BAB II TINJAUAN GALERI SENI BATIK JAWA TENGAH II.A.1 DATA UMUM II.A.1.1 Pengertian Galeri Macam-macam galeri seni dapat dibedakan berdasarkan: 1. Tempat penyelenggaraan, dibedakan menjadi: A. Traditional Art Gallery, galeri yang aktivitasnya diselenggarakan di selasar atau lorong panjang. B. Modern Art Gallery, galeri dengan perencanaan ruang secara Modern 2. Sifat kepemilikan, dibedakan menjadi A. Private Art Gallery, galeri yang dimiliki oleh perseorangan/pribadi atau kelompok. B. Public Art Gallery, galeri milik pemerintah dan terbuka untuk umum. 3. Isi galeri, dibedakan menjadi: A. Art Gallery of Primitif Art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas dibidang seni primitif. B. Art Gallery of Classical Art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas di bidang seni klasik. C. Art Gallery of Modern Art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas di bidang seni modern.
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.A.1.2 Klasifikasi Galeri Klasifikasi jenis galeri dibagi menurut fungsi dan wujud obyek yang di wadahinya. Diantaranya adalah: 1. Museum Gallery Merupakan galeri non profit yang berfungsi memamerkan suatu obyek seni kepada khalayak umum. Secara umum dapat diartikan seperti museum mini. 2. Contemporary Art Gallery Merupakan galeri yang dimiliki secara privat untuk mewadahi pameran atau suatu obyek seni para seniman, biasanya galeri ini tidak memungut biaya dari para seniman tetapi memungut biaya dari transaksi yang terjadi di dalamnya. 3. Online Gallery Merupakan galeri yang dapat diakses secara online yang menampilkan suatu karya seni untuk dipamerkan dan dijual. 4. Vanity Gallery Merupakan galeri yang biasanya disewa atau disawakan kepada para seniman untuk memamerkan karya seninya. II.A.1.3 Tujuan Galeri Tujuan adanya galeri menurut Kakanwil Perdagangan adalah untuk memberikan informasi tentang benda dan hasil karya seni baik yang berasal dari karya seniman maupun produk industry kepada pengunjung atau konsumen dengan cara memajang atau memamerkan barang-barang tersebut kedalam suatu pameran yang sesungguhnya sehingga diharapkan mampu menjangkau pasar yang lebih luas dan dapat juga membantu seniman yang belum mampu untuk menggelar pameran tunggal.
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.A.1.4 Fungsi Galeri Fungsi galeri menurut Kakanwil Perdagangan sesuai wadahnya sebagai tempat komunikasi antara konsumen dan produsen adalah sebagai berikut: 1. Sebagai tempat promosi barang-barang seni. 2. Sebagai tempat mengembangkan pasar bagi para seniman. 3. Sebagai tempat melestarikan dan memperkenalkan karya seni dan budaya dari seluruh Indonesia. 4. Sebagai tempat pembinaan usaha dan organisasi usaha antara seniman dan pengelola. 5. Sebagai
jembatan
dalam
rangka
eksistensi
pengembangan
kewirausahaan. 6. Sebagai salah satu obyek pengembangan pariwisata nasional.
II.A.1.5 Jenis Koleksi Galeri Sebagai tempat memamerkan barang-barang seni pada khusunya, ada beberapa jenis barang yang dipamerkan, yaitu jenis koleksi 2 dimensi yang diantaranya adalah seni lukis dan seni grafis lainya, sedangkan untuk jenis koleksi 3 dimensi diantaranya adalah patung, seni gerabah atau keramik, seni ukir, seni kerajinan tangan dan kriya. II.A.1.6 Persyaratan Ruang Pamer Galeri Menurut Neufert, Ruang pamer pada galeri sebagai tempat untuk memamerkan atau mendisplay karya seni harus memenuhi beberapa hal yaitu: 1. Terlindung dari kerusakan, pencurian, kelembaban, kekeringan, cahaya matahari langsung dan debu. 2. Pencahayaan yang cukup 3. Penghawaan yang baik dan kondisi ruang yang stabil 4. Tampilan display dibuat semenarik mungkin dan dapat dilihat dengan mudah. 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.A.1.7 Tata Cara Display Koleksi Galeri Benda koleksi baik 2 dimensi maupun 3 dimensi yang ada di dalam galeri dapat ditata sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dinikmati oleh para pengunjung. Menurut Patricia Tutt dan David Adler, penataan atau display benda koleksi ada tiga macam, yaitu: a. In show case Benda koleksi mempunyai dimensi kecil maka diperlukan suatu tempat display berupa kotak tembus pandang yang biasanya terbuat dari kaca. Selain untuk melindungi, kotak tersebut terkadang berfungsi untuk memperjelas atau memperkuat tema benda koleksi yang ada. b. Free standing on the floor or plinth or supports Benda yang akan dipamerkan memiliki dimensi yang besar sehingga diperlukan suatu panggung atau pembuatan ketinggian lantai sebagai batas dari display yang ada. Contoh: patung, produk instalasi seni, dll. c. On wall or panels Benda yang akan dipamerkan biasanya merupakan karya seni 2 dimensi dan ditempatkan di dinding ruangan maupun partisi yang dibentuk untuk membatasi ruang. Contoh: karya seni lukis, karya fotografi, dll. Pada penataan benda dengan nilai histori tinggi atau benda berharga lainnya lebih baik untuk dipamerkan menggunakan lemari kaca yang memiliki kunci pengaman. Sedangkan menurut Martin, ada beberapa syarat tentang cara pemajangan benda koleksi seni yang ada antara lain adalah dengan cara berikut:
12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Random typical large gallery. Penataan benda yang dipamerkan disajikan dengan acak, biasanya terdapat pada galeri yang berisi benda-benda non klasik dan bentuk galeri yang asimetris, ruang-ruang yang ada pada galeri dibentuk mempunyai jarak atau lorong pembatasan oleh pintu. Jenis dan media seni yang ada dicampur dan menguatkan kesan acak. Contoh: menggabungkan display benda 2 dimensi dan 3 dimensi seperti seni lukis dan seni patung. 2. Large space with an introductory gallery. Pengolahan ruang pamer dengan pembagian area pamer sehingga memperjelas tentang benda apa yang dipamerkan didalamnya, pembagian dimulai pada suatu ruang utama kemudian dengan memperkenalkan terlebih dahulu benda apa yang dipajang didalamnya. II.A.1.8 Pola Sirkulasi pada Galeri Pola sirkulasi pada galeri adalah pola lalu lintas pejalan kaki yang terjadi di dalam ruang galeri dan diatur sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan keseimbangan penggunaan ruang terhadap fungsi ruang itu sendiri. Selain itu, pola sirkulasi juga dapat memberikan arahan kepada para pengunjung untuk dapat menikmati semua fungsi dan tema dari suatu ruang secara lebih menyeluruh dan lengkap. Menurut De Chiara dan Calladar15, tipe sirkulasi dalam suatu ruang yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: 1. Sequential Circulation Adalah surkulasi yang terbentuk berdasarkan ruang yang telah dilalui dan benda seni yang dipamerkan satu persatu menurut ruang pamer yang berbentuk ulir maupun memutar sampai akhirnya kembali menuju pusat entrance area galeri.
13 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar II.A.1.8 Pola jalur Sequential Circulation (Sumber: De Chiara and Calladar)
2. Random Circulation Adalah
sirkulasi
yang
memberikan
kebebasan
bagi
para
pengunjungnya untuk dapat memilih jalur jalannya sendiri dan tidak terikat pada suatu keadaan dan bentuk ruang tertentu tanpa adanya batasan ruang atau dinding pemisah ruang.
Gambar II.A.1.8 Pola jalur Random Circulation (Sumber: De Chiara and Calladar)
14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Ring Circulation Adalah sirkulasi yang memiliki dua alternatif, penggunaannya lebih aman karena memiliki dua rute yang berbeda untuk menuju keluar suatu ruangan.
Gambar II.A.1.8 Pola jalur Ring Circulation (Sumber: De Chiara and Calladar)
4. Linear Bercabang
Sirkulasi pengunjung jelas dan tidak terganggu, pembagian koleksi teratur dan jelas sehingga pengunjung bebas melihat koleksi yang dipamerkan.
Gambar II.A.1.8 Pola jalur linear bercabang (Sumber: De Chiara and Calladar)
15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.A.1.9 Pencahayaan pada Galeri A. Tata Cahaya Tata Cahaya adalah prioritas yang unik pada sebuah pameran, baik di dalam ruang (galeri, museum) atau di luar ruang. Pencahayaan yang menarik dan benar (dalam arti intensitas sinar yang masuk) terhadap karya seni (terutama pada indoor) yang disajikan merupakan nilai tersendiri dalam menampakan profesionalitas penyelenggaraan. Persoalan ini biasa saja menimbulkan masalah dan konflik (baik secara mekanis maupun personal) bila penanganannya tak memenuhi ukuran, jarak,selera, dan kriteria yang ditetapkan dan muncul karena berbagai kondisi. Jumlah dan durasi pencahayaan adalah factor kunci ketika berfikir tentang tata letak cahaya pada setiap karya, karena sangat bergantung pada situasi dan kondisi gedung. Sadari pula sinar ultraviolet dan singkatan kepanasan tertentu dapat mempengaruhi warna, pigmen, minyak, kanvas, atau kertas karya (seperti sinar matahari langsung). Lukisan tidak sepenuhnya mendapat penyinaran langsung, tentukan bagian-bagian tertentu yang mengarahkan mata public pada center of interest karya. Cahaya artifisial berbentuk fluorescent tube, lampu pijar dan lampuhalogen dapat merusak seperti halnya sinar matahari. Dan hindari perubahan temperature secara extreme, apalagi jika pameran tersebut pameran tetap yang berlangsung lama, seperti di museum. Beberapa hal mendasar yang dapat diperhatikan pada tata lampu dalam ruang: 1. Lampu harus difokuskan pada objek (patung atau lukisan) display window (karya non-konvensional), atau merchandise utama (karya objek tertentu). 2. Lampu tidak boleh di fokuskan pada lantai dan dinding yang kosong, kecuali pada kasus-kasus tertentu.
16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Pilih sudut berkisar 30-45 derajat arah vertical. Sudut ini biasanya akan menciptakan tekanan yang efektif dengan penonjolan dan pola bayangan yang alami. 4. Jika memungkinkan, gunakan lighting yang saling bersilangan dari arah kiri dan kanan atau alternatif dari arah depan. Hal ini akan menciptakan penonjolan dan bayangan dan meningkatkan bentuk dimensi tiga dari objek. 5. Harus berhati-hati dalam penanganan lighting agar lampu tidak menyilaukan mata pengunjung yang berada di sana. 6. Spotlight harus segera difokuskan kembali apabila lokasi dan display diubah.1 B. Studi Kasus Galeri adalah persilangan antara museum dan took. Seperti museum, pencahayaan yang baik harus dapat menerangi benda seni yang dipamerkan. Tapi seperti pada kebanyakan took, desain pencahayaan harus berkompetisi untuk dapat menarik pembeli berpotensial dan menciptakan suasana yang menarik secara visual dan psikologis. Tugas utama pencahayaan adalah menerangi barang yang dijual di galeri. Kebanyakan galeri menjual lukisan dan poster. Namun kini semakin banyak galeri yang menjual patung, kaca berseni, atau koleksi lainnya. Tugas pencahayaan lainnya meliputi pencahayaan untuk sirkulasi galeri, area kasir, dan seperti area kerja pada bingkai lukisan. Pada
umumnya
galeri
harus
diberi
pencahayaan
dengan
menggunakan system luminaire track. Fleksibilitas dari luminaire lampu track sangat banyak dan memungkinkan banyak perubahan arah pencahayaan yang ditunjukan untuk benda seni baru. Luminaire track harus ditempatkan secara parallel untuk seluruh permukaan benda yang dipamerkan dan pada jarak yang cukup jauh untuk memungkinkan 1
Menimba Ruang Menata Rupa.wajah & tata pemeran seni rupa. Mikke susanto 2003 hal 185186
17 http://digilib.mercubuana.ac.id/
perubahan arah cahaya pada sudut 30 derajat dari garis vertical untuk menerangi benda seni yang digantung pada ketinggian pandangan mata. Galeri yang memamerkan benda seni secara tiga dimensi seringkali memiliki kebutuhan pencahayaan yang sama. Walaupun penambahan luminair track atau metode lain dari cahaya lampu sorot mungkin dibutuhkan. Luminair track terutama harus menggunakan lampu halogen, untuk meminimalkan resiko fotodegradasi benda seni. Pencahayaan ambient adalah hal yang sangat penting. Banyak galeri benda seni tidak memiliki pencahayaan ambient, dan benda seni berdiri sendiri. Pada galeri lainnya system pencahayaan ambient adalah bagian penting dari desain, yang mengatur suasana pergelaran atau nuansa dari benda seni. Untuk control system pengatur waktu harus digunakan untuk memadamkan lampu antara waktu tutup dan waktu buka mungkin dengan sirkulasi jam yang terpisah untuk memadamkan lampu alternative selama periode pembersihan ruangan dan penyimpanan barang. Peredupan mungkin digunakan untuk meminimalkan penggunaan energy dan memperpanjang umur lampu. Sensor gerak dapat dihubungkan pada dimmer untuk meningkatkan tingkat pencahayaan sering dengan mendekatkan para pembeli. Desain yang diperlihatkan pada gambar berikut memperlihatkan galeri tipikal yang menggunakan luminair track. Pencahayaan ambient yang terbatas disediakan melalui scone dan chandelier yang menghasilkan tingkat pencahayaan sebesar 3-5 fc. Yang merupakan keharusan minimum untuk sirkulasi dan keamanan serta untuk menarik perhatian orang dengan kilauan yang terpisah dari kilauan yang berasal benda seni. 2
2
Dasar-dasar Desain pencahayaan James B. Mark K. 2007
18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar II.A.1.9 : luminair track
II.A.1.10 Penghawaan pada Galeri Sistem penghawaan pada galeri harus sangat diperhatikan karena pada dasarnya secara geografis negara kita termasuk ke dalam golongan negara yang memiliki daerah tropis dan memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Hal ini jelas akan berpengaruh terhadap pemilihan sistem penghawaan yang akan dipilih dan yang akan mampu memberikan kenyamanan secara thermal pada para pengguna ruang atau pengunjung yang ada. Selain kenyamanan pengguna, penghawaan yang baik juga akan berpengaruh terhadap daya tahan atau keawetan dari benda-benda yang dipamerkan di galeri. Kenyamanan fisik dapat dicapai pada kondisi temperatur rata-rata 23°C. Pencapaian kondisi kenyamanan ini tergantung dari banyaknya bukaan jendela, kondisi lingkungan, jumlah manusia dan dimensi ruang. Untuk mengatasinya dapat dicapai dengan banyaknya bukaan jendela atau menggunakan penghawaan seperti AC atau Fan16. Sistem penghawaan buatan menggunakan Air Conditioner dapat mengatur beberapa unsur, yaitu kecepatan aliran udara, pergantian dan pembersihan udara, pengaturan temperatur, kelembaban dan pendistribusian aliran udara pada tingkat atau kondisi yang diinginkan secara teratur dan konstan. Penentuan kondisi udara yang nyaman dan sejuk dalam interior memiliki acuan sebagai berikut: A. Temperatur radiasi rata-rata konstan
19 http://digilib.mercubuana.ac.id/
B. Kecepatan aliran udara yang diinginkan C. Kebersihan udara dari polusi D. Partikel udara yang menimbulkan bau E. Kualitas ventilasi F. Tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh suara dari luar G. Temperatur bola kering dan basah di udara H. Segi-segi ekonomis dalam harga dan perawatan I.
Pertimbangan estetis dari bentuk AC itu sendiri
II.A.1.11 Sejarah seni batik Jawa Seni
pewarnaan
kain
dengan
teknik
perintang
pewarnaan
menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.
20 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar II.A.1.11 batik dari Niya (Cekungan Tarim), Tiongkok. (Sumber: wikipedia.org)
Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (sejarawan Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik. G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Detil
ukiran
kain
yang
menyerupai
pola
batik
dikenakan
oleh
Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
21 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar II.A.1.11 Detail ukiran kain Prajnaparamita (Sumber: wikipedia.org)
Detail ukiran kain yang dikenakan Prajnaparamita, arca yang berasal dari Jawa Timur abad ke-13. Ukiran pola lingkaran dipenuhi kembang dan sulur tanaman yang rumit ini mirip dengan pola batik tradisional Jawa. Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir, serasah itu ditafsirkan sebagai batik. Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai
masa keemasannya. Sewaktu
dipamerkan di
Exposition
Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
22 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran dari Indonesia ke wilayah persekutuan Malaysia juga membawa Batik bersama mereka. Sekarang batik sudah berkembang di beberapa tempat di luar Jawa, bahkan sudah ke manca negara. Di Indonesia batik sudah pula dikembangkan di Aceh dengan batik Aceh, Batik Cual di Riau, Batik Papua, batik Sasirangan Kalimantan, dan Batik Minahasa.
II.A.1.12 Pengertian Batik Kata batik dalam istilah Bahasa Jawa berasal dari akar kata “tik”, mempunyai pengertian yang berhubungan dengan suatu pekerjaan halus, lembut, dan kecil, yang mengandung unsur keindahan. Secara etimologis, berarti menitikkan malam dengan canting sehingga membentuk corak yang terdiri atas susunan titikan dan garisan. Berdasarkan kata benda, berarti menggambarkan corak di atas kain dengan menggunakan canting sebagai alat gambar dan malam sebagai zat perintang. Dalam Bahasa Jawa, batik ditulis dengan bathik, mengacu pada huruf Jawa “tha”yang menunjukkan bahwa batik adalah rangkaian dari titik – titik yang membentuk gambaran tertentu. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa batik adalah sebuah teknik merintang warna di atas kain dengan menggunakan malam atau lilin.
23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.A.2 Data Khusus II.A.2.1 Pengertian Galeri Batik Jawa Tengah Galeri Batik Jawa tengah mewadai kegiatan pameran batik jawa yang berasal dari beberapa wilayah di Pulau Jawa. Skala pelayanan Galeri Batik Jawa tengah khususnya mencakup wilayah regional dan terbuka bagi masyarakat secara umum. Selain untuk tujuan pendidikan dan komersial, galeri ini diharapkan dapat menjadi tujuan wisata nasional yang dapat melayani kebutuhan para wisatawa domestik untuk dapat lebih mengenal batik, khususnya batik Jawa tengah. Galeri batik jawa tengah adalah ruangan atau gedung tempat memamerkan koleksi-koleksi batik asal jawa tengah. Batik merupakan kata umum yang tidak asing lagi bagi kehidupan manusia, batik sudah terkenal keberbagai negara dan berkembang ke seluruh indonesia. II.A.2.2 Sejarah Batik Jawa Tengah Batik jawa memiliki pamor yang tinggi, dibandingkan dengan batik daerah lainnya padahal setiap daerah indonesia memiliki motif batiknya sendiri. Banyaknya motif merupakan simbol dari kekayaan budaya indonesia. Selain itu motif batik memliki makna yang tersirat di dalamnya. Motif batik jawa merupakan motif yang sangat identik dengan batik yogyakarta dan batik solo padahal di jawa tengah, sentra batik dapat ditemukan tiap daerah, dengan warna dan motif yang beda-beda. Meski ciri khusus batik yang ada di jawa, kebanyakan terpengaruh oleh motif batik keraton. Apalagi dalam sejarahnya, kesenian batik merupakan kesenian yang hanya dilakukan oleh para penghuni istana. Hasilnya pun dkenakan oleh para putri, raja, dan abid dalam. Namun setelah permintaan akan batik meningkat, kesenian batik dikembangkan oleh para saudagar, dan tersebar luas ke berbagai daerah di jawa.
24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.A.2.3 Makna Seni batik Jawa Tengah A. Batik Solo (sido Asih) Batik Solo sido asih merupakan batik bermotif geometris berpola dengan bentuk empat.
Motif ini memiliki arti keluhuran. Dengan
menggunakan motif ini berarti pengguna mengharapkan kebahagiaan hidup. Motif Sido asih dikembangkan setelah masa pemerintahan SISKS PB IV di kerajaan Surakarta. Dari warna soga atau kecokelatan pada batik solo memiliki makna kerendahan hati bersahaja.
Gambar II.A.2.3
sido asih
B. Batik Semarang (lawang sewu) Batik Semarang dengan motif ikon kota Semarang. Misalnya pohon asem, tugu muda, lawang sewu, serta legenda-legenda yang ada di kota Semarang seperti legenda Jatigaleh dan lain sebagainya. Selain itu, warna batik Semarangan tidak semeriah batik Pekalongan. Namun, tidak sekalem warna batik Solo atau Yogya.
Gambar II.A.2.3
lawang sewu
25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
C. Batik Pekalongan (jlamprang) Salah satu nama motif batik pekalongan adalah jlamprang yaitu motif batik berbentuk geometris. Motif ini dipengaruhisyiar islam yang menghindari orenamentberbentuk makhluk hidup. Namun adapula ahli sejarah yeng berpendapat bahwwa motif jlamprang dipengaruhi kebudayaan hindu syiwa.
Gambar II.A.2.3
jlamprang
D. Batik Demak (semangka tegalan) Motif yang digambarkan pada Batik Demak terinspirasi dari sejarah Kerajaan Demak itu sendiri, seperti ornamen yang terdapat di Masjid Agung Demak, gambar bledeg atau petir, burung phoenix, dan bulus. Kemudian unsur pertaniannya muncul dalam motif buah – buahan, seperti belimbing, jambu dan semangka tegalan.
26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
semangka tenggalan E. Batik Yogyakarta (parang rusak) Gambar II.A.2.3
Makna yang terkandung dalam motif batik parang rusak yaitu sebuah hubungan yang tidak akan pernah putus atau ikatan keluarga. Selain itu masih ada makna lainnya yaitu perjuangan mencapai kesejahteraan.
Gambar II.A.2.3
lawang sewu
II.A.2.4 Klasifikasi Batik Berdasarkan Teknik Pembuatannya 1) Batik Tulis Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, batik tulis diartikan sebagai batik yang dibuat dengan tangan bukan dengan cap. Disebut batik
27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
tulis karena perintang warnanya dibubuhkan dengan cara seperti menulis dengan menggunakan alat bernama canting. Proses membuat batik dengan canting sudah dilakukan sejak lama. Daerah–daerah yang tergolong sudah lama dalam industri penghasil batik umumnya selalu menggunakan teknik ini dalam proses membatik terutama pada Batik Keraton dan akhirnya berkembang ke wilayah pesisiran. Kain yang menggunakan canting dalam proses membatiknya dianggap memiliki nilai seni tinggi akibat kerumitan, kerajinan dan kehalusan ragam hiasnya. No
Ciri Khas
1
Tidak ada batik tulis yang kembar, dibuat hanya satu setiap lembarnya. Motifnya lebih rumit.
2
Warna dan motifnya bolak – balik sama atau tembus. Hal ini dikarenakan setelah bagian depan dicanting, bagian belakang kemudian dicanting lagi.
3
Umumnya memiliki ukuran 2 x 1,25 meter.
4
Terdapat inisial tulisan tangan nama pembatik di ujung kain. Tabel II.A.2.4 Ciri Khas Batik Tulis (Sumber: Ramadhan 2013)
Gambar II.A.2.4 Batik Tulis (Sumber: Ramadhan 2013)
28 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2) Batik Cap Batik Cap merupakan kain batik yang penggambaran motifnya dilakukan dengan menggunakan canting cap. Penggunaan teknik cap pada kain batik berawal dari adanya pengaruh budaya asing ke daerah pesisir utara Jawa. Batik cap mulai berkembang di Indonesia setelah terjadi peningkatan permintaan akan kain batik pada pertengahan abad XIX, pada saat itu produsen batik mulai mencari cara untuk dapat memproduksi batik dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat. Batik cap memiliki fungsi sebagai bahan sandang dan perlengkapan kebutuhan rumah tangga. Untuk sandang, batik cap diperkenalkan ke pasaran sebagai selendang, sarung, kain panjang, ikat kepala, pakaian, hingga seragam sekolah seperti di Kota Cimahi. Untuk kebutuhan rumah tangga, batik cap diaplikasikan pada taplak, sarung bantal, sprei dan lain sebagainya. No
Ciri Khas
1
Motifnya cenderung berulang, tidak banyak memiliki detail.
2
Warnanya bolak – balik tidak sama, bagian belakangnya cenderung memiliki warna yang lebih redup atau tipis.
3
Diproduksi secara massal.
4
Dijual per lembar dengan ukuran standar kain potong.
5
Tidak melalui proses yang lama seperti halnya batik tulis. Tabel II.A.2.4 Ciri Khas Batik Cap (Sumber: Ramadhan, 2013)
29 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar II.A.2.4 Batik Cap (Sumber: Ramadhan, 2013)
II.A.2.5 Fungsi Batik Fungsi batik terus berkembang seiring kemajuan jaman. Batik tidak hanya tampil sebagai kebutuhan sandang, tetapi kini batik sudah digunakan atau diaplikasikan pada berbagai kebutuhan rumah tangga seperti sprei, tirai maupun hiasan dinding. Batik pun digunakan sebagai bahan bagi pembuatan aksesoris seperti tas, dompet, topi hingga mukena yang merupakan peralatan ibadah umat Islam. Dari berbagai jenis barang tersebut, fungsi batik yang utama atau fungsi batik secara tradisional tetaplah sebagai kebutuhan sandang. No 1
Fungsi Kain
Panjang,
berbentuk panjang
gambar ialah
empat yang
kain persegi
dililitkan
mengelilingi pinggang. Kain ini digunakan pria maupun wanita.
30 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Sarung, telah lazim digunakan di seluruh Kepulauan Indonesia dan merupakan kostum asli masyarakat melayu.
3
Dodot, ialah dua lembar kain batik
yang
dijahit
secara
bersamaan. Hanya digunakan oleh kaum pria.
4
Selendang.
Dikenakan
pada
bahu dan dapat pula digunakan untuk menggendong bayi atau membawa keperluan ke pasar.
5
Kemben,
sebagai
penutup
badan bagian dada.
6
Ikat kepala, digunakan hanya oleh
pria.
sangkar
Berbentuk
serta
bujur
pemakaiannya
diikatkan seperti serban.
Tabel II.A.2.5 Fungsi Batik Secara Tradisional
31 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.A.2.6 Alat dan Bahan Pada Proses Membatik Pada tahap ini, alat dan bahan yang dijelaskan mengenai perlengkapan membatik tulis. No 1
Alat / Bahan Gawangan
Fungsi
Gambar
Menyangkutkan
dan
membentangkan
kain
mori sewaktu dibatik. 2
Bandul
Menahan dibatik
mori
yang
agar
tidak
mudah menggeser. 3
Wajan
Perkakas
yang
digunakan
untuk
mencairkan malam.
4
Kompor
Kompor
yang
digunakan
adalah
kompor berbahan bakar minyak tanah. 5
Taplak
Kain
untuk
menutup
paha
pembatik
tidak
terkena
agar tetesan
malam panas
. 6
Saringan
Untuk
menyaring
Malam / lilin
malam / lilin panas.
32 http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
Canting
Untuk menuliskan pola batik
dengan
cairan
malam. 8
Mori
Bahan baku batik yang terbuat dari katun.
9
Malam / lilin
Bahan
dasar
untuk
membatik.
10
Dhingkit
Tempat duduk untuk membatik.
Tabel II.A.2.6 Alat dan Bahan Pada Proses Membatik
33 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B DATA HASIL STUDI BANDING LAPANGAN II.B.1 STUDI KASUS GALERI NASIONAL INDONESIA Profil Galeri Nasional
Nama proyek
: Galeri Nasional
Bentuk Usaha
: Galeri Nasional Indonesia
Pemilik
: Prof. Dr. Fuad Hasan ( Menjabat sebagai mentri kependidikan & Kebudayaan di tahun 1987)
Pengelola
: Tubagus „ Andre‟ Sukmana
Lokasi
: Jalan Medan Merdeka Timur No.14, Gambir, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110
Luas Lahan
:-
Luas Bangunan
: 1400 m²
Email
:
[email protected]
34 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.1.1 Aspek Lingkungan Gedung yang terletak di jalan Medan Merdeka Timur No.14 Jakarta Pusat. Pada tahun 1817, G.C van Rijk membangun sebuah Indische Woonhuis di atas kavling ini dengan material yang diambil bekas Kasteel Batavia. Pada tahun 1900 gedung ini merupakan bagian dari Gedung Pendidikan yang didirikan oleh Yayasan Kristen Carpentier
Alting
Stitching ( CAS ) yang bernaung di bawah Ordo Van Vrijmetselaren atas prakarsa pendeta Ds. Albertus Samuel Carpentier Alting ( 18371935). Gedung yang berarsitektur kolonial Belanda ini dipergunakan untuk Asrama Khusus bagi wanita, sebagai usaha pendidikan yang pertama di Hindia Belanda.
Gambar II.B.1.1 Peta Lokasi Galeri Nasional Indonesia Sumber: google Maps
Kesimpulan: A. Berada di pusat kota Daerah Khusus Ibukota Jakarta di Jalan Medan Merdeka Timur No.14, Gambir. Yang dikenal oleh
35 http://digilib.mercubuana.ac.id/
penduduk Jakarta serta kawasan yang ramai untuk aktivitas sehari hari. B. Lokasi yang cukup strategis C. Dekat dengan pusat perkantoran dan tempat rekreasi serta dekat dengan stasiun kereta D. Mudah di jangkau dengan kendaraan pribadi sasaran pengunjung di sesuaikan dengan kondisi dan lingkungan sekitar.
II.B.1.2 Analisa makro bangunan dan lingkungan
Gambar II.B.1.2 Makro Linkungan Sumber: Google earth
A. Kondisi sekitar tampak Gallery Nasional terletak di daerah yang kompleks karena berdekatan dengan perkantoran dan area rekreasi. B. Faktor pemandangan sekitar tampak bangunan perkantoran dan aktivitas jalan raya karena bangunan Galeri Nasional sendiri berada di pusat kota dimana tepat berada di jalan besar.
36 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.1.3 Analisa Mikro Bangunan dan lingkungan
Utara
Timur
Barat
Selatan
Gambar II.B.1.3 Mikro Linkungan Sumber: Google earth
Barat
: Monumen Nasional Jakarta
Utara
: Stasiun Gambir Atau Gedung PT.Pertamina (Persero)
Timur
: Untuk Menuju Ke stasiun Senen
Selatan
: Biro Kepegawaian Sekertariat Jendral
37 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.1.4 Orientasi Bangunan
Gambar II.B.1.4 Orientasi bangunan Gallery Nasional pada sekitarnya (Sumber: Data Pribadi)
Bangunan berada sedikit jauh di jalan raya karena di depan bangunan tersebut terdapat taman yang menjadi jarak antara jalan dan gedung gallery nasional tersebut. Orientasi bangunan ini menghadap kea rah Barat.
II.B.1.5 Aspek Bangunan Berikut beberapa studi kasus galeri seni di Jakarta
Gambar II.B.1.5 Contoh eksterior Galeri Nasional (Sumber: Data Pribadi)
38 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bangunan Galeri Nasional Indonesia memiliki arsitektur dengan gaya klasik belanda di padukan dengan gaya kontemporer
yang di terapkan
dalam ruang tersebut. Kesimpulan: (+) Bangunan terlihat kokoh dan megah (+) Bangunan Terlihat Seperti Rumah tinggal sehingga membuat pengunjung terasa nyaman. (-) Bangunan memakai gaya arsitektur belanda sehingga tidak sesuai dengan tema galeri tersebut.
II.B.1.6 Selasar Galeri Nasional
Gambar II.B.1.6 selasar ( Sumber : Pribadi )
Selasar Galeri Nasional Indonesia memiliki arsitektur dengan gaya klasik belanda.
39 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.1.7 Fasilitas Galeri Nasional A. Gedung Pamer Temporer
Gambar II.B.1.7 Gedung Pamer Temporer
B. Ruang Seminar
Gambar II.B.1.7 Ruang Seminar
Galeri Nasional Indonesia memiliki fasilitas ruang seminar (serba guna) untuk mendukung kegiatan seminar, diskusi pembahasan karya seni rupa. Kapasitas ruang seminar ini dapat menampung sekitar 200 orang. Dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC), agar suasana seminar atau diskusi terasa nyaman. C. ArtShop (Toko Souvenir)
Gambar II.B.1.7 ArtShop
40 http://digilib.mercubuana.ac.id/
D. Perpustakaan
Gambar II.B.1.7 Perpustakaan
E. Laboratorium
Gambar II.B.1.7 Laboratorium
Pekerjaan
konservasi-restorasi
dilakukan
pada
Laboratarium
Konservasi dengan fasilitas penerangan lampu polikhromatis dan ultraviolet. Bersikulasi udara, ber- AC, dan dialiri air distilasi. Laboratarium ini juga dilengkapi tabung-tabung gelas yang berfungsi sebagai wadah atau alat ukur/ analisa, alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknis mekanis. Alat mikrokopis, alat kontrol klimotologi, ruang fumigasi serta alat pendingin untuk membasmi jamur atau serangga juga melengkapi laboratorium ini. Para tenaga terlatih kami siap melayani anda secara profesional 41 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.1.8 Resepsionis
Gambar II.B.1.8 Resepsionis Galeri Nasional (Sumber: Data Pribadi)
galeri
Resepsionis bergaya kontemoporer modern untuk melengkapi ruang
II.B.1.9 Aspek Ruang
Gambar II.B.1.9 Contoh Interior Galeri Nasional (Sumber: Data Pribadi)
Pada galeri ini terdapat tangga berada di tengah bangunan untuk membagi ruang galeri.
42 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.1.10 Lampu
Gambar II.B.1.10 Lampu (Sumber: Data Pribadi)
Lampu menggunakan lampu spotlight dengan system flexible untuk menerangi object.
II.B.1.11 Lantai
Gambar II.B.1.11 Contoh Parquet Galeri Nasional Indonesia (Sumber: Data Pribadi)
Galeri ini menggunakan parquet untuk menambah estetika ruang agar ruangan terlihat lebih Natural.
43 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.1.12 VISI & MISI VISI Menjadi pusat pelestarian, pengembangan dan penyajian karya seni rupa modern dan kontemporer untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang kreatif, apresiatif dan memiliki jati diri bangsa di era globalisasi. MISI 1.
Menghimpun, melestarikan, dan mengembangkan karya seni rupa dalam lingkup nasional maupun internasional.
2.
Mengkaji dan menyebarluaskan data dan informasi tentang koleksi Galeri Nasional Indonesia.
3.
Meningkatkan kreativitas dan apresiasi seni rupa dikalangan perupa, pelajr dan masyarakat umum
4.
Mengembangkan pemikiran (wacana), pandangan dan tanggapan terhadap karya seni rupa dalam kerangka peningkatan wawasan , perluasan komunitas dan jaringan kerjasama
5.
Memberikan bimbingan (guiding) dan pembelajaran seni melalui publik program yang bersifat edukatif-kultural dan rekreatif.
44 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.2 STUDI KASUS GALERI BATIK Profil Galeri Batik
Nama proyek
: Galeri Batik
Bentuk Usaha
: Museum Pertekstilan Indonesia
Pemilik
: Pemerintah Daerah DKI Jakarta
Pengelola
: Pemd DKI Jakarta
Lokasi
: Jl.Aipda KS Tubun No.4 Tanah Abang Jakarta Pusat
Luas Lahan
: 16.410 m2
Luas Bangunan
: 10.560 m2
Jumlah Koleksi
: 1200 Buah
Email
:
[email protected]
45 http://digilib.mercubuana.ac.id/
A.Profil Museum Tekstil Museum Tekstil merupakan sebuah cagar budaya yang secara khusus mengumpulkan, mengawetkan, serta memamerkan karya-karya seni yang berkaitan dengan pertekstilan Indonesia. Bertempat di Jalan Aipda K.S. Tubun No.4, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, museum ini secara resmi dibuka pada tanggal 28 Juli 1976 dan berdiri dengan menempati gedung tua di atas areal seluas 16.410 meter persegi. Dalam sejarahnya, gedung yang digunakan sebagai museum ini dahulu merupakan rumah pribadi seorang warga keturunan Perancis yang hidup di abad ke-19. Namun gedung ini kemudian dijual pada seorang anggota konsulat Turki bernama Abdul Aziz Al Musawi Al Katiri. Pada tahun 1942, gedung ini dijual lagi kepada orang yang bernama Karel Cristian Cruq. Tidak begitu lama, gedung ini pun beralihtangan lagi dan dijadikan Markas Besar Barisan Keamanan Rakyat (BKR) pada saat menjelang kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1947, kepemilikan gedung ini dipegang oleh seseorang yang bernama Lie Sion Phin. Setelah beberapa kali beralih kepemilikan dan beralih fungsi, akhirnya pada tahun 1975, gedung ini diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta dan dijadikan sebagai Museum Tekstil. Peresmian Museum Tekstil dilakukan oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 28 Juni 1976. Sebagai sebuah museum tekstil terbesar di Indonesia, museum ini mempunyai koleksi-koleksi yang terhitung banyak, yakni sekitar 1.000 buah. Keistimewaan museum ini terletak pada koleksi-koleksinya yang kebanyakan merupakan koleksi tekstil tradisional Indonesia. Koleksikoleksi tersebut dikelompokkan dalam empat bagian, yakni koleksi kain tenun, koleksi kain batik, koleksi peralatan, dan koleksi campuran. Wisatawan yang berkunjung ke museum ini dapat menyaksikan aneka kain batik bermotif geometris sederhana hingga yang bermotif rumit, seperti
46 http://digilib.mercubuana.ac.id/
batik Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Palembang, Madura, dan Riau. Selain itu, wisatawan juga dapat menyaksikan bendera Keraton Cirebon yang merupakan koleksi pilihan, karena usianya yang paling tua. Bendera itu terbuat dari bahan kapas berupa batik tulis yang berhias kaligrafi Arab. Bendera mirip plakat itu konon merupakan peninggalan bersejarah dari tahun 1776 M yang sangat disakralkan di Istana Cirebon. Pada saat itu bendera tersebut sering dipakai sebagai simbol syiar Islam. Selain memamerkan koleksi pertekstilan, di museum ini juga terdapat sebuah taman di halaman belakang yang diberi nama Taman Pewarna Alam. Taman seluas 2.000 meter persegi ini berisi pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam. Penanaman pohon-pohon itu bertujuan mendidik masyarakat agar mengenal dan mengetahui pohonpohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam. Keistimewaan lainnya yang terdapat di museum ini adalah kursus membatik. Kursus ini dilaksanakan bersamaan dengan hari-hari buka museum. Kursus membuat batik ini dilaksanakan di sebuah bangunan yang terletak di halaman paling belakang Museum Tekstil. Bangunan ini bergaya rumah panggung lebar yang tak mempunyai sekat di dalamnya. Semua bahan bangunannya terbuat dari kayu dengan cat berwarna coklat tua.
47 http://digilib.mercubuana.ac.id/
B. Keistimewaan Sebagai sebuah museum tekstil terbesar di Indonesia, museum ini mempunyai koleksi-koleksi yang terhitung banyak, yakni sekitar 1.000 buah. Keistimewaan museum ini terletak pada koleksi-koleksinya yang kebanyakan merupakan koleksi tekstil tradisional Indonesia. Koleksikoleksi tersebut dikelompokkan dalam empat bagian, yakni koleksi kain tenun, koleksi kain batik, koleksi peralatan, dan koleksi campuran. Wisatawan yang berkunjung ke museum ini dapat menyaksikan aneka kain batik bermotif geometris sederhana hingga yang bermotif rumit, seperti batik Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Palembang, Madura, dan Riau. Di museum ini juga terdapat sebuah taman di halaman belakang yang diberi nama Taman Pewarna Alam. Taman seluas 2.000 meter persegi ini berisi pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam. Penanaman pohon-pohon itu bertujuan mendidik masyarakat agar mengenal dan mengetahui pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam. Keistimewaan lainnya yang terdapat di museum ini adalah kursus membatik. Kursus ini dilaksanakan bersamaan dengan hari-hari buka museum. Kursus membuat batik ini dilaksanakan di sebuah bangunan yang terletak di halaman paling belakang Museum Tekstil. Bangunan ini bergaya rumah panggung lebar yang tak mempunyai sekat di dalamnya. Semua bahan bangunannya terbuat dari kayu dengan cat berwarna coklat tua. Di ruangan ini tidak terdapat pendingin ruangan (AC), karena telah terdapat beberapa jendela yang mengelilingi ruangan untuk mengalirkan udara segar.
48 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.2.1 Aspek Lingkungan
Gambar II.B.2.1 Peta Lokasi Galeri Batik Sumber: google Maps
Galeri batik menempati gedung tua di Jalan K.S. Tubun / Petamburan No. 5 Tanah Abang, Jakarta Barat Gedungnya sendiri pada mulanya adalah rumah pribadi seorang warga negara Perancis yang dibangun pada abad ke19. Kemudian dibeli oleh konsul Turki bernama Abdul Azis Almussawi Al Katiri yang menetap di Indonesia. Selanjutnya tahun 1942 dijual kepada Dr. Karel Christian Cruq. Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, gedung ini menjadi markas Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan tahun 1947 didiami oleh Lie Sion Pin. Pada tahun 1952 dibeli oleh Departemen Sosial dan pada tanggal 25 Oktober 1975 diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta yang untuk kemudian pada tanggal 28 Juni 1976 diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto sebagai galeri batik.
49 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.2.2 Analisa makro bangunan dan lingkungan
Gambar II.B.2.2 Peta Makro Galeri Batik Sumber: Google earth
Kondisi sekitar tampak Gallery Batik terletak di daerah yang sangat strategis untuk di daerah Jakarta pusat khususnya daerah tanah abang. Galeri batik merupakan satu-satunya galeri yang berada di daerah itu. Berdekatan dengan pasar tanah abang stasiun KA tanah abang, perumahan, sekolahan, hotel, dan pertokoan. Letaknya yang berada di pinggir jalan raya, sangat memudahkan dalam menjangkaunya melalui jalan kaki atau dengan kendaraan umum maupun pribadi, namun kepadatan kendaraan diwilayah tersebut yang menhambat akses menuju ke lokasi galeri.
50 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.2.3 Analisa Mikro Bangunan dan lingkungan
Gambar II.B.2.3 Mikro Galeri Batik Sumber: Google earth
Utara : Pemukiman warga Barat :Pertokoan, perhotelan, ruko, dan perumahan Selatan : Pertokoan perhotelan dan bank BCA Timur : Kali angke & pasar Tanah abang 51 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.2.4 Orientasi Bangunan
Gambar II.B.2.4 Orientasi bangunan galeri batik pada sekitarnya (Sumber: Data Pribadi)
Bangunan berada sedikit jauh dari jalan raya karena di depan bangunan
tersebut terdapat taman yang menjadi jarak antara jalan dan
gedung gallery batik tersebut. Orientasi bangunan ini menghadap kearah selatan.
52 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.2.5 Analisa Non Fisik
Gambar II.B.2.5 Analisa Non Fisik
A. Jalan Raya B. Gedung pameran tekstil C. Tanaman Pewarna Batik D. Ruang Perkantoran terpadu E. Laboratorium Fungsional F. Pintu masuk G. Auditorium H. Kantin I. Gudang J. Perpustakaan K. Ruang Sawtra L. Area Parkir M. Galeri Batik N. Musholla O. Souvenir Shop P. Pendopo Batik
53 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.2.6 Aspek Bangunan
Gambar II.B.2.6 Contoh eksterior Galeri Batik (Sumber: Data Pribadi)
Bangunan Galeri Batik memiliki arsitektur dengan gaya klasik perancis gedungnya sendiri pada mulanya adalah rumah pribadi seorang warga negara Perancis yang dibangun pada abad ke-19 dengan bangunan yang terlihat kokoh dan megah namun bangunan ini terlihat Seperti Rumah tinggal sehingga membuat pengunjung terasa nyaman.
II.B.2.7 Fasilitas A. Parkir Galeri Batik
Gambar II.B.2.7 Parkir Galeri (Sumber: Data Pribadi)
54 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Memiliki area parkir cukup luas, dengan memanfaatkan lahan yang ada.Serta pendopo pendopo yang berada di sekeliling nya membuat suasana taman menjadi lebih bermakna dan di manfaatkan pengunjung untuk beristirahat. B. Mushola & Mess
Gambar II.B.2.7 Mushola & Mess (Sumber: Data Pribadi)
Ini adalah tampak fasilitas dari galeri batik Mushola & mess kedua bangunan ini berada tepat di belakang galeri batik dan menjadi fasilitas dari galeri batik tersebut. C. Art Shop & Kantin
Gambar II.B.2.7 Kantin & Artshop (Sumber: Data Pribadi)
55 http://digilib.mercubuana.ac.id/
D. Perpustakaan
Gambar II.B.2.7 Perpustakaan Sumber: museumtekstiljakarta.com
E. Laboratorium
Gambar II.B.2.7 laboratorium Sumber: museumtekstiljakarta.com
Sebagai lembaga konservatif-preservatif tekstil tradisional Indonesia, Museum Tekstil Jakarta juga memberikan layanan untuk perbaikan kain tradisional. F. Ruang Pengenalan Swastra
Gambar II.B.2.7 Swatra Sumber: museumtekstiljakarta.com
Terletak di sebelah perpustakan. Ruangan pengenalan wastra ini menyajikan koleksi alat tenun dari berbagai daerah dan berbagai informasi mengenai bahan baku serta proses pembuatan kain tradisional Indonesia. Ruang ini juga dapat memberikan kesempatan bagi Anda untuk mencoba mengoperasikan alat tenun. 56 http://digilib.mercubuana.ac.id/
G. Pendopo Batik
Gambar II.B.2.7 Contoh Pendopo batik (Sumber: Data Pribadi)
Pendopo Batik ini berguna untuk belajar membatik dan mengetahui bagai mana proses batik itu di buat. H. Gedung Utama
Gambar II.B.2.7 Contoh Gedung Utama (Sumber: Data Pribadi)
Gedung utama atau yang sering disebut ruang display ini merupakan gedung yang terletak di tengah Museum Tekstil Jakarta sekaligus bangunan terbesar di museum ini. Gedung ini digunakan sebagai tempat pameran tekstil Indonesia, baik yang merupakan koleksi museum, koleksi para desainer, maupun masyarakat pecinta tekstil. Koleksi pameran di gedung ini selalu mengalami rotasi secara berkala, sehingga Anda akan menemukan nuansa yang berbeda setiap Anda mengunjungi museum ini.
57 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.2.8 VISI & MISI Visi Museum Tekstil sebagai institusi nirlaba yang menjadi pusat pelestarian alam dan budaya, media aktivitas ilmiah, seni dan budaya, pendidikan, informasi dan rekreasi budaya pendidikan yang menjadi salah satu referensi bagi proses pembangunan bangsa. Misi Melaksanakan upaya konservasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan budaya tekstil di Indonesia, melakukan inventarisasi sumber daya alam dan koleksi tekstil tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, dilakukan dokumentasi,
kegiatan
penelitian
dan
penyajian
informasi
dan
mengkomunikasikannya kepada masyarakat.
II.B.2.9 Aspek Manusia Pelaku dalam ruangan Galeri Batik ini terbagi menjadi pengelola dan pengunjung baik pria maupun wanita. Pengunjung yang datang adalah pengunjung lokasi dan pengunjung asing dari berbagai kalangan atau golongan. Seperti turis asing, pejabat, seniman desainer, selebritis maupun masyarakat lainnya. Sedangkan pengelola terdiri dari Direktur, Sub tata usaha, staff teknis & Non teknis koleksi, staff teknis & non teknis konservasi.
58 http://digilib.mercubuana.ac.id/
II.B.3 Studi Banding Galeri Galeri Nasional
Galeri Batik
Kesimpulan Aspek Lingkungan Galeri nasional berada di pusat kota yang sibuk karena berada di tengah pusat
Berada di pusat kota Daerah
kota
Jakarta.
Sedangkan galeri batik
Khusus Ibukota Jakarta di Jalan
Galeri batik menempati gedung
berada di perkampungan
Medan Merdeka Timur No.14,
tua di Jalan K.S. Tubun /
tanah abang yang padat.
Gambir.
oleh
Petamburan No. 5 Tanah Abang,
penduduk Jakarta serta kawasan
Jakarta Barat Gedungnya sendiri
yang
pada
Yang
ramai
dikenal
untuk
aktivitas
mulanya
adalah rumah
sehari hari. Lokasi yang cukup
pribadi seorang warga negara
strategis dekat dengan pusat
Perancis yang dibangun pada
perkantoran dan tempat rekreasi
abad ke-19 Kemudian dibeli oleh
serta
stasiun
konsul Turki bernama Abdul
di
jangkau
Azis Almussawi Al Katiri yang
kendaraan
pribadi
dekat
kereta.
dengan
mudah
dengan
menetap
di
Indonesia.
sasaran pengunjung di sesuaikan
Selanjutnya tahun 1942 dijual
dengan kondisi dan lingkungan
kepada Dr. Karel Christian Cruq.
sekitar Barat
:
Monumen
Nasional
Utara : Pemukiman warga
Kondisi tampak
Barat
Pada galeri nasional ini
Jakarta Utara : Stasiun Gambir Atau Gedung
PT.Pertamina
(Persero) Timur
: Untuk
:Pertokoan,
perhotelan,
ruko, dan perumahan
karena Selatan:Pertokoan perhotelan dan
menuju ke
stasiun Senen
bank BCA Timur : Kali angke & pasar
Selatan : Biro Kepegawaian
cukup baik dan strategis,
Tanah abang
Sekertariat Jendral
berada
pada
lokasi yang mudah di jangkau
dengan
transportasi
umum.
Sedangkan
kondisi
tampak pada galeri batik kurang strategis
karena
berdekatan dengan pusat perbelanjaan terbesar di
59 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Indonesia,
maka
kecamatan menuju lokasi adalah masalah utama pada galeri tersebut.
Staff galeri nasional:
Staff galeri Terdiri dari:
Staff Galeri
1. Kepala (Director)
1. Kepala UPT
Faktor SDM pada sebuah
2. Sub bag Tata usaha
2. Kasubag tata usaha & Staff
galeri
3. Kasi pameran & kemitraan
3. Staff teknis & non teknis
mempengaruhi
4. Kasi
pengumpulan
&
perawatan.
bimbingan edukasi
kelangsungan
4. Kasie Koleksi & Perawatan &
5. Penasihat (Advisor)
sangat
Staff
tersebut,
galeri
baik
dari
pelayanan
pada
5. Kassie Edukasi & Pameran & pengunjung,
6. Kurator (Curator)
pengelola,maupun orang
Staff
yang
berada
disekitar
galeri tersebut.
Pengunjung yang datang
Pengunjung yang datang
1. Melakukan pengamatan dan 1. Melihat-lihat penelitian
sejarah
Galeri
nasional
benda
galeri.
tua sampai anak-anak. 3. Pengunjung
yang
menggunakan
Pengunjung galeri terbagi menjadi dua jenis
2. Berbincang-bincang
2. Pengunjung mulai dari orang
koleksi
Pengunjung
dengan
kategori yaitu
pemandu galeri baik di luar
pengunjung rekreatif dan
maupun
pengunjung edukatif.
di
dalam
ruang
lainnya.
fasilitas 3. Menonton theater
Pengunjung rekreatif
perpustakaan, studio koleksi, 4. Foto-foto untuk dokumentasi
Jenis
auditorium DLL.
melakukan
4. Pengunjung merancang
local
5. Belajar membatik maupun 6. Melihat-lihat tanaman untuk
atau
untuk
melakukan study.
pewarnaan batik 7. Berwisata
5. Bertujuan untuk mengetahui 8. Bernostalgia sejarah
perkembangan
dari
dengan
pengunjung
ini
kegiatan
tujuan
untuk
menikmati koleksi dan fasilitas
galeri
dalam
suasana
rekreasi
yang
santai dan bebas dengan mengikuti alur sirkulasi
galeri nasional tersebut.
yang jelas arahnya dan memudahkan pengunjung menikmati
bagi untuk seluruh
60 http://digilib.mercubuana.ac.id/
koleksi galeri. Pengunjung Edukatif Jenis
pengunjung
ini
memiliki tujuan edukasi untuk
mempelajari
perkembangan
ilmu
pengetahuan melakukan
dengan kegiatan
pengamatan
dalam
rangka melakukan studi reset,
Golongan pengunjung
Golongan pengunjung
Kelas menengah keatas kelas Kelas menengah keatas kelas menengah dan kelas menengah menengah dan kelas menengah kebawah dan yang erasal dari kebawah dan yang erasal dari Jakarta, luar kota maupun turis Jakarta, luar kota maupun turis asing dari luar negri.
asing dari luar negri.
Area Parkir Salah
satu
fasilitas
service yang diberikan oleh galeri adalah lahan parker Memiliki area parkir cukup luas, dengan
memanfaatkan lahan
yang ada dikarenakan lahan yang
kosong
dibandingkan sendiri.
lebih bangunan
besar itu
Memiliki area parkir cukup luas, dengan yang
memanfaatkan lahan ada.
pendopo
Serta
yang
pendopo
berada
di
sekeliling nya membuat suasana taman menjadi lebih bermakna dan di manfaatkan pengunjung untuk beristirahat.
Galeri Nasional Di galeri nasional tidak dapat loket parkir. Galeri batik Di galeri batik terdapat loket parkir
61 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Resepsionis Galeri Nasional Galeri Nasional memiliki pusat
informasi
yang
modern Galeri Batik Memilik pusat informasi manual.
Loker Galeri
nasional
dan
galeri batik sama-sama mempunyai
loker
penitipan barang pada bagian resepsionis.
Informasi Virtual Galeri Nasional memiliki informasi visual dengan Galeri Batik Tidak memiliki Informasi virtual.
teknologi modern (touch screen). Galeri
Sedangkan Batik
belum
menggunakan informasi virtual modern dan masih menggunakan
buku
katalog tentang batik.
62 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Display Produk Galeri
Nasional
Dan
Galeri batik sama-sama memiliki gaya display produk
yang
sama
dengan
gaya
yang
simpel.
Laboratorium Galeri galeri
nasional batik
dan
memiliki
laboratorium
untuk
merawat produk-produk galeri tersebut.
Perpustakaan Galeri
nasional
dan
galeri batik sama-sama memiliki untuk
perpustakaan
lebih
mengenal
produk yang di display.
Kantin & Artshop Kantin dan artshop samasama berdekatan pada galeri nasional dan galeri batik. Art shop berguna untuk pengunjung yang ingin membeli souvenir.
63 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pendopo Batik Galeri Nasional tidak memiliki
Pada
tempat
tidak memiliki tempat
praktek
/
tempat
membuat lukisan.
galeri
praktek
nasional
/
membuat
tempat lukisan.
Sedangkan di galeri batik terdapat sebuah Pendopo batik.
pendopo
berguna membatik
untuk
batik belajar dan
mengetahui bagai mana proses batik itu di buat. Tabel II.B.3 Studi Banding Galeri
II.B.4 Kesimpulan Studi Banding Pada hasil survey galeri yang diantaranya adalah galeri nasional dan galeri batik terdapat beberapa perbedaan yang berhubungan dengan desain dan fasilitas yang diberikan pada sebuah galeri. Galeri nasional memiliki desain yang kekinian atau bisa disebut juga dengan desain yang modern. Kemudian pada galeri batik memiliki arsitektur yang klasik dan menjaga keutuhan peninggalan bangunan eropa tersebut. Tatanan interior yang di tampilkan pada galeri batik mayoritas menggunakan material kayu, dan ada beberapa desain display pada ruang pamer yang menggunakan desain modern. Fasilitas dan pelayanan pada galeri nasional lebih baik dari galeri batik karena galeri nasional berkembang menurut perkembangan zaman yang ada dan sementara pada galeri batik dalam tatanan desain interiornya, karena dalam penataannya banyak menggunakan display-display dengan kayu solid mungkin karena ingin mengedepankan gaya klasik pada batik yang di display. Namun galeri batik mempunyai keunggulan yaitu galeri batik mempunyai pendopo batik. yang berguna untuk belajar membatik bisa di ajarkan di pendopo.
64 http://digilib.mercubuana.ac.id/