BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kulit Manusia 2.1.1. Anatomi Kulit Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m², rata-rata tebal kulit 1-2 mm, paling tebal (6 mm) ada ditelapak tangan dan kaki paling tipis (0,5 mm) ada di penis. Kulit di bagian atas terdiri dari tiga lapisan pokok yaitu : epidermis, dermis atau korium dan jaringan subkutan atau subkutis (Harahap,M, 1990). Kulit terbagi atas 3 (tiga) lapisan pokok yaitu : a. Epidermis, terbagi atas empat lapisan yaitu : lapisan basal atau stratum germinativum, lapisan malpighi atau stratum spinosum, lapisan granular atau stratum granulosum dan lapisan tanduk atau stratum korneum. b. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan diatas jaringan subkutan. c. Jaringan Subkutan (subkutis atau hipodermis) merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis, yang berfungsi untuk penyeka panas, bantalan terhadap trauma dan tempat penumpukan energi (Harahap, 1990).
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Fungsi Kulit Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai berikut (Harahap, 1990) a. Pelindung Jaringan tanduk sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari dalam tubuh. Melanin yang memberi warna pada kulit dari akibat buruk sinar ultra violet. b. Pengatur Suhu Di waktu suhu dingin peredaran di kulit berkurang guna mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas. c. Penyerapan Kulit dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat larut dalam lemak lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk ke peredaran darah, karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit masuknya zat-zat tersebut melalui folikel rambut dan hanya sekali yang melalui muara kelenjar keringat. d. Indera Perasa Indera perasa di kulit karena rangsangan terhadap sensoris dalam kulit. Fungsi indera perasa yang utama adalah merasakan nyeri, perabaan, panas dan dingin. e. Fungsi Pergetahan Kulit diliputi oleh dua jenis pergetahan yaitu sebum dan keringat. Getah sebum dihasilkan oleh kelenjar sebaseus dan keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat. Sebum adalah sejenis lemak yang membuat kulit menjadi lentur.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Beberapa Jenis Penyakit Kulit Di Indonesia saat ini penyakit kulit masih cukup tinggi, terutama penyakit kulit karena infeksi jamur yang superfisial. Sedangkan penyakit kulit karena infeksi jamur yang dalam, baik sistemik maupun subkutan hanya dijumpai pada beberapa daerah. Beberapa penyakit kulit karena infeksi jamur yang superfisial diantaranya sebagai berikut : 2.2.1. Tinea Manus et Pedis Tinea pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita didaerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung kaki, serta daerah interdigital. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang tumbuh dengan subur dalam keadaan lembab. Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat basah, mencuci, disawah dan sebagainya. Keluhan penderita bervariasi mulai dari tanda keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan (Harahap, M, 1990). 2.2.2. Tinea Versicolor Merupakan infeksi jamur superfical pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculate. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan. Lokasi yang sering mengalami penyakit ini adalah muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha dan lipatan paha. Tanda-tanda penyakit ini berupa bercak-bercak berwarna-warni terutama badan, dibentuk tidak teratur sampai teratur dengan keluhan gatal-gatal terutama pada waktu berkeringat, dapat menyerang setiap orang terutama pada mereka-mereka yang hygienenya buruk (Harahap,M, 1990).
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Miliaria Rubra Merupakan suatu keadaan tertutupnya pori-pori keringat sehingga menimbulkan retensi keringat didalam kulit dimana sumbatan terletak didalam epidermis. Miliaria rubra banyak terjadi didaerah panas, kelembaban yang tinggi tetapi dapat juga terjadi pada daerah lain, sekitar 30% orang yang tinggal didaerah tersebut bisa mengalami Miliaria Rubra. Penyakit ini terjadi karena ada sumbatan keratin pada saluran keringat. Pada permulaan musim hujan atau udara lembab. Udara lembab ini mempengaruhi keratin disekeliling lubang keringat yang mula-mula kering kemudian menjadi lembab dan membengkak, sehingga lubang kering tertutup. Dapat juga bahan kimia menyebabkan keratin menjadi basah dan menutupi lubang keringat. Tanda-tanda dari miliaria rubra ditandai dengan rasa gatal dan kadang rasa panas seperti terbakar, biasanya timbul bersamaan dengan rangsang yang menimbulkan keringat. (Harahap, 1990). 2.2.4. Tinea Ungurium Merupakan kelainan kuku disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita. Penyakit ini biasanya menyertai tinea pedis atau tinea manus. Keluhan penderita berupa kuku menjadi rusak dan warnanya suram. Tergantung penyebabnya, destruksi kuku dapat mulai dari distal, lateral ataupun keseluruhan. 2.2.5. Tinea Korporis Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada kulit halus tanpa rambut seperti pada muka, badan, lengan dan gluteal. Seringkali bersama-sama dengan
Universitas Sumatera Utara
Tinea Kruris, Tinea korporis memiliki bentuk dengan tanda radang lebih nyata, lebih sering dijumpai pada orang dewasa. Lesi biasanya sangat gatal terutama waktu berkeringat (Harahap, 1990).
2.3. Dermatitis Kontak Dermatitis kontak merupakan peradangan yang terjadi pada kulit akibat kontak dengan bahan toksik (primary iritant) atau oleh bahan allergik (sensitizer) atau oleh kedua-duanya. Gambaran dermatitis ini, makroskopik berupa : Erythema, vesikulasi, eksudasi, pembentukan crusta dan desquamasi dalam berbagai kombinasi satu sama lain, mikroskopik berupa : spongiosis dan parakeratosis. Menurut Fregert (1988), eczema atau dermatitis merupakan nama yang diberikan untuk suatu inflamasi khusus pada kulit, dermatitis kontak mengarah kepada inflamasi semacam itu yang disebabkan oleh zat-zat dari luar (external agents). Istilah eczema dan dermatitis digunakan untuk keadaan inflamasi kulit lainnya yang bukan terjadi karena faktor-faktor eksternal melainkan terutama karena faktor-faktor endogen. Zat kimia dapat menyebabkan peradangan kulit oleh satu dari dua mekanisme yaitu iritasi (dermatitis kontak yang disebabkan oleh iritan/penyebab iritasi) atau reaksi alergi (dermatitis kontak yang disebabkan oleh alergen). Pada orang yang peka, reaksi alergi akan menimbulkan kelainan kulit yang biasanya 6-48 jam hingga beberapa hari setelah kontak dan kadangkala bisa berlangsung selama 1-2 minggu. Dermatitis kontak (eczema kontak) bisa dibagi menjadi : dermatitis kontak alergika tipe ”delayed”; sindroma urtikaria kontak; dermatitis kontak iritan tipe akut; dermatitis iritan tipe kronik; dermatitis kontak fotoalergika dan reaksi fototoksis.
Universitas Sumatera Utara
Dermatitis kontak sering ditemukan sebanyak 10% atau lebih diantara para penderita yang dirawat karena penyakit kulit. Kerapkali menyerang kedua belah tangan sehingga dapat menjadi halangan bagi penderita untuk bekerja dan cenderung untuk menjadi kronik melalui kontak yang berulang. Pengaruh dermatitis kontak bertingkat mulai dari yang ringan dengan bengkak yang parah dan melepuh. Seringkali pada ruam terdapat lepuhan-lepuhan/gelembunggelembung kecil yang gatal. Daerah ruam mungkin sangat kecil atau bisa terjadi ruam melapisi seluruh tubuh. Jika zat-zat kimia penyebab ruam dihindari, biasanya kemerahan tersebut menghilang beberapa hari. Lepuhan bisa berair dan menjadi lapisan kerak, tetapi akan segera mengering. Sisa-sisa sisik, gatal dan cairan kental yang bersifat sementara pada kulit bisa berakhir selama beberapa hari atau berminggu-minggu. Menetapkan penyebab dermatitis kontak tidak selalu mudah dikarenakan banyak sekali kemungkinan yang ada. Selain itu banyak yang tidak tahu atau menyadari seluruh zat-zat kimia yang bersentuhan dengan kulit mereka. Seringkali lokasi awal ruam merupakan suatu petunjuk penting (Harahap, 1990). 2.3.1. Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis kontak iritan adalah dermatitis kontak yang terjadi oleh karena berkontak dengan bahan iritan. Sedang iritan adalah substansi yang pada kebanyakan orang dapat mengakibatkan kerusakan sel bila dioleskan untuk waktu tertentu dengan konsentrasi tertentu. Bahan iritan dapat membuat kerusakan kulit dengan cara : menghabiskan lapisan tanduk secara bertahap, denaturasi dari keratin, dan perubahan
Universitas Sumatera Utara
pada kemampuan menahan air (water holding capacity). Macam-macam dermatitis kontak iritan (Harahap, 1990) : a. Dermatitis Iritan Kuat Terjadi setelah satu atau beberapa kali olesan dengan bahan iritan yang kuat (iritan yang absolut), sehingga menyebabkan kerusakan epidermis yang berakibat peradangan. b. Dermatitis Iritan Kronik (Kumulatip). Terjadi karena sering berkontak dengan bahan iritan yang tidak begitu kuat, misalnya sabun dan/atau deterjen. 2.3.2. Dermatitis Iritan Alergik Terjadi pada orang-orang yang telah mengalami sensitisasi dengan bahan-bahan alergen atau suatu peradangan kulit yang terjadi karena proses imunologik yaitu hipersensitivitas tipe lambat. Syarat-syarat dari alergen pada dermatitis kontak : 1. Asing bagi tubuh 2. Harus dapat berdifusi melalui kulit (epidermis). 3. Harus dapat mengikat diri dengan protein/asam-sama amino kuat sehingga membentuk kompleks antigen. 2.3.3. Dermatitis Fotokontak Dermatitis ini dapat membentuk toksis ataupun alergik tergantung pada jenis yang berkontak. Setelah berkontak dengan zat tersebut dan disinari dengan Sinar Ultra Violet dengan gelombang panjang (UVA) maka terjadi peradangan dengan manifestasi ekzema. Misal : kulit berkontak dengan Kumarin (Coumarin) yang terdapat dalam minyak wangi, lalu disinari dengan UVA, maka akan terjadi reaksi fototoksik.
Universitas Sumatera Utara
Penyebab yang paling sering terjadi dari dermatitis kontak pada berbabagai tempat di tubuh dapat dilihat pada tabel 2.1. di bawah ini. Tabel. 2.1. Faktor Penyebab dan Tempat Timbulnya Dermatitis Lokalisasi Muka Telinga Bibir Leher Ketiak Daerah belakang Buah dada Pinggang Daerah perianal Lengan dan kaki Pergelangan tangan Badan Kaki Tangan
Kemungkinan Faktor Penyebab Kosmetik, cat rambut, semprot rambut, cat kuku Fotokontaktan, bahan-bahan dari udara, kaca mata Nikel, bahan-bahan topikal, bahan penyebab fotosensitif, cat rambut. Pasta gigi, obat kumur-kumur, lipstik Minyak wangi, perhiasan, cat kuku, baju, cat rambut. Odorono, anti keringat, obat-obat topikal, minyak wangi, bedak, baju Klip BH Bahan-bahan logam, bahan-bahan topikal Karet, kepala tali pinggang, kancing keans/rak Bahan-bahan topikal Tumbuh-tumbuhan Jam tangan, perhiasan Baju Kaos kaki, sepatu, bahan-bahan topikal Macam-macam kemungkinan
Sumber : Harahap (1990)
2.4. Kelainan Kulit (Dermatosis) Dermatosis akibat kerja adalah segala kelainan kulit yang timbul pada waktu bekerja atau disebabkan oleh pekerjaan. Istilah dermatosis lebih tepat dari pada dermatitis, sebab kelainan kulit akibat kerja tidak usah selalu suatu peradangan, melainkan juga tumor atau alergi. Persentasi dermatosis akibat kerja dari seluruh penyakit-penyakit akibat kerja sekitar 50-60%, maka dari itu penyakit tersebut perlu mendapat perhatian yang cukup (Suma’mur, 1998). Menurut WHO (1995), penyakit kulit akibat kerja adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit kulit ini meliputi penyakit
Universitas Sumatera Utara
kulit (baru) yang timbul karena pekerjaan atau lingkungan kerja dan penyakit kulit (lama) yang kambuh karena pekerjaan atau lingkungan kerja. 2.4.1. Sebab-Sebab Dermatosis Akibat Kerja Penyebab-penyebab dermatosis akibat kerja dapat digolong-golongkan sebagai berikut : a. Faktor Fisik, yaitu tekanan, kelembaban, panas, suhu dingin, sinar matahari, sinar X dan sinar-sinar lainnya. b. Bahan-bahan berasal dari tanaman, yaitu daun-daunan, ranting-ranting, getah, akarakaran, umbi-umbian, bunga-bungaan, buah-buahan, sayur-sayuran, debu, kayu dan lain-lain c. Makhluk-makhluk hidup, yaitu bakteri-bakteri, virus-virus, jamur-jamur, cacing, serangga dan kutu d. Bahan-bahan kimia, yaitu asam-asam dan garam anorganik, persenyawaanpersenyawaan hidrokarbon, oli, ter, bahan-bahan warna dan lain-lain. Dari penyebab-penyebab itu bahan kimialah yang terpenting, oleh karena bahanbahan itulah terbanyak digunakan dalam industri-industri. Ada 2 (dua) cara bahan-bahan kimia ini menimbulkan dermatosis, yaitu dengan jalan perangsangan atau iritasi dan dengan jalan sensitisasi atau pemekaan kulit. Bahan-bahan yang menyebabkan iritasi disebut perangsang primer, sedangkan penyebab sensitisasi disebut pemeka (sentsitizer). Perangsang primer mengadakan rangsangan kepada kulit dengan jalan melarutkan lemak kulit, dengan mengambil air dari lapisan kulit, dengan oksidasi atau reduksi, sehingga kesetimbangan kulit terganggu dan timbulah dermatosis. Sensitisasi biasanya disebabkan
Universitas Sumatera Utara
oleh bahan-bahan organik dengan struktur molekul lebih sederhana, yang dapat bergabung dengan putih telur tubuh membentuk antigen. Perangsang primer yaitu bahan yang akan menimbulkan dermatosis oleh kerjanya yang langsung kepada kulit yang normal pada tempat terjadinya kontak dengan kulit itu dalam jumlah dan kekuatan yang cukup untuk waktu yang cukup lama pula. Pemeka kulit adalah bahan yang tidak menimbulkan perubahan-perubahan khas di kulit, setelah 5 atau 7 hari sejak kontak yang pertama, maupun di tempat lain di kulit kuku. Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain : 1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, ternal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan langsung merusak kulit dengan jalan a). mengubah pHnya; b). Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi); c). Mengekstraksi lemak dari lapisan luarnya atau merendahkan daya tahan kulit. 2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu : - Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam dan lain-lain. - Sentsitizer, berupa logam dan garam-garaman, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat, nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik, kosmetik, terpentin, tanam-tanaman dan lain-lain. - Agen-agen aknegenik berupa naftalen dan bifenil klor, minyak, mineral dan lainlain.
Universitas Sumatera Utara
- Photosentsitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amino benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin dan lain-lain. 3.
Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya Menurut Fregert (1988), zat-zat kimia yang dapat menyebabkan penyakit kulit
antara lain adalah kromium, nikel, cobalt dan mercuri. a. Kromium, adalah suatu logam putih keras dengan titik lebur 1.890ºC. Senyawasenyawa kromium relatif tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi kromium stabil. Menurut PP No.82 tahun 2001 jumlah maksimum kromium yang diperbolehkan 0,05 mg/L. b. Nikel, logam nikel bersifat alergen karena larut pada permukaan kulit. Dalam kenyataannya logam ini merupakan penyebab utama pada dermatitis nikel. Dermatitis nikel umumnya ditemukan akibat penyepuhan dengan nikel, yaitu penyepuhan nikel pada permukaan logam lain. Dermatitis nikel mempunyai kecenderungan tertentu untuk menyebar ke seluruh lengan dan bagian tubuh yang lain. c. Cobalt, bersifat alergenik seperti nikel, dimana kedua logam tersebut mempunyai hubungan erat. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat cobalt sebagai kotoran pada logam nikel. Oksida cobalt yang bersifat alergenik terdapat dalam pigmen yang digunakan untuk pengecatan gambar serta keramik dan dalam pembuatan email. Cobalt juga digunakan dalam acrylic yang terolah dingin (cold cured acrylic) dan plastik polyster tak jenuh tetapi jarang menimbulkan sensitisasi. d. Mercuri, logam mercuri seperti logam nikel dan cobalt, bersifat alergenik. Mercuri bisa menimbulkan dermatitis alergika pada industri peralatan atau pembuatan amalgam untuk bahan penambal gigi (amalgam yang sudah mengeras di dalam mulut
Universitas Sumatera Utara
tidak menimbulkan sensitisasi). Logam mercuri juga ditemukan dalam cream anti jerawat. Logam mercuri organik kadang menimbulkan sensitisasi kalau digunakan sebagai pembetsa dari penyamak atau sebagai pengawet dalam obat-obatan (Fregert, 1988). 2.4.2. Diagnosa Dermatosis Diagnosa dermatosis harus diikuti dengan cara diagnosa penyakit-penyakit pada umumnya. Harus jelas kapan, tepatnya dermatosis dimulai, untuk itu perlu adanya data pemeriksaan sebelum kerja dan pemeriksaan kesehatan berkala. Selanjutnya perlu pengetahuan tentang lingkungan kerja si penderita, apakah benar terdapat penyebab penyakit itu berada dalam lingkungan. Bila ada, bagaimana keterangannya tentang cara penyebab itu menimbulkan penyakit tersebut, apakah secara infeksi, apakah perangsangan primer ataukah pemekaan. Dalam hal ini dapat dijawab dengan memperhatikan penyebab-penyebab yang ada dalam lingkungan kerja dan dengan uji laboratorium, ataupun klinis. Bahwa diagnosa dermatosis akibat kerja kadang-kadang sulit, ialah membedakan apakah kelainan kulit ditangan dermatosis akibat kerja ataukah reaksi dermatophytide, yaitu reaksi allergis terhadap infeksi jamur kronis, yang biasanya tempat infeksi di selasela jari kaki. Untuk itu harus dilakukan uji-uji klinis tertentu. Demikian pula faktor psychis kadang-kadang menyulitkan, bahwa kelainan kulit itu adalah dermatosis akibat kerja ataukah suatu kelainan yang latar belakangnya penyakit psychosomatik. Untuk keperluan ini perlu suatu nasihat keahlian dari seorang psychiater (Suma’mur, 1998).
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Pengobatan dan Pencegahan Menghadapi dermatosis pencegahan paling penting dan jauh lebih berarti dari pada pengobatan. Satu-satunya pengobatan adalah meniadakan penyakit itu dari lingkungan kerja si penderita atau memindahkan si penderita dari lingkungannya yang mengandung bahan-bahan penyakit ke lingkungan kerja lain yang tidak berbahaya bagi kulitnya. Yang perlu diperhatikan untuk pencegahan dermatosis yaitu masalah kebersihan perseorangan dan lingkungan serta pemeliharaannya. Kebersihan perseorangan misalnya cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih dan diganti tiap hari, alat-alat pelindung yang bersih dan lain-lain. Kebersihan lingkungan dan pemeliharaan rumah tangga meliputi pembuangan air bekas dan sampah, pembersihan debu, proses industri yang tidak menimbulkan pengotoran udara dan lantai, cara penimbunan dan penyimpanan barang-barang dan lain-lain (Suma’mur, 1998).
2.5. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Kedalam pengertian ini termasuk pula upaya melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia baik perseorangan maupun masyarakat sehingga berbagai faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut tidak sampai menimbulkan gangguan kesehatan (Azwar, 1996 ).
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum, sehingga terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan dari waktu ke waktu semakin berkembang, dengan perkataan lain bahwa teknologi dibidang kesehatan lingkungan menjadi bervariasi, dari yang sederhana sampai pada yang mutakhir (Notoatmodjo, 1997). Menurut Kusnoputranto, (1997), sanitasi lingkungan adalah sebagai usaha pengendalian dari semua faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Jadi lebih mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan, sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Dengan kata lain, jika menyebutkan usaha sanitasi termasuk pula menurunkan jumlah bibit penyakit yang terdapat dalam bahan-bahan pada lingkungan fisik manusia sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan manusia dapat terpelihara dengan sempurna. Bila dikaji lebih dalam pengertian higiene dan sanitasi ini mempunyai perbedaan, yaitu higiene lebih mengarah pada kebersihan individu, sedangkan sanitasi lebih mengarah pada kebersihan faktor-faktor lingkungannya (Azwar, 1996).
Universitas Sumatera Utara
2.5.1. Penyediaan Air Bersih Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan (Slamet, 1996). Air bersih juga merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan masyarakat. Berbagai keperluan seperti mandi, mencuci kakus dan wudhu membutuhkan air yang memenuhi syarat dari segi kualitas dan mencukupi dari segi kuantitas. Untuk itu penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan dari segi : a. Kualitas
: Tersedia air bersih yang memenuhi syarat kesehatan (fisik, kimia dan bakteriologis).
b. Kuantitas
: Tersedia air bersih minimal 60 liter/hari.
c.Kontinuitas
: Air minum dan air bersih tersedia pada setiap kegiatan yang membutuhkan secara berkesinambungan.
2.5.2. Peranan Air Dalam Memindahkan Penyakit Dalam memindahkan penyakit, air berperan melalui 4 (empat) cara yaitu (Kusnoputranto, 2000) : 1. Cara Water Borne Disease Kuman patogen dapat berada di dalam air minum untuk manusia dan hewan. Bila air yang mengandung kuman patogen ini terminum maka dapat terjadi penjangkitan penyakit pada yang bersangkutan. Diantara penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit cholera, typoid, hepatitis infectiosa, dysentry basiler.
Universitas Sumatera Utara
2. Cara Water Washed Disease Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan penggunaan air bagi kebersihan alat-alat, terutama alat dapur, pencucian makanan atau bahan makanan dan kebersihan perorangan. Jadi penularan penyakit secara water washed ini sangat berkaitan dengan masalah hygiene perorangan dan sanitasi manusia. Kelompok penyakit yang dipengaruhi oleh penularan air melalui water washed dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu (Kusnoputranto, 2000) : a. Penyakit infeksi saluran pencernaan seperti diare, kolera, typhoid dan dysentri basiler. Penyakit-penyakit diare merupakan penyakit yang penularannya bersifat fecal-oral. Karena itu penyakit-penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya jalur yang melalui air (water borne) dan jalur yang melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (water washed) b. Infeksi kulit dan selaput lendir seperti, septis kulit bakterial, infeksi fungus pada kulit dan conjunctivitis (trachoma) dan sebagainya.. Berjangkitnya penyakit ini sangat erat dengan kurangnya penyediaan air bersih untuk hygiene perorangan (mandi, cuci). Trachoma adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus trachoma. c. Penyakit-penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh insekta parasit pada kulit dan selaput lendir seperti sarcoptes scabieae, thypus endemic, louse borne relapsing fever dan sebagainya. Kelompok penyakit ini sangat ditentukan oleh tersedianya air bersih untuk hygiene perorangan yang ditujukan untuk mencegah investasi insekta parasit pada tubuh dan pakaian. Scabies dikenal di Indonesia sebagai penyakit kudis. Kulit terasa sangat gatal di malam hari dan pada kulit didapat versiculae kecil-kecil berisi cairan bening. Kudis ini disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabei yang memasuki kulit, memakan jaringan kulit dan menaruh telur-
Universitas Sumatera Utara
telurnya di dalam kulit. Telur akan menetas 4-8 hari, dan menjadi dewasa dalam waktu dua minggu. Karena gatalnya penderita terus menggaruk-garuk kulitnya dan sebagai akibatnya seringkali terjadi infeksi sekunder. Scabies didapat terutama di daerah kumuh dengan keadaan sanitasi yang sangat jelek. Reservoir Scabies adalah manusia, penularan terjadi secara langsung dari orang ke orang maupun lewat peralatan seperti pakaian. (Slamet, 1996). 3. Cara Water Based Disease Penyakit ini dalam siklusnya memerlukan penjamu (host) perantara. Pejamu perantara ini hidup di dalam air. Contoh yang baik bagi kelompok ini adalah penyakit Schistosomiasis. Larva schistosomiasis hidup didalam keong-keong air. Setelah waktunya, larva ini akan merubah bentuk menjadi Cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada di air tersebut.Air yang mengandung cercaria infektif ini sangat berbahaya bagi manusia. Badan-badan air yang potensial untuk menjangkitkan jenis penyakit ini adalah badanbadan air yang terdapat di alam. Badan-badan air yang terdapat di alam sering berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari manusia seperti menangkap ikan, mandi, cuci dan sebagainya. 4. Water Rellated Insecta Vectors Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air, misalnya malaria, demam berdarah, fillariasis, yellow fever dan sebagainya. Nyamuk sebagai vektor penyakit akan berkembang biak dengan mudah, bila di lingkungannya terdapat genangangenangan air seperti gentong air, pot dan sebagainya. Dalam prakteknya upaya hygiene ini antara lain meminum air yang sudah direbus sampai mendidih dengan suhu 100ºC selama 5 menit, mandi dua kali sehari agar badan selalu bersih dan segar, mencuci tangan dengan sabun sebelum memegang makanan,
Universitas Sumatera Utara
mengambil makanan dengan memakai alat seperti sendok atau penjepit, dan menjaga kebersihan kuku serta memotongnya apabila panjang (Azwar, 1996). 2.5.3. Hygiene Perorangan Hygiene perorangan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan terutama pada masa-masa perkembangan. Dengan kesehatan pribadi yang buruk pada masa tersebut akan dapat mengganggu perkembangan kualitas sumber daya manusia. Untuk menjaga kesehatan pribadi atau perorangan tentu saja tidak terlepas dari kebiasaan-kebiasaan sehat yang dilakukan setiap hari. Menurut Entjang (2000), usaha kesehatan pribadi (personal hygiene) adalah upaya seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri. Usaha-usaha tersebut antara lain adalah : 1. Memelihara kebersihan Yang termasuk memelihara kebersihan adalah memelihara kebersihan badan (mandi sekurang-kurangnya dua kali sehari, menggosok gigi secara teratur dan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan) memelihara, kebersihan pakaian (selalu dicuci dan diseterika), memelihara kebersihan rumah dan lingkungannya (selalu disapu, membuang sampah, buang air besar dan air limbah pada tempatnya). 2. Makan makanan yang sehat Makanan harus selalu dijaga kebersihannya, bebas dari bibit penyakit, cukup kuantitas dan kualitasnya. 3. Cara hidup yang teratur Makan, tidur, bekerja dan beristirahat secara teratur termasuk rekreasi dan menikmati hiburan pada waktunya.
Universitas Sumatera Utara
4. Meningkatkan daya tahan tubuh Untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit perlu mendapatkan vaksinasi, olah raga secara teratur untuk menjaga agar badan selalu bugar. 5. Menghindari terjadinya penyakit Agar selalu sehat, hindari kontak dengan sumber penularan penyakit baik yang berasal dari penderita maupun dari sumber lainnya, menghindari pergaulan yang tidak baik, selalu berpikir dan berbuat baik. 6. Pemeriksaan kesehatan Untuk menjaga badan agar selalu sehat, perlu dilakukan pemeriksaan secara periodik, walaupun merasa sehat dan segera memeriksakan diri apabila merasa sakit. 2.5.4. Lingkungan Rumah Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya. Selain itu rumah juga merupakan pengembangan kehidupan dan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya. Rumah sehat dan nyaman merupakan sumber inspirasi penghuninya untuk berkarya, sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya (Notoatmodjo, 2002). Penyehatan Perumahan dan lingkungan yang dilaksanakan sektor kesehatan pada dasarnya merupakan upaya peningkatan kualitas kesehatan lingkungan. Perumahan dan lingkungan yang buruk akan menimbulkan masalah kesehatan misalnya penularan penyakit baik antara keluarga maupun kepada orang lain (Suharmadi, 1985).
Universitas Sumatera Utara
2.6. Nelayan Nelayan di dalam ensiklopedi Indonesia digolongkan sebagai pekerja, yaitu orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai mata pencahariannya (Rahardjo, 2002). 2.6.1. Pengertian Nelayan Arti nelayan dalam buku statistik perikanan Indonesia nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan, seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat/perlengkapan ke dalam perahu/kapal, mengangkut ikan dari perahu/kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan. Tetapi ahli mesin, juru masak yang bekerja diatas kapal penangkapan ikan dimasukkan sebagai nelayan. Dari pengertian itu nelayan dipandang tidak lebih sebagai kelompok kerja yang tempat bekerjanya di air, yaitu sungai, danau atau laut. Sedangkan nelayan menurut ensiklopedi Indonesia yang secara lengkap bunyi kutipannya adalah “Orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti para penebar dan penarik jaring), maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi perahu layar, nakhoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak kapal penangkap ikan) sebagai mata pencaharian” Inti pengertian batasan ini menyatakan, bahwa nelayan adalah pekerjaan orang yang kerja utamanya menangkap ikan. Batasan pengertian yang ada pada Ensiklopedi Indonesia itu, tampaknya diikuti sama persis didalam statistik perikanan Indonesia dalam angka, 1992 yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta, 1995, bunyinya adalah sebagai berikut : ” Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam
Universitas Sumatera Utara
operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan, seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat/perlengkapan kedalam perahu/kapal, mengangkut ikan dari perahu/kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan. Tetapi ahli mesin, juru masak yang bekerja diatas kapal penangkap dimasuk-kan sebagai nelayan”. Batasan ini tampak sekali hanya ingin memperjelas istilah didalam Ensiklopedi Indonesia, sehingga nelayan adalah semua orang yang bekerja diatas perahu/kapal yang kegiatannya dilaut untuk mencari ikan, binatang dan tanaman air (Deptan, 1995). Menurut Mubyarto, dkk. (1984) yang dikutip oleh Rahardjo (2002), dalam bukunya
yang
berjudul
“Nelayan
dan
Kemiskinan”
dalam
Studi
Ekonomi
Antropologinya, memberikan pengertian berbeda tentang “Masyarakat Desa Nelayan”. Menurutnya, memang dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kaya dan kaya sekali disatu pihak, dan kelompok ekonomi sedang, miskin, miskin sekali dan tukang dilain pihak. Pemakaian kata “Desa Nelayan” telah mengantarkan kepada pemahaman bahwa nelayan dilihat sebagai masyarakat yang mempunyai ciri-ciri sendiri dan bertempat tinggal berada ditepi pantai, sehingga dapat juga disebut sebagai masyarakat yang berdiam di “Desa Pantai Perkampungan Nelayan” yang menjadikan perikanan sebagai mata pencahariannya yang terpenting. Keluarga sebagai inti terkecil dalam masyarakat telah dijadikan sebagai pusat penggalian informasi tentang kehidupan nelayan. Maka bahasan yang berkenaan dengan ‘Pembangunan Manusia’ nelayan menjadi tampak penting, agar “Mutu Kehidupan Manusia” nelayan.
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Kesehatan Nelayan Penyakit kulit pada nelayan mungkin akibat pengaruh air laut yang karena kepekatannya menarik air dari kulit, dalam hal ini air laut merupakan penyebab dermatitis kulit kronis dengan sifat rangsangan primer. Tapi penyakit kulit mungkin pula disebabkan oleh jamur-jamur atau binatang-binatang laut. Pekerjaan di tempat basah merupakan tempat berkembangnya penyakit jamur, misalnya moniliasis. “Swimmers’ itch” mungkin menghinggapi nelayan-nelayan yang hidup di pantai dengan keadaan sanitasi kurang baik, sebabnya ialah larvae sejenis cacing. Beberapa jenis ikan dapat menyebabkan kelainan kulit, biasanya nelayan-nelayan mengetahui ikan-ikan yang mendatangkan gatal (Suma’mur, 1998). Keselamatan nelayan dalam melakukan pekerjaannya belum cukup mendapat perhatian. Syarat-syarat perahu nelayan harus diutamakan, agar tercapai keselamatan sebesar-besarnya. Konstruksi perahu di Indonesia berbeda-beda mengikuti latar belakang daerah atau kebudayaan setempat. Perahu yang baik adalah stabil, tidak mudah terbalik oleh pukulan-pukulan ombak atau angin yang besar. Hygiene air minum dan makanan harus diperhatikan, selain cukup persediaan menurut lamanya berlayar, penyakit a vitaminosis, vitamin C karena kurangnya buahbuahan yang segar. Oleh karena nelayan-nelayan hidup di pantai-pantai yang biasanya hygienenya sangat kurang, perlunya pendidikan kesehatan tentang perlunya minum air masak, cara-cara hidup hygienis dan lain-lain. 2.6.3. Karakteristik Nelayan Karakteristik nelayan mempunyai sifat yang berbeda-beda. Hal ini yang perlu dilihat dalam perbedaan tersebut adalah faktor umur, tingkat pendidikan dan kebiasaan
Universitas Sumatera Utara
hidup (gaya hidup). Gaya hidup menarik sebagai masalah kesehatan, minimal dianggap faktor resiko dari berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2000). Secara rinci faktor individu yang berkaitan dengan gangguan kesehatan kulit adalah sebagai berikut : 1. Umur Umur merupakan salah satu karakteristik yang mempunyai resiko tinggi terhadap keterpapan penyakit di tempat kerja. Umur juga berkaitan dengan daya tahan tubuh terhadap agent penyakit maupun pengaruh lingkungan yang kurang baik. 2. Pendidikan Pendidikan pekerja berperan penting terhadap pengetahuan dan pemahaman pekerja tentang pencegahan penyakit akibat kerja termasuk penyakit gangguan kulit, misalnya penggunaan alat pelindung diri, personal hygiene, serta pemahaman tentang perilaku kerja yang berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Selain itu pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindar terjadinya kecelakaan kerja. 3. Masa kerja Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan faktor resiko. Dengan perbedaan masa kerja akan berhubungan dengan pajanan terhadap pencemar atau bahan yang berisiko terhadap gangguan kesehatan kulit. 4. Penggunaan alat pelindung diri Menurut Suma’mur (1998), diantara faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit kerja salah satu diantaranya pelindung diri yang tak aman. Alat
Universitas Sumatera Utara
pelindung diri diciptakan untuk melindungi nelayan dari bahaya terjadinya kecelakaan, maupun penyakit akibat kerja. Alat pelindung diri bagi nelayan misalnya : sarung tangan, sepatu bot, helm pengaman, baju bentuk overall. Penggunaan alat pelindung diri perorangan merupakan alternatif lain untuk melindungi pekerja dari bahaya-bahaya kesehatan. Namun perlu diperhatikan bahwa alat pelindung perorangan harus sesuai dan adekuat untuk bahaya-bahaya tertentu,
resisten terhadap
kontaminan-kontaminan udara,
dibersihkan dan dipelihara dengan baik, serta sesuai untuk pekerja yang memakainya. Untuk alat-alat tertentu seperti alat pelindung pernafasan, sumbat/tutup telinga, pakaian kerja kedap air dan lain-lain mungkin tidak nyaman untuk dipakai terutama dicuaca yang panas. Jadi mungkin diperlukan pengurangan jam kerja paling tidak pada waktu-waktu yang memerlukan pemakainan
alat
pelindung
tersebut
(Personal
protective
equipment)
(Kusnoputranto, 2000)
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konsep
Karakteristik Responden - Umur - Pendidikan - Pendapatan - Masa kerja - Jam kerja - Jumlah Anggota keluarga - Pengetahuan
Gambaran Kelainan Kulit Kondisi Lingkungan
Hygiene Perorangan
Universitas Sumatera Utara