpa menggunakan uang.
28 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Fungsi Uang dan Hukum Syariahnya
Tidaklah berlebihan sebagian orang mengisyaratkan bahwa penemuan uang merupakan salah satu penemuan besar yang dicapai oleh manusia. Tidak kalah penting dengan ditemukannya sistem tulis menulis, mengolah tanah, dan pemanfaatan energi. Ketika seseorang mencermati lebih dalam kekurangan-kekurangan yang begitu besar dalam sistem barter, maka berbarengan dengan kemajuan yang begitu luas membuka jalan kepada manusia untuk menggunakan uang. Hanya saja manusia tidak mencapai penemuan uang itu dalam sekejap. Pada awalnya mereka melakukan pertukaran barang dan jasa secara barter sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Kemudian mereka mengkhususkan suatu barang yang ada dan tersebar luas dari berbagai macam barang dan menjadikannya sebagai ukuran harga segala sesuatu. Demikianlah mata uang di berbagai bangsa menjadi bermacam-macam dan beragam. 11 FUNGSI UANG Dalam sistem perekonomian manapun, fungsi utama uang adalah sebagai alat tukar (medium of exchange). Dari fungsi utama ini, diturunkan fungsi-fungsi lain seperti uang sebagai standard of value (pembakuan nilai), store of value andunit of account (penyimpan kekayaan san satuan hitung) dan standard of deferred payment (pembakuan pembayaran tangguh). Mata uang manapun akan berfungsi sperti itu. Uang Sebagai Media Pertukaran (Medium of Exchange) Uang adalah alat tukar yang digunakan setiap orang untuk pertukaran komoditas dan jasa. Fungsi ini menjadi sangat penting dalam ekonomi maju, di mana pertukaran terjadi oleh banyak pihak. Seseorang tidak memproduksi setiap apa yang menjadi kebutuhannya tapi terbatas pada barang tertentu, yang kemudian dijual untuk mendapatkan uang. Dengan uang tersebut, ia mendapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan. Dengan demikian,
11Ibid.,
27
Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 29
Masnukha
uang membagi proses pertukaran ke dalam dua macam:Proses penjualan barang atau jasa dengan pembayaran uang dan proses pembelian barang atau jasa dengan menggunakan uang.12 Uang sebagai Standar Pembakuan Nilai (Standard of Value) dan Satuan Hitungan (Unit of Account) Fungsi ini termasuk yang paling utama dan terpenting dari fungsi uang.13 Uang adalah standar ukuran harga, yakni sebagai media pengukur nilai harga komoditas dan jasa dan perbandingan harga setiap komoditas dengan komoditas lainnya. Dengan uang bisa diukur nilai setiap komoditas dan jasa atas dasar unit-unit uang. Uang dalam fungsinya sebagai standar ukuran umum harga berlaku untuk ukuran nilai dan harga dalam ekonomi, seperti berlakunya standar meter untuk ukuran jarak, atau ampere untuk mengukur tegangan listrik, atau kilogram sebagai standar timbangan, atau kubik sebagai ukuran volume. Akan terjadi kekacauan apabila standar ukuran umum harga tidak berlaku untuk ukuran nilai dan harga dalam ekonomi. Hal itu bisa dicontohkan dari standar meter yang apabila berubah-ubah dari waktu ke waktu, misalnya panjang satu meter terkadang 150 sentimeter, kadang 75 sentimeter atau 90 sentimeter, pasti kekacauan akan terjadi di pasar-pasar Karena itu standar ukuran umum harga berlaku untuk ukuran nilai dan harga dalam ekonomi. Tidak ada perbedaan di kalangan ahli ekonomi tentang uang yang harus bersifat tetap secara proporsional pada daya tukar sehingga bisa berfungsi maksimal sebagai standar harga ekonomi. Uang sebagai Media Penyimpan Kekayaan (Store of Value) Orang yang mendapatkan uang, kadang tidak mengeluarkan seluruhnya dalam satu waktu, tapi ia sisihkan sebagaian untuk membeli barang atau jasa yang ia butuhkan pada waktu yang ia inginkan atau ia simpan untuk hal-hal yang tak terduga seperti sakit atau kebutuhan mendadak yang tidak diperhitungkan sebelumnya. 12Ibid., 13Ibid.,
14. 12
30 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Fungsi Uang dan Hukum Syariahnya
Menyimpan barang tentu sangat susah, karena ada yang tidak bisa bertahan lama; ada yang membutuhkan biaya tambahan dalam pemeliharaannya. Sedangkan uang berfungsi untuk menyimpan daya tukar dengan mudah. Demikianlah proses penjualan dengan pembayaran uang yang tidak diteruskan dengan proses pembelian, tapi menyimpan uang itu yakni cukup dengan proses nilai barang (uang) jelas fungsi uang sebagai media penyimpan nilai.14 Manusia perlu menyimpan uang untuk menghadapi hal-hal mendesak. Uang juga 100 % efisen karena dengan itu bisa mendapatkan langsung barang atau jasa. Sebab itu, menyimpan uangberbeda dengan menyimpan harta yang lain. Uang sebagai Standar Pembayaran Tunda (Standard of Deffered Payment) Sebagian ahli ekonomi berpendapat bahwa uang adalah unit ukuran dan standar untuk pembayaran tunda. Sebagian lain berpendapat sebagai media pembayaran yang ditunda. Proses jual beli tidak selalu selesai dengan uang kontan tapi bisa terjadi atas dasar utang sekiranya pemilik barang menjual barangnya pada pembeli yang tidak membawa uang lalu ia jual dengan pembayaran tunda.15 HUKUM UANG DALAM SYARIAH Dalam sejarah Islam, uang merupakan sesuatu yang diadopsi dari peradaban Romawi dan Persia. Dinar adalah mata uang emas yang diadopsi dari Romawi dan dirham adalah mata uang perak dari peradaban Persia. Dalam al Quran, dua logam mulia ini telah disebutkan baik dalam fungsinya sebagai mata uang atau sebagai harta dan lambang kekayaan. Hal itu bisa dilihat dalam QS at Taubah ayat 34, Qs al Kahfi ayat 19. Dari dua ayat tersebut menunjukkan bahwa dinar dan dirham telah digunakan oleh manusia sejak ribuan tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dinar dan dirham diperoleh masyarakat 14Ibid., 15Ibid.,
15 20
Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 31
Masnukha
Arab dari hasil perdagangan yang dilakukan dengan bangsa-bangsa di seputar jazirah Arab. Para pedagang membawa dinar emas Romawi apabila pulang dari Syam dan mereka membawa dirham perakapabila pulang dari Irak. Kadang-kadang mereka juga membawa dirham dimyar dari Yaman. Jadi, pada masa itu sudah banyak mata uang asing yang masuk jazirah Arab. Mata uang ini digunakan hingga runtuhnya Khalifah Utsmaniyah di Turki pasca Perang Dunia I. Uang kertas yang berlaku sekarang dinamakan fiat money karena kemampuan uang untuk berfungsi sebagai alat tukar dan memiliki daya beli tidak disebabkan karena uang tersebut disandarkan atas emas. Uang kertas yang beredar di masyarakat dan dipergunakan sebagai alat tukar karena pemerintah menetapkannya sebagai alat tukar. Apabila pemerintah mencabutnya dan menggunakan uang dari jenis lain, maka uang kertas tersenbut tidak akan memiliki nilai sama sekali. Dari hal tersebut, memunculkan pertanyaan bagaimana hukum uang kertas menurut syariah Islam? Para ulama berbeda pendapat dalam masalah uang kertas. Perbedaan itu berkaitan dengan sifat harta berupa uang kertas. Apabila kita cermati uang kertas yang beredar sekarang, sifat uang berlaku dengan sempurna. Karena itu uang kertas adalah harta bernilai. Hal itu didasarkan oleh pengakuan manusia untuk menjadikan uang kertas sebagai alat pertukaran.16 Mata uang kertas yang beredar sekarang – dengan bentuk dan sistem yang berlaku – tidak pernah dikenal di masa turunnya wahyu. Sebab di masa itu yang ada hanya uang dinar emas dan dirham perak. Transaksi dengan uang emas danperak – mata uang fulus sebagai uang bantu – terus berjalan dalam beberapa kurun waktu yang lama. Mata uang kertas baru muncul di masa-masa terakhir, yang untuk pertama kalinya dijadikan sebagai uang yang bersifat wajib pada tahun 1914 M sekalipun uang tersebut telah ada beberapa 16Menurut
Jumhur ulama harta adalah sesuatu yang harus ada wujudnya, bernilai menurut manusia( dapat diambil manfaat) serta ada pengakuan dari manusia bahwa harta tersebut adalah bernilai.
32 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Fungsi Uang dan Hukum Syariahnya
tahun sebelum disahkannya sebagai uang ganti atau dokumen penguat. Oleh sebab itu hukum uang kertas ini tidak ditemukan di dalam kajian kitab-kitab fiqh ulama terdahulu. Akan tetapi jawaban terhadap hukum uang kertas dapat kita cari dari penjelasan yang telah lalu yaitu bahwa mata uang bisa dibuat dari benda apa saja, sampai-sampai kulit unta, kata Umar bin Khattab. Ketika benda tersebut telah ditetapkan sebagai mata uang yang sah, maka barang tersebut telah berubah fungsinya dari barang biasa menjadi alat tukar dengan segala fungsi turunannya. Jumhur ulama sepakat bahwa illat dalam emas dan perak yang diharamkan pertukarannya kecuali serupa dengan serupa, sama dengan sama oleh Rasulullah adalah karena tsumuniyyah, yaitu barang-barang tersebut menjadi alat tukar, penyimpan nilai di mana semua barang ditimbang dan di nilai dengan nilainya.17 Oleh karena itu, ketika uang kertas telah menjadi alat pembayaran yang sah, sekalipun tidak dilatarbelakangi lagi oleh emas, maka kedudukannya dalam hukum sama dengan kedudukan emas danperak yang pada waktu al Quran diturunkan menjadi alat pembayaran yang sah. Karena itu, riba berlaku pada uang kertas. Uang kertas juga diakui sebagai harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakat dari padanya. Zakat pun sah dikeluarkan dalam bentuk uang kertas. Begitu pula uang kertas dapat digunakan sebagai alat untuk membayar mahar. Ada dua alasan utama memegang uang dalam ekonomi Islam, yaitu motivasi transaksi dan berjaga-jaga. Spekulasi, sebagai motivasi ketiga dalam ekonomi konvensional, tidak dikenal dalam ekonomi Islam, sehingga permintaan uang untuk tujuan spekulasi menjadi nol. Oleh karena itu, permintaan uang dalam ekonomi Islam berhubungan dengan tingkat pendapatan. Keperluan uang tunai yang dipegang dalam jangka waktu penerimaan pendapatan adalah sama dengan waktu pembayarannnya. Besarnya persediaaan uang tunai akan berhubungan dengan tingkat pendapatan dan frekuensi pengeluaran.
17
Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam , 93
Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 33
Masnukha
Jika seseorang menerima pendapatan dalam bentuk uang tunai dan dalam waktu bersamaan dikeluarkan juga secara tunai, maka tidak perlu memegang uang untuk tujuan transaksi. Di sini tidak ada interval waktu untuk menjembataninya. Dalam hubungannya dengan kebutuhan pribadi, sesungguhnya persediaan uang tunai yang dipegang akan lebih besar dari proporsi dalam interval antara penerimaan dan pendapatan. Seseorang yang mendapat bayaran bulanan akan memerlukan persediaan uang tunai yang rata-rata lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang mendapat bayaran harian, dengan asumsi bahwa perilaku konsumsi mereka sama. Analisis yang sama dapat digunakan untuk perusahaan yang memerlukan uang tunai sebagai penghubung antara pengeluaran untuk bahan baku dan penerimaan dari penjualan produk dalam bentuk tunai. Kebutuhan uang tunai tersebut akan berubah dalam interval waktu dan tingkat aktivitas usaha. Pembayaran dari seorang pengusaha kepada pengusaha yang lainakan berubah menurut tingkatan proses produksi dan tingkat integritasi dalam perekonomian dengan anggapan hal-hal lain tetap, meningkatkan integrasi ini, menurunkan permintaan uang tunai. Motivasi berjaga-jaga muncul karena individu dan perusahaan menganggap perlu memegang uang tunai diluar apa yang diperlukan untuk transaksi, guna memenuhi kewajiban dan berbagai kesempatan yang tidak disangka untuk pembelian di muka.Namun bagi seorang muslim, tendensi memegang uang tunai untuk motivasi berjaga-jaga amat terbatas, sebagaimana al Quran mengatakan : “Kami membagikan rezeki bagi mereka dalam kehidupan di dunia ini”.Selain itu, Rasulullah tidak pernah menyimpan sesuatu apapun dalam kehidupannya. Jumlah uang tunai yang diperlukan daalm ekonomi Islam hanya berdasarkan motivasi untuk transaksi dan berjaga-jaga, merupakan fungsi dari tingkat pendapatan, pada tingkat tertentu di atas yang telah ditentukan zakat atas asset yang kurang produktif. Berbicara tentang hubungan uang dengan modal dalam ekonomi Islam, uang adalah uang bukan modal (capital). Modal (capital) adalah barang yang dihasilkan oleh alam atau buatan manusia yang
34 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Fungsi Uang dan Hukum Syariahnya
diperlukan bukan untuk memenuhi secara langsung keinginan manusia tetapi untuk membantu memproduksi barang lain yang pada gilirannya akan dapat memenuhi kebutuhan manusia secara langsung dan menghasilkan keuntungan. Secara fisik, terdapat dua jenis modal yaitu fixed capital (modal tetap) dan circulating capital (modal yang bersirkulasi). Fixed capital contohnya seperti gedung-gedung, mesin-mesin, atau pabrik-pabrik, mobil dan lain-lain yaitu benda-benda yang ketika manfaatnya dinikmati, eksistensi substansinya tidak berkurang. Adapun circulating capital itu seperti bahan baku, uang dan lain-lain yaitu benda-benda yang ketika manfaaatnya dinikmati substansinya juga hilang. Perbedaan keduanya dalam syariah dapat kita lihat sebagai berikut. Modal tetap pada umumnya dapat disewakan tetapi tidak dapat dipinjamkan (qardh). Sedangkan modal sirkulasi yang bersifat konsumtif bisa dipinjamkan tetapi tidak dapat disewakan. Hal itu disebabkan karena ijarah (sewa menyewa) dalam Islam hanya dapat dilakukan kepada benda-benda yang memiliki karateristik substansinya dapat dinikmati secara terpisah atau sekaligus. Ketika sebuah barang di sewakan, maka manfaat barang tersebur dipisahkan dari empunya. Ia kini dinikmati oleh penyewa namun status kepemilikannya tetap pada si empunya. Ketika masa sewa sudah berakhir, barang tersebut dikembalikan kepada si empunya dalam keadaan utuh seperti sedia kala. Uang tidak memiliki sifat seperti itu. Ketika seseorang menggunakan uang, maka jumlah uang itu habis dan hilang. Kalau ia menggunakan uang tersebut dari pinjaman, maka ia menanggung hutang sebesar jumlah yang dipergunakan dan harus mengembalikan dalam jumlah yang sama (mitsli) bukan substansinya (a’in). Dari uraian di atas, nyatalah bahwa barang modal yang masuk dalam kategori tetap, seperti kendaraan, mobil, bangunan, kapal dan lain-lain akan mendapatkan return on capital dalam bentuk upah dari penyewaan, jika transaksi yang dipergunakan adalah ijarah (sewa menyewa), disamping itu barang-barang modal ini dapat juga mendapatkan return on capital dalam bentuk bagian dari laba (profit)
Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 35
Masnukha
jika transaksi yang dipergunakan adalah musyarakah atas dasar kaidah : “Suatu barang yang dapat disewakan, maka barang tersebut dapat dilakukan musyarakah atasnya.” Ini telah dilakukan oleh kaum muslimin dari zaman dahulu misalnya daalm transaksi muzara’ah. Dalam akad ini, si empu tanah menyediakan tanah untuk digarap oleh penanam (petani penggarap). Keuntungan yang dihasilkan oleh usaha ini dibagi dua sesuai dengan kesepakatan, misalnya 50%:50%. Berbeda dari fixed capital, circulating capital (dalam hal ini uang) tidak akan mendapatkan return on capital dalam bentuk upah sewa seperti dalam ijarah. Karena uang dalam Islam bukan sebagai komoditas yang bisa disewakan atau diperjualbelikan dengan kelebihan. Ia dibutuhkan sebagai alat tukar saja. Tetapi ia memiliki return on capital bila dikembangkan dalam bentuk mudharobah. Ia juga dapat dipinjamkan (qardh) tetapi tidak diperbolehkan pengembaliannya melebihi pokoknya. Kelebihan demikian masuk dalam ktegori riba. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa uang bersifat flow concept dan modal (capital) bersifat stock concept. Uang adalah public goods dan modal (capital) adalah private goods. KESIMPULAN Penemuan uang merupakan salah satu penemuan besar yang dicapai oleh manusia. Hanya saja manusia tidak mencapai penemuan uang itu dalam sekejap. Di awali dengan pertukaran barter, yang kemudian dianggap kurang fleksibel, lalu manusia mengkhususkan suatu barang yang ada dan tersebar luas dari berbagai macam barang untuk dijadikan sebagai ukuran harga segala sesuatu. Salah satu jenis barang yang digunakan adalah kertas, dan terkenal dengan istilah uang kertas (token/fiat money). Adapun fungsi utama uang adalah sebagai alat tukar (medium of exchange). Dari fungsi utama ini, diturunkan fungsi-fungsi lain. Ketika uang kertas telah menjadi alat pembayaran yang sah, sekalipun tidak dilatarbelakangi lagi oleh emas, maka kedudukannya dalam hukum Islam, menurut para ulama, adalah sama dengan kedudukan emas dan perak. Karena itu, riba berlaku
36 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Fungsi Uang dan Hukum Syariahnya
pada uang kertas. Uang kertas juga diakui sebagai harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakat dari padanya. Zakat pun sah dikeluarkan dalam bentuk uang kertas. Begitu pula uang kertas dapat digunakan sebagai alat untuk membayar mahar. DAFTAR PUSTAKA Hasan, Ahmad. 2005. Mata uang Islami.Jakarta: Raja Grafindo Persada. Karim, Adiwarman. 2002. Ekonomi Islam Suatu kajian Ekonomi Makro. Jakarta: IIIT Indonesia. Hasyim, Ismail Muhammad, tt. Mudzakkarat fi al Nuqud wa al Bunuk. Beirut: Dar al Nahdhah al ‘Arabiyah. Nawawi, Ismail. 2013, Isu-Isu Ekonomi Islam, Nalar Moneter. Jakarta: VIV Press. Bar’i, Muhammad Khalil dan Ali Hafizh Manshur. 1990. Muqaddimah fi Iqtishadiyah al Nuqud wa al Bunuk. Beirut: Maktabah Nahdhah al Syuruq. Nasution, Mustafa Edwin dkk. 2007, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana. Huda, Nurul dkk. 2008. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Prenada Group.
Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 | 37
Masnukha
38 | Al-Iqtishadi Vol. 2 No. 1 Oktober 2015