BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Definisi Hotel Secara harfiah, kata hotel berasal dari bahasa Latin yaitu hospitium, yang artinya ruang tamu. Kata ini kemudian mengalami proses perubahan pengertian dan untuk membedakan guest house dengan mansion house yang berkembang saat itu, maka rumah besar disebut hostel. Hostel disewakan pada masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, dan dikoordinir oleh seorang host. Seiring perkembangan, tuntutan terhadap kepuasan, di mana orang tidak menyukai peraturan yang terlalu banyak pada hostel, maka kata hostel kemudian mengalami perubahan, yakni penghilanganhuruf “s” pada kata hostel sehingga menjadi hotel. Hotel menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001) memiliki arti bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan. Bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum. Sedangkan definisi hotel pada buku pengantar perhotelan adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang dikelola secara komersil. Menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu. (sesuai Keputusan Menteri Parpostel no Km 94/HK103/MPPT 1987)
II.1.2 Tinjauan Hotel bisnis bintang tiga Menurut surat Keputusan Menteri Perhubungan Indonesia No. PM10/PW 301/ PHB-17 tentang usaha dan klasifikasi hotel, ditetapkan bahwa penilaian klasifikasi hotel secara minimum didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu: Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 9
•
Persyaratan umum, antara lain kondisi bangunan dan kelengkapan fasilitas
•
Bentuk pelayanan yang diberikan
•
Jumlah kamar yang tersedia
•
Letak atau keadaan lokasi Kriteria klasifikasi hotel di Indonesia secara resmi terdapat pada
peraturan pemerintah, yaitu SK: Kep-22/U/VI/78 oleh Dirjen Pariwisata. Klasifikasi hotel ditinjau berdasarkan beberapa faktor, untuk hotel berbintang tiga, berikut jenis klasifikasi yang telah ditetapkan: 1. Harga jual Masuk dalam katagori European plan hotel, yaitu hotel dengan perencanaan biaya untuk harga kamar saja. Keistimewaannya praktis dan memudahkan sistem billing 2. Ukuran hotel Average hotel jumlah kamar antara 150 sampai 299 kamar 3. Tipe tamu hotel Business / transit hotel, yaitu untuk tamu yang transit (singgah sementara) 4. Lama tamu menginap hotel dengan lama tinggal tamu rata-rata semalam 5. Lokasi hotel yang terletak di dalam kota 6. Jumlah kamar dan persyaratan hotel bintang tiga (***) jumlah kamar standar, minimal 30 kamar suite, minimum 2 kamar mandi di dalam luas kamar standar, minimum 24m2 , luas kamar suite, minimum 48 m2
II.1.3 Organisasi Fungsi Hotel Bintang Tiga Hotel dapat dibagi menjadi 3 area aktivitas, yaitu: • Private area Merupakan area untuk kegiatan pribadi pengunjung, seperti kamar pada hotel. • Public area Merupakan area pertemuan antara karyawan dengan tamu dan juga tamu dengan tamu Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 10
• Semi Public area Merupakan
area
untuk
kegiatan
para
karyawan
terutama
karyawan
administrasi,ruang rapat, zona di mana hanya orang-orang tertentu yang dapat memasukinya • Service Merupakan area khusus untuk karyawan, di sini segala macam pelayanan disiapkan untuk kebutuhan pengunjung. Secara fungsional, hotel ini mempunyai 2 bagian utama, antara lain: A. Front of the house (sektor depan hotel) Terdiri dari private area dan public area. Yang termasuk dalam area front of the house yaitu: A. Guest Room Kamar tamu, ruang tempat tamu menginap B. Public Space Area Merupakan tempat dimana suatu hotel dapat memperlihatkan isi dan tema yang ingin disampaikan kepada tamunya. Daerah ini menjadi pusat kegiatan utama dari aktivitas yang terjadi pada hotel, dalam hal ini menjadi jelas bahwa wajah sebuah hotel dapat terwakili olehnya. C. Lobby Tempat penerima pengunjung untuk mendapatkan informasi, mengurus administrasi dan keuangan yang bersangkutan dengan penyewaan kamar. Ruang-ruang yang termasuk dalam lobby: o Entrance hall Ruang penerima utama yang menghubungkan ruang luar atau dengan ruang-ruang dalam hotel. Bersifat terbuka dengan besaran ruang yang cukup luas o Front desk / Reception desk Terdiri atas ruang - ruang personil front desk yang berfungsi untuk proses dan mengelola administrasi pengunjung o Guest elevator Sarana sirkulasi vertikal untuk para tamu dari lobby atau publik area menuju guest room atau fungsi lainnya di atas. Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 11
o Sirkulasi Merupakan hal penting dalam publik area yang berfungsi sebagai sarana untuk menghubungkan fungsi-fungsi di dalamnya untuk kegunaan pengunjung o Seating Area Wadah bagi tamu untuk beristirahat atau sekedar berbincang-bincang. Sarana ini sangat berguna untuk kontak sosial di antara pengunjung. o Retail Area menyediakan kebutuhan pengunjung sehari-hari o Support function sarana penunjang untuk tamu yang berada si publik area, antara lain seperti toilet, telepon umum, mesin ATM, dan lain-lain. o Consession space Pada dasarnya ruang-ruang ini termasuk retail area, tetapi untuk hotel berbintang, ruang-ruang konsesi ini terpisah sendiri dan merupakan bagian dari publik area, yang antara lain terdiri dari travel agent, perawatan kecantikan / salon, toko buku dan majalah, money changer, toko souvenir. o Food and Beverages outlets Berupa restoran, coffee shop, longue, bar o Ruang Serbaguna Difungsikan untuk acara publik seperti acara pertemuan, seminar, pernikahan, dan lain-lain o Area rekreasi Daerah yang dipergunakan pengunjung untuk berekreasi, berolahraga, santai dan lain-lain, yang antara lain swimming pool, food court, retail area, fitness dan sarana olah raga, taman, Spa dan sauna, kolam kanal buatan dan lain sebagainya. B. Back of the house (sektor belakang hotel) Terdiri dari area servis. Yang termasuk back of the house yaitu: A. Daerah dapur dan gudang (food and storages area)
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 12
Merupakan gudang penyimpanan makanan dan minuman. Terdapat gudang kering dan gudang basah, disesuaikan dengan kebutuhan makanan dan minuman yang dimasukkan.
B. Daerah bongkar muat, sampah dari gudang umum Merupakan tempat turun-naik barang dari dan ke dalam mobil pengangkut C. Daerah pegawai / staff hotel (employees area) Merupakan ruang karyawan yang berisi loker untuk karyawan, gudang, dll D. Daerah pencucian dan pemeliharaan (laundry and housekeeping) Untuk hotel berbintang, laundry berukuran cukup luas dan berfungsi sebagai tempat mencuci, mengeringkan, setrika, dan mesin press yang digunakan untuk melayani tamu dan juga karyawan. Pada area house keeping, terdapat ruang kepala dan asisten departemen, gudang, tempat menjahit kain, sarung bantal, gorden, dll. Yang disiapkan untuk melayani tamu hotel. E. Daerah mekanikal dan elektrikal (Mechanical and Engineering Area) Berisi peralatan untuk heating dan cooling yang berupa tangki dan pompa untuk menjaga sistem operasi mekanikal secara keseluruhan.
II.1.4 Fasilitas Hotel Fasilitas standar yang umum dan harus terdapat pada masing – masing jenis kamar tersebut adalah sebagai berikut : A. Fasilitas dalam unit: • Kamar mandi privat ( bathroom ) dan perlengkapannya. • Tempat tidur ( jumlah dan ukurannya sesuai dengan jenis). • Lemari pakaian ( cupboard ). • Rak untuk menyimpan barang ( luggage rack ). • Telepon, lampu, AC. • Radio dan Televisi, koneksi internet • Meja rias / tulis ( dressing table ) dan kursi. • stationeries, dll. Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 13
B. Fasilitas keseluruhan hotel • Lobby/ customer service • Ruang tunggu • Anjungan tunai • Minimarket • Restoran, café, bar, longue • Toko merchandise, money changer, toko tiket pesawat • Kolam renang, spa, dll
II.1.5 Tinjauan Hotel Kapsul Sejenis Dari uraian defisi umum hotel, maka hotel kapsul adalah sebuah jenis bangunan yang memiliki banyak kamar berukuran kecil ekstrim (kapsul) untuk disewakan sebagai tempat menginap. Ide awal hotel kapsul pertama lahir di Jepang dan menjadi sebuah tren akomodasi baru. Ide dasarnya adalah dari keinginan untuk efisiensi ruang dan kenyamanan fungsional. Yang berasal dari semangat, adaptif kreatif dari pikiran masyarakat jepang. Hotel kapsul bertujuan menghadirkan tempat sewa murah dan memberikan akomodasi penginapan untuk para tamu yang tidak membutuhkan pelayanan seperti hotel konvensional lainnnya. Disebut kapsul karena memiliki arti sebuah unit kamar sewa hotel yang kecil dan berbentuk lonjong menyerupai bentuk kapsul. Selain itu, kapsul di jepang identik dengan ruang-ruang dari pre-fabrikasi. Ditinjau dari jenis lokasi, maka hotel kapsul dapat dikatagorikan sebagai hotel bisnis. Karakter tamu hotel kapsul tidak berbeda dengan karakter tamu hotel bisnis seperti yang telah disebutkan dalam table, yaitu sebagai berikut: • Bepergian seorang diri atau berkelompok • Menginap dalam jangka waktu relatif singkat • Ingin cepat menyelesaikan tugasnya, sehingga pertimbangan terhadap jarak pencapaian ke objek tujuan harus sedekat mungkin • Dalam hal ini, rekreasi tidak diprioritaskan
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 14
Sistem yang berlaku di dalam hotel ini sama halnya seperti hotel konvensional lainnya. pengunjung melakukan check in, bersih – bersih diri, tidur atau makan, bersiap, lalu check out. Tipikal sebuah hotel kapsul terdiri dari 2 bagian utama yaitu ruang publik dan ruang privat. Ruang privat adalah unit kapsul tempat tidur pengunjung. Unit yang umum banyak diterapkan hotel kapsul di Jepang adalah single unit yang terdiri dari satu buah kasur dan tidak ada jalur sirkulasi untuk berjalan. Namun, ada juga unit kapsul yang berukuran lebih besar sehingga terdapat jalur sirkulasi di dalam kapsul untuk menunjang kegiatan bekerja dalam ruang lebih optimal dan adapula unit yang berukuran lebih besar dengan menghadirkan kamar mandi privat di dalam unit kapsul dapat dikatakan sejenis dengan fasilitas hotel bintang tiga.
Gambar II.1 single unit (sleeping box)
Gambar II.2 unit kapsul dengan sirkulasi berjalan
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 15
Gambar II.3 fasilitas kamar mandi privat Unit kapsul yang sudah banyak diterapkan di Negara Jepang mayoritas berbahan fiber glass. Di dalam blok modular tersebut, sudah dilengkapi dengan fasilitas penunjang kegiatan seperti televisi, jaringan internet, telepon, kotak kontrol tombol (pendingin ruangan, tv, lampu), dan meja kecil knock down untuk bekerja dan kamar mandi.
Gambar II.4 tata letak fasilitas unit kapsul
Gambar II.5 fasilitas unit kapsul Berikut beberapa contoh sirkulasi gerak manusia yang dapat dilakukan di unit kapsul:
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 16
Gambar II.6 sirkulasi gerak manusia dalam unit kapsul 1. Lobby Sama halnya dengan hotel konvensional, setelah melewati entrance, terdapat loby. Loby berfungsi sebagai tempat mengurus segala administrasi hotel seperti check in dan check out penginapan 2. Kamar mandi dan ruang ganti Kamar mandi dapat dikatagorikan sebagai sarana publik maupun sarana privat berdasarkan perletakannya. Mayoritas hotel kapsul yang sudah ada di jepang, meletakan kamar mandinya di luar unit sewa sehingga menjadi kamar mandi umum/publik. Namun, jika hotel kapsul tersebut memiliki ciri sama dengan hotel bintang tiga, maka akan terdapat kamar mandi di dalam unit sewa, sehingga sifatnya berubah menjadi privat khusus pengguna unit tersebut saja. 3. Loker penyimpanan Karena unit hotel kapsul relatif kecil, maka terdapat fasilitas loker penyimpanan yang berfungsi sebagai pengganti lemari. Hal ini bersifat opsional sesuai kebijakan penyedia hotel dan kebutuhan tamu jika dirasa perlu mengadakan area loker khusus.
Gambar II.7 ruang loker bersifat publik Sama halnya dengan kamar mandi, ruang loker bisa dikatagorikan sebagai ruang privat jika diletakan di dalam unit kapsul. Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 17
Gambar II.8 ruang loker bersifat privat
4. Ruang komunal atau fasilitas tambahan Fasilitas tambahan seperti ruang baca, restoran, ruang duduk, sauna dan spa dan lain-lain tersedia pula dalam hotel kapsul. Berikut beberapa contoh diantaranya:
Gambar II.9 Ruang baca, ruang tunggu atau aktivitas individu
Gambar II.10 Ruang sauna dan spa
Gambar II.11 restoran, lounge, kafe
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 18
Struktur bangunan pada hotel kapsul ini terbilang praktis dan penerapannya cukup mudah. Untuk bagian unit hotel, dibuat kerangka-kerangka beton yang modular guna memasukan tabung kapsul di setiap lubang modul yang telah di sediakan. Kapsul yang berbahan dasar fiber terlebih dahulu telah di rakit dan hanya tinggal memberikan finishing di beberapa titik.
Gambar II.12 kerangka pasang hotel kapsul
II.1.6 Arsitektur Berkelanjutan Menurut Tri Harso Karyono (2010) dalam bukunya green architecture, Arsitektur hijau merupakan suatu rancangan lingkungan binaan, kawasan, dan bangunan yang komprehensif. Rancangan harus memenuhi kriteria hemat dalam menggunakan sumber daya alam, minim menimbulkan dampak negatif, serta mampu meningkatkan kualitas hidup manusia. Arsitektur hijau (Green Architecture) adalah suatu pendekatan pada bangunan yang bertujuan unutuk dapat meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada manusia dan lingkungan. Konsep pendekatan ini sangat penting untuk diaplikasikan di era modern karena berkaitan dengan isu global warming yang sedang marak akibat banyak perusakan lahan dan pemakaian energi secara besar-besaran. Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 19
Prinsip-prinsip green architecture menurut Brenda dan Robert Vale, dalam buku Green Architecture Design for A Sustainable future : a. Hemat energi / Conserving energy Pengoperasian bangunan harus meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik (sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan) b. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate Merancang bagunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada. c. Minimizing new resources Merancang dengan mengoptimalkan kebutuhan sumber daya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam. d. Tidak berdampak negatif bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut. Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ). e. Merespon keadaan tapak dari bangunan. Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya. Berikut adalah tabel ringkasan sasaran dan implementasi dari pembahassan green architecture SASARAN
IMPLEMENTASI
Minim
• Hemat energi
mengkonsumsi
• Hemat air
sumber daya alam
• Hemat material • Penggunaan material terbarukan (reuse, reduce, recycle)
Minim
• Minim menghasilkan limbah (padat, cair,gas)
memberikan
• Merubah limbah menjadi produk bermanfaat
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 20
• Tidak menimbulkan pemanasan kawasan (heat
dampak negative terhadaap alam
island) • Rendah emisi gas rumah kaca • Pemanfaatan sumber energi terbarukan
Tidak menurunkan
• Kualitas kimawi udara memenuhi standar kesehatan
kualitas hidup
• Kualitas fisik udara/ruang memenuhi standar
manusia
kenyamanan fisik • Aman
Tabel II.1 sasaran dan implementasi green architecture Tujuan arsitektur hijau tersebut menjadi sustainable (berkelanjutan), earth friendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik). • Sustainable ( Berkelanjutan ) Yang berarti bangunan tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman, konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan – perubuhan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar. • Earthfriendly ( Ramah lingkungan ) Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Tidak hanya dalam perusakan terhadap lingkungan, tetapi juga menyangkut masalah pemakaian energi. Oleh karena itu bangunan berkonsep green architecture mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan sekitar, energi dan aspek – aspek pendukung lainnya. • High performance building Bangunan berkonsep green architecture mempunyai satu sifat yang tidak kalah pentingnya dengan sifat – sifat lainnya. Sifat ini adalah “High performance building”. Alasan mengapa green architecture mempunyai sifat ini salah satu fungsinya
ialah
untuk
meminimaliskan
penggunaan
energi
dengan
memanfaatkan energi yang berasal dari alam dan dengan dipadukan teknologi tinggi ( High technology performance )
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 21
Menurut kutipan buku James Steele, Sustainable Architecture “Arsitektur berkelanjutan adalah Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat terkait.” Dari standar bangunan hijau dan sustainable yang digunakan oleh beberapa Negara, seluruhnya mengacu kepada 3 aspek utama, yaitu: a. environmental sustainability meliputi integrasi ekosistem, biodiversitas, kepekaan kapasitas. Beberapa aspek lingkungan yang berkelanjutan terdiri dari faktor pemilihan dan pengolahan tapak, konservasi air, penghematan energi buatan, penggunaan energi terbarukan, penggunaan material yang berkelanjutan, pengolahan limbah, dan pengaplikasian perkembangan teknologi b. social sustainability Meliputi identitas kultur masyarakat suatu kawasan tersebut, upaya pemberdayaan masyarakat sekitar, aksesbilitas, kestabilan lingkungan dan keadilan bagi masyarakatnya. c. economical sustainability Meliputi
pertumbuhan
perekonomia,
pertumbuhan
penduduk
yang
mempengaruhi segala pertumbuhan kawasan tersebut, produktivitas, serta pengembangan dan penyebaran. Pendekatan perancangan hemat energi dapat dibagi dua, yaitu: 1. Perancangan Pasif Perancangan pasif adalah penghematan energi dengan cara memanfaatan energi alami dan mengkonversi energi tersebut menjadi dalam bentuk lain. Misalnya energi matahari yang diubah menjadi energy listrik. 2. Perancangan Aktif. Perancangan aktif adalah salah cara penghematan energi dengan bantuan alatalat
teknologi
yang
dapat
mengontrol,
mengurangi
pemakaian,
atau
menghasilkan energi baru. Perancangan secara aktif secara otomatis juga Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 22
menggunaan perancangan pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai. Prinsip perancangan arsitektur hemat energi dilihat dari parameter disain arsitektural adalah sebagai berikut: 1. Konfigurasi bangunan dipengaruhi oleh iklim 2. Orientasi bangunan merupakan hal yang krusial 3. Fasade bangunan yang responsif terhadap iklim 4. Sumer energy berasal dari pembangkit yang terbarukan 5. Penggunaan system operasional aktif dan kombinasi 6. Konsumsi energi yang rendah 7. Tingkat kenyamanan yang konsisten 8. Pertimbangan terhadap ekologi tapak (Sumber: Energy-efficient Architectute, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau, Jimmy Priatman, 2002)
II.2 Tinjauan Khusus Topik II.2.1 Kajian Iklim Tropis Lembab Iklim mempunyai dampak yang kuat terhadap pembentukan sebuah rancangan bangunan. Iklim sebuah wilayah akan mempengaruhi respon dalam membentuk kenyamanan beraktifitas pengguna. Respon rancangan dari masingmasing iklim membentuk tipologi bentuk yang secara umum dikenal dengan arsitektur lokal. Georg Lippsmeier dalam buku Bangunan Tropis menyatakan bahwa daerah tropis berlaku untuk daerah yang meliputi kurang 40% dari luas permukaan bumi ini. Posisi daerah tropis terletak antara garis 230, 270 utara dan selatan. Garis balik isotherm lintang utara, 270 adalah garis cancer dimana matahari pada tanggal 20 Juni posisinya tegak lurus, sedangkan garis balik isotherm lintang selatan 23 0, 270 adalah garis balik Capricorn dimana pada tanggal 23 Desember berada pada posisi tegak lurus. Daerah iklim tropis lembab berada di sekitar khatulistiwa sampai sekitar 15 0 utara dan selatan.
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 23
Berikut tabel pengamatan kelembaban udara dan kecepatan angi rata-rata selama satu tahun di Jakarta tahun (pengamatan 2009): Pengamatan kelembaban udara sepanjang tahun, 2009 Tabel II.2 Kelembaban Udara Menurut Bulan di Jakarta, 2009 Bulan
Kelembaban Udara Maksimum Minimum Rata-rata 92 62 81 92 66 81 85 67 76 86 69 76 89 67 77 84 70 75 76 56 68 77 63 69 77 61 68 81 62 70 90 64 75 93 68 77 Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika
Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
kecepatan angin pada tapak yang diamati dari stasiun pengamatan di Jakarta pada tahun 2009: Tabel II.3 Rata-rata Cuaca Menurut Bulan di Jakarta, 2009 Bulan
Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Tekanan Udara (mbs) 1 009,9 1 008,6 1 009,1 1 009,0 1 008,6 1 009,8 1 010,4 1 010,1 1 010,4 1 010,4 1 008,8 1 009,6
Arah Angin (point)
Kecepatan Penyinaran Angin Matahari (m/s) (%) 294 4,8 32 254 5,3 32 270 5,5 65 315 4,9 46 165 3,9 50 180 5,5 54 180 4,1 66 165 4,2 71 169 4,3 76 248 4,2 62 270 4,8 40 330 3,9 41 Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 24
Dari tabel di atas, diperoleh rata-rata kelembaban di Jakarta sepanjang tahun sebesar 75%. Berdasarkan diagram Lippsmeier, kelembaban yang masih terbilang nyaman adalah 20% - 78%. Kelembaban udara di tapak sangat tinggi, bahkan ada yang melewati batas normal,yaitu pada bulan Januari dan Februari. Kelembaban yang tinggi dapat dihalau dengan kecepatan udara. Dengan kecepatan udara yang tinggi, kelembaban udara dapat berkurang sehingga lebih mendekati area kenyamanan termal. Prasasto Satwiko dalam buknya fisika bangunan 1 menyatakan, Indonesia berada dalam daerah tropis lembab dengan ciri-ciri sebagai berikut: • Tidak ada perbedaan jelas antara musim kering (kemarau) dan basah (hujan). Musim hujan dan kering dapat panjang sehingga terjadi tumpang-tindih musim. • Suhu udara relative tinggi dengan amplitude suhu siang – malam kecil (240C – 320C) • Kecepatan angin rendah (di Jakarta dalam 1 hari berkisar antara 1m/s – 4m/s) • Kelembaban udara tinggi (60% - 90%). Kelembaban tinggi ini menyebabkan kulit terasa lengket karena keringat tidak dapat leluasa menguap sehingga menempel di kulit. Kondisi ini menyebabkan perasaan tidak nyaman. • Radiasi matahari cukup tinggi (sekitar 400 W/m2), walau sering juga tertutup Keadaan langit yang umumnya selalu berawan (< 100W/m2). • Curah hujan deras dapat turun dalam beberapa hari berturut-turut. Rata-rata sekitar 1500-2500mm per tahun. • Flora beraneka ragam, subur dan tidak mengenal musim gugur. Jamur tumbuh dengan pesat • Karat logam dan pelapukan organic mudah terjadi • Penduduknya mengembangkan budaya kehidupan di luar rumah (outdoor living) Berdasarkan ciri-ciri iklim tropis lembab diatas, maka dapat terlihat kelebihan serta kekurangan yang ada saat tinggal di iklim tersebut. Suhu udara dan tingkat kelembaban yang tinggi di daerah tropis lembab merupakan suatu kendala untuk mendapatkan kenyamanan. Ditambah dengan kecepatan angin yang relatif rendah. Namun hal ini dapat diatasi dengan penciptaan aliran udara di dalam ruangan. Sirkulasi udara di dalam ruangan tidak hanya ditentukan oleh kecepatan Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 25
udara eksterior tetapi juga oleh pengolahan posisi masa bangunan dan penempatan elemen desain arsitektur.
II.2.2 Ruang Menurut Rustam Hakim (1987), ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara psikologi emosional (persepsi)
maupun
dimensional. Ruang bisa terjadi secara visual dan non visual (bau, sinar, angin, bayangan) dan keberadaannya lebih bertumpu pada rasa. Ruangan dalam suatu lingkungan binaan tidak hanya sekedar the sense of exposure, namun hendaknya menghadirkan suatu suasana. (atmospere). Suasana dimunculkan oleh ruang dipengaruhi oleh ekspresi dari unsur pembentuk ruang serta respon dari pengamat (pemakai ruang). Sebagaimana persyaratan teknis keandalan yang diatur dalam UU no. 28/2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG) adalah aspek kesehatan dan kenyamanan. Persyaratan-persyaratan tersebut salah satunya adalah sistem penghawaan dan kondisi udara dalam ruang (thermal). Suatu ruang dapat dikatakan sesuai, apabila dapat mengakomodasi fungsi ruang dan kebutuhan akan kegiatan serta gerak manusia di dalamnya. Selain itu ruang tersebut juga harus dapat menghadirkan penghawaan dan pencahayaan yang baik. Ruang yang terlalu besar atau terlalu kecil dimensinya dalam peranannya mengakomodasi kegiatan yang berlangsung, akan mempengaruhi aktivitas manusia maupun kondisi fisik bangunan yang mewadahi ruang tersebut. Pada manusia akan mempengaruhi kenyamanan, kesehatan dan psikologis. Sedangkan pada kondisi fisik bangunan meliputi tingkatan suhu, penghawaan, intensitas pencahayaan, kelembaban dan lain sebagainya. Lippsmeieir menyatakan, bentuk dan metode konstruksi bangunan modern pada umumnya memungkinkan setiap bangunan menggunakan penyejuk udara (AC) secara mekanis. Jika kondisi iklim diperhatikan pada pembuatan instalasi penyejuk udara, maka ini adalah metode yang paling terjamin untuk mendapatkan iklim ruangan dan iklim kerja yang paling optimum dalam ruangan. Tetapi, instalasi penyejuk udara dapat menimbulkan kerugian yaitu pencemaran di luar lingkungan, serta anggaran biaya dan perawatan bangunan akan lebih mahal. Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 26
selain itu, mempengaruhi keseimbangan organisme manusia jika perbedaan iklim luar dan iklim dalamnya besar. Gangguan kesehatan bisa timbul bila berada lama atau sering keluar masuk ruangan yang demikian. Dengan adanya masalah akibat penggunaan pendingin ruangan yaitu penghematan biaya untuk hotel kapsul yangidentik dengan ekonomis/murah, penghematan energi dan terdapatnya efek negative pada manusia maka penting untuk memperhatikan bagaimana memperbaiki kondisi ruangan dengan cara alamiah. Beberapa metode perencanaan yang dapat mempengaruhi iklim interior diantaranya orientasi bangunan, ventilasi silang, pelindung matahari. Dengan penempatan bangunan yang tepat terhadap matahari dan angin, serta bentuk denah dan konstruksi serta pemilihan bahan yang sesuai, maka temperatur ruangan dapat di turunkan beberapa derajat tanpa bantuan peralatan mekanis. Perbedaan temperatur yang kecil saja terhadap temperatur luar atau gerakan udara lambat sudah dapat menciptakan perasaan nyaman bagi manusia yang sedang berada di dalam ruangan.
II.2.3 Studi Kasus Ruang Dimensi Sejenis Unit Kapsul Berikut adalah data hasil survey/ studi banding dari 2 buah kamar kostkostan dengan bangunan berbeda yang ada di sekitar daerah kampus Binus. Studi lapangan ini akan membahas tingkat kelembaban dan sirkulasi bukaan yang didapat dalam unit ruangan. Dimana, ruang kost-kostan ini memiliki dimensi yang mirip dengan konsep perancangan hotel kapsul. Survey dilakukan di 2 tempat berbeda, dengan hari yang berbeda namun dalam kisaran waktu yang sama (berkisar antara jam 12.30 - 14.00). Pengukuran menggunakan 2 buah alat. Untuk perhitungan kelembaban, menggunakan hygrometer yang menampilkan suhu ruang dan kelembabannya. Alat ke dua adalah anemometer yang dapat menghitung gerak angin (dalam hal ini, tidak menggunakan AC)
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 27
Gambar II.13: alat ukur Kecepatan angin Gambar II.14: alat ukur kelembaban
Kamar 1 – Binus Square Tipe kamar single unit Kondisi baru, belum terpakai sehingga AC tidak menyala.
Gambar: II.14: kondisi kamar 1 Dari data pengukuran, terdapat hasil sebagai berikut: Kelembaban
: 62%
Kecepatan angin
: 2,8 m/s
Kesimpulan: Walaupun ruangan relatif kecil dan kelembaban sedikit melebihi batas zona nyaman, namun tidak terlalu merugikan dan menjadi masalah bagi penghuninya. Dengan adanya balkon pada unit kamar, membuat adanya sirkulasi udara karena memiliki bukaan silang. Kecepatan angin juga terbilang cukup besar karena bangunan memiliki level cukup tinggi atau bersifat highrise building.
Kamar 2 Tipe kamar single unit Pengukuran dilakukan setelah kondisi AC mati +-10 menit.
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 28
Gambar: II.16: kondisi kamar 2
Kelembaban
: 67 %
Kecepatan angin : 1,6 m/s Kesimpulan: Ruang koridor yang sempit memiliki bukaan pada bagian koridor (menyatu dengan kusen pintu) dan tidak ada bukan pada bagian dinding luar. Selain itu, jendela hampir di setiap unit tidak dimanfaatkan sebagaimana fungsinya. Jendela selalu dalam kondidi tertutup. Sehingga tidak ada ventilasi silang untuk pergantian udaranya. Ruang-ruang sering sekali di dinginkan terus menerus mengakibatkan kelembaban cukup tinggi.di dalam ruang, maupun luar ruang (lorong) pada saaat AC dimatikan karena tidak ada bukaan. Koridor satu arah juga mempersulit gerak udara terdapat sisi mati di salah satu sisinya, ditambah dengan posisi kamar mandi yang cukup berdekatan.
Kesimpulan keseluruhan: Dari perbedaan pengolahan dua ruang ini, terlihat bahwa ruang yang mendapat bukaaan silang mempunyai kelembaban yang mendekati normal, dibanding ruang yang tanpa bukaan. Selain itu, suasana ruang trlihat kusam. Bentuk koridor mati yang juga berbentuk linear turut mempengaruhi sulitnya udara mengalir dan mendistribusikannya ke setiap unit ruang.
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 29
Dari data pengamatan tersebut dan hubungannya dengan hotel kapsul yang memiliki dimensi ruang sejenis, adalah sebagai berikut: • Bangunan tidak memperhatikan arah gerak angin sehingga sirkulasi udara yang bergerak dalam ruangan menjadi sulit serta ruangan mudah menjadi pengap dan lembab • Ruang yang pengap dan lembab dapat mengganggu kesehatan penggunanya, terutama kesehatan pernapasan dan kulit karena mudah dihinggapi bakteri • Ruangan yang pengap dan lembab membuat dinding cepat kusam, material lain rentan lapuk karena potensi pertumbuhan jamur cepat. • Ruang yang kecil memberi pengaruh psikologis kepada pengguna ruang. suasana tidak nyaman misalnya sesak dan kesan tertekan/ stress Dengan melihat adanya beberapa kerugian tersebut, maka upaya pengolahan kecepatan dan aliran angin perlu diadakan pada hotel kapsul ini.
II.2.4 Definisi Angin Menurut Turyanti dan Effendy (2006) angin adalah massa udara secara mendatar (horizontal) yang pada umumnya dikur dalam dua parameter yaitu kecepatan dan arah. Buys Ballot ahli ilmu cuaca dari Perancis menerangkan bahwa angin adalah massa udara yang bergerak dari suatu tempat bertekanan tinggi ke tempat lain yang bertekanan rendah atau dari daerah yang memiliki suhu rendah ke wilayah bersuhu tinggi. Menurut Ahrens (2007), angin merupakan udara yang kekuatannya sangat bergantung pada gradient tekanan dan merupakan proses penting dalam transport bahang (panas), kelembaban, uap air, mikroorganisme dan material lainnya dari suatu tempat menuju tempat yang lain.
II.2.5 Penyebab terjadinya angin
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 30
Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerah yang terkena banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih rendah dari daerah dari daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain. Secara umum angin terjadi karena terbentuknya gradient tekanan (slope) udara pada dua wilayah yang berbeda. Jika suatu wilayah menerima energi radiasi matahari lebih besar maka suhu udara yang dimilikinya akan lebih panas dan tekanan udara yang terbentuk akan cenderung lebih rendah. Perbedaan kerapatan massa udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, sehingga mengakibatkan terbentuknya aliran udara pada wilayah tersebut dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Dapat disimpulkan bahwa tekanan dan suhu udara sangat penting dalam proses terjadinya angin atau perbedaan tekanan sebagai akibat dari perbedaan suhu inilah penyebab terjadinya angin. Angin juga dapat disebabkan oleh pergerakan gesekan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain. Proses terbentuknya angin dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: 1.
Gradient barometris Merupakan suatu bilangan yang menunjukan perbedaan tekanan udara
dari dua isobar yang jaraknya 111 km sehingga jika makin besar gradient barometriknya maka angin yang dihasilkan akan semakin cepat (magnitude). 2.
Lokasi Posisi lintang rendah umumnya menerima radiasi surya lebih besar dari
daerah lintang tinggi sehingga potensi terbentuknya sel-sel tekanan rendah pada daerah katulistiwa akan lebih besar dibandingkan dengan lintang tinggi sehingga potensi untuk terjadinya angin atau turbulensi massa udara akan lebih besar jika dibandingkan wilayah diluar ekuator. Angin di dekat khatulistiwa lebih cepat daripada angin yang jauh dari khatulistiwa 3.
Tinggi lokasi
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 31
Wilayah yang lebih tinggi memiliki tekanan udara lebih rendah dibanding daerah dekat pesisir pantai. Perbedaan ketinggian juga akan memicu pergerakan angin. Semakin tinggi lokasinya, semakin kencang pula angin yang bertiup. Hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. 4.
Waktu Waktu sangat berkaitan dengan musim dan periode penyinaran matahari.
Pada musim panas pusat tekanan rendah akan lebih banyak terbentuk dan potensi terjadinya konvergensi udara akan sangat besar sehingga angin akan bergerak menuju wilayah tersebut begitupula sebaliknya. Sama halnya pada siang hari, angin akan bergerak lebih capet dibandingkan pada malam hari. Hal ini disebabkan pada siang hari pada daerah tertentu memperoleh panas lebih banyak, sehingga tekanan pada daerah tersebut akan rendah. Adanya perbedaan tekanan yang cukup signifikan menimbulkan angin yang cukup kencang.
II.2.6 Pola umum angin di Indonesia Pola umum angin yang terdapat di Indonesia pada umumnya merupakan pola angin yang dipengaruhi oleh angin monsun dan angin pasat. Angin monsoon yang melintasi Indonesia dikenal dengan angin monsun Asia atau angin monsoon Barat dan angin monsun Australia yang dikenal dengan angin monsun timur. Adanya pengaruh yang kuat dari sistem monsun ini di akibatkan karena angin di Indonesia ditentukan oleh pola tekanan di Australia dan Asia, pola tekanan ini mengikuti pola gerak tahunan matahari. Sebagai akibatnya pola angin di Indonesia umumnya adalah pola monsun, yaitu sirkulasi angin yang berubah arah hampir setengah belahan bumi dalam setiap tahunnya. Pola angin monsun barat yang datang dari Asia menyebabkan terjadinya musim hujan, sedangkan muson timur yang datang dari Australia menyebabkan terjadinya musim kemarau di Indonesia (Wyrtki, 1987). • Angin Monsun Barat Angin monsun barat pada umumnya mulai terjadi pada bulan Oktober – April. Proses terbentuknya angin ini karena posisi matahari berada di belahan Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 32
bumi 23 selatan (BBS), sehingga belahan bumi selatan khususnya wilayah daratan benua Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari pada benua Asia. Terbentuknya sel tekanan rendah di Australia akibat ekspanasi thermal atau pemanasan. Sebaliknya di Asia yang mulai ditinggalkan matahari temperaturnya rendah dan tekanan udaranya menjadi tinggi.
Gambar II.17: Pola Pergerakan Angin Monsun Barat (Asia) di Indonesia.
Gambar II.18: peta angin dan hujan muson barat (Sumber: J.H Houbolt “iklim Indonesia”)
Gradien tekanan ini mengakibatkan terjadinya pergerakan angin dari benua Asia ke benua Australia sebagai angin monsun barat. Angin ini melewati Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia serta Laut Cina Selatan. Karena melewati lautan tentunya banyak membawa uap air dan setelah sampai di kepulauan Indonesia turunlah sebagai presipitasi hujan. Setiap bulan November, Desember, dan Januari Indonesia bagian barat sedang mengalami musim hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi (Turyanti dan Effendy, 2006). Kasus monsoon seperti ini hanya terjadi untuk Indonesia.
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 33
• Angin Monsun Timur Angin monsun ini merupakan kebalikan dari angin monsun barat. Angin monsun timur pada umumnya terjadi setiap bulan April - Oktober, ketika matahari mulai bergeser ke belahan bumi utara. Mekanismenya adalah sebagai berikut pada saat matahri bergerak menuju utara belahan bumi (BBU), di belahan bumi utara khususnya benua Asia temperaturnya akan menjadi tinggi dan tekanan udara rendah (minimum).
Gambar II.19: Pola Pergerakan Angin Monsun Timur (Australia) di Indonesia
Gambar II.20: peta angin dan hujan muson timur (J.H Houbolt “iklim Indonesia”)
Sebaliknya di benua Australia yang telah ditinggalkan matahari, temperaturnya rendah dan tekanan udara tinggi (maksimum). Terjadilah pergerakan angin dari benua Australia ke benua Asia melalui Indonesia sebagai angin monsoon timur. Sifat angin ini adalah tidak membawa uap air yang banyak sehingga potensi hujan sangat kecil, atau membawa dampak kekeringan Selain angin monsun wilayah Indonesia juga dipengaruhi kuat oleh sistem angin pasat dunia. Angin Pasat Tenggara dan pasat timur laut berhembus Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 34
secara normal sepanjang tahun. Angin pasat timur laut umumnya terjadi pada bulan dimana matahari berada di belahan selatan bumi yaitu pada bulan Desember hingga Maret, sedangkan angin pasat tenggara terjadi pada bulan Juni hingga September (Turyanti dan Effendy,2006). Berikut data frekuensi angin selama satu tahun di Jakarta
Bulan Januari
Bulan Maret
Bulan Februari
Bulan April
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 35
Bulan Mei
Bulan Juni
Bulan Juli
Bulan Agustus
Bulan September
Bulan Oktober
Bulan November
Bulan Desember
Gambar II.21: Pola Pergerakan Angin Jakarta sepanjang 1 tahun
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 36
Berdasarkan pola pergerakan angin di Jakarta sepanjang 1 tahun tersebut, dapat disimpulkan bahwa pergerakan angin selalu berubah. Namun mayoritas angin datang dari arah barat laut. II.2.7 Angin dan kenyamanan termal Menurut Aynsley (1998), Area yang memiliki kepadatan yang tinggi, dapat mempengaruhi variasi kecepataan angin secara signifikan.
Gambar II.22: kepadatan mempengaruhi kecepatan angin Tujuan pengudaraan adalah untuk mendapatkan penyejukan, pengeringan, serta peredaran
udara
yang
bersih
untuk
mendapatkan
kenyamanan
dan
menghilangkan rasa panas. Semakin tinggi pergerakan angin, semakin cepat panas dilepaskan. Secara terperinci, tujuan pengudaraan adalah: 1.
Memaksimalkan hilangnya panas dalam ruang
2.
Mempertahankan keyamanan lingkungan ruang yang dihuni
3.
Mengadakan pengudaraan langsung
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 37
4.
Menghilangkan uap air yang timbul demi menjaga kesehatan
5.
Menghilangkan kalor berlebihan
6.
Membantu mendapatkan kenyamanan termal
Kenyamanan termal erat hubungannya dengan alam sekitar dan bersifat individual. Oleh karenanya keadaan lingkungan tertentu dapat dirasakan berbeda oleh individu yang berbeda pula. Faktor alam yang dominan dapat mempengaruhi kenyamanan termal bagi manusia, Untuk menciptakan kenyamanan termal, kita harus memahami 3 kondisi lingkungan yang dapat menjadikan panas hilang, 3 kondisi yang dimaksud adalah: 1.
Suhu Udara Suhu udara menentukan kecapatan panas yang akan hilang yang
sebagian besar dengan cara konveksi (pengembunan). Suhu udara terdiri dari dua macam yaitu suhu udara biasa (air temperature) dan suhu udara radiasi rata-rata. Suhu radiasi rata-rata adalah radiasi rata-rata dari permukaan-permukaan bidang yang mengelilingi seseorang. 2. Kelembapan Udara Pengertian kelembapan udara adalah kandungan uap air dalam udara. Persentase
yang menunjukkan
besaran kelembapan udara
didapat dari
perbandingan antara keadaan kenyataan uap air dan jumlah maksimum uap air yang dapat dikandung oleh udara pada kondisi ruang dan suhu yang sama. Biasanya kelembapan menjadi penting saat suhu udara mendekati atau melampaui ambang batas atas daerah kenyamanan termal dan kelembapan udara mencapai lebih dari 70 % atau kurang dari 30 %. Kelembapan udara yang tinggi mengakibatkan sulit terjadinya penguapan di permukaan kulit sehingga mekanisme pelepasan panas dapat terganggu. Sebaliknya bilak elembapan udara rendah, orang menderita efek keringnya udara. Pengaruh kelembapan udara terhadap kenyamanan termal dalam suatu ruang tergantung dari suhu udara, kelembapan, dan iklim. Makin tinggi kelembapan, makin rendah suhu maksimal yang masih dirasakan nyaman. Sebaliknya, jika kelembapan tinggi maka akan mengurangi kecepatan pendinginan melalui penguapan, mendukung pembentukan uap air (keringat) pada kulit Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 38
sehingga badan terasa tidak nyaman. Selain itu masalah lain adalah pertumbuhan jamur lebih pesat dan memicu percepatan pelapukan bangunan. 3.
Pergerakan Udara Pergerakan udara adalah aspek yang penting untuk kenyaman termal,
terlebih di daerah panas. Gerakan udara mempengaruhi percepatan hilangnya panas baik secara konveksi maupun penguapan. Kecepatan udara memiliki dampak yang nyata pada proses hilangnya panas. Jangkauan nyaman berkisar 2060 fpm / ± 0,6 – 0,2 mph, gerakan udara akan terlihat, namun masih dapat diterima terantung pada kegiatan yang sedang dilakukan. DI atas 200 fpm (2mph), geakan udara dapat menjadi sedikit kurang nyaman dan mengganggu. Prinsip pergerakan aliran udara terbagi atas empat pola dasar, yaitu: • Arus berlapis (lamiar) Adalah pola aliran paling sering terjadi. Udaara mengalir berada bertumpukan atau bersebelahan satu sama lain dalam sebuah garis lurus dan mudar diperkirakan karena tingkat gangguan yang kecil. • Arus terpisah (separate) Pola ini terjadi setelah pengaruh dari faktor-faktor eksternal berkurang. Udara kembali bergerak dengan pola laminar tetapi terdapat beberapa lapisan berbeda. • Arus bergolak (turbulent) Terjadi karena faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pola laminar.pola aliran menjadi acak dan sulit diperkirakan
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 39
Gambar II.23: jenis aliran udara (sumber: Heating, Cooling, Lighting, Design Methods For Architect, Norbet Lechner, 2001)
Udara akan dibelokan ke sekitar bagian bangunan yang secara umum juga akan menciptakan tekanan yang negatif (-), tekanan-tekanan ini tidak akan didistribusikan secara keseluruhan.
Gambar II.24: aliran udara di sekitar bangunan (sumber: Heating, Cooling, Lighting, Design Methods For Architect, Norbet Lechner, 2001
II.2.8 Pengaruh angin terhadap bangunan Efek Bernoulli Efek Bernoulli menyatakan bahwa “adanya peningkatan kecepatan udara akan menurunkan tekanan statiknya” fenomena dari efek Bernoulli yaitu adanya suatu tekanan negative pada pembatasan tabung ‘venturi’
Gambar II.25: tabung venture menggambarkan efek Bernoulli (sumber: heating, cooling, lighting, design methods for architect, Norbert Lechner, 2001)
Bangunan
dapat
memantulkan,
menghalangi,
mengarahkan
dan
mengurangi atau menambah keceptan aliran udara. Besar kecilnya pengaruh
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 40
terhadap aliran udara bergantung kepada tinggi, lebar dan bentuk abngunan tersebut. dua pertiga bagian dari tinggi bangunan, angin bergerak menuju bagian samping bangunan. Sepertiga bagiannya bergerak ke bagian atas.
Gambar II.26: aliran udara di sekitar bangunan Sumber: controlling air movement & matahari, angin dan cahaya Walaupun
bangunan
bisa
mengurangi
kecepatan
angin
yang
menabraknya, perubahan aliran udara menaikan kecepatan pada dasar dan sisi bangunan sebesar 2 bahkan sampai 3 kali lipat. Gambar disamping menunjukan pola pergerakan angin dengan 3 macam kondisi. Kondisi
pertama,
bangunan
diletakan
berbanjar ke belakang dari arah datang angin. Terjadi sudut mati yang tidak terkena aliran udara. Begitupula pada gambar 2 yang bangunan diletakan secara berbaris. Sudut mati masih terdapat dalam penyebaran aliran. Gambar II.27: pengaruh pola bangunan Posisi paling optimal adalah kondisi gambar 3 yaitu bangunan diletakan silang dan terdapat penyempitan ruang untuk arah masuk angin sehingga angin yang keluar dari ruang penyempitan tersebut akan lebih kencang.
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 41
Tipe aliran udara pada gambar 3 sama halnya dengan upaya penerapan bernama efek venturi. Efek venture menurut Bernoulli adalah penurunan tekanan fluida yang terjadi ketika fluida tersebut bergerak melalui pipa menyempit. Kecepatan fluida dipaksa meningkat untuk mempertahankan debit fluida yang sedang bergerak tersebut, sementara tekanan pada bagian sempit ini harus turun akibat pemindahan energi potensial tekanan menjadi energi kinetik.
Gambar 28: pengaruh lebar bukaan masuk dan keluar Sumber: controlling air movement Dari gambar tersbut, terlihat jelas bahwa aliran udara yang masuk dari bukaan yang sempit menuju bukaan yang lebih besar akan memaksimalkan kecepatan aliran udara di dalam ruang (kecepatan inilah yang mempengaruhi kenyamanan). Bukaan masuk tidak hanya mempengaruhi keceptan, tetapi juga pola aliran udara dalam ruangan atau bangunan, sedangkan lokasi bukaan keluar hanya memiliki pengaruh kecil dalam kecepatan dan pola aliran udara. Semakin besar perbandingan ukuran bukaan keluar dengan bukaan masuk akan menciptakan kecepatan yang lebih tinggi, yang menghasilkan penyejukan lebih besar (kukreja, C.P. Tropical Architecture halaman 91). Posisi bangunan yang melintang terhadap angin primer sangat dibutuhkan untuk pendinginan suhu udara. Jenis, ukuran, dan posisi bukaan pemasukan udara. Jarang sekali terjadi orientasi bangunan yang baik terhadap matahari sekaligus arah angin primer. Penelitian menunjukkan, jika harus memilih (untuk daerah tropika basah seperti Indonesia), posisi bangunan yang melintang terhadap arah angin primer lebih dibutuhkan dari pada perlindungan terhadap radiasi matahari sebab panas radiasi dapat dihalau oleh angin yang berhembus. Kecepatan angin yang nikmat dalam ruangan adalah 0,1 – 0,15 m/detik. Besarnya laju aliran udara tergantung pada: 1.
Kecepatan angin bebas
2.
Arah angin terhadap lubang bukaan
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 42
3.
Luas lubang bukaan
4.
Jarak antara lubang udara masuk dan keluar
5.
Penghalang di dalam ruangan yang menghalangi udara
II.2.9 Pertimbangan upaya bangunan menghemat energy listrik secara pasif: Berdasarkan
buku
Arsitektur
Sadar
Energi
(Prasasto
Satwiko,
7
2005) terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan yang harus diperhatikan untuk membangun bangunan hemat energi listrik, antara lain sebagai berikut: - Lokasi daerah, yang meliputi: •
Ketinggian. Tinggi rendah lokasi akan mempengaruhi arus angin dan suhu. Udara di lokasi yang tinggi seperti di pegunungan akan lebih sejuk daripada di dataran rendah. Untuk daerah beriklim panas lembab, kesejukan akan mengurangi energi yang seharusnya dialokasikan untuk AC.
- Lahan, yang meliputi: •
Dimensi. Lahan luas akan memberikan keleluasaan untuk menempatkan
bangunan
di
tengah,
sehingga
semua
sisi
memperoleh akses langsung ke ruang luar untuk memperoleh udara dan cahaya. Sekeliling bangunan dapat ditanami tanaman sebagai peneduh; serta •
Ketinggian Air Tanah. Jika tidak tersedia jaringan air minum kota, maka terpaksa memperoleh air dari dalam tanah. Semakin dalam sumber air, semakin besar ukuran pompa yang diperlukan, dan semakin banyak energi yang diperlukan.
- Massa, yang meliputi: • Jumlah dan Bentuk. Untuk iklim tropis lembab, massa satu ruang tersebar akan lebih tepat unutk penghawaan alami daripada massa besar tunggal; • Orientasi. Arah selatan ke utara mengurangi luas dinding yang terpapar panasnya matahari pagi hingga sore; sehingga akan mengurangi penggunaan AC; serta
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 43
• Ketinggian. Semakin tinggi bangunan, semakin besar energi untuk transportasi vertikal, menaikkan air, dan sistem ventilasinya. -
Organisasi
ruang,
yang
meliputi:
Pengelompokan.
Ruang
perlu
dikelompokkan sesuai dengan kedekatan aktivitas dan potensi, untuk menjadi penghalang panas bagi ruang yang memerlukan kenyamanan.
- Elemen bangunan, yang meliputi: • Atap. Untuk iklim tropis yang baik adalah gabungan seng mengkilat dan isolator di bawahnya. Seng itu akan memantulkan sebagian besar panas matahari sedang yang diserap akan menjadikan seng panas, namun ditahan oleh isolator; sehingga panas tidak masuk ke ruang dibawahnya. Teritisan lebar juga perlu untuk menahan sinar matahari langsun; • Dinding. Dinding ringan dan memiliki banyak bukaan. Sebaliknya, jika memakai AC, dinding harus tertutup. Dinding seharusnya terlindung dari sinar matahari langsung; serta • Lantai. Pemilihan lapis lantai yang tepat juga akan membantu mengurangi panas dalam ruangan yang diserap oleh pelapis; sehingga suhu di dalam ruangan tidak terlalu panas. - Penerangan, yang meliputi: • Penerangan Alami. Penerangan alami sangat berlimpah di siang hari. Gunakan cahaya dari matahari, namun bukan sinar langsung yang dapat membawa panas; serta • Penerangan buatan. Gunakanlah lampu hemat energi. Lampu penerangan umum tidak perlu terlalu terang, gunakan penerangan yang wajar. - Penghawaan, yang meliputi: • Penghawaan Alami. Gunakan penghawaan alami sebanyak-banyaknya, apabila kualitas udara luar baik, sejuk, dan lingkungan tidak bising. Hindari gangguan privasi visual dari luar; serta • Penghawaan Buatan. Hindari memasang temperature AC pada suhu terlalu rendah, misalnya 16oC. Pasanglah pada 25oC atau 26oC
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 44
- Transportasi vertikal. Desain tangga sedemikian rupa sehingga untuk jarak dekat penghuni lebih tertarik untuk memakai tangga daripada lift. Tangga lebar, dengan tanjakan nyaman, akan mengundang orang memakainya, daripada menunggu lift. -
II.3
Studi Literatur II.3.1 Studi Literatur Hotel
Berikut tabel perbandingan hasil studi literatur tentang hotel kapsul dan hotel bisnis sejenis. V express capsule hotel - Moscow
Matchbox
Nakagin Capsule
Hostel - singapore
Hotel
Fasilitas utama:
Fasilitas utama:
Fasilitas utama:
Tempat tidur, tv, jaringan internet
Tempat tidur, tv, jaringan internet
Kamar tidur, km/wc, tv, jaringan internet
Fasilitas penunjang:
Fasilitas penunjang:
Fasilitas penunjang:
km/wc, Lobby, ruang public, mini market
km/wc, Lobby, ruang public, mini market, dapur, r.loker
Lobby, ruang public, mini market
Foto -
Fasilitas
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 45
Foto fasilitas
Ruang tidur kelas ekonomi
Ruang tidur kelas ekonomi dobel
Ruang tidur
Kamar tidur
km/ wc
Ruang tidur kelas bisnis Fasilitas tambahan Ruang public
Ruang publik km/wc
Kamar mandi Massa bangunan
Persegi Panjang
Persegi Panjang
persegi panjang
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 46
Struktur
Konstruksi beton dan bata
Konstruksi beton dan bata
Core bbeton dengan frame dan blok kapsul knockdown
Sirkulasi
Double Loaded
Double Loaded
Double Loaded
Jumlah lapis
5
3
13
Jumlah unit
125
32
208
Kelebihan
Menyediakan 3 buah kelas kamar yaitu ekonomi, ekonomi double dan bisnis
Area komunal yang luas didukung dengan fasilitas yang memadai dan harga relative murah. Interior menarik minat
Dapat dipisahkan kapsul satu dengan kapsul lain (sistem knock down) Bangunan tahan gempa
Kekurangan
Bukaan kecil, Tempat tidur terlampau Box kapsul warna pencahayaan alami material putih, sehingga kecil dan privasi kurang kurangsehingga akan karena bukaan pada unit cepat kotor dan terlihat cepat menimbulkan besar tidak menarik kelembaban tinggi Tabel II.4: perbandingan studi literature hotel kapsul
II.4 Tinjauan Tapak Kasus Proyek
: Fiktif
Pemilik Proyek
: Pengusaha Hotel Kapsul
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 47
Lokasi tapak
Gambar II.29 lokasi tapak
Gambar II.32 lokasi tapak beserta peraturan Sumber: website dinas tata kota DKI Jakarta
Batas area lahan
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 48
Gambar II.31 batas area lahan Kondisi lingkungan sekitar tapak Utara
Flyover, ruko
Timur
Jl. K.H Mas Mansyur, Perumahan penduduk, ruko
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 49
Barat
stasiun kereta api, perumahan penduduk, masjid
Selatan
Perniagaan, pusat grosir, Butik Tekstil
Tabel II.5 Kondisi lingkungan sekitar tapak Tata ruang lahan
: Dengan tipe masa bangunan deret
Peruntukan lahan
: Kkt (Karya Kantor) atau Kpd (Karya Perdagangan)
Peraturan tapak: Lokasi Tapak
Jl. Jatibaru Tanah Abang, Jakarta Pusat
Luas lahan
6873 m2
KDB
60%
Luas lantai dasar yang
KDB x luas lahan
boleh dibangun
= 60% x 6873 m2 = 4123.8 m2
KLB
3,5
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 50
Luas
total
bangunan
yang boleh dibangun
KLB x luas lahan = 3,5 x 6873m2 = 24055.5 m2
Tinggian maksimum
8 lantai
Tabel II.6 peraturan tapak Pencapaian ke Tapak Tapak dapat dicapai dengan kendaraan pribadi, kendaraan umum atau dengan berjalan kaki. Akses dalam tapak hanya bisa dari arah utara (Jl. Jati Baru) dan dari timur (Jl. K.H Mas Mansyur). Jarak dari Stasiun Tanah Abang ke dalam tapak adalah 300 m. Potensi Tapak • Penghijauan cukup banyak dan baik • Dapat diakses melalui jalan besar (strategis dan di hook) • Dekat dengan Stasiun Tanah Abang • Dapat dicapai dengan berbagai macam kendaraan (pribadi maupun umum) • Dekat dengan real kota Kendala Tapak • Bising karena berbatasan langsung dengan jalan besar • Padat karena dekat dengan pusat perbelanjaan • Pergerakan angin relative kecil.
Perancangan Hotel Kapsul dengan Pengolahan Massa Bangunan Berdasarkan Aliran Angin di Tanah Abang 51