1
BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN
A. Tinjauan Kecamatan Tambang Pada awalnya Kampar termasuk sebuah kawasan yang luas, merupakan sebuah kawasan yang dilalui oleh sebuah sungai besar, yang disebut dengan Sungai Kampar. Berkaitan dengan Prasasti Kedukan Bukit, beberapa sejarahwan menafsirkan Minanga Tanvar dapat bermaksud dengan pertemuan dua sungai yang diasumsikan pertemuan Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Penafsiran ini didukung dengan penemuan Candi Muara Takus di tepian Sungai Kampar Kanan, yang diperkirakan telah ada pada masa Sriwijaya.1 Berdasarkan Sulalatus Salatin, disebutkan adanya keterkaitan Malaka dengan Kampar. Kemudian juga disebutkan Sultan Malaka terakhir, Sultan Mahmud Syah setelah jatuhnya Bintan tahun 1526 ke tangan Portugal, melarikan diri ke Kampar, dua tahun berikutnya wafat dan dimakamkan di Kampar. Dalam catatan Portugal, disebutkan bahwa di Kampar waktu itu telah dipimpim oleh seorang raja, yang juga memiliki hubungan dengan penguasa Minangkabau. Tomas Dias dalam ekspedisinya ke pedalaman Minangkabau tahun 1684, menyebutkan bahwa ia menelusuri Sungai Siak kemudian sampai pada suatu kawasan, pindah dan melanjutkan perjalanan
1
Kampar dalam angka 2013, badan Pusat Statistik kecamatan Tambang
2
darat menuju Sungai Kampar. Dalam perjalanan tersebut ia berjumpa dengan penguasa setempat dan meminta izin menuju Pagaruyung. Kecamatan Tambang dengan luas lebih kurang 27.908,32 km² merupakan daerah yang terletak antara 1°00’40” Lintang Utara sampai 0°27’00” Lintang Selatan dan 100°9’30” – 101°14’30” Bujur Timur.2 Batasbatas daerah Kecamatan Tambang adalah sebagai berikut : 1) Sebelah utara dengan Kabupaten Rokan Hulu dan kabupaten Bengkalis 2) Sebelah selatan dengan Kabupaten Kuantan Singingi. 3) Sebelah barat dengan Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat. 4) Sebelah timur dengan Kabupaten Pelelawan dan kabupaten siak dan Kota pekanbaru Kecamatan Tambang dilalui oleh dua buah sungai besar dan beberapa sungai kecil, di antaranya Sungai Kampar yang panjangnya ± 413,5 km dengan kedalaman rata-rata 7,7 m dan lebar rata-rata 143 meter. Seluruh bagian sungai ini termasuk dalam Kecamatan Tambang yang meliputi Kecamatan XIII Koto Kampar, Bangkinang, Bangkinang Barat, Kampar, Siak Hulu, dan Kampar Kiri. Kemudian Sungai Siak bagian hulu yakni panjangnya Lebih Kurang 90 km dengan kedalaman rata-rata 8-12 M yang melintasi kecamatan Tapung. Sungai-sungai besar yang terdapat di Kecamatan Tambang ini sebagian masih berfungsi baik sebagai sarana perhubungan, sumber air bersih, budi daya ikan, maupun sebagai sumber energi listrik 2
Bkmp.go.id Profil kecamatan Tambang, diakses pada 16 Februari 2014, Lihat Pula Kampar dalam angka 2013, badan Pusat Statistik kecamatan Tambang
3
(PLTA Koto Panjang). Disamping itu terdapat lebih kurang seratus sungai yang dapat menghubungkan satu desa ke desa lainnya, Kampar memiliki 20 Kecamatan, yaitu: 1.
Bangkinang (Ibu Kota Bangkinang)
2.
Bangkinang Barat (Ibu Kota Kuok)
3.
Bangkinang Seberang (Ibu Kota Muara Uwai)
4.
Gunung Sahilan (Ibu Kota Gunung Sahilan)
5.
Kampar (Ibu Kota Air Tiris)
6.
Kampar Kiri (Ibu Kota Sungai Pagar)
7.
Kampar kiri tengah (Simalinyang)
8.
Kampar Kiri Hilir (Ibu Kota Sungai Pagar
9.
Kampar Kiri Hulu (Ibu Kota Gema)
10. Kampar Timur (Ibu Kota Kampar) 11.
Kampar Utara (Ibu Kota Desa Sawah)
12.
Perhentian Raja (Ibu Kota Pantai Raja)
13.
Rumbio Jaya (Ibu Kota Rumbio)
14.
Salo (Ibu Kota Salo)
15.
Siak Hulu (Ibu Kota Pandau)
16.
Tambang (Ibu Kota Sei Pinang)
17.
Tapung (Ibu Kota Petapahan)
18.
Tapung Hilir (Ibu Kota Pantai Cermin)
19.
Tapung Hulu (Ibu Kota Sinama Nenek)
20.
XIII Koto Kampar (Ibu Kota Muara Mahat)
4
21.
Koto kampar Hulu (Ibu Kota Tanjung)
Jumlah penduduk Kecamatan Tambang tahun 2010 tercatat 688,204 orang,3 yang terdiri dari penduduk laki-laki 354,836 jiwa dan wanita 333,368 jiwa. Rasio jenis kelamin (perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan) adalah 10:9. Penduduk Kampar kerap menyebut diri mereka sebagai Oughang Kampar, tersebar di sebagian besar wilayah Kampar. Secara sejarah, etnis, adat istiadat, dan budaya mereka sangat dekat dengan masyarakat Minangkabau. Khususnya dengan kawasan Luhak Limopuluah. H ini terjadi karena wilayah Kampar baru terpisah dari Ranah Minang sejak masa penjajahan Jepang di tahun 1942. Menurut H.Takahashi dalam bukunya Japan and Eastern Asia, 1953, Pemerintahan Militer Kaigun di Sumatera memasukkan Kampar ke dalam wilayah Riau Shio sebagai bagian dari strategi pertahanan teritorial militer di pantai Timur Sumatera.4 Selanjutnya terdapat juga sedikit etnis Melayu yang pada umumnya bermukim di sekitar perbatasan Timur yang berbatasan dengan Siak dan Pelalawan. Diikuti oleh etnis Jawa yang sebagian telah menetap di Kampar sejak masa penjajahan dan masa kemerdekaan melalui program transmigrasi yang tersebar di sentra-sentra pemukiman transmigrasi. Didapati pula penduduk beretnis Batak dalam jumlah yang cukup besar bekerja sebagai buruh di sektor-sektor perkebunan dan jasa lainnya. Selain itu dalam jumlah
3
www.bps.go.id Jumlah Penduduk, diakses pada 12 Februari 2014, pada pukul 16.27
4
Wikipedia.kabupatenkampar.com, diakses pada 12 Februari 2014, pada Pukul 16.40
Wib Wib
5
yang signifikan para pendatang bersuku Minangkabau lainnya asal Sumatera Barat yang umumnya berprofesi sebagai pedagang dan pengusaha. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Kampar yaitu 333 jiwa/km², diikuti oleh Kecamatan Kampar Utara 226 jiwa/km². Selain itu lima kecamatan yang agak padat penduduknya berada di Kecamatan Rumbio Jaya, Bangkinang, Bangkinang Barat, Perhentian Raja, dan Kampar Timur, masing-masing 216 jiwa/km², 191 jiwa/km², 158 jiwa/km², 154 dan 131 jiwa/km². Sedangkan dua kecamatan yang relatif jarang penduduknya yaitu Kecamatan Kampar Kiri Hulu dengan kepadatan 9 jiwa/km² dan Kampar Kiri Hilir dengan 13 Jiwa/Km². Kecamatan Tambang mempunyai banyak potensi yang masih dapat dimanfaatkan, terutama di bidang pertanian dan perikanan darat. Sebagian besar penduduk (67.22%) bekerja di sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Hanya sebagian kecil (0.22%) yang bekerja di sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, disamping pemerintahan. Sebagai salah satu daerah terluas di Provinsi Riau, Kecamatan Tambang secara berkelanjutan melakukan peningkatan fasilitas dan infrastruktur seperti jaringan jalan raya (1.856,56 km), jaringan listrik (72,082 KWH) dengan 5 unit pembangkit tenaga diesel Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Koto Panjang yang memproduksi energi dengan kapasitas tersambung sebesar 114,240 KWH. Fasilitas lain yang juga telah tersedia antara lain layanan telekomunikasi (telepon kabel, telepon selular, dan jaringan internet) dan jaringan air bersih dengan kapasitas produksi sebesar 1,532,94 m³.
6
Bidang pertanian seperti kelapa sawit dan karet yang merupakan salah satu tanaman yang sangat cocok buat lahan yang ada di Kecamatan Tambang. Khusus perkebunan perkebunan sawit untuk saat ini Kecamatan Tambang mempunyai luas lahan 241,5 ribu hektare dengan potensi crude palm oil (CPO) sebanyak 966 ribu ton. Di bidang perikanan budidaya ikan patin yang dikembangkan melalui keramba (kolam ikan berupa rakit) di sepanjang sungai kampar, ini terlihat banyaknya keramba yang berjejer rapi di sepanjang sungai Kampar dan adanya kerjasama antara Pemda Kampar dengan PT. Benecom dengan jumlah investasi Rp. 30 miliar yang mana kedepannya Kampar akan menjadi sentra ikan.
B. Tinjauan tentang Makanan Khas Indonesia memiliki keragaman budaya sebagai akibat dari keragaman suku bangsa yang mendiami kawasan ini. Budaya tersebut mencakup sistem teknologi tradisional, adat istiadat, dan sebagainya. Di antara keragaman itu, salah satu hasil budaya yang menarik adalah keragaman jenis makanan tradisional yang berhubungan erat dengan teknologi pengolahan bahan dalam proses pembuatan kemasan maupun proses memasak makanan tradisional. Negara Indonesia merupakan Negara agraris, keadaan tersebut sangat menguntungkan dalam pemberdayaan sumberdaya alam khususnya disektor pertanian, saat ini kita telah memasuki era globalisasi dimana banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Keterbatasan lahan pertanian, sementara
7
jumlah penduduk terus meningkat merupakan salah satu kendala produksi pangan di Indonesia. Agar kecukupan pangan nasional bisa terpenuhi, maka upaya yang dilakukan adalah meningkatkan produktivitas budidaya pangan dengan pemanfaatan teknologi dan pengoptimalan hasil pertanian yang ada, seperti dengan pemanfaatan makanan tradisional.5 Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Cairan yang dipakai untuk maksud ini sering disebut minuman, tetapi kata 'makanan' juga bisa dipakai. Istilah ini kadang-kadang dipakai dengan kiasan, seperti "makanan untuk pemikiran". Kecukupan makanan dapat dinilai dengan status gizi secara antropometri.6 Makanan tradisional adalah makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, dengan citarasa khas yang diterima oleh masyarakat tersebut. Bagi masyarakat Indonesia umumnya amat diyakini khasiat, aneka pangan tradisional, seperti tempe, tahu, bawang putih, madu, temulawak, gado-gado, kacang hijau, ikan laut, ikan darat dll. Karena disamping khasiat, makanan tradisional Indonesia juga mengandung segi positif yang lain seperti: Bahan-bahan yang alami, bergizi tinggi, sehat dan aman, murah dan mudah didapat, sesuai dengan selera masyarakat sehingga diyakini punya potensi yang baik sebagai makanan.7
5
Sri Palupi, Upaya Sosialisasi Makanan Tradisional Umbi-Umbian sebagai pengganti Maknan Pokok, Artikel dalam Pdf, h.1 6 Wikipedia, Defenisi makanan, diakses pada 17 Februari 2014, pada Pukul 19.45 Wib 7 http://kletikan.multiply.com/journal/item/3,diakses pada 17 Februari 2014 pada Pukul 19.49 Wib
8
Makanan tradisional Indonesia adalah segala jenis makanan olahan asli Indonesia, khas daerah setempat, mulai dari makanan lengkap, selingan dan minuman, yang cukup kandungan gizi, serta biasa dikonsumsi oleh masyarakat daerah tersebut.8 Makanan Tradisional dapat didefinisikan sebagai makanan, termasuk jajanan serta bahan campuran atau ingredients yang digunakan secara tradisionaI, dan telah lama berkembang secara spesitik di daerah dan diolah dari resep-resep yang telah lama dikenal oleh masyarakat setempat dengan sumber bahan lokal serta memiliki citarasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat. Dari definisi tersebut dapat dikelompokan beberapa h yang bisa dicermati, antara lain : sumber bahan baku, cara pengolahan dan resepnya serta cita rasa dari suatu makanan bersifat lokal. Pada makanan tradisional ditekankan adanya penggunaan bahan baku lokal dan h itu sangat penting karena erat kaitannya dengan ketahanan pangan. Sedangkan cara pengolahan pangan, resep dan cita rasanya umumnya sudah bersifat turun temurun, serta sedikit sekali adanya modifikasi. H itu ada yang bisa menjadi kekuatan misalnya berkaitan dengan bahan baku, namun ada pula yang melemahkan seperti cara pengolahan, resep dan cita rasa yang seakan-akan tidak berkembang menyesuaikan dengan perubahan zaman.9 Makanan tradisional yang ada saat ini beberapa dekade lalu sebenamya juga pernah menjadi makanan modern yang digemari oleh banyak kalangan (tua dan muda, kaya maupun miskin) serta memberikan kebanggaan bagi yang 8 9
Ibid Sri Palupi, Op.Cit, h.2
9
mengkonsumsi. Namun dengan berjalannya waktu, perubahan gaya hidup, perkembangan arus informasi yang begitu dahsyat serta ditambah dengan era globalisasi, maka makanan tradisional menjadi seakan "tenggelam di rumah sendiri" kalah "pamor" dengan makanan asing yang beredar di pasaran. Kondisi tersebut menjadi tantangan kita semua untuk meningkatkan citra makanan tradisional agar mampu bersaing dengan makanan impor (makanan dari waralaba asing) terutama dalam merebut perhatian dan selera orang muda.10 Prospek makanan tradisional untuk berkembang saat ini sebenarnya sangat cerah, khususnya karena teknologi komunikasi dan informasi yang begitu pesat dapat meningkatkan gaung promosi pengembangannya. Apalagi didukung dengan kecenderungan masyarakat sekarang yang selalu ingin memperoleh makanan yang menyehatkan. Makanan tradisional juga terbukti dapat berfungsi sebagai makanan fungsional, yaitu makanan yang mempunyai sifat fungsional mencegah beberapa jenis penyakit degeneratif. Kegiatan pariwisata baik lokal maupun mancanegara adalah kegiatan lainnya yang membantu mencerahkan prospek pengembangan makanan tradisional Indonesia.11 Pandangan atau Image negatif yang timbul di masyarakat terhadap makanan tradisional saat ini antara lain : (1) Komposisi bahan dan kandungan gizi tidak standar, (2) Waktu pengolahan lama, (3) Cara pengolahan tidak bersih/tidak higienis, (4) Penyajian dan pengemasan kurang menarik, (5) 10 11
Ibid Ibid, h 3
10
Lokasi penyajian kurang nyaman, (6) Umur simpan pendek, (7) Cita rasa kurang sesuai dengan selera generasi muda. Sedangkan nilai positif yang masih melekat pada produk makanan tradisional antara lain: (1) Harga murah (terjangkau oleh lapisan ekonomi kecil), (2) Pengerjaannya bersifat padat karya (sehingga banyak menyerap tenaga kerja), (3) Pembuatannya dapat dilakukan bersama-sama dengan kegiatan keluarga (jadi satu dengan dapur rumah tangga), (4) Pelaksanaan (produsen) tidak ditutut pendidikan tinggi. Seluruh suku di Indonesia memiliki kekhasan dalam jenis, teknologi, dan kemasan makanan tradisional. Keberadaan makanan tradisional itu pada umumnya tidak terlepas dari adat istiadat suatu masyarakat tertentu. Sehingga makanan tradisional dapat menjadi cerminan budaya suatu masyarakat. Kegiatan makan seringkali dianggap sebagai kegiatan pemenuhan kebutuhan dasar semata, padah dari sudut kajian antropologi budaya, kegiatan makan merupakan suatu bagian dari tujuh unsur kebudayaan. Setiap kebudayaan memiliki kekhasan tersendiri dalam kegiatan makan, mulai dari menyiapkan bahan makanan, proses memasak, mengemas, hingga proses memakannya.12 Dalam perspektif antropologi, khususnya budaya, makanan bukanlah sesuatu yang dipandang semata-mata berhubungan dengan aspek fisiologis dan biologis manusia melainkan secara menyeluruh terserap dalam suatu sistem budaya makanan. Sistem budaya makanan mencakup kegiatan
12
Tjetjep Rohendi mengungkapkan tentang perspektif antropologi dalam memandang budaya makan, tertulis dalam paparan Kemasan Tradisional Makanan Sunda Bahasan dalam Perspektif Antropologi Budaya, 2001:
11
produksi, distribusi, dan konsumsi makanan yang di dalamnya tersirat pemenuhan kebutuhan manusia, primer, sosial, dan budaya dalam rangka melangsungkan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan diri, keluarga, dan masyarakatnya, dihadapkan pada sumber daya lingkungan alam (Termasuk sosial-budaya) yang dapat dimanfaatkannya.13 Makanan tradisional adalah makanan yang telah membudaya di kalangan masyarakat Indonesia, serta telah ada sejak nenek moyang suku nusantara, makanan tradisional adalah makanan yang pekat dengan tradisi setempat. Pangan tradisional sebagai makanan yang dikonsumsi oleh golongaan etnik dan wilayah spesifik, diolah berdasarkan resep yang secara turun temurun. Bahan yang digunakan berasal dari daerah setempat dan makanan yang dihasilkan juga sesuai dengan selera masyarakat. Setiap manusia memiliki rasa keindahan. Keindahan tersebut tidak terbatas pada keinginan memperindah ruangan dengan sebuah lukisan pemandangan, rasa keindahan itu diekspresikan dalam berbagai h dalam kehidupan. Misalnya dalam menentukan jenis pakaian, bentuk mobil, bahkan perlengkapan rumah tangga pun setiap manusia mempertimbangkan pilihan dengan rasa keindahan yang dimilikinya. Keindahan itu biasa dikenal dengan istilah nilai estetis. Dikaitkan dengan pembahasan mengenai kemasan tradisional, nilai estetis yang terkandung dalam kemasan tradisional tersebut tidak sebatas muncul dari keindahan bentuknya, pengertian nilai estetisnya dapat menjadi
13
Ibid
12
luas, misalnya nilai estetis yang hadir justru dari unsur budaya atau nilai tradisi dari bentuk kemasan makanan tersebut. Industri makanan merupakan bagian dari sektor industri secara umum yang memadukan ekonomi dan unsur teknologi yang memiliki peran strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, terutama peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja serta pendapatan daerah. Berbagai jenis industri makanan dan minuman dari industri rumah tangga hingga industri yang besar telah ada di Indonesia. Adapun jenis usaha makanan khas/Tradisional di kecamatan Tambang adalah sebanyak 9 pengusaha Keripik Nenas. Tabel II.1 Nama Merek makanan Keripik Nenas di Kecamatan Tambang NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
MAKANAN Keripik Nenas Keripik Nenas Keripik Nenas Keripik Nenas Keripik Nenas Keripik Nenas Keripik Nenas Keripik Nenas Keripik Nenas
NAMA MEREK Prima Tani Hidayah Sakinah Berkah Madani Usaha baru ibu Aroma rasa Dua bersaudara Berkat bersama
TEMPAT Kec. tambang Kec. tambang Kec. tambang Kec. tambang Kec. tambang Kec. tambang Kec. tambang Kec. tambang Kec. tambang
Sumber: Data Primer tahun 2013 Disisi lain penguatan industri kecil dan menengah dilakukan melalui:14 1. Pengembangan industri berbasis agro dengan bahan baku komoditas potensial (dominan, unggulan dan atau unik) yang bersifat dapat diperbarui (Renewable), 14
dapt
ditumbuhkembangkan
(Ekstensifikasi),
mampu
Zulkarnain, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat dalam Perspektif Perekonomian propinsi riau (studi industri kecil makanan di propinsi riau), Orasi Ilmiah Dies natalis Universitas Riau, 2010, h 13
13
dibudidayakan oleh masyarakat lokal (Feasible dan Familiar) , serta berpotensi untuk diversifikasi. 2. Penggunaan teknologi tepat guna yang memenuhi standar-standar kualitas produk yang sesuai dengan tuntutan pasar dan bernilai ekonomi tinggi; 3. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas perilaku industri kecil dan menengah melalui kegiatan dan cara-cara inovatif, efektif dan efisien serta berorientasi pada penumbuhan motivasi, peningkatan etos kerja dan kemampuan manajerial. 4. Peningkatan kualitas produk, membangun kemampuan untuk memenuhi kuantitas dan kontinuitas permintaan pasar serta
meningkatkan teknik
pengemasan, dan; 5. Membangun dan mengembangkan jaringan pemasaran melalui kemitraan dengan lembaga atau asosiasi pemasaran baik yang bersifat langsung (Direct Selling) maupun tidak langsung serta mulai memanfaatkan teknologi informasi untuk pemasaran (Internet Marketing). Kebijakan industri nasional mendorong terbangunnya;15 1) Industri berbasis agro; 2) Penguatan dan pengembangan industri kecil dan menengah; 3) Peningkatan industri kecil menengah tertentu; 4) Kerjasama yang saling menguntungkan antar industri besar, menengah dan kecil;
15
Ibid, h. 14
14
5) Industri yang mempunyai daya serap tenaga kerja yang signifikan, berbasis sumber daya alam lokal terutama pertanian dan perikanan, mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri namun juga memiliki potensi eskpor; 6) Industri dapat bersifat pada sumber daya alam, padat tenaga kerja, padat modal ataupun padat teknologi.