BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Umum Perkembangan penduduk di kota-kota besar sangat bertolak belakang dengan ketersediannya lahan dan fungsi hunian di tengah kota. Sebagai ibukota, Jakarta sudah sepatutnya dapat memenuhi kebutuhan dan penunjang aktifitas masyarakatnya tetapi kenyataan yang ada dengan padatnya aktifitas di Ibukota membuat keadaan menjadi kurang nyaman dan tidak teratur sehingga banyak kalangan sosio menengah dan menengah keatas lebih memilih hunian yang berada di sub urban sehingga memberi pilihan mereka untuk menjalankan aktifitas utama mereka di tengah kota dengan moda transportasi pribadi, sehingga menciptakan kemacetan, kepadatan dan kebisingan. Perlunya hunian dengan fasilitas memadai yang dapat menunjang kebutuhan mereka di tengah kota dapat menjadi solusi bagi masyarakat urban. II.1.1 Definisi Apartemen Menurut kamus umum bahasa Indonesia, Apartemen adalah bangunan bertingkat yang terdiri dari beberapa kamar yang diperuntukan untuk tempat tinggal dan biasanya mempunyai beberapa jenis semacam itu. Sedangkan menurut sumber buku Joseph De Chiara & John Hancock Callender Time Server Standart Mc Grow Hill, 1968, For Building Type NY Sebuah unit tempat tinggal yang terdiri dari Kamar Tidur, Kamar Mandi, Ruang Tamu, Dapur, Ruang Santai yang berada pada satu lantai bangunan vertikal yang terbagi dalam beberapa unit tempat tinggal. Apartemen adalah ruang atau beberapa ruang yang dirancang sebagai tempat tinggal dimana satu atau beberapa ruangannya sama dalam satu gedung, definisi apartemen tersebut berdasarkan Dictionary of Architecture and Cunstruction, 1975. Jadi, apartemen adalah sebuah unit perumahan dengan kebutuhan ruang sama yang tersusun vertikal dalam satu bangunan tinggi. Gambar 2.1 Contoh Apartemen
Gambar 2.2 Contoh Apartemen
(Sumber : Google Images) II.1.2 Klasifikasi Apartemen Apartemen memiliki klasifikasinya sendiri yang membedakan penghuni, fungsi, letak, sasaran, kepemilikan itu sendiri, dan pengaplikasian apartemen adalah sebagai berikut :
II.1.2A Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Tipe Pengelolaan Berdasarkan tipe pengelolaannya, terdapat tiga jenis apartemen (Akmal, 2007), yaitu : • Serviced Apartemen Apartemen yang dikelola secara menyeluruh oleh manajemen tertentu, biasanya menyerupai cara pengelolaan sebuah hotel, yaitu penghuni mendapatkan pelayanan ala hotel bintang lima, misalnya unit berperabotan lengkap, housekeeping, layanan kamar, laundry, business centre. • Apartemen Perseorangan (Condominium) Apartemen ini biasanya apartemen yang mewah. Dimana apartemen tersebut dapat dimiliki menjadi milik perseorangan. Dimana untuk biaya perawatan dan pelayanan, mereka membayar kepada pengelola apartemen. • Apartemen Milik Bersama (cooperatif) Tipe apartemen ini biasanya dimiliki oleh semua penghuni yang ada di dalam apartemen tersebut. Sehingga mulai dari perawatan, tanggung jawab dan pelayanan semua menjadi tanggung jawab dari penghuni yang tinggal di dalam apartemen tersebut.
II.1.2B Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Lokasi Apartemen dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. City Apartemen Apartement yang berlokasi di daerah perkotaan b. Airport Apartemen Apartemen yang terletak di daerah Bandar udara c. Sub Urban Apartemen Apartemen yang berlokasi di daerah Sub Urban d. Semi Residential Apartemen Apartemen yang berlokasi di daerah pegunungan, pantai, tepi danau dan sebagainya. Inipun terdiri dari beberapa variasi misalnya: Beach Apartemen, Mountain Apartemen.
II.1.2C Klasifikasi Apartemen berdasarkan Jenis dan Besar Bangunan Jika berdasarkan jenis dan besarnya bangunan (Akmal, 2007), apartemen terdiri atas : •
Garden Apartemen Bangunan apartemen dua sampai empat lantai. Apartemen memiliki halaman dan taman disekitar bangunan. Apartemen ini sangat cocok untuk keluarga inti yang memiliki anak kecil karena anak-anak dapat mudah mencapai taman. Biasanya untuk golongan menengah keatas.
•
Walked-Up Apartemen Bangunan apartemen yang terdiri atas tiga sampai dengan enam lantai. Apartemen ini kadang-kadang memiliki lift, tetapi bias juga tidak. Jenis apartemen ini disukai oleh keluarga yang lebih besar (keluarga ini ditambah orang tua). Gedung apartemen hanya terdiri atas dua atau tiga unit apartemen. • Low Rise Apartment Apartemen dengan Ketinggian bangunan kurang dari tujuh lantai dan menggunakan tangga sebagai alat transportasi vertical. Biasanya untuk golongan menengah kebawah. • Medium Rise Apartment Bangunan apartemen yang terdiri dari tujuh sampai dengan sepuluh lantai. Jenis apartemen ini lebih sering dibangun dikota satelit. • High Rise Apartment Bangunan apartemen yang terdiri atas lebih dari sepuluh lantai. Dilengkapi area parker bawah tanag, system keamanan dan servis penuh. Struktur apartemen
lebih kompleks sehingga desain unit apartemen cenderung standar. Jenis ini banyak dibangun dipusat kota.
II.1.2D Klasifikasi Apartemen berdasarkan Tipe Unit Klasifikasi pada apartemen berdasarkan tipe unitnya ada empat (Akmal,2007), yaitu : • Studio Unit apartmen yang hanya memiliki satu ruang. Ruang ini sifatnya multifungsi sebagai ruang duduk, kamar tidur dan dapur yang semula terbuka tanpa partisi. Satu-satunya ruang yang terpisah biasanya hanya kamar mandi. Apartemen tipe studio relatif kecil. Tipe ini sesuai dihuni oleh satu orang atau pasangan tanpa anak. Luas minimal 20-35 m2. • Apartemen 1, 2, 3 Kamar / Apartemen Keluarga Pembagian ruang apartemen ini mirip rumah biasa. Memiliki kamar tidur terpisah serta ruang duduk, ruang makan, dapur yang bias terbuka dalam satu ruang atau terpisah. Luas apartemen ini sangat beragam tergantung ruang yang dimiliki serta jumlah kamarnya. Luas minimal untuk satu kamar tidur adalah 25 m2, 2 kamar tidur 30 m2, 3 kamar tidur 85 m2, dan 4 kamar tidur 140 m2. • Loft Loft adalah bangunan bekas gudang atau pabrik yang kemudian dialihfungsikan sebagai apartemen. Caranya adalah dengan menyekat-nyekat bangunan besar ini menjadi beberapa hunian. Keunikan apartemen adalah biasanya memiliki ruang yang tinggi, mezzanine atau dua lantai dalam satu unit. Bentuk bangunannya pun cenderung berpenampilan industrial. Tetapi, beberapa pengembang kini menggunakan istilah loft untuk apartemen dengan mezzanine atau dua lantai tetapi dalam bangunan yang baru. Sesungguhnya ini salah kaprah karena kekhasan loft justru pada konsep bangunan bekas pabrik dan gudangnya. • Penthouse Unit hunian ini berada dilantai paling atas sebuah bangunan apartemen. Luasnya lebih besar daripada unit-unit di bawahnya. Bahkan, kadang-kadang satu lantai hanya ada satu atau dua unit saja. Selain lebih mewah, penthouse juga sangat privat karena memiliki lifty khusus untuk penghuninya. Luas minimumnya adalah 300 m2.
II.1.2E Klasifikasi Apartemen berdasarkan Tujuan Pembangunan Berdasarkan tuuan dari pembangunannya suatu apartemen terbagi menjadi tiga (Akmal, 2007), yaitu : • Komersial Apartemen yang hanya ditujukan untuk bisnis komersial yang mengejar keuntungan atau profit. • Umum Apartemen yang ditujukan untuk semua lapisan masyarakat, akan tetapi biasanya hanya dihuni oleh lapisan masyarakat kalangan menengah kebawah. • Khusus Apartemen yang hanya dipakai oleh kalangan tertentu saja, dan biasanya dimiliki suatu perusahaan atau instansi yang dipergunakan oleh para pegawai maupun tamu yang berhubungan dengan pekerjaan.
II.1.2F Klasifikasi Apartemen berdasarkan Golongan Sosial Berdasarkan golongan sosial (Savitri & Ignatius & Budiharjo & Anwar & Rahwidyasa, 2007) pada pembangunan apartemen, dibagi menjadi empat yaitu : • Apartemen Sederhana • Apartemen Menengah • Apartemen Mewah • Apartemen Super Mewah Yang membedakan keempat tipe diatas adalah fasilitas yang terdapat dalam apartemen tersebut. Semakin lengkap fasilitas dalam sebuah apartemen, maka semakin mewah apartemen tersebut. Pemilihan bahan bangunan dan system apartemen juga berpengaruh. Semakin baik kualitas material dan semakin banyak pelayannya, semakin mewah apartemen tersebut.
II.1.2G Klasifikasi Apartemen berdasarkan Penghuni Pengklasifikasian yang berdasarkan penghuni
(Savitri & Ignatius & Budiharjo &
Anwar & Rahwidyasa, 2007), jenis apartemen dibagi menjadi empat, yaitu : •
Apartemen Keluarga
Apartemen ini dihuni oleh keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anaknya. terdiri dari 2 hingga 4 kamar tidur, belum termasuk kamar tidur pembantu yang tidak selalu ada. Biasanya dilengkapi dengan balkon untuk interaksi dengan dunia luar. •
Apartemen Lajang
Apartemen ini dihuni oleh pria atau wanita yang belum menikah dan biasanya tinggal bersama teman. Mereka menggunakan apartemen sebagai tempat tinggal, bekerja, dan beraktivitas lain diluar jam kerja. •
Apartemen Bisnis / Ekspatrial
Apartemen ini digunakan oleh para pengusaha untuk bekerja karena mereka telah mempunyai hunian sendiri diluar apartemen ini. Biasanya terletak dekat dengan tempat kerja sehingga member kemudahan bagi pengusaha untuk mengontrol pekerjaannya. •
Apartemen Manula
Apartemen ini merupakan suatu hal yang baru di Indonesia, bahkan bisa dibilang tidak ada meskipun sudah menjadi sebuah kebutuhan. Diluar negeri seperti Amerika, Cina, Jepang dan lain-lain, telah banyak ditemui apartemen untuk hunian manusia usia lanjut. Desain apartemen disesuaikan dengan kondisi fisik para manula dan mengakomodasi manula dengan alat bantu jalan.
II.1.2H Klasifikasi Apartemen berdasarkan Kepemilikan Pengklasifikasian jenis apartemen yang berdasarkan pada kepemilikan (Chiara, 1986) yaitu : •
Apartemen Sewa
Pemilik membangun dan membiayai oprasi serta perawatan bangunan, penghuni membayar uang sewa selama jangka waktu tertentu. •
Apartemen Kondominium
Penghuni dan pengelola unit yang menjadu haknya, tidak ada batasan bagi penghuni intuk menjual kembali atau menyewakan unit miliknya. Penghuni biasanya membayar uang pengelolaan ruang bersama yang dikelola oleh gedung. •
Apartemen Koprasi
Apartemen dimiliki oleh koprasi, penghuni memiliki saham disalamnya sesuai dengan unit yang ditempatinya. Bila penghuni pindah, ia dapat menjual sahamnya
kepada koprasi atau salon penghuni baru dengan persetujuan koprasi. Biaya operasional dan pemeliharaan ditanggung oleh koprasi.
II.1.2I Klasifikasi Apartemen berdasarkan Pelayanannya Pengklasifikasian apartemen yang berdasarkan pada pelayanannya (Chiara, 1986), dibagi menjadi empat, yaitu: •
Apartemen Fully Service
Apartemen yang menyediakan layanan standar hotel bagi penghuninya, seperti laundry, catering, kebersihan dan sebagainya. •
Apartemen Fully Furnished
Apartemen yang menyediakan furniture atau perabotan dalam unit apartemen. •
Apartemen Fully Furnished and Fully Service
Gabungan kedua diatas. •
Apartemen Building Only
Apartemen yang tidak menyediakan layanan ruang atau furniture. II.1.2J Klasifikasi Apartemen berdasarkan Jumlah lantai per Unit Pengklasifikasian apartemen yang berdasarkan jumlah lantai per unitnya (Chiara, 1986), yaitu: •
Simpleks
Apartemen yang selurug ruangannya terdapat dalam satu lantai •
Dupleks
Apartemen yang ruangannya terdapat dalam dua lantai •
Tripleks
Apartemen yang ruangannya terdapat dalam tiga lantai.
II.1.2K Prospek Apartemen Pusat studi properti Indonesia (PSPI) memperkirakan, dalam tahun terakhir permintaan apartemen, cenderung bertumbuh luar biasa. Permintaan atas apartemen ini disebabkan oleh : a. Suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang cenderung turun, dan bunga deposito yang tak lagi menaik, langsung berimbas ke penjualan properti, terutama untuk kelas menengah atas. (Sumber: Suara Merdeka, 1 Maret 2008)
b. Trend bermukim di apartemen, kebanyakan para kalangan eksekutif mencari tempat tinggal yang dekat dengan tempatnya bekerja. Apartemen yang berada pada pusat bisnis akan menjadi pilihan mereka. (Sumber: Kosmopolitan On-Line 2008) c. Gaya hidup modern, (young urban people profesional’s) yang lebih dikenal dengan eksekutif muda atau professional muda akan lebih banyak memilih tinggal di apartemen dengan alasan lebih praktis dan efisien dari segi hemat waktu, biaya dan faktor kedekatan dengan tempat kerja mereka.
II.1.3 Definisi Ruang Komunal / Communal Space Menurut (Shirvani, 1985), definisi dari ruang komunal adalah ruang tempat untuk berkumpul, bersosialisasi antar penghuni, tempat bermain anak, dan tempat untuk melakukan aktifitas-aktifitas publik lainnya. Ruang terbuka menyangkut semua landscape, elemen keras (hardscape) yang meliputi jalan, pedestrian, taman-taman dan ruang rekreasi di lingkungan perkotaan (Shirvani, 1985). Sedangkan Prinz (1980) menyatakan ruang terbuka merupakan pembentuk struktur dasar sketsa sebuah kota. Ruang terbuka dapat berupa tempat-tempat di tengah kota, jalan-jalan, tempat-tempat belanja (mall) dan taman-taman kecil. Simpulan yang bisa ditarik dari beberapa pengertian ruang terbuka (openspace) adalah ruang yang terbentuk, berupa softscape dan hardscape, dengan kepemilikan privat maupun publik untuk melakukan aktivitas bersama (komunal) dalam konteks perkotaan. Secara garis besar tipologi ruang terbuka adalah park (taman), square (lapangan), water front (area yang berbatasan air), street (jalan) dan lost space. Sedangkan ruang publik merupakan suatu lokasi yang didesain (walau hanya minimal) dimana siapa saja mempunyai hak untuk dapat mengaksesnya, interaksi diantara individu didalamnya tidak terencana dan tanpa kecuali dan tingkah laku para pelaku didalamnya merupakan subyek tidak lain dari norma sosial kemasyarakatan. Sebuah ruang publik/ruang terbuka dapat dikatakan dapat berfungsi secara optimal ketika bisa memenuhi aspek/kaidah seperti etika (kesusilaan), fungsional (kebenaran) dan estetika/keindahan (Jokomono, 2004) Aspek etika mengandung pengertian tentang bagaimana sebuah ruang publik dapat ‘diterima’ keberadaannya dan citra positif seperti apa yang ingin dimunculkan yang senantiasa melekat dengan keberadaan ruang publik tersebut. Aspek fungsional setidaknya
terdapat tiga faktor yang terkandung, yakni sosial, ekonomi dan lingkungan. Faktor sosial merupakan syarat utama menghidupkan ruang publik, terdapat orang berkumpul dan terjadi interaksi. Selain sosial juga terdapat faktor lingkungan dimana ligkungan yang nyaman mampu menjadi daya tarik bagi orang untuk masuk didalamnya. Sedangkan aspek estetika ruang publik terdapat tiga tingkatan, estetika formal, fenomenologi/ pengalaman dan estetika ekologi. Estetika formal merupakan estetika dimana obyek keindahan memiliki jarak dengan subyek. Estetika pengalaman dimana obyek dinikmati dengan partisipasi atau interaksi dan estetika ekologi, obyek keindahan dinikmati melalui proses partisipasi dan adaptasi yang memungkinkan kita berkreasi terhadap ruang tersebut.
Gambar 2.3 Communal Space
Gambar 2.4 Communal Space
Gambar 2.5 Communal Space
(Sumber : Google Images) II.1.3A Konsep Pembentukan Ruang Publik Interaksi yang terjadi antara manusia dan lingkungannya melibatkan indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan peraba. Persepsi melibatkan dan mengumpulkan seluruh informasi dari penginderaan ini serta meramunya menjadi pemahaman ruang. Berbeda
sengan sensing yang hanya melibatkan empat kemampuan panca indera, persepsi juga melibatkan perasaan dan emosi serta interpretasi. Ittelson (1978) menggolongkan empat dimensi dalam persepsi yaitu a) cognitive, pemikiran, organisasi dan pengumpulan informasi; b) affective, perasaan; c) Interpretative, mengarahkan arti dan asosiasi ruang, dalam menginterpretasikan informasi
manusia biasanya bertolak dari memori dan
perbandingan pengalaman; d)evaluative, menilai dan menggolongkan baik dan buruk. Konsep penting dalam persepsi lingkungan adalah sense of place (genius loci). Konsep ini menyatakan bahwa pengalaman manusia bisa melebihi aspek fisik dan penginderaan, tetapi juga bisa menciptakan keterikatan dengan semangat yang ditimbulkan oleh lingkungan tersebut (spirit of place). Dalam konteks perkotaan, prinsip sense of place merupakan salah satu kunci keberhasilan ruang publik. Gambar 2.6 Bagan Konsep Communal Space
(sumber: Sense of Place John Montgomery, 1998) Selanjutnya untuk menciptakan ‘sense of identity’, Von meiss (1990) menciptakan strategi desain yang harus dilakukan diantaranya adalah a) menciptakan ruang dan lingkungan yang responsif dan berdasarkan kepada pendalaman nilai serta perilaku orang tertentu atau grup yang dituju, serta keunikan lingkungan yang turut membangun identitas masyarakatnya; b) partisipasi dari calon pengguna dalam perancangan lingkungan, dapat dicapai dengan menghilangkan pemisah antara perancang dan pengguna; c) menciptakan
lingkungan yang bisa dengan mudah diadaptasi oleh pengguna. Ruang publik berfungsi sebagai penyangga dan fasilitas kegiatan publik. Nilai ruang publikyang dapat digunakan sebagai penuntun arah pengembangan ruang terbuka menurut Carr yaitu meaningful, demokratis dan responsif. Lebih detail ketiga nilai primer tersebut adalah: 1.
Responsive, ruang dirancang dan diatur untuk melayani kebutuhan penggunanya.
Kebutuhan utama manusia terhadap lingkungannya adalah kenyamanan, relaksasi, pengikat aktif dan pasif, dan petualangan. Relaksasi mengeluarkan manusia dari aktifitas sehari-hari. Pengikat aktif dan pasif antar manusia dengan lingkungannya menciptakan rasa kebersamaan dan memiliki. 2.
Democratis, ruang yang demokratis akan melindungi hak dan kebebasan dari
setiap pengguna. Aksesibel untuk semua orang dan memberikan kebebasan untuk bertindak. Ruang publik bisa menjadi tempat untuk berekspresi yang lebih bebas dibandingkan rumah dan tempat bekerja. 3.
Meaningful, memberikan setiap penggunanya koneksi antara ruang, kehidupan
persoalan dan lingkungan yang lebih luas, dalam konteks fisik ataupun sosial. Tipe koneksi bisa berupa keterikatan emosi masa lalu dan masa depan, secara psikologis dan kultural. Dari definisi nilai ini muncul lima fungsi dasar ruang publik yang dibutuhkan oleh pengguna dan harus dipenuhi perancangnya antara lain : 1.Comfort, kenyamanan adalah kebuituhan standar. Kebutuhan makan, minum dan tempat berteduh pada saat lelah membutuhkan beberapa tinggkat kenyamanan. Untuk daerah tropis, tempat yang nyaman termasuk memberikan perlindungan dari sinar matahari dan suhu dalam keadaan sedang. Fitur yang penting dipertimbangkan di ruang terbuka adalah tempat duduk yang nyaman beserta orientasinya, jarak tempuh atau aksesibilitas, tempat untuk makan, saling berinteraksi dan mudah diawasi bagi anak-anak. 2.Relaxation, walaupun kenyamanan psikologi menjadi syarat utama untuk relaks, pernyataan relaksasi lebih kepada fisik dan pikiran. Dalam konteks perkotaan, elemen alami, pohon dan airserta pemisahan antara aktifitas kendaraan dan manusia membantu manusia untuk beristirahat dan rileks. 3.Passive engagement, bentuk paling populer dari keterikatan pasif antara manusia dan lingkungannya adalah duduk-duduk dambil mengamati (nongkrong). Tempat duduk yang lebih tinggi memungkinkan orang mengamati sekelilingnya tanpa kontak mata dengan orang yang diamatimerupakan pilihan yang diminati. Atraksi lain yang menarik adalah kegiatan
formal dan pertunjukan insidental (event). Jadwal pertunjukan merupakan pendekatan manajemen ruang terbuka yang cukup populer di berbagai urban plaza dan taman-taman. 4.Active engagement, atraksi yang dilakukan secara berkala dengan tema tertentu banyak dilakukan untuk menghidupkan sebuah ruang publik. Salah satunya adalah berupa ruang komersial. 5.Discovery, keinginan untuk melihat dan menemukan hal baru adalah alasan orang untuk mendatangi ruang-ruang publik. Hal-hal menarik bisa berupa bentukan bangunan, orang-orang baru, suasana festival lengkap dengan atraksinya dan sebagainya. II.1.3B Jenis Ruang Komunal Ruang komunal atau ruang public memiliki beragam jenis dan fungsi seperti contohnya mall, restaurant dan foodcourt, lapangan olahraga, perpustakaan, amply theater, rumah ibadah dan juga taman. Karena apartemen ini diperuntukan untuk kalangan menengah keatas, maka ruang komunal yang terdapat pada bangunan ini dapat memiliki beragam fungsi, yakni : 1.
Olah raga
Terdapat sarana olah raga yaitu kolam renang, jogging track dan bike track. 2.
Entertainment
Disediakan pula sarana entertainment atau hiburan berupa food hall yang terdiri dari café dan restoran yang di desain outdoor, serta penampahan mini stage untuk sarana hiburan music secara langsung. 3.
Ruang terbuka
Terdapat ruang terbuka hijau yang terdiri dari plaza, play ground, area duduk sebagai fasilitas outdoor yang menghibur dan memberi suasana bagi penghuni. II.2 Tinjauan Khusus II.2.1 Karakteristik Penghuni Apartemen Berkaitan dengan sifat penghuninya, yaitu tingkat sosial, ekonomi yang akan berpengaruh dalam segi perancangan bangunan dalam mewujudkan bangunan yang sesuai
dengan karakter, kebutuhan dan kebiasaan penghuni sehingga diperoleh suatu bentuk kenyamanan. Calon penghuni yang menjadi sasaran perencanaan dan perancangan ini merupakan gambaran dari golongan masyrakat perkotaan dengan latar belakang pendidikan dan tingkat sosio ekonomi tinggi di karenakan lokasi yang merupakan tempat hunian elite dengan fasilitas elite yang telah tersedia disana. Sebagaimana sifat masyarakat perkotaan lainnya, calon penghuni ini mempunyai sifat yang individualis. Hal tersebut akan berpengaruh pada perancangan bangunan. Tuntutan masyarakat dengan tingkat sosio ekonomi ini antara lain : - Menjaga prestige - Fasilitas sebanyak mungkin - Tingkat kemanan dan privasi tinggi - Ekslusivitas II.2.2 Apartemen Menengah Atas II.2.2a Pendekatan Perancangan Perancangan apartemen ini diharapkan menjadi jawaban atas kebutuhan penghuni dengan tingkat sosio ke atas yang dengan memiliki konsep green building dengan pengefisienan energi listrik. Dengan konsentrasi utamanya adalah pemenuhan kebutuhannya bukan dari nilai ekonomisnya, sehingga biaya tidak terlalu menjadi masalah. Dan untuk kalangan atas, hal penunjang mereka dalam memenuhi kebutuhan mereka juga sangat bergantung akan ketersediannya energi, karena itu guna memenuhi kebutuhan yang membutuhkan energi banyak pada bangunan tetapi penting juga untuk peduli terhadap lingkungan, pendekatan arsitektur berlanjutlah yang dipilih. Dan karena bangunan ini merupakan hunian yang dimana kegiatan, perilaku dan kebutuhan penghuninya lah yang menjadi konsentrasi utama dalam perancangannya, sehingga diperlukannya pembagian fungsi ruang sesuai dengan perilaku dan kebutuhan penghuni. II.2.2b Unit Hunian Apartemen
Unit hunian apartemen terdiri dari tiga tipe yaitu : satu kamar tidur, dua kamar tidur dan tiga kamar tidur, dengan fasilitas yang disediakan meliputi : - Foyer - Ruang duduk - Ruang makan - Ruang tidur - KM/ WC, ruang rias - Pantry - Ruang service - Gudang - Balkon Fasilitas tersebut merupakan fasilitas yang disediakan dalam sebuah unit apartemen. Perbedaan tiap unitnya didasarkan pada : - Banyaknya ruang tidur - Luas ruang tiap unit - Ruang tambahan seperti ruang tidur pembantu, ruang belajar - Jumlah lantai, 1 atau 2 lantai ( simlpeks atau dupleks) Jenis unit apartemen dibedakan menjadi : - Satu ruang tidur dengan luasan 70 m2 - Duang ruang tidur, terdiri dari dua lantai, dengan luas 150 m2 - Tiga ruang tidur, terdiri dari dua lantai, dengan luas 180 m2 Untuk unit apartemen dengan tioe dua dan tiga ruang tidur, dalam satu unit terdiri dari dua lantai (dupleks). II.2.2c Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang yang dapat digunakan oleh penghuni apartemen ( privat) meliputi : - Lobby, sitting lobby - Fitness center, spa, kolam renang, bike track dan jogging track - Ruang bermain, meliputi bilyar, tenis meja, catur - Play ground dan tempat penitipan anak - Parkir Area apartemen ini tidak hanya digunakan sebagai area tertutup atau privat bagi penghuninya, tetapi juga difungsikan sebagai area communal masyarakat sekitar yang berasal pula dari kalangan menengah keatas. Seperti halnya apartemen yang ada di Eropa ataupun di Amerika yang memiliki area communal sebagai space bagi masyarakat kota sebagai pemenuhan wadah kreatifitas, hiburan dan rekreasi. Fasilitas yang menjadi fasilitas publik dan penghuni terdiri dari : - Food hall, dan tanent yang meliputi toko buku, ATM, toko obat, supermarket, dan café - parkir II.2.2d Fasilitas Pengelola Fasilitas ini digunakan oleh pengelola apartemen, yang meliputi : - Kantor untuk pengelola - Ruang makan - Ruang rapat - Gudang II.2.2e Pola penataan massa bangunan kriteria dasar pertimbangan terhadap pola massa bangunan apartemen yang direncanakan adalah : •
Pertimbangan atas aktivitas yang membutuhkan fleksibilitas
•
Pertimbangan sirkulasi dari pengunjung kea rah horizontal dan vertikal
•
Pertimbangan atas aktivitas yang saling berkaitan
•
Pertimbangan atas pengaruh lingkungan
•
Pertimbangan terhadap peraturan daerah setempat
II.2.3 Arsitektur Berkelanjutan Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis yang sangat khas dengan berlimpahnya sinar matahari sepanjang tahun, curah hujan yang tinggi juga menyebabkan kelembaban udara tinggi dan angin yang pada umumnya berkecepatan rendah. Potensi alam ini sangat baik jika dimanfaatkan dalam perancangan sebuah desain atau dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dengan memanfaatkan potensi alami, dengan begitu akan terciptanya bangunan dengan prinsip green building. Menurut Tri Harso Karyono (2010), arsitektur hijau merupakan suatu rancangan lingkungan binaan, kawasan, dan bangunan yang komprehensif. Rancangan harus memenuhi kriteria hemat dalam menggunakan sumber daya alam, minim menimbulkan dampak negative, serta mampu meningkatkan kualitas hidup manusia. Dengan pengaplikasian green building akan menghasilkan bangunan hemat energi dimana pemakaian energi yang tidak berlebih dengan antisipasi penyelesaian dengan cara arsitektural dan teknologi membuat bangunan ini ramah terhadap lingkungan, menciptakan bangunan dengan konsep hemat energy masih menjadi tantangan bagi prasktisi arsitek dan para peneliti teknologi, Perkembangan dalam dunia arstitektur pun semakin mengalami kemajuan, terutama dalam perancangan aktif, dengan menghasilkan inovasi konsep baru seperti zero-energy building, sustainable architecture, intelegent building, dan sebagainya yang berlandaskan pada kepedulian lingkungan dan sesama. Untuk kawasan tropis, penggunaan energi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik umumnya lebih rendah dibandingkan dengan negara di kawasan sub- tropis yang dapat mencapai 60 persen dari total konsumsi energi. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan pemanas ruang di sebagian besar bangunan saat musim dingin. Sementara di kawasan tropis, pendingin ruang (AC) hanya digunakan sejumlah kecil bangunan. Meskipun demikian, penghematan energi di sektor bangunan di wilayah tropis semacam Indonesia tetap akan memberikan kontribusi besar terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional. Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab ketidaknyamanan, seperti hujan, terik matahari, angin kencang, dan udara panas tropis, agar tidak masuk ke dalam bangunan. Udara luar yang panas dimodifikasi bangunan dengan bantuan AC menjadi udara dingin. Dalam hal ini dibutuhkan energi listrik untuk menggerakkan mesin AC. Demikian
juga halnya bagi penerangan malam hari atau ketika langit mendung, diperlukan energi listrik untuk lampu penerang. Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. Kebutuhan energi per kapita dan nasional dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang dengan konsep hemat energi. Pendekatan yang baik di Indonesia untuk menuju terealisasinya bangunan bangunan dengan pendekatan efisiensi energy dan dapat menghasilkan bangunan yang hemat dalam penggunaan listrik adalah dengan pendekatan pasif. II.2.3a Rancangan pasif Menurut Ken Yeang (1999). The Green Skyscraper. New York: Prestel. , Perancangan pasif berbasis pada kondisi iklim setempat. Berikut ini adalah beberapa metode perancangan pasif yang dapat digunakan dalam merancang green skyscraper dan bangunan sejenislainnya, dengan menggabungkan sistem pasif dan aktif demi bentuk keberlanjutan ekologis dari energi: - Konfigurasi bentuk bangunan dan perencanaan tapak. - Orientasi bentuk bangunan (dari fasad utama dan bukaan). - Desain fasad (termasuk jendela, lokasi, ukuran dan detail). - Perangkat penahan radiasi matahari ( misalnya sun shading pada fasad dan jendela) - Perangkat pasif siang hari. - Warna dan bentuk selubung bangunan. - Tanaman vertical. - Angin dan ventilasi alami. Menurut sebuah artikel di Alpensteel.com15 Dalam bukunya Dasar-dasar Arsitektur Ekologis, Heinz Frick (2007), perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu “mengantisipasi” permasalahan iklim luar. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan perancangan pasif mengandalkan kemampuan perancang untuk mengantasi fluktuasi iklim luar melalui solusi arsitektural.
II.2.3b Efisiensi Energi di Indonesia Menurut data dari ergyefficiencyindonesia, dengan pertumbuhan ekonomi yang luas dan pertumbuhan penduduk, Indonesia memiliki kepentingan untuk mengelola dan menggunakan energi secara efektif dan seefisien mungkin. Menurut Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat dari 5,7% pada 2005 menjadi 5,9% pada tahun 2010, dan diproyeksikan mencapai 6,2% pada 2011. Sementara penduduk Indonesia, yang kini mencapai hingga 229 juta orang diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 230 juta pada tahun 2011. Semua pertumbuhan ini tentunya disertai dengan peningkatan permintaan energi akibat meningkatnya jumlah rumah, pabrik, dan bangunan komersial dan industri. Jika kita berasumsi bahwa kebutuhan listrik akan tumbuh rata-rata 7% per tahun selama 30 tahun berikutnya, maka konsumsi listrik secara signifikan akan meningkat, misalnya di sektor rumah tangga, konsumsi akan meningkat dari 21,52 GWh pada tahun 2000 menjadi sekitar 444,53 GWh pada tahun 2030. Ada empat sektor utama pengguna energi, yakni rumah tangga, sektor komersial, industri dan transportasi. Saat ini pengguna energi terbesar adalah sektor industri dengan pangsa 44,2%. Konsumsi terbesar berikutnya adalah sektor transportasi dengan 40,6%, diikuti oleh sektor rumah tangga dengan 11,4% dan sektor komersial dengan 3,7%.
Gambar 2.7 Grafik Energy Demand and Supply
Sumber :http://www.energyefficiencyindonesia.info
II.2.3c Konservasi Energi dan Efisiensi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 70/2009 tentang Konservasi Energi, definisi konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana dan terpadu guna melestarikan. Sumber daya energi dalam negeri dan meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatannya. Penerapan konservasi energi meliputi semua aspek manajemen energi, yaitu: • Pasokan Energi • Energi Eksploitasi • Pemanfaatan Energi • Konservasi Energi Sumber Daya Efisiensi energi merupakan salah satu langkah dalam konservasi energi. Efisiensi energi adalah istilah umum yang mengacu pada penggunaan energi lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah yang sama layanan atau output. Dalam masyarakat umum, terkadang efisiensi energi didefinisikan sebagai penghematan energi. Dan alasan mengapa kita harus efisien dalam menggunakan energy adalah dikarenakan : 1. Terbatas Cadangan Energi Fosil Efisiensi energi membantu mengurangi penggunaan energi fosil seperti batubara, minyak dan gas, yang telah sangat dominan. Energi fosil, yang merupakan energi tidak terbarukan, akhirnya akan habis jika terus dieksploitasi. Oleh energi fosil konservasi, pemerintah dapat menyimpannya sebagai cadangan untuk menjaga keamanan energi nasional. 2. Mengurangi Kerusakan Lingkungan Efisiensi energi adalah solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan kerusakan lingkungan. Saat ini, sebagian dari energi yang digunakan di Indonesia berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil yang menyebabkan polusi gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. 3. Kurangi Subsidi Pemerintah untuk Energi Fosil Saat ini, subsidi pemerintah untuk energi fosil mencapai Rp 98960000000000 rupiah (2009). Jika kita berhasil dalam menggunakan energi secara efisien, maka subsidi pemerintah untuk energi fosil dapat dikurangi dan dialokasikan untuk upaya konservasi energi lainnya seperti investasi dalam pengembangan sumber energi terbarukan dan pengembangan teknologi hemat energi. 4. Memberikan Manfaat untuk Pengguna Energi Menggunakan energi secara efisien memiliki dampak langsung pada pengurangan biaya yang dikeluarkan oleh pengguna energi. Barang-barang industri dan jasa menjadi lebih produktif dan kompetitif jika biaya konsumsi energi dapat dikurangi. Di sektor rumah tangga, penghematan energi juga mengurangi biaya listrik. Dana ini dapat dialokasikan untuk kebutuhan lain seperti biaya sehari-hari, iuran sekolah dan biaya kesehatan.
Gambar 2.8 Grafik National Energy Policy
Sumber :http://www.energyefficiencyindonesia.info
II.2.3d Energy Efficiency Menurut data dari ergyefficiencyindonesia, sejak 20 tahun terakhir, konsumsi energi di Indonesia telah meningkat secara drastis dari 248 juta barel setara minyak (BOE) untuk hampir 1 miliar pada 2010. Jika kita membiarkan situasi ini untuk berlanjutkan, Indonesia benar-benar akan kehabisan cadangan minyak di 2034, dan itu jelas akan mempengaruhi rutinitas sehari-hari. Harga minyak akan mengapung, listrik akan menjadi langka, dan bisnis akan menghadapi masalah besar. Sekitar 15% dari permintaan ini berasal dari rumah tangga dan sektor komersial. Mengubah kebiasaan sehari-hari kita dalam menggunakan energi berarti berlatih efisiensi energi dari tingkat yang sangat dasar. Alasan dasar mengapa kita perlu untuk menerapkan efisiensi energy sedini mungkin adalah : • Bahan bakar fosil akan habis. Energi fosil seperti batubara, minyak, dan gas telah menjadi sumber daya yang sangat dominan menjadi konsumsi energi harian. Energy fosil merupakan energi yang tidak terbarukan, bahan ini pada akhirnya akan habis jika terus dieksploitasi. Dengan demikian, efisiensi energy sangat penting untuk membantu mengurangi penggunaan energi fosil dan membiarkan pemerintah untuk menyimpannya sebagai cadangan untuk menjaga keamanan energi nasional. • Pembakaran bahan bakar fosil merusak lingkungan kita. Saat ini, sebagian dari energi yang digunakan di Indonesia berasal dari pembakaran bahan bakar fosil yang menyebabkan polusi gas rumah kaca yang mempercepat pemanasan global, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Penelitian telah menemukan bahwa berhubungan dengan energi emisi karbon dioksida (yang dihasilkan dari bahan bakar fosil digunakan) mewakili 56,6% dari total buatan manusia emisi gas rumah kaca, yang setara dengan 16,9 miliar ton secara CO2 setara (2008). Untuk menyerap ini, kita perlu memiliki 176 miliar hektar kawasan hutan (atau 421000000000 lapangan sepak bola). Jadi, daripada menyerah lapangan sepak bola kami untuk hutan, mengapa tidak menggunakan energi secara efisien? • Subsidi untuk energi adalah 3 kali lebih besar dari semua subsidi lainnya bila digabungkan.
Sepanjang 2010, pemerintah telah menghabiskan sampai Rp143.9 triliun untuk subsidi energi. Jumlah ini sekejap mata lebih besar dari subsidi lainnya dikeluarkan di sektor lain, termasuk layanan sosial, pendidikan dan makanan. Jika kita berhasil dalam menggunakan energi secara efisien, maka subsidi pemerintah untuk energi fosil dapat dikurangi dan dialokasikan kembali untuk upaya konservasi energi lainnya seperti investasi dalam sumbersumber energi terbarukan dan pengembangan teknologi hemat energi. • Menghemat energi menghemat uang. Menggunakan energi secara efisien memiliki dampak langsung pada pengurangan biaya yang dikeluarkan oleh pengguna energi. Mengganti lampu anda dengan CFL (lampu hemat energi) atau pengaturan AC pada 25oC dapat mengurangi biaya bulanan Anda sampai dengan Rp 399.000/month * (House pada Tegangan R2, dengan Rp 890/kWh). Dana ini dapat dialokasikan untuk kebutuhan lain seperti iuran sekolah dan biaya kesehatan. Barang-barang industri dan jasa juga akan menjadi lebih produktif dan kompetitif jika biaya konsumsi energi dapat dikurangi. Efisiensi energi merupakan salah satu langkah dalam konservasi energi yang mengacu pada penggunaan energi lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah yang sama layanan atau output. Dengan meningkatkan kesadaran kita dalam menggunakan energi, kita melestarikan energi fosil kita, mengurangi kerusakan lingkungan, membiarkan pemerintah mengalokasikan subsidi untuk sektor lain, dan yang paling penting, menyimpan Rupiah kita. II.2.3e Efisiensi Energi di Rumah Sektor rumah tangga mengkonsumsi sekitar 11% dari total energi di Indonesia. Berdasarkan kenyataan yang terangkum dalam data energyefficiencyindonesia ini, upaya efisiensi energi di sektor ini adalah penting, tidak hanya untuk menyimpan uang pada konsumsi energi rumah tangga, tetapi juga untuk mengerem konsumsi energi secara keseluruhan. Sebagai langkah awal dari langkah efisiensi energi, rumah tangga harus mengetahui jenis peralatan yang mengkonsumsi energi paling. Di Indonesia, peralatan seperti AC, pemanas dan pompa air dan peralatan elektronik adalah sumber utama dari konsumsi listrik di sektor rumah tangga. Sehingga banyak energi yang terpakai dari hanya satu buah rumah
tinggal, dengan begitu sangatlah perlu untuk menghemat energi di rumah tinggal. Dan langkah-langkah dalam upaya menghemat penggunaan energi adalah sebagai berikut : •
Pertama, dalam hal perencanaan kebutuhan listrik dan pemilihan peralatan listrik, rumah tangga dapat menghemat oleh:
-
Menghubungkan dan menggunakan listrik sesuai kebutuhan. Rumah tangga kecil misalnya, harus memiliki kekuatan yang cukup dengan 450 VA atau 900 VA, sedangkan rumah tangga berukuran sedang dengan 900 VA sampai 1300 VA.
-
Memilih peralatan listrik yang tepat sesuai dengan kebutuhan, yang juga memenuhi standar efisiensi energi.
•
Kedua, dalam hal perilaku, anggota rumah tangga dapat menjadi energi efisien melalui perilaku seperti:
-
Menghidupkan kekuatan peralatan hanya bila diperlukan.
-
Secara teratur menjaga peralatan listrik.
•
Ketiga, dari segi desain bangunan, rumah tangga juga dapat menyimpan sejumlah besar energi.
Lokasi dan desain rumah memainkan peran penting dalam efisiensi energi, terutama dalam hal pengaturan suhu dan pencahayaan. Misalnya, bukaan di sebuah bangunan seperti pintu dan jendela harus dibangun menghadap Utara atau Selatan untuk menghindari sinar matahari langsung. Ini akan mengurangi panas yang masuk ke dalam rumah terutama di siang hari. Dengan menginstal lebih banyak jendela, cahaya alami dapat dimanfaatkan semaksimal untuk menghemat penggunaan lampu buatan. Tidak boleh ada kesenjangan atau Vacuums antara dinding, segel jendela atau pintu untuk menghindari udara hangat dari memasuki rumah, ini juga akan membantu meringankan beban pada sistem pendingin udara. Langit-langit yang lebih tinggi akan menyediakan sistem ventilasi yang lebih efektif juga mengurangi beban pada AC. II.2.3f Efisiensi Energi pada Bangunan Gambar 2.9 Efisiensi Energi Pada Bangunan
Sumber: Google Images Menurut data energyefficiencyindonesia ,meskipun permintaan energi di sektor bangunan komersial dan hanya 4% dari total kebutuhan energi nasional, efisiensi energi di sektor ini tetap menjadi prioritas. Jenis-jenis bangunan komersial yang menggunakan sejumlah besar energi meliputi gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, hotel dan rumah sakit. Umumnya, energi yang digunakan oleh bangunan komersial adalah untuk AC dan lampu. Perbaikan dalam efisiensi energi di gedung-gedung menjanjikan manfaat dari penghematan energi. Potensi penghematan yang dapat dicapai tergantung pada jumlah investasi yang dilakukan.Langkah-langkah untuk meningkatkan efisiensi energi di sektor komersial dan bangunan dapat dibagi menjadi: 1. Bangunan yang Ada Untuk bangunan yang ada, peningkatan efisiensi energi dapat dicapai melalui kinerja bangunan ditingkatkan. Untuk mengetahui langkah-langkah khusus, audit energi perlu dilakukan yang mungkin mencakup identifikasi dan analisis masalah efisiensi energi secara keseluruhan di gedung seperti membangun sistem operasional atau HVAC (Heating, ventilasi, dan penyejuk udara), tingkat kenyamanan dan pemeliharaan gedung . Langkahlangkah yang biasanya digunakan adalah perkuatan, upgrade dalam teknologi dan peralatan, dan praktek perilaku hemat energi untuk penghuni bangunan. 2. Bangunan baru Jika efisiensi energi dianggap sejak tahap awal merancang bangunan baru, maka bangunan baru harus memiliki lebih banyak kesempatan untuk menghemat energi dibandingkan dengan bangunan yang ada. Standar Nasional Indonesia yang berkaitan dengan konservasi energi pada bangunan (sistem pencahayaan, sistem AC dan amplop bangunan) harus diterapkan ketika merancang bangunan. Bangunan dengan amplop kedap udara (dinding luar, jendela, atap dan lantai) yang lebih hemat energi. Demikian pula, isolasi bangunan yang baik juga dapat membantu
mengurangi konduksi panas melalui dinding luar. Meningkatkan efisiensi amplop bangunan adalah proses yang murah tapi menjanjikan keuntungan tinggi melalui penghematan energi.
II.3 Studi Banding Daftar berikut berisi situs yang menakjubkan yang terkenal karena keberhasilan mereka dalam menggunakan energi yang sangat efisien. Beberapa dari mereka bahkan berhasil menghabiskan hampir nol. 1. Masjid Istiqlal Gambar 2.10 Masjid Istiqlal
Sumber :http://www.energyefficiencyindonesia.info Fitur: langit-langit tinggi, sinar matahari dan ventilasi Masjid ini dikenal sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara, Luas bangunan Masjid Istiqlal adalah 72.000 m2. Menggunakan perhitungan energi efisien pencahayaan, masjid ini seharusnya membutuhkan 648 kwh atau Rp 388,800 per jam. Namun sebaliknya, masjid yang dirancang oleh Frederich Silaban pada tahun 1961 memiliki tinggi langit-langit 60 meter tinggi dengan demikian bangunan masjid ini tidak menggunakan pencahayaan buatan di siang hari. Dan bentuk massa adalah berbentuk persegi panjang sebagai bangunan utamanya dan ditutupi oleh kubah berdiameter 45 mpada pusat bola, didukung oleh dua belas kolom bulat dan persegi panjang sebagai penopang atap dan empat tingkat balkon didalamnya. Pengunjung setuju bahwa masjid ini memiliki suhu yang layak di siang hari karena jendelanya membiarkan sirkulasi udara alami terjadi didalamnya. 2. Ubud Hanging Gardens Hotel
Gambar 2.11 Ubud Hanging Gardens Hotel
Sumber :http://www.energyefficiencyindonesia.info Fitur: desain bangunan tropis, ventilasi alami dan efisiensi air Ubud Hanging Gardens Hotel memenangkan Award 2008 Energi ASEAN sebagai bangunan hemat energi dalam kategori tropis, bangunan ini adalah contoh yang baik dalam bagaimana pengembang tidak perlu merusak lingkungan untuk mendirikan resor wisata. Kurang dari setengah daerah resor ditutupi oleh bangunan yang memungkinkan penyerapan air yang baik, dan villa ini diletakan di bibir tebing sehingga terdapat kolom dan pilar yang menyangga bangunan ini. Hanya 29 persen bangunan menggunakan AC dan air sistem pemanas hotel menggunakan gas, bukan listrik. Menurut operator hotel, pencahayaan buatan pada semua resor ini dimulai pukul 11 malam, dan pencahayaan buatan ini hanya dinyalakan hingga jam 5 pagi atau jika hari mendung sampai jam 6 pagi. Di hotel ini hanya menggunakan 115,94 kWh listrik per hari, atau 42,318.1 kWh per tahun dibandingkan dengan sebuah hotel konvensional yang menempati luas lahan yang sama. 3.Nol Energi Bangunan Singapura Gambar 2.12 Bangunan Singapura, Braddle Road
Sumber :http://www.energyefficiencyindonesia.info Fitur: energi terbarukan (surya), kantor masa depan, aktif dan pasif desain Biaya Gedung Nol Energi Singapura biaya hampir $ 10 juta untuk retrofit fasilitas yang ada dan menggabungkan beberapa penemuan energi terbaru yang efisien. Melalui penggunaan panel surya, bangunan ini mampu menghasilkan listrik sebanyak yang dikonsumsinya. Selain itu, pasif-aktif strategi desain memungkinkan Zeb untuk mengurangi konsumsi energi dengan memanfaatkan energi alam tanpa harus bergantung dari jaringan listrik serta menjamin efisiensi energi maksimum ketika listrik diperlukan. Ini berhasil untuk konsumsi energi bersih nol lebih dari satu tahun khas. BCA mengatakan bangunan 3.000 meter persegi-diharapkan untuk menjadi energi 60 persen lebih efisien daripada bangunan konvensional. Berbeda dari yang lain nol-energi bangunan di seluruh dunia, yang dibangun di BCA Academy adalah yang pertama di daerah yang akan dipasang dari bangunan yang sudah ada pada tahun 1994. Dengan tabungan dari peningkatan efisiensi energi, bangunan menghemat $ 48.000 per tahun dan $ 36.000 dari panel surya. 4.Rumah Botol Bandung Ridwan Kamil Gambar 2.13 Rumah Botol
Sumber :http://www.energyefficiencyindonesia.info Fitur: Daur Ulang botol sebagai dinding, sinar matahari yang optimal dan ventilasi Ridwan Kamil, kepala Bandung Kota Kreatif Forum (BCCF), datang dengan ide yang sangat unik untuk membangun "Rumah Botol" atau "Rumah Botol" sebagai tempat tinggalnya. Rumah unik ini menerima gelar juara di Design Award Hijau 2009 yang
diselenggarakan oleh BCI Asia (Konstruksi Bangunan Informasi Asia). Rumah ini menggunakan hampir 30.000 botol minuman energi yang digunakan untuk membangun rumah 373 m2 dan menang atas kontestan lain yang datang dari Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Hong Kong, serta Cina. Selain ramah lingkungan sifatnya, jendelanya semua kaca buatan, yang memungkinkan sinar matahari yang masuk ruangan dan memberikan pencahayaan alami siang hari. 5.EECCHI Kantor Rendah Energi Gambar 2.14 Kantor Rendah Energi, Rasuna Said
Sumber :http://www.energyefficiencyindonesia.info Fitur: Energi teknologi efisien, kualitas udara dalam ruangan, maksimalkan pencahayaan alami Diluncurkan pada Maret 2011, Efisiensi dan Konservasi Energi Kliring Indonesia (EECCHI) Kantor energi rendah menjadi proyek percontohan dalam menyediakan teknologi dan desain hemat energi di kantor yang dapat dengan mudah direplikasi di kantor khas dan bangunan di Indonesia. Semua aspek dari desain, bahan, desain interior, sistem operasi dan teknologi yang hemat energi. Kantor EECCHI menggunakan kecepatan AC sangat baik variabel yang mempertahankan tingkat kenyamanan di 250C. Hampir tidak ada lampu buatan digunakan pada siang hari karena sinar matahari maksimum yang datang dari jendela kaca dan partisi. Kebisingan dan panas dari luar rumah juga diblokir karena untuk menggandakan jendela panel yang efektif mengurangi udara dan infiltrasi kebisingan. Motion dan cahaya sensor diaktifkan untuk meningkatkan efisiensi energi. II.4 Tinjauan Terhadap Kondisi Tapak II.4.1 Deskripsi Proyek • Jenis Proyek
: Non Fiktif
• Pemilik Proyek
: Pengelola PT. Pulomas Jaya.
Proyek ini ditujukan bagi masyarakat urban yang memiliki aktivitas harian ditengah kota, sehingga memberikan kemudahan, efisien pada waktu karena ditinjau dari mobilitas kota yang tinggi, kepraktisan dan kenyamanan untuk tinggal di tengah kota.
II.4.2 Lokasi Tapak Gambar 2.15 Peta Jakarta
Gambar 2.16 Long Range Kinematic (LRK) Tapak
U
U
Lokasi yang akan dibangun untuk apartement ini berada di hook tepat di depan gerbang kawasan prestigius Kelapa Gading atau Goro, Jakarta Timur. Tapak berada pada perempatan jalur utama Boulevard Kelapa gading, jalan Perintis Kemerdekaan dan Kayu Putih Raya.
II.4.3 Besaran Proyek • Lokasi Tapak
: Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur
• Luas Lahan
: 18.751,5 m2
• KDB
: 40 %
Luas lantai dasar yang boleh dibangun : 40% x 18.751,5 m2 = 7500,6 m2 • KLB
: 4,5
Luas total bangunan yang boleh dibangun : 4,5 x 18.751,5 m2 = 84.381,75 m2 • Ketinggian Maksimum : 32 lantai
II.4.4 Luas, Ukuran, dan Peraturan Tapak Gambar 2.17 Peraturan Tapak
Dalam peta Rencana Tata Lingkungan Bangunan (RTLB), tertera notasi peruntukan, KDB, KLB, dan ketinggian bangunan yang diizinkan sebagai berikut: • KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
= 40%
• KLB (Koefisien Lantai Bangunan)
= 4,5
• GSB (Garis Sempadan Bangunan)
= Utara Tapak 14 meter = TimurTapak 10 meter = Selatan, Barat Tapak 6 meter
• Jumlah lantai yang diizinkan
= maksimal 32 lantai
• Batas Area Lahan Utara
: Jl. Perintis Kemerdekaan
Timur
: Perumahan dan pertokoan Pulomas
Barat
: Lahan Kosong
Selatan
: Lahan kosong
• Peruntukan Lahan : WSN, lahan diperuntukan untuk wisma susun • Lokasi Lahan Gambar 2.18 RUTRK Tapak
U
II.4.5 Pencapaian ke Tapak Tapak dapat dicapai dengan kendaraan pribadi, kendaraan umum seperti mikrolet , bersepeda, atau dengan berjalan kaki.. Akses ke dalam tapak hanya bisa dari barat (dari arah Cempaka Putih, Pulo Mas) dan utara (arah Cempaka Mas). II.4.6 Batas-Batas Tapak Tabel 2.1 Batas Tapak
Sisi Utara:
1. Jl. Perintis
Sisi Timur:
Kemerdekaan
Sisi
1. Lahan Kosong
1. Perumahan dan pertokoan Pulomas
Sisi Barat:
1. Lahan Kosong
Selatan:
II.4.6 Fungsi Sekitar Tapak
Tapak ini dekat dengan daerah pengembangan summarecon dan hunian elit Kelapa Gading dan dekat dengan berbagai macam fasilitas seperti pusat perbelanjaan seperti ITC Cempaka Mas, Kelapa Gading dan Lotte Mart. Hal ini menunjang bangunan apartemen karena penghuni dapat berrekreasi ke lokasi perbelanjaan tersebut. Untuk masalah akses tidak begitu sulit karena lokasi dekat dengan jalan raya besar yang merupakan perepmapatn utama Kelapa Gading. Lokasi tapak terletak pada daerah pembangunan yang nantinya gedunggedung yang terbangun dijadikan gedung-gedung serba guna. Selain itu, lokasi yang terletak di persimapangan jalan memudahkan untuk diakses dari dalam dan luar tapak.
II.4.7 Status Kepemilikan Lahan Status kepemilikan tanah adalah hak milik dari PT. Pulomas Jaya. II.4.8 Kondisi Sosial Tapak terletak pada lingkungan perumahan elit Kelapa Gading, dimana telah terdapat beberapa restaurant dan fasilitas yang menunjang kebutuhan masyarakat lingkungan tersebut, sehingga lingkungan sosial yang terbangun adalah lingkungan yang mengarah pada kalangan social menengah keatas. II.4.9 Potensi dan Kendala Tapak Potensi Tapak •
Penghijauan yang cukup baik
•
Dekat dengan berbagai fasilitas penunjang
•
Tapak memanjang cenderung Utara-Selatan
•
Dapat diakses melalui jalan besar dan jalan lingkungan
•
Terdapat pada lingkungan elit yang tatanan lingkungannya telah teratur
•
Tapak memang diperuntukan untuk pembangunan hunian susun vertikal
Kendala Tapak •
Bising karena berbatasan langsung dengan jalan besar.
•
Padat karena dekat pusat perbelanjaan besar dan hunian.
•
Tapak dikelilingi oleh jalan besar dan jalan lingkungan, sehingga akan menimbulkan ketidaknyamanan dan kemacetan.