BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Wisma I.
Pengertian Wisma Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wisma memiliki arti (1) bangunan untuk tempat tinggal, kantor, dsb; gerha; (2) kumpulan rumah; kompleks perumahan; permukiman. Bila diterjemakan ke bahasa Inggris, kata wisma berarti public building/ bangunan publik ;guesthouse / pasanggrahan,pondok tamu.
II.1.2 Atlet I.
Pengertian Atlet atlet; dari bahasa Yunani: athlos yang berarti "kontes" adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif. Atlet adalah orang yang menjadikan olahraga sebagai kegiatan professional, kalangan ini umumnya dibayar tinggi, memerlukan latihan ekstensif (tidak hanya bakat alam tapi lebih pada bakat praktis yang didapat dari praktek dan pembimbingan). Seorang atlet adalah individu yang memiliki keunikan tersendiri.Ia memiliki bakat tersendiri, pola perilaku dan kepribadian tersendiri serta latar belakang kehidupan yang mempengaruhi secara spesifik pada dirinya. Sekalipun dalam beberapa cabang olahraga atlet harus melakukannya secara berkelompok atau beregu, pertimbangan bahwa seorang atlet sebagai individu yang unik perlu tetap dijadikan landasan pemikiran.
II.1.3 Wisma Atlet II.1.3.1 PendekatanWisma Atlet Wisma Atlet mempunyai pengertian sebagai suatu gedung atau bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal para atlet dalam jangka waktu sementara (0-12 bulan) namun dilengkapi fasilitas layaknya apartemen ataupun hotel.
6
Penghuni dari proyek ini, yaitu atlet maka berdasarkan teori dari buku, Periodization: Theory and Methodology of Training (Tudor O. Bompa Greg Haff dapat mengambil titik acuan untuk beberapa pendekatan latihan yang dilakukan oleh atlet.Dalam latihan selain secara phisycal diperlukan jugaSupportive Factors dalam latihan.Melihat fungsi dari wisma adalah sebagai tempat berisitirahat para atlet sebelum menjalani pertandingan. Para Atlet perlu mendapat istirahat yang cukup juga tetap memiliki gaya hidup berhubungan dengan udara luar yang segar tentunya. Oleh karena itu dibutuhkan wisma yang mempunyai ruang untuk beraktivitas dalam udara segar. Ruang ini bisa untuk bersitirahat ataupun untuk latihan-latihan kecil. Gambar II.1.3.1.1Komponen Dari Sistem Latihan Atlet
Sumber : Tudor O. Bompa, G. Gregory Haff (2009, Theory and Methodology of Training, p8)
II.1.3.2 Studi literatur 1) Olympic Village di London Untuk olimpiade 2012 nanti London sudah
mulai
membangun mulai mei 2010 kemarin. Posisi atlet village berada di kota stradford. Arsitek yang bertanggung jawab atas bangunan ini dari ODA design.Bangunan ini menghabiskan 1.1 milyar poundsterling. Rencana awal akan dibangun 3000 apartment namun ternyata dikurangi 1000 unit. Sehingga kapasitas perkamar awalnya 4 mendapat tambahan menjadi 5 per unit
7
apartmen. Atlet village ini akan dibuat menjadi tempat yang begitu mengesankan, modern, bersih, kumpulan rumah-rumah dan bangunan Gambar II.1.3.2.1 Tampak Olympic Village London
Sumber : Google Search Engine
Olympic Village ini konsep awalnya ada sustainable dan menghadirkan kesan taman, pohon, tempat bermain, open space. Sustainable disini bukan hanya lingkungan tapi juga social dan ekonomi.London atlet village ada kemungkinan dijadikan pusat ekonomi setempat sehingga 15 tahun kemudian ribuan pekerjaan bisa di dapat disini.Secara lingkungan atlet village ini di design dengan banyaknya ruang terbuka hijau. Jarak antara bangunan seperti jalan kaki, parkir dan jalan mobil, menggunakan material yang recycle. Menggunakan solar panel dan pengolahan air hujan.Konservasi energi serta air, bahan tahan radiasi panas, glazing serta ventilasi sehingga menurunkan polusi, bising dan hemat energi. Gambar II.1.3.2.2Open Space Olympic Village London
Sumber : Google Search Engine
Sistem ruang yang disediakan dijamin tidak akan ada 2 kompetitor yang tinggal dalam 1 kamar. Double bedroom luasnya tidak lebih kecil dari 12 meter persegi, agar tidak menyia-nyiakan
8
tempat. Komplek wisma atlet ini terdiri dari 14 blok bangunan dengan ketinggian 10 lantai mampu menampung 16.900 ranjang dipecah menjadi 10.500 atlet dan 6400 team pendukung. Untuk lantai dasar terdapat 4 kamar tidur dengan pantry. Fasilitasfasilitas yang tersedia antara lain seperti, kamar, restoran, kantin, klinik, area rekreasi, open space, village plaza, taman, lift Gambar II.1.3.2.3Interior Kamar
Sumber : Google Search Engine
Setelah pekan olimpiade selesai akan dijadikan 2800 hunian dan 1379 rumah dengan harga terjangkau. Tentunya akan di tambah fasilitas baru seperti taman, area terbuka lainnya, fasilitas-fasilitas untuk komunitas social serta Chobham academy (world class education) untuk umur 3-19 tahun
2) Olympic Village Beijing Sebuah Olympic Village di Beijing yang memperoleh sertifikat dari Leadership in Energi and Environmental Design (LEED) Gold award.LEED sebuah organisasi yang bergerak dalam menetapkan bangunan-bangunan yang peduli terhadap energi dan lingkungan sekitarnya.Penghargaan ini di dapat karena mengusung topic sustainable design dan juga dilengkapi oleh feature-feature seperti panel surya, green roof, dan rainwater recycling sistem.
9
Gambar II.1.3.2.4Olympic Village Beijing
Sumber : Google Search Engine
Michale Kwok sebagai arsitek dari divisi Olympic village ini
sengaja
mengusung
sustainable
green
dengan
tema
environmentally-friendly.Hal ini dilakukannya dengan tujuan untuk membuat para atlet hidup sehat dalam lingkungannya. Olympic village mempunyai luas 160 acre, 16.000 atlet, 42 bangunan terpisah, 7 gedung komunitas, 3 bangunan komersil dan retail, pusat kesehatan, perpustakaan, gymnasium, kolam renang,
terisolasi,
hemat
energi
penghawaan
sampai
50%,penggunaan air hujan, grey water, roof garden, panel surya, 95% parkir di bawah tanah, pedestrian dan sepeda. Bangunan ini setelah olimpiade berakhir akan dijadikan apartemen mewah. Awal 2009 ternyata 80% unit-unitnya telah terjual. Berdasarkan pengertian yang penulis rangkum dan juga melihat studi-studi kasus yang ada tempat lain (Beijing,London, Athena), Kesimpulan yang dapat ditarik dari studi literature adalah sebagai berikut : • 1 unit terdiri dari 2/4/5 orang • Terdapat ruang terbuka agar udara sehat mengalir untuk atlet • Bangunan kesehatan seperti klinik • Terdapat fasilitas rekreasi, seperti mall, taman kantin, gymnasium
10
II.1.3.3Studi Banding 1. Wisma Atlet Senayan Wisma Atlet Senayan yang sekarang berdiri di atas tapak, mempunyai 3 massa bangunan. Wisma ini sudah berdiri sejak tahun 1974 sampai sekarang tanpa pemugaran sedikitpun.Wisma atlet ini mempunyai kapasitas 2 unit tiap lantainya, setiap unitnya mampu untuk menampung hingga 15 atlet. Dengan tinggi hampir 10 lantai dan 3 massa bangunan yang typical, maka jumlah maksimum atlet yang bisa ditampung adalah 2 x 10 x 3 x 15 = 900 atlet. Foto II.1.3.3.1Tampak dan Layout Wisma Fajar
Sumber :Dokumentasi pribadi
Sekalipun dibangun sejak tahun 1974 namun baru beroperasi
tahun
1980.
Tahun
2004
pindahtangan
kepengelolaan dari perorangan (orang Singapura) kepada pengelola Gelora Bung Karno. Terakhir aktif 1985-1995 masih digunakan untuk pelatnas.Namun sekarang sudah jarang dihuni sejak berdirinya hotel atlet tepat di sebelahnya. Setiap unitnya terdiri dari 3 kamar tidur, 3 kamar Mandi (1 dalam, 2 di luar), 1 gudang, Dapur, Ruang berkumpul.
11
Foto II.1.3.3.2Kondisi Wisma Fajar
Sumber : Dokumen Pribadi
Dilihat dari feature-feature mewahnya (tahun 1974) dengan adanya bathup dan ruangan yang sudah menggunakan AC dan luasan yang cukup luas, serta menggunakan lantai teraso dengan motif-motif kecil yang terbilang mahal untuk wakti itu.Maka dapat disimpulkan walaupun namanya adalah wisma, tetapi
mengusung
fasilitas
hotel
resident.fasilitas
yang
ditawarkan mirip dengan hotel pada waktu itu, namun dihuni dalam jangka waktu yang lama. Foto II.1.3.3.3Kondisi Wisma Atlet
Sumber : Dokumentasi pribadi
Orientasi
bangunan
ini
menghadap kearah Gelora Bung Karno, menghadap jalan pintu satu Senayan.Pemilihan orientasi pada waktu itu bukan karena fungsinya sebagai wisma atlet namun lebih untuk mengejar
12
kemudahan akses karena bangunan ini digunakan untuk tempat tinggal para karyawan asing. 2. Wisma atlet di GOR Ragunan Wisma atlet Ragunan merupakan tampat pembinaan dini yang diperuntukan kepada para atlet junior (SMP dan SMU) sebelum menjalani pembinaan lebih lanjut di asrama (asrama atlet Ragunan). Foto II.1.3.3.4 Tampak Wisma Atlet Ragunan
Sumber : Dokumentasi pribadi
Terdiri atas 3 lantai, dengan jumlah kamar sebagai berikut: •
Lantai 1
:
20 Kamar
Lantai 2
:
26 Kamar
Lantai 3
:
26 Kamar +
Jumlah
:
72 Kamar,
Kamar yang disewakan
:
17 Kamar sewa
Jumlah kamar untuk atlet
:
55 Kamar
Kamar yang disewakan pada umumnya terisi pada saat perlombaan, sehingga memungkinkan orang luar(atlet luar) dapat menginap. Berikut ini adalah denah dari wisma atlet: Gambar II.1.3.3.1Denah Wisma Atlet
13
Sesuai dengan pem mberian warrna pada dennah, dibawaah ini m merupakan bbeberapa fotto situasi padda wima atleet Ragunan yang t telah dikelom mpokan berddasarkan denngan pewarnnaan tersebutt. Foto II.1.3.3.5 I R. Meeting, M taman dan gerbang wisma w atlet
Ruang meeting/kelas hanya tterdapat di lantai l 1, deengan k kapasitas ruaang kurang lebih l adalahh untuk 50-60 0 orang. Foto II.1.3.3.6R. II TV V dan tangga
Suumber : Dokum mentasi pribadii
Ruang TV beradaa pada bagiaan depan, teepat di sam mping t tangga, di laantai 1 yangg bisa digunnakan bersaama oleh selluruh p penghuni wisma atlet. Taangga pada bbagian ini merupakan m taangga a akses utama yang memiliki 2 buah bordes, b kiri dan kanan untuk u m memudahkan n sirkulasi vertical penghhuni. Footo II.1.3.3.7La aundry, Dapurr dan Tangga Sirkulasi S
Gambar II.1.3.3.2Layo I ut kamar tidurr
14
Layout diatas merupakan layout typical kamar-kamar pada wisma atlet Ragunan, termasuk kamar yang disewakan.Pada wisma atlet Ragunan ini untuk setiap satu kamar tidur, ditempati oleh 2 – 4 atlet yang tentunya segender dan memiliki kesamaan dalam bidang olahraga yang ditekuni. Foto II.1.3.3.8 Kamar dan Kamar Mandi Comersil di Wisma Atlet Ragunan
Sumber : Dokumentasi pribadi
Gambar diatas merupakan foto dari kamar yang ditempati oleh atlet di wisma atlet Ragunan.Untuk yang dihuni lebih dari 2 orang, pada kamarnya digunakan ranjang susun atau kasur di bawah. Adapun fasilitas yang tersedia pada wisma atlet ragunan adalah kamar tidur, ruang serbaguna, klinik, lapangan Olah raga, Laundry, Musholla,WC bersama, parkir, sepeda. II.1.4 Kesimpulan Tinjauan Umum Setelah melewati beberapa penelusuran mengenai arti wisma atlet lewat studi literature dan studi banding. Berikut adalah kesimpulannya : •
Wisma Atlet mempunyai kelas yang lebih rendah dibanding dengan hotel
•
Sebuah bangunan wisma atlet perlu didampingi dengan fungsi banguan yang lain seperti hotel/apartemen sewat/ kantor guna mendukung biaya operasional bangunan saat tidak ada event-event olahraga. Biasanya yang menjadi dominan malah fungsi sampingannya ini (misal : hotel atlet century)
•
Wisma atlet per unitnya mempunyai kapasitas maximal 5 orang.
•
Sebagian olympic village setelah selesai event-event sebagian besar akan dijadikan apartemen dan sebagian lagi akan menjadi hotel.
15
•
Wisma atlet dilengkapi dengan sarana-sarana umum.
•
Atlet yang dilatih mempunyai pelatih/manager/staff
II.2 Tinjauan Khusus Topik Topik perancangan ini adalah "Sustainable Design" dan tema yang digunakan adalah mengenai penghawaan alami dan buatan pada wisma Atlet Senayan II.2.1 Pengertian Sustainable Design Menurut The Philosophy of Sustainable Design (Jason F. McLennan, 2004, p 4) Sustainable Design is a design philosophy that seek to maximize the quality of the built environment, while minimizing or eliminating negative impact to the natural environment. Tujuan dari sustainable adalah untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan juga responsive terhadap manusia. Yang harus diperhatikan berikutnya adalah meningkatkan kualitas dalam bangunan yang lebih baik untuk ditinggali dan digunakan oleh manusia. Dalam menerapkan sustainable design menurut Brundtland Commision sustainable design is meeting the needs of the present without compromising the needs of the future. Ternyata hal ini tidaklah cukup bagi Lennan, kalau berbicara tentang kualitas, itu berarti kita harus mengerti apa yang menjadi tujuan dari desain untuk membuat sesuatu yang bersifat fisik dapat memberi keuntungan bagi penghuninya. Bagian terakhir dari sustainable design adalah mengurangi bahkan menghapus dampak pada lingkungan.Apa yang menjadi krisis pada lingkungan sebenarnya sama dengan sesuatu yang harus diperhatikan pada desain bangunan.Harus ada yang namanya keseimbangan lainnya, tidak hanya dari sisi lingkungan tapi juga dari sisi social dan juga ekonomi. Gambar II.2.1.1 Element dari sustainable Design
Sumber : Daniel E. Williams, FAIA (Sustainable Design Ecology Architecture and Planning, 2007, p 15)
16
Istilah Green design ataupun sustainable design sudah mengalami penyatuan makna. Namun menurut sebuah buku yang berjudul Sustainable Design Ecology, Architecture, and Planning (Daniel E. Williams, 2007, p15). Green Design is an element of sustainable design. Ini artinya green design lebih ke arah praktis dari pembuatan bangunan, bagaimana mengintegrasikan iklim local dan sumber daya bangunan, membuat interior yang sehat, ruang dengan cahaya alami, daur ulang material yang langka. Lanjutnya Green buildings that efficiently use gridbased (nonrenewable) energi slow the energi and pollution crisis, but if the energisources powering these buildings are unsustainable, the design is not sustainable.Energi untuk menekan krisis dan polusi haruslah energi yang terbarukan dan mudah di dapat. Sustainable desain lebih inklusif daripada green design, tidak sebatas pengaplikasian material atau meminimalkan energi.Namun sustainable design lebih memikirkan bagaimana bangunan ini berjalan ke depannya, bertahan, berkembang dan bertahan hidup.Desain bangunan diharapkan seperti mahluk hidup yang.Memanfaatkan potensi-potensi alam yang ada di sekitar tapak adalah kunci dari sustainable design, bagaimana mengatur pola hubungan antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lainnya sehingga pengguna bisa merasakan kenyamanan. II.2.2 Prinsip-prinsip sustainable design Menurut Sustainable Design Ecology, Architecture, and Planning (Daniel E. Williams, 2007, 18-19) prinsip-prinsip dalam mendesain bangunan agar berkelanjutan antara lain: •
Connectivity: Design to reinforce the relationship between the project, the site, the community, and the ecology. Make minimal changes to the natural system functioning. Reinforce and steward those natural characteristics specific to the place.
•
Indigenous: Design with and for what has been resident and sustainable on the site for centuries.
•
Long life, loose fit: Design for future generations while reflecting past generations.
17
Mendesain sesuatu hasil karya arsitektur hendaknya memperhatikan apa
yang
menjadi
keterkaitan
amtara
tujuan
proyek,
lahan,
penghuni/pengguna, dan lingkungan. Minimalkan perubahan sistem lingkungan yang telah ada. Misalnya tetap mempertahankan vegetasi yang telah ada di sana seandainya perlu dihilangkan harus dipikir-pikir dengan matang-matang II.2.3 Hemat Energi dari sisi Penghawaan Efisiensi energi yang biasa juga disebut penghematan energi atau konservasi
energi
adalah
membatasi
atau
merubah
meminimalkan fungsi
penggunaan
bangunan,
energi
kenyamanan
tanpa
maupun
produktivitas penghuninya dengan memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir secara aktif (menurut Jimmy Priatman, Dimensi Teknik Arsitektur vol. 30 No.2, 2002, p167-175).Tanpa merubah fungsi bangunan, mungkin bisa digarisbawahi karena merupakan penerapan dari sustainable desain yang harus direncanakan dari awal.Credo form follow function harus bergeser menjadi form follows energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan berkurangnya
energi. biaya,
Penghematan serta
energi
meningkatkan
dapat
nilai
menyebabkan
lingkungan,
serta
kenyamanan. Menurut Ir. Bonifasius Heru Santoso Soemarno, M.App.Sc yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan bangunan hemat energi adalah bagaimana energi digunakan untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan dalam bangunan seperti untuk pendingin udara, pencahayaan, mekanikal, dan lain lain. Langkah berikutnya adalahmencari cara agar konsumsi energi dalam bangunan
dapat
dikurangi..Namun
mengingat
begitu
pentingnya
penghawaan buatan, sehingga meniadakan penghawaan buatan membuatnya tidak nyaman. Penghawaan alamiakan mengambil peran untuk pendinginan Menurut Ken Yeang (bioclimatic skyscraper, 1996, p113) ventilation means the supply of outdoor air to an indoor space. It is incorrect to define
18
ventilation simply as circulation of air within the space. If a room has no openings, theoretically, there is no ventilation. Penghawaan merupakan pertukaran antara udara luar dengan udara dalam ruangan.Hal ini bisa saja terjadi dengan menggunakan penghawaan buatan ataupun penghawaan alami.Namun penulis ingin menerapkan terusan dari konsep sustainable desain yaitu hemat energi. Kebutuhan energi untuk penghawaan buatan ternyata bisa mencapai 60-70% dari total biaya energi. Sasaran dari proyek ini adalah para atlet, dimana kebutuhan akan udara segar yang dominan serta kenyamanan suhu sangat perlu diperhatikan. Maka untuk menjaga keseimbangan ini pada ruang-ruang istirahat tetap menggunakan penghawaan buatan.Hal ini dimaksudkan agar para atlet yang menghuni bisa merasakan kenyamanan saat beristirahat secara maksimal. Penggunaan AC ternyata mempunyai beberapa efek buruk maupun efek baik, menurutJurnal Kesehatan Lingkungan Vol.1, No.2, Januari 2005. “Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternatif untuk mengganti ventilasi alami dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja, namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat nyaman bagi mikroorganisme untuk berbiak. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas udara dalam ruangan menurun dan dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan yang disebut sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building Syndrome (TBS)” Penggunaan AC terus-menerus dapat memicu munculnya Sick Building Syndrome, hal ini dikategorikan SBS bila hampir 30% sering mengalami gangguan kesehatan tanpa diketahui sebab yang jelas dan gangguan tersebut hilang dalam beberapa saat setelah keluar dari ruangan. Adapun gangguan pada hidung, mata, sakit kepala, badan lesu, sukar bernapas, dada sesak, bernapas dengan bersuara dan keluhan seperti demam, sakit otot dan sendi-sendi. II.2.4 Penghawaan Alami (Natural ventilation) Ventilasi alami baru bisa diterapkan di dalam bangunan apabila kualitas udara luar lebih baik dibanding dengan udara dalam. Untuk daerah
19
sekitar tapak menurut pemda DKI dan kementrian lingkungan hidup (2005) masih berada di batas aman Gambar II.2.4.1Kondisi NO2,NOx,SO2Daerah Senayan dan Bundaran HI
Batas Aman Sumber : Departemen Lingkungan Hidup (2005)
Dengan keterangan data di atas maka kemungkinan untuk melakukan penghawaan alami bisa dilakukan.Dengan kendaraan 1.5% dan kondisi udara sekitar tapak masih berada di posisi 63 % sampai batas polusi maka masih bisa bertahan jumlah udara di sekitar tapak hingga 25 tahun ke depan.Hal yang terpenting di dalam penghawaan alami adalah pergerakan angin.Angin menjadi begitu penting dalam mengalirkan udara.Kecepetan angin di daerah tropis basah umumnya rendah.Namun pada ketinggian tertentu tetap harus ada pertimbangan mengenai kecepatan angin.Menurut Ken Yeang kecepatan mulai terasa di wajah antara 1.6-3.3 dan bisa mengganggu bila di atas 5.4 m/s (bisa menyebabkan benda-benda ringan berterbangan).
20
II.2.5
Manfaat Penghawaan alami 1) Kenyamanan Thermal Arti dari kenyamanan thermal menurut Robert Mc Dowell thermal comfort is that condition of mind which expresses satisfaction with the thermal environment; it requires subjective evaluation. Ini artinya kenyamantan thermal sangat dipengaruhi oleh subjektifitas setiap orang masing-masing. Gambar II.2.5.1Skema Faktor-Faktor Kenyamanan Thermal
Sumber :Robert McDowall (Fundamental of HVAC System, 2008, p32-42)
Berdasarkan Robert McDowall (Fundamental of HVAC System, 2008, p32-42) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan suhu :
1. Aktivitas pengguna Tubuh akan terus melakukan metabolism dan menghasilkan panas yang akan terus dipancarkan. Kita memproduksi panas paling minimum pada saat kita tertidur. Berdasarkan aktivitas maka bisa di mulai dari duduk, berjalan, berlari maka akan meningkat produksi panasnya.
21
Tabel II.2.5.1Koefisien Metabolisme Terhadap Aktivitas Manusia (1 met =18.4Btu/h ft2])
Sumber : Robert McDowall (Fundamental of HVAC System, 2008, p32-42)
2. Jenis Pakaian Pakaian juga menentukan bagaimana melepaskan panas dari tubuh, seperti yang kita ketahui bila kita memakai pakaian yang bersifat insulator maka kita tetap bisa memakainya dengan nyaman pada suhu yang lebih rendah. Tabel II.2.5.2Daftar Insulation dari Jenis Pakaian (clo 0.88°Fft2h/Btu)
Sumber : Robert McDowall (Fundamental of HVAC System, 2008, p32-42)
3. Suhu udara Sangat sulit untuk menentukan suhu udara yang ideal bagi tubuh, karena suhu di kepala maupun di kaki akan mengalami perbedaan. Namun untuk daerah tropis suhu ideal tubuh berada di kisaran 24-28°C. 4. Radiasi suhu Panas yang ditularkan dari benda yang lebih panas ke benda yang dingin tidak dipengaruhi oleh ruang intervensi.Semua benda mempunyai koefisien dalam memancarkan radiasi panas. Dalam bangunan, lantai langit-langit, dinding hampir mempunyai suhu yang sama. Namun apabila seseorang sedang duduk dekat jendela akan terasa bagaimana panas terkonveksi lewat kaca.
22
5. Kelembaban •
Kelembaban rendah :indikasi dari kelembaban rendah adalah kulit kering dan mata kering.
•
Kelembaban tinggi : apabila konsentrasi air dalam udara begitu tinggi, secara teknis bisa hingga 100% pada 16°C.
6. Kecepatan udara Semakin tinggi kecepatan udara di atas tubuh maka akan semakin besar efek pendinginan, dan kecepatan minimal yang dibutuhkan sekitar 0.2m/s. Contoh kasus : •
Kondisi tanpa menggunakan AC Tidak ada yang bisa dipastikan dalam mengukur kenyamanan suhu ini, namun kita bisa mendapatkan range secara aman dengan berbagai pendekatan. Misalnya dengan aktivitas level antara 1-1.3, orang tidak berada langsung terkena matahari, kecepatan angin di bawah 40 fpm, memakai baju dengan koef pakaian 0.72. Untuk area hasil yang dapat diterima disebut comfort envelope. Suhu ruangan adalah suhu rata-rata di dekat benda yang memberi radiasi terbesar.Dan suhu bulanan di luar adalah suhu yang di tentukan setiap jamnya, data bisa didapat dari pemerintah lingkungan hidup atau badan meteorology di sekitarnya. Gambar II.2.5.2Hubungan antara udara luar dengan suhu ruangan
Sumber : Robert McDowall (Fundamental of HVAC System, 2008, p32-42)
23
Dari diagram di atas dapat dilihat kalau suhu bulanan pada 10°C adalah suhu minimum untuk membuat kenyamanan thermal. Contoh lainnya adalah untuk lokasi yang suhu bulanannya 20°C pada range 80% maka suhu yang dapat di terima adalah 21.6°C26.6°F. • Kondisi menggunakan ventilasi buatan Pengkondisian udara buatan dapat diklasifikasi menjadi 3 jenis : a) Kelas A high comfort, mempersempit kisaran menjadi <80% dan dalam hal ini tidak ada penghuni yang merasa tidak nyaman. b) Kelas B normal comfort, untuk kelas ini artinya 80% kisaran yang diterima dengan menyampingkan 10% c) Kelas C relaxed standard of comfort, untuk kelas ini artinya 80% kisaran dengan menyampingkan kenyamanan 20% Misalanya aktivitas 1-1.3, Koefisien pakaian 0.5-1.0 clo, Kecepatan udara dibawah 0.2 m/s, Tidak langsung berada tepat dengan matahari, dengan kelembaban 50%. Gambar II.2.5.3 Kenyamanan Thermal pada tropis lembab
Sumber : Dasar-dasar Arsitektur Ekologis (2007)
Sedangkan berdasarkan Heinz frick dalam bukunya dasardasar arsitektur ekologis untuk daerah tropis ada beberapa range area : • kelembaban 17.5-47.5 % pada suhu 21-27°C • Kelembaban 47.5-57.5 % pada suhu 21-25°C • Kelembaban 57.5-77.5 % pada suhu 21-23°C
24
Berdasarkan gambar di atas, dengan adanya pembayangan maka toleransi suhu bisa meningkat hingga 4°C.Jakarta termasuk dalam iklim tropis basah sehingg rata-rata kelembaban ada pada 76.5% jadi kenyamanan suhu untuk Jakarta berada bisa meluas antara 25-27°C. Menurut Tri Harso Karyono dalam bukunya Arsitektur Kemapanan Pendidikan Kenyamanan dan Penghematan energi menyatakan bahwa arsitektur tropis adalah rancangan spesifik suatu karya arsitektur yang mengarah pada pemecahan problematik iklim tropis seperti aspek kenyamanan visual dan kenyamanan suhu. Iklim tropis biasanya ditandai dengan curah hujan yang tinggi (+/- 3000 mm/tahun), kelembaban yang tinggi (+/- 90%), kecepatan angin relatif rendah ( dalam kota Jakarta rata-rata dibawah 5 m/s), tekanan udaranya rendah dan suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya suhu udara antara 18 - 35°C, dan radiasi matahari yang menyengat (1500 – 2500 kWh/m2/tahun . Menurut penelitian kenyamanan suhu yang dilakukan di daerah iklim tropis basah, seperti halnya Mom dan Wiesebron [13,14] di Bandung, Webb [15], Ellis [16,17], de Dear [18,19,20] di Singapore, Busch [21] di Bangkok, Ballantyne [22,23] di Port Moresby, kemudian Karyono [24] di Jakarta, memperlihatkan rentang suhu antara 24 – 300C yang dianggap nyaman bagi manusia yang berdiam pada daerah iklim tersebut [25]. Sementara dalam buku Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi
pada Bangunan Gedung yang
diterbitkan oleh Yayasan LPMB – PU [26] dinyatakan bahwa suhu nyaman untuk orang Indonesia adalah : -
Sejuk nyaman antara 20.5 – 22.80C ET (suhu efektif)
-
Suhu nyaman optimal antara 22.8 – 25.80C ET
-
Hangat nyaman antara 25.8 – 27.10C ET
25
Menurut penelitian Karyono di Jakarta memperlihatkan angka suhu nyaman optimal pada 25.30C Teq (suhu ekuivalen), dimana sekitar 95% responden diperkirakan nyaman. Suhu nyaman (sejuk nyaman
–hangat
nyaman)
adalah
antara
23.6
-
27.00C
Teq.Seandainya digunakan parameter lain, suhu udara (Ta) sebagai unit skala suhu, suhu nyaman optimal (netral) tersebut menjadi 26.70CTa, sedangkan rentang antara sejuk nyaman – hangat nyaman adalah 25.1 – 28.30C. Apabila tidak mencapai kondisi ideal seperti tampak pada diagram .ada hal-hal yang perlu diperhatikan untuk setidaknya mendekati tingkat kenyamanan maksimum : • Peningkatan kecepatan udara Kecepatan udara bisa mempercepat proses pendingian bila kecepatannya
antara
0.8-1m/s
bisa
menurunkan
hingga
2.8°C..misalnya suhu yang bisa diterima antara 21.6-26.6°C maka kisarannya bisa diperluas hingga 21.6-29.4°C. • Vertical perbedaan suhu Antara kaki dan kepala terjadi perbedaan suhu, udara hangat umumnya
cenderung
naik
sehingga
kepala
terasa
lebih
hangat.Toleransi antara kepala dan kaki adalah 2.8°C. • Suhu permukaan lantai Suhu permukaan lantai yang normal untuk iklim tropis basah antara 18.9-28.9°C(10°C)untuk orang yang memakai sepatu dan tidak duduk di lantai. • Suhu perubahan siklik Fluktuasi suhu harus berkisar antara 1.1°F agar tidak terjadi perubahan
suhu
yang
signifikan
yang
akan
mengurangi
kenyamanan dari pengghuna. • Radiasi variasi suhu Orang terbiasa dengan dinding yang hangat, tapi bila dengan langitlangit yang panas biasanya orang tidak begitu nyaman, batas amannya adalah 8.4°C dari kisaran suhu yang telah dihitung
26
2) Penghawaan alami sebagai supply udara segar Suatu penetlitian mengatakan dengan natural ventilasi suhu dari 30.5°C bisa turun sampai 21.5°C dengan asupan udara segar hingga 0.14-1.5m3.
Untuk kasus wisma atlet ini karena aktivitas di dalam bangunan pada umumnya berupa aktivitas pasif atau istirahat, jadi bisa disamakan kebutuhan udara segarnya sama dengan kamar tidur atau apartemen. Menurut Christina, untuk iklim tropis lembab dengan kecepatan yang rendah dan tidak menentu, maka ACH yang dibutuhkan adalah 30. Dengan bukaan minimal adalah 40% dari luas lantai. Kedalaman maksimal ruang adalah 2,5 tinggi lantai. 3) Pendinginan struktur Struktur secara pasif akan menyerap panas, namun lambat dalam melepaskan panas. Dengan adanyaventilasi maka bagian dalam maupun
luar
struktur
bisa
mengalami
pendinginan
dengan
mempercepat penguapan pada bidang struktur. Dengan adanya pergerakan udara (angin) maka dapat membantu proses pendinginan struktur. Tabel II.2.5.3Tabel Konduktivitas Bahan Material
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007 p100
II.2.6 Cara menjaga angin dan suhu bangunan. Meskipun mempergunakan penghawaan alami namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana supaya bangunan tidak menyimpan panas
27
berlebih yang mempunyai akibat dengan
bertambahnya kerja AC.
Bertambahnya kerja AC tentunya akan menambah jumlah energi yang dibutuhkan. 1) Vertical Landscaping Menurut Nyuk Hien Wond dan Yu Chen (Tropical urban heat islands climate, buildings and greenery, 2009, p204)
dibandingkan
dengan green roof , vertically landscape lebih bisa melindungi bidangbidang keras terutama pada bangunan-bangunan high-rise. Selain melindungi secara fisik, hal ini mempunyai manfaat lebih terhadap suhu, visual, akustik dan juga meningkatkan kualitas udara.Ini bukanlah hal yang baru.Berbicara tentang vertical landscape bukan hanya bicara tentang tumbuhan yang merambat, namun bisa menggunakan box tanaman. Menurut Ken Yeang (2007) dengan memperluas area vegetasi hingga 10% maka bisa menghemat sampai 8 % biaya pendinginan.Media untuk medium-rise dan low-rise biasanya menggunakan pot tanaman atau roof garden. Pot tanaman bisa mempunyai ukuran dengan kedalaman hingga 60 cm dan angka ini dinilai cukup dengan perkiraan akar tanaman hanya 3040 cm. Penempatan vertical landscaping ini bisa pada sky court ataupun di balkon-balokn dari bangunan. Gambar II.2.6.1 JA Tower kuala lumpur dengan skycourt dan vertical landscape
Sumber : Ken Yeang, Bioclimatically Skyscraper
Adapun tujuan dari vertical landscape ini adalah 1
Pemecah angin
2
Penyerap CO2 dan CO dan menghasilkan O2(fotosintesis)
28
3
Meningkatkan ekosistem dalam tapak
4
Pendingin yang efektif
5
Penahan Bising dan bau Menurut penelitan dari Nyuk Hien Wond dan Yu Chen (Tropical
urban heat islands climate, buildings and greenery, 2009, p204), tanaman bisa menurunkan tingkat radiasi pada kulit bangunan. Gambar II.2.6.2Radiasi Matahari Pada Sisi Selatan Bangunan
Gambar II.2.6.3 Radiasi Matahari Pada Sisi Utara Bangunan
Sumber :Nyuk Hien Wong, Yu Chen, Tropical urban heat islands climate, buildings and greenery (2009, p207-225)
Dari data di atas terlihat penurunan tingkat radiasi yang cukup tinggi.Berikut adalah gambar mengenai perubahan suhu yang terjadi akibat vertical landscaping. Gambar II.2.6.4 Titik Sampling Percobaan
29
Sumber :Nyuk Hien Wong, Yu Chen, Tropical urban heat islands climate, buildings and greenery (2009, p207-225) Gambar II.2.6.5Suhu Pada Sisi Selatan
Gambar II.2.6.6Suhu Pada Sisi Utara
Gambar II.2.6.7 Hubungan antara suhu bidang, udara dan kelembaban dengan/tanpa pohon
Sumber :Nyuk Hien Wong, Yu Chen, Tropical urban heat islands climate, buildings and greenery (2009, p207-225)
Data di atas adalah pada dinding yang menghadap ke arah utara dan selatan berhasil menurunkan angka radiasi.Berikut ini adalah bagaimana vegetasi berada pada sisi barat bangunan.
30
Gambar II.2.6.8 Perbandingan Suhu Surface (Barat) dengan/tanpa Pohon 1-15 November 2005
Gambar II.2.6.9 Perbandingan Suhu Surface (Barat) dengan/tanpa Pohon 15-30 November 2005
Sumber :Nyuk Hien Wong, Yu Chen, Tropical urban heat islands climate, buildings and greenery (2009, p207-225)
Dilihat dari berbagai data di atas dapat disimpulkan vertical landscape mampu mereduksi radiasi hingga 80-90% dengan nilai minimal penurunan suhu 1°C. Menurut Bapak Tri Harso Karyono (Pohon sebagai penyejuk dan pembersih udara kota,dimensi arsitektur, , vol 10, No.1, Januari 2002, p62-65)Pohon di sekeliling bangunan mampu menurunkan suhu udara sekitar hamper 3° C dan penggunaan AC berkurang sekitar 30% karena secara teori penurunan sekitar 1°C setara dengan pengurangan energi 10 %. Hal ini dapat terjadi apabila terdapat ruang terbuka di sekitar bangunan yang ditanami pohon pelindung, jalan masuk kendaraaan serta halaman parkir terlindung dari radiasi matahari.Vertical landscape bisa menjadi sesuatu masukan yang berarti bagi penulis untuk menerapkannya dalam desain.
31
Gambar II.2.6.10Alternatif Vertical Landscape
Sumber : Bioclimatically Skyscraper&Tropical urban heat islands climate, buildings and greenery
Walaupun belum banyak digunakan di negara Singapura, namun melihat ada kemiripin sedikit dengan kota Jakarta (singapura 1°LS, Indonesia 6°LS) mungkin bisa diterapkan karena kesamaan iklim. 2) Aliran udara Udara yang bergerak kita sebut angin.Udara dingin mempunyai kepadatan lebih tinggi dibandingkan dengan udara panas, dan udara dingin lebih berat daripada udara panas.Udara mengalir dari tekanan yang tinggi menuju tekanan yang rendah.Untuk iklim tropis basah kecepatan udara tidaklah terlalu cepat, namun bukan berarti udara tidak dapat
digunakan.Perlu
adanya
pemaksimalan
pergerakan
udara.Kecepatan angin paling cepat adalah saat berada di puncak. Gambar II.2.6.11Sifat Angin dari tekanan tinggi mengalir ke tekanan rendah
32
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007
Tanaman sangat efektif dalam memberi pembayangan dan juga membantu mengurangi panas yang diterima. Tanaman juga menyerap radiasi
dalam
proses
fotosintesis
yang
akhirnya
menyebabkan
lingkungan menjadi dingin. Udara dingin mempunyai kepadatan dan massa yang lebih dibanding udara panas. Hal ini dapat meningkatkan kecepatan angin.Ini yang menyebabkan di sekitar pohon kita merasa lebih sejuk.
Gambar II.2.6.12Fungsi Pohon terhadap Aliran Udara
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007
33
Tanaman juga mampu meningkatkan, menurunkan dan juga mengarahkan aliran udara Dengan membuka hubungan antara udara bertekanan tinggi dengan udara bertekanan rendah akan sangat membantu penghawaan alami. Dalam iklim tropis basah penghawaan alami sangatlah berguna, perpanjangan pada elemen bangunan bisa membuat angin mempunyai arah misalnya pada overstack ataupun bentuk atap. Gambar II.2.6.13Perputaran Angin dalam Ruangan
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007
Selain itu penghawaan alami butuh yang namanya inlet dan outlet sehingga baru bisa dinamakan pengudaraan.Sebisa mungkin outlet harus lebih besar daripada inlet agar terjadi pertukaran dan udara akhirnya mengalir. Gambar II.2.6.14Variasi Sirip pada Inlet dan Outlet
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007
Mengubah posisi outlet pada bangunan tidak akan mengubah kecepatan angin, namun mengubah posisi inlet pada bangunan dapat mengubah arah angin dalam ruangan Gambar II.2.6.15 Perubahan Posisi Inlet dan outlet terhadapa sirkulasi dalam ruangan
34
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007
Overhang dari sebuah atap bisa membantu tekanan angin di depan sehingga udara mengalir ke dalam ruangan Gambar II.2.6.16Pengumpulan Tekanan Udara Untuk Menekan Angin
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007 Gambar II.2.6.17Efek CanopyPada Pola Angin
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007
Canopy pada jendela sebenarnya memberi efek buruk pada jalannya udara karena akan terbagi. Sebaiknya kanopi panjang (untuk
35
menghindari radiasi) tapi juga lebih dekat ke atas bangunan (agar tidak terbagi lebih banyak udaranya.
3) Menahan dan melepaskan radiasi Untuk daerah beriklim tropis harus meminimalkan jumlah panas yang didapat secara langsung maupun karena pantulan dari lingkungan sekitar.Area terkena panas harus lebih sedikit, itu artinya lebih baik membangun secara vertical daripada horizontal. Gambar II.2.6.18Hubungan Antara Luas Dan Radiasi
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007
1) Reflecting pool Air pada umumnya mempunyai kemampuan untuk menguap yang tinggi. Jika air menguap dan dialirkan oleh angin maka akan menyebabkan udara menjadi lebih dingin. Air lebih mudah menyerap panas sehingga tidak langsung di pantulkan seperti pada beton Gambar II.2.6.19Air bisa digunakan untuk menyerap panas
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007
36
2) Teras Pembayangan dari beranda atau balkon yang ada pada bangunanbisa menahan panas yang masuk pada saat siang dan juga menahan udara dingin pada saat malam hari. Gambar II.2.6.20Air bisa digunakan untuk menyerap panas
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007
3) Skylight tak langsung Skylight untuk memasukkan cahaya sangat baik, namun akan lebih baik bila radiasi panasnya tidak langsung. Gambar II.2.6.21Alternatif Skylight untuk mengurangi radiasi
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007
4) Selubung bangunan
37
Sun shading bisa untuk meradiasi panas dan juga bisa menghambat angin megalir masuk ke dalam bangunan.karena kita berada di bagian selatan, untuk sisi utara lebih baik menggunakan horizontal. Gambar II.2.6.22 Variasi shading
Sumber : Norbert Lechner – Heating, Cooling, Lighting
Pada umumnya setiap kaca akan memantulkan, mentransfer dan juga menyerap panas yang diterimanya. Gambar II.2.6.23Penyerapan, pemantulan, dan pentransferan
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007
Macam-macam jenis kaca, antara lain : •
Transparan
•
Material padat tembus cahaya
•
Materi gabungan dengan rongga Tabel II.2.6.1Hubungan Material, Cahaya dan Radiasi
38
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007
5)
Bangunan Aerodinamis Bentuk bangunan yang aerodinamis juga memungkin kan udara untuk tidak terpantul dan bisa mengaliri façade bangunan secara menyeluru. Menurut Ken Yeang (bioclimatic skyscraper, 1996) bangunan yang aerodinamis tanpa bentuk-bentuk patahan yang berarti dapa mengalirkan udara untuk mendinginkan suhu luar bangunan. Gambar II.2.6.24Benda Aerodinamis membuat udara mengalir ke seluruh gedungtanpa dipantulkan
39
Sumber : Arvind K. Nick B, Climate Responsive Architecture 2007
Dengan udara yang mengalir ke seluruh bangunan maka panas pada muka bangunan dapat terangkat. II.2.7 Kesimpulan Tinjauan Khusus •
Sustainable lebih mengarah kepada perilaku pasif dari bangunan (dari sistem program ruang & bentuk bangunan)
•
Tujuan dari Sustainable adalah untuk menghemat energi yang dibutuhkan
•
Penghawaan menempati angka 60-70% dari total energi yang dibutuhkan, oleh karena itu perlu adanya penghematan
•
Penghematan dilakukan dengan cara menekan jumlah kebutuhan penghawaan buatan dan digantikan dengan penghawaan alami
•
Penghawaan buatan hanya pada bagian/ ruang untuk beristirahan, dan optimalisasi penghawaan alami bisa pada koridor, lobby, WC, tangga darurat
•
Cara melakukan penghawaan alami antara lain dengan cross ventilation. Menyiapkan bukaan dengan melihat arah angin yang dominan
•
Manfaat dari Penghawaan alami, menjaga kenyamanan termal, menyuplai udara segar, dan mendinginkan struktur dalam dan juga luar
•
Kecepatan angin pada daerah tinggi perlu diperhatikan, dapat dipecah dengan cara vertical landscape
•
Untuk menekan angka penghawaan buatan, maka ruangan harus diminimalkan dalam menerima radiasi. Cara-caranya antara lain dengan vertical landscape, reflecting pool, cross ventilation, memilih material yang tepat, dan bentuk bangunan yang aerodinamis.
II.3
Kesimpulan Tinjauan Umum dan Tinjauan Khusus •
Wisma atlet harus bisa menghemat energi yang diperlukan dalam operasional terutama dalam hal penghawaan yang mempunyai bobot hingga 70%.
•
Cara menekan penghawaan buatan adalah dengan meningkatkan penghawaan alami
40
•
Optimalisasi penghawaan alami bisa pada daerah-daerah yang mempunyai fungsi sebagai publik area yang bersifat service. Namun perlu tetap memperhatikan factor kenyamanan thermal.
•
Hal yang perlu diperhatikan adalah kecepatan angin mengingat bangunan ini termasuk medium-rise, cara-cara meminimalkan radiasi yang diterima oleh bangunan agar beban pendinginan tidak terlalu berat
•
Hampir semua bangunan Olympic village setelah acara selesai maka akan dijadikan unit hunian atau apartemen
•
Atlet village selalu dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung seperti kesehatan, restoran, dan shopping centre
•
Umumnya atlet telah dikarantina minimal 1 bulan sebelum olimpiade berlangsung hingga 2 tahun
•
Biasanya untuk atlet Olympic dan Paralympic (cacat) ada perbedaan kawasan atau gedung
•
Untuk wisma atlet perkamarnya maksimal sampai dengan 5 orang.
•
Penempatan unit-unit kamar seperti apartemen (wisma Fajar) dirasa kurang cocok, karena untuk menyatukan 15 orang dalam 1 unit dirasa kurang bijaksana mengingat jenis karakter setiap manusia berbeda-beda. Akan lebih baik bila dibagi-bagi ke unit yang lebih kecil, dengan konsekuensi kebutuhan ruang lebih tinggi, namun kenyamanan dan privasi setiap atlet lebih tinggi (konsentrasi lebih fokus
•
Mempunyai ruang berkumpul bersama atau bisa disebut ruang serbaguna.
•
Hampir semuanya mempunyai kamar mandi dalam untuk menjaga privasi dan kelasnya adalah internasional
•
Ruang cuci per unit tampaknya tidak perlu, bisa digantikan dengan fungsi Laundry. Sehingga bisa menghemat luasan kebutuhan
•
Tangga pada wisma ragunan mempunyai tinggi hingga 20 cm
•
Ruang-ruang yang menggunakan ac pada kamar tidur. Untuk wc, ruang bersama dan koridor tidak menggunakan ac. Begitu juga dengan wisma fajar, sekalipun mempunyai tingi hingga 10 lantai namun tetap memberikan potensi pengguna untuk dapat mendapatkan
penghawaan
alami.
41