BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Terjadinya Diare Anak Usia Toodler (1-3 Tahun) 1. Pengertian Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam faeces (Ngastiyah, 1999). Definisi Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2001). Sedangkan menurut (Arief Mansjoer, 2000). Diare adalah defekasi lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, dimana diare adalah suatu peningkatan frekuensi, keenceran dan volume tinja serta diduga selama 3 tahun pertama kehidupan, seorang anak akan mengalami 1 – 3x episode akut diare berat. Pada anak usia 1-3 tahun ( Toodler) merupakan usia pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana pada anak usia 1-3 tahun anak cenderung sudah dapat memilih makanan yang disukai, bervariasi sehingga perlu adanya suatu pengawasan. Dengan banyaknya makanan yang disukai yang belum tentu terjaga kebersihannya maka dengan cepat dapat menyebabkan terjadi diare lebih sering (Soetjiningsih. (1999). 2. Etiologi Adapun faktor penyakit diare yang dibagi menjadi 4 (empat) faktor (Ngastiyah,1999) antara lain :
6
7
a. Faktor Infeksi 1) Infeksi eksternal adalah infeksi saluran pencernaan makanan a) Infeksi bakteri : vibrio, E coli b) Infeksi virus : intervirus, adenovirus, rotavirus c) Infeksi parasit : cacing, protozoa, jamur 2) Infeksi parental adalah infeksi di luar alat pencernaan makanan a) Tonsilitis b) Bronkopneumonia c) Ensefalitis b. Faktor Malabsorbsi 1) Malabsorbsi karbohidrat yaitu terganggunya sistem pencernaan yang berpengaruh pada penyerapan karbohidrat dalam tubuh 2) Malabsorbsi lemak yaitu terganggunya penyerapan lemak dalam tubuh 3) Malabsorbsi protein yaitu terganggunya penyerapan lemak dalam tubuh c. Faktor Makanan 1) Makanan beracun yaitu terkontaminasi dengan makanan lain 2) Makanan basi misal sisa makanan yang telah menjamur 3) Alergi terhadap makanan misalnya tidak tahan dengan jenis makanan tertentu. d. Faktor psikologis Rasa takut dan cemas ( jarang terjadi pada anak yang lebih besar)
8
3. Penyebab Diare Penyebab diare berkisar dari 70% sampai 90% dapat diketahui dengan pasti, penyebab diare dapat dibagi menjadi 2 yaitu (Suharyono, 2003) : a. Penyebab tidak langsung Penyakit tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah atau mempercepat terjadinya diare seperti : keadaan gizi, hygiene dan sanitasi, kepadatan penduduk, sosial ekonomi. b. Penyebab langsung Termasuk dalam penyakit langsung antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran. Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyakit diare akut dibagi menjadi 2 golongan yaitu (Suharyono, 2003) : 1) Diare sekresi a) Disebabkan oleh infeksi dari golongan bakteri seperti shigella ,
salmonella , E. coli, bacillus careus , clostridium. Golongan virus seperti protozoa, entamoeba histolitica, giardia lamblia, cacing perut, ascaris, jamur. b) Hiperperistaltic usus halus yang berasal dari bahan-bahan makanan kimia misalnya keracunan makanan, makanan pedas, terlalu asam, gangguan psikis, gangguan syaraf, hawa dingin, alergi.
9
c) Definisi imun yaitu kekurangan imun terutama IgA yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri dan jamur. 2) Diare osmotik yaitu malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein dan berat badan lahir rendah 4. Patogenesis Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah (Ngastiyah,1999) : a. Gangguan osmotik yaitu yang disebabkan adanya makanan atau zat yang tidak diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga penggeseran air dan elektrolit berlebihan akan merangsang usus dan mengeluarkannya sehingga timbul diare. b. Gangguan sekresi yang menyebabkan adanya rangsangan tertentu (misalnya: toksin) pada dinding usus yang akan terjadi suatu peningkatan
sekresi,
selanjutnya
menimbulkan
diare
karena
peningkatan isi rongga usus. c. Gangguan motilitas usus yaitu hiperperistaltik yang mengakibatkan kurangnya kesempatan menimbulkan
diare,
usus
untuk
sebaliknya bila
menyerap peristaltik
makanan
yang
usus menurun
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang menimbulkan diare. 5. Tanda dan gejala Seseorang dengan diare mempunyai tanda dan gejala yaitu : 1) Cengeng, gelisah 2) Suhu tubuh meningkat 3) Nafsu makan berkurang 4) Timbul diare, tinja encer, mungkin disertai lender atau lendir darah
10
5) Warna tinja kehijau-hijauan 6) Anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya defekasi 7) Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare 8) Banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan dehidrasi 9) Berat badan menurun, turgor kurang, mata dan ubun-ubun besar, menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah,1997). 6. Cara penularan Kuman penyakit diare ditularkan melalui fecal – oral antara lain melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan tinja penderita (Depkes,2000). 7. Pencegahan diare Pencegahan diare dapat dilakukan dengan memberikan ASI, memperbaiki makanan pendamping ASI, membuang sampah pada tempatnya atau menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, mencuci tangan sebelum makan, menutup makanan atau menjaga kebersihan makanan, menggunakan jamban, membuang tinja anak pada tempat yang tepat (Depkes, 2000). 8. Penanganan Diare Penanganan diare pada anak usia 1-3 tahun dapat dilakukan selama berada di rumah meliputi anak yang terkena diare secepatnya di lakukan penanganan sederhana dengan pemberian oralit berupa 1 gelas air putih di
11
tambah 1 sendok gula pasir dan setengah sendok garam, anak diberi makanan rendah serta dan minum yang banyak agar tidak terkena diare. Diare yang terjadi pada anak usia 1-3 tahun tidak berhenti secepatnya dibawa ke tempat fasilitas kesehatan yaitu puskesmas maupun rumah sakit terdekat. 9. Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada anak (Pudjiadi,2005; Notoatmodjo,2003) meliputi : a. Faktor umum atau secara langsung 1) Tingkat pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba di mana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
(penglihatan)
dan
telinga
(pendengaran).
Menurut
Padmonodewo (2000) menyatakan pengetahuan sebagai sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun dan sesuatu yang diketahui orang dari pengalaman yang didapat. Pengetahun ibu tentang diare yang tepat dapat mengurangi atau mengatasi terjadinya diare pada anak usia 1-3 tahun, dimana
12
ibu mengetahui gejala dan tanda diare maka dengan baik pula ibu dapat meakukan penanganan diare. Begitu juga sebaliknya. 2) Perilaku cuci tangan Kebersihan pada ibu dan anak terutama dalam hal perilaku mencuci tangan setiap makan, merupakan sesuatu yang baik. Sebagian besar kuman infeksi diare ditularkan melalui jalur fecal-
oral. Dapat ditularkan dengan memasukan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalkan air minum dan makanan. Kebiasaan dalam kebersihan adalah bagian penting dalam penularan kuman diare, dengan mengubah kebiasaan dengan tidak mencuci tangan menjadi mencuci tangan dapat memutuskan penularan. Penularan 14-18% terjadinya diare diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang kesehatan dan perbaikan kebiasaan (Depkes,2000). 3) Hygiene sanitasi
Hygiene adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang mempengaruhi kondisi lingkungan terhadap lingkungan kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan
kesehatan
serta
membuat
kondisi
lingkungan
sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Termasuk upaya melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatan
manusia
(perorangan
atau
masyarakat).
Sedemikian rupa sehingga berbagai faktor lingkungan yang
13
menguntungkan tersebut tidak sampai menimbulkan gangguan kesehatan (Azwar,1999). Sanitasi
adalah
menitikberatkan
pada
usaha
kesehatan
pengawasan
masyarakat
terhadap
faktor
yang yang
mempengaruhi derajat kesehatan manusia, lebih mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit dapat terhindari (Azwar,1999). Sanitasi lingkungan berupa adanya jamban umum, MCK (mandi, cuci, kakus), tempat sampah. Perilaku masyarakat khususnya ibu yang
dalam
pemanfaatannya
kurang
terpelihara,
hal
ini
berhubungan dengan pendidikan kesehatan pada ibu yang berdampak pada tingkat kesadaran atau pengetahuan dalam menjaga
sanitasi
lingkungannya.
Selanjutnya
menimbulkan
tercapainya perilaku kesehatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya cara membuang sampah sembarangan hal ini akan menimbulkan pencemaran pada sumber air, udara serta bau yang menyengat yang tidak sehat dan mengganggu dalam segi kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Adapun macamnya antara lain : b. Faktor pendukung atau tidak langsung 1) Umur Umur adalah usia yang menjadi indikator dalam kedewasaan di setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap pengalamannya. Umur seseorang sedemikian
14
besarnya akan mempengaruhi perilaku, karena semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti dari usia muda (Notoatmodjo,2002). Karakteristik pada ibu berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap cara penanganan dalam mencegah terjadinya diare pada anak, semakin tua umur ibu maka kesiapan dalam mencegah kejadian diare akan semakin baik dan dapat berjalan dengan baik. 2) Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap adanya masalah kesehatan terutama kejadian diare di dalam keluarganya dan biasa mengambil tindakan secepatnya (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan
tingkat
pendidikan
ibu,
prevalensi
diare
berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin rendah prevalensi diarenya. Lamanya menderita diare pada anak yang ibunya berpendidikan rendah atau tidak sekolah adalah lebih panjang dibandingkan dengan anak dari ibu yang berpendidikan baik. Insiden diare lebih tinggi pada anak yang ibunya tidak pernah sekolah menengah (Julianti,1999).
15
Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nila i dan kepercayaan akan takhayul di samping tingkat penghasilan yang masih rendah merupakan penghambat dalam pembangunan kesehatan. Pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah, khususnya ibu merupakan salah satu masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap cara penanganan diare, sehingga sikap hidup dan perilaku yang mendorong timbulnya kesadaran masyarakat masih rendah. Semakin tinggi pendidikan ibu maka mortalitas (angka kematian) dan mordibilitas (keadaan sakit) semakin menurun, hal ini tidak hanya akibat kesadaran ibu yang terbatas, karena kebutuhan status ekonominya yang belum tercukupi (Suhardjo,1999). 3) Status Pekerjaan Ibu Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian diare pada anak. Pada pekerjaan ibu atau keaktifan ibu dalam berorganisasi sosial berpengaruh pada kejadian diare pada anak. Dengan pekerjaan tersebut diharapkan ibu mendapat informasi tentang pencegahan diare. Terdapat 9,3% anak menderita diare pada ibu yang bekerja, sedangkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 12% (Irianto,1996). 4) Pendapatan Keluarga Pendapatan
keluarga menentukan
ketersediaan
fasilitas
kesehatan yang baik. Semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin
16
baik fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga akan semakin baik (Berg, 1986). Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan di suatu keluarga. Demikian ada hubungan yang erat antara pendapatan dan kejadian diare yang didorong adanya pengaruh yang menguntungkan dari pendapatan yang meningkatkan, perbaikan sarana atau fasilitas kesehatan serta masalah keluarga lainnya, yang berkaitan dengan kejadian diare, hampir berlaku terhadap tingkat pertumbuhan pendapatan. (Berg, 1986). Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup, di mana status ekonomi orang tua yang baik akan berpengaruh pada fasilitasnya yang diberikan (Notoatmodjo, 2003). Apabila tingkat pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan mereka khususnya di dalam rumahnya akan terjamin, masalahnya dalam penyediaan air bersih, penyediaan jamban sendiri atau jika mempunyai ternak akan diberikan kandang yang baik dan terjaga kebersihannya. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyediakan orang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005). Pada ibu yang mempunyai pendapatan kurang akan lambat dalam penanganan diare karena ketiadaan biaya berobat ke petugas kesehatan yang akibatnya dapat terjadi diare yang lebih parah.
17
5) Status Gizi Anak Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi makanan, penyimpanan dan penggunaan makanan. Menurut Reksodikusumo(1994) mendefinisikan status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh keadaan keseimbangan di satu pihak dengan pengeluaran oleh organisme dan pihak lain yang terlihat melalui variabel tertentu disebut indikator misalnya Berat Badan dan Tinggi Badan. Kurang gizi juga berpengaruh terhadap diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang, diare akut yang lebih berat, yang berakhir lebih lama dan lebih sering terjadi pada diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat, apabila anak sudah kurang gizi secara umum hal ini sebanding dengan derajat kurang gizinya dan paling parah jika anak menderita gizi buruk (Depkes,1999). Diare dan muntah merupakan gejala khas pada penyakit
gastrointestinal, gangguan pencernaan atau penyerapan merupakan terjadinya diare. Pemberian diet pada penderita diare khususnya anak diusahakan makanan yang tidak mengandung banyak serat. Pada diare yang menahun harus diwaspadai karena akan terjadi penurunan berat badan yang selanjutnya akan mempengaruhi status gizi anak. Pada diare menahun di samping makanan yang tidak
18
mengandung banyak serat, juga memperhatikan banyaknya energi dan zat gizi esensial yang bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan yang normal (Pudjiadi,2005).
B. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan (knowledge ) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba,
dimana sebagian
besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran) (Notoatmodjo, 2003). Menurut Padmonodewo (2000) menyatakan pengetahuan sebagai sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun dan sesuatu yang diketahui orang dari pengalaman yang didapat (Notoatmodjo, 2003). Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu yang benar. Untuk memenuhi rasa
ingin
tahu,
manusia
sejak
zaman
dahulu
telah
berusaha
mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat
19
memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain. 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk dibentuknya suatu tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo (2003), dimana tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif, meliputi : a. Tahu (know) Pengetahuan (tahu yaitu mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan yang paling rendah dengan cara menyebutkan, mendefinisikan dan menyatukan sesuatu. Pengetahuan ibu tentang diare yang baik akan mempengaruhi ibu dalam memahami tentang bahaya dari diare bagi anaknya. b. Memahami (comprehension ) Memahami yaitu sesuatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek untuk materi, harus dapat menjelaskan, contohnya ibu dapat memahami dan mengetahui cara penanganan diare yang benar. c. Aplikasi (application ) Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan penggunan hukum-hukum, rumus, metode,
20
prinsip dan sebagainya dalam kondisi yang lain, misalnya ibu dapat menggunakan cara pencegahan atau tindakan awal dalam mencegah terjadinya diare pada anak serta dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dalam penanganan diare. d. Analisis (analysis ) Analisis yaitu kemampuan untuk materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan dari kata-kata kerja yang dapat
menggambarkan,
membedakan,
memisahkan,
serta
mengelompokkan tentang penanganan diare. e. Sintesis ( synthesis ) Sintesis yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan. Dimana pada ibu yang memiliki anak yang diare maka dapat melakukan penanganan secara benar agar diare dapat berhenti. f.
Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Pengaruh pengetahuan terhadap seseorang sangat penting sebab mempunyai cukup pengetahuan dan
21
pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
serta
kesehatan
setiap
anggota
keluarganya
(Notoatmodjo, 2003). 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan
menurut
Notoatmodjo (2003), yaitu : a. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru. b. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas. c. Kultur Budaya Budaya sangat berpengaruh
terhadap tingkat pengetahuan
seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. Pada ibu akan melakukan penanganan terjadinya diare sesuai dengan apa yang mereka lihat di lingkungannya. Biasanya mereka mengetahui penanganan diare secara sederhana sebagai penanganan pertama yaitu dengan menggunakan oralit. d. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan, dimana pada remaja dengan umur yang bertambah dan pendidikan
22
yang lebih baik akan memudahkan dalam menyerap informasi yang diberikan serta bersikap lebih bijak. Pengalaman ibu dengan kejadian diare mempengaruhi dalam penanganan diare selanjutnya. 4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan Pengukuran
tingkat
pengetahuan
dapat
dilakukan
dengan
wawancara atau kuesioner, untuk menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden yang dapat disesuaikan dengan tingkat responden yang ada (Notoatmodjo, 2003). a. Cara mencari pengetahuan Ada berbagai macam cara untuk mencari atau menperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah yang di kelompokkan sebagai berikut: 1. Cara tradisional Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis (Notoatmodjo, 2003). 2. Cara coba-salah ( trial and error ) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada seseorang yang menghadapi persoalan, maka upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering
23
dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah (Notoatmodjo, 2003). 3. Cara kekuasaan atau otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi berikutnya. Dimana pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau
kekuasaan,
baik
tradisi,
otoritas
pemerintah,
otoritas
pemimpin agama, otoritas ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). 4. Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah dengan maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai
upaya
memperoleh
pengetahuan.
Namun
perlu
diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar maka diperlukan berpikir kritis dan logis (Notoatmodjo, 2003). 5. Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan
penalarannya
dalam
memperoleh
24
pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi dan deduksi (Notoatmodjo, 2003). 6. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan ibu berkaitan erat dengan bagaimana seorang ibu yang mampu melakukan penanganan terhadap yang mengalami diare. Bagi ibu diharuskan memiliki pengetahuan tentang diare secara langsung yang berdampak pada terhindar dari terjadinya diare pada (Julianti, 1999). Sebagian masyarakat masih ada yang beranggapan bahwa penyakit
diare
banyak
disebabkan
karena
bertambahnya
kepandaian anak, salah makan, masuk angin. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan masyarakat yang disebabkan kurangnya mendapat informasi atau tidak mengetahui tentang penyebab terjadinya diare.
C. Keluarga Pra Sejahtera Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau dalam keadaan sakit. Keluarga merupakan salah satu indikator dalam masyarakat apakah masyarakat sehat atau sakit
(Sihadi,
25
2000). Peran dan tugas keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yaitu mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan melakukan tindakan yang tepat memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit serta mempertahankan lingkungan tetap sehat,
mempertahankan hubungan
timbal balik
pada keluarga
serta
memanfaatkan fasilitas kesehatan (Friedman, 2003). Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang dalam kehidupan seharihari belum dapat memenuhi kebutuhan yang cukup, dimana keluarga pra sejahtera tidak dapat mencukupi kebutuhan baik secara finansial. Hal ini dapat menjadi suatu kendala bagi keluarga pra sejahtera dalam memenuhi kebutuhan baik makan, pendidikan maupun kesehatan. Perawatan kesehatan pada anak usia 1-3 tahun dalam keluarga dapat terganggu oleh masalah kemiskinan yang dapat mengurangi kemampuan sebuah keluarga untuk memenuhi kebutuhankebutuhan keluarga terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat serta kebutuhan yang lainnya. Hal ini akan mempermudah munculnya penyakit khususnya penyakit diare pada anak (Sihadi, 2000). Keluarga pra sejahtera akan mengalami kesulitan dalam menjaga status kesehatan anak, memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak usia 1-3 tahun yang disebabkan oleh daya beli menurun, pemanfaatan fasilitas keluarga. Beberapa faktor yang menyebabkan keluarga masuk dalam keluarga pra sejahtera yaitu faktor internal yaitu kesakitan, kebodohan, ketidaktahuan, ketrampilan, ketertinggalan teknologi dan ketidakmampuan modal dan faktor eksternal yaitu struktur sosial ekonomi, unsur budaya, kurangnya akses memanfaatkan
26
fasilitas kesehatan). Ketidakmampuan lain pada keluarga pra sejahtera yaitu pemenuhan makanan yang kurang, tempat tinggal yang kurang memenuhi syarat kesehatan, pendapatan yang masih kurang dibawah standar upah (Sihadi, 2000).
D. Kerangka Teori Faktor Tidak Langsung : a.Umur b.Tingkat pendidikan c.Status pekerjaan ibu d.Pendapatan keluarga e.Status gizi keluarga Kejadian Diare pada anak usia 1-3 tahun Tingkat pengetahuan
Faktor Langsung : a.Perilaku cuci tangan b.Hygiene sanitasi Gambar 2.1. Kerangka Teori: Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian diare pada anak. Sumber : Pudjiadi. S, 2005.
27
E. Kerangka Konsep
Variabel Independent
Tingkat pengetahuan tentang penanganan diare pada keluarga pra sejahtera
Variabel Dependen
Kejadian diare pada anak usia 1-3 tahun
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
F. Hipotesis Penelitian Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang penanganan diare pada keluarga pra sejahtera dengan kejadian diare pada anak usia 1-3 tahun di Desa Purwosari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.