BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Definisi Wisma Atlet Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), wisma adalah bangunan untuk tempat tinggal, kantor, dan sebagainya; gerha; kumpulan rumah; kompleks perumahan; permukiman. Atlet adalah olahragawan, terutama yg mengikuti perlombaan atau pertandingan -kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan-. Menurut Wikipedia, atlet (dari bahasa Yunani: athlos yang berarti "kontes") adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif. Para atlet harus mempunyai kemampuan fisik yang lebih tinggi dari rata-rata. Jadi, wisma atlet adalah bangunan untuk tempat tinggal untuk para olahragawan yang mengikuti pertandingan olahraga. II.1.2 Wisma Fajar (Wisma Fairbank) Wisma Fajar (Wisma Fairbank) terdiri dari 3 tower yang masing-masing towernya terdiri dari 1 lantai dasar dan 10 lantai hunian yang berisi 20 unit ruang serupa dengan apartemen. Pada tiap lantainya terdiri dari 2 unit, dimana tiap unitnya berisi 1 ruang keluarga, 3 ruang tidur, 3 kamar mandi/wc, 1 ruang dapur, 1 ruang jemur, 1 balkon yang berada di dekat ruang keluarga. Wisma Fajar (lihat gambar 2.1) pada awalnya difungsikan sebagai mess karyawan Singapura yang bekerja di Jakarta, bangunan tersebut dibangun pada tahun 1974 dan difungsikan pada tahun 1980. Pada tahun tersebut, Wisma Fajar dikontrakkan kepada pihak Singapura. Namun untuk keperluan tempat tinggal atlet, bangunan tersebut beralih fungsi sebagai wisma atlet sejak tahun 1985 hingga 1995. Maka dari itu, susunan ruang dan denahnya tidak seperti wisma atlet pada umumnya. Pengelolaan wisma tersebut kemudian beralih kembali
7
kepada pihak Pengelola dan Pengembangan Komplek Gelora Bung Karno (PPGBK) pada tahun 2004. Gambar 2.1 Perspektif Wisma Fajar
Selain panas dan tidak nyaman, keluhan lain dari atlet adalah banyaknya nyamuk terutama musim kemarau. Atlet suka terbangun tengah malam hanya untuk memukul nyamuk dan ini sangat mengganggu bagi atlet yang akan berlomba keesokan harinya (Tempo online, 1987). Dulunya, Wisma Fajar ditempati oleh atlet yang tiap unitnya diisi sebanyak 15 atlet. Hanya ada 6 unit yang digunakan oleh atlet (lihat gambar 2.2 dan gambar 2.3), sisanya disewakan untuk umum dan juga digunakan untuk kantor pengelola. Gambar 2.2 Ruang Keluarga
Gambar 2.3 Ruang Tidur
Bangunan ini tidak pernah direnovasi sama sekali sejak pertama kali di bangun. Kondisi pengudaraan alami terasa kurang nyaman, banyak nyamuk, serta interior ruangan yang sangat memprihatinkan (lihat gambar 2.4 dan gambar 2.5). Kantin yang ada saat ini tidak mengundang selera. Selain itu, tidak adanya sarana hiburan membuat para atlet cepat merasa jenuh. Kondisi ini membuat atlet menjadi kurang nyaman, bahkan stress pada saat persiapan pertandingan.
8
Gambar 2.4 Kamar Mandi/WC
Gambar 2.5 Ruang Dapur
Ruangan yang ada merupakan ruang yang diperuntukkan bagi sebuah keluarga. Ruangan seperti ruang jemur atau balkon (lihat gambar 2.6 dan gambar 2.7) sebenarnya kurang dibutuhkan oleh para atlet. Kondisi ruang yang bisa dikatakan layak pakai ini memang tidak cocok untuk digunakan oleh para atlet yang akan membawa nama baik bangsa Indonesia. Gambar 2.6 Ruang Jemur
Gambar 2.7 Balkon
Seluruh atlet yang akan bertanding di Komplek Gelora Bung Karno memilih tinggal di Hotel Atlet Century dibandingkan dengan Wisma Fajar. Saat ini, Wisma Fajar (Wisma Fairbank) disewakan untuk kepentingan umum, seperti pekerja pada proyek apartemen yang berada tidak jauh dari lokasi. Dalam “Kerangka Acuan Rencana Pembangunan Wisma Atlet”, tercantum visi dan misi Gelora Bung Karno, yaitu: Visi: 1. Keputusan Presiden R.I No. 318 Tahun 1962 menetapkan bahwa tujuan daripada pembentukan Yayasan Gelanggang Olahraga Bung Karno adalah untuk mengusahakan bidang pembangunan di bidang mental/rohani, spiritual, dan jasmaniah/fisik melalui kegiatan-kegiatan olahraga yang bersifat rekreasi,
nasinal
maupun
pendidikan,
dan
internasional,kegiatan-kegiatan kegiatan-kegiatan
dalam
kebudayaan,
rangka
usaha 9
meningkatkan persahabatan dan perdamaian dunia serta penerangan massa dan lain-lain. Usaha-usaha tersebut di atas dilakukan dengan memperhatikan asas-asas ekonomi perusahaan tanpa mengabaikan asas-asas sosialnya. 2. Gagasan tersebut dilanjutkan dan lebih dimantapkan dengan Pembentukan Badan Pengelola Gelora Senayan (sekarang Badan Pengelola Gelora Bung Karno) sebagaimana tercakup dalam keputusan Presiden R.I Nomor 4 Tahun 1984. Misi: 1. Pengamanan asset eks Aisan Games IV Tahun 1962 sebagai asset Negara Republik Indonesia. 2. Pemeliharaan dan pengembangan untuk mendukung kemajuan olahraga nasional. 3. Pengembangannya sebagai objek wisata dan prasarana komunikasi. 4. Pelestarian
lingkungan
sebagai
paru-paru
kotadengan
tetap
mempertahankannya sebagai ruang terbuka hijau. Rencana pembangunan Wisma Atlet merupakan bagian dari penataan ulang pada sub-blok 18 yang harus disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kawasan Gelora Bung Karno yang aktual, mengingat saat ini sedang dilakukan penataan ulang oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sebagai review atas Rencana Induk Kawasan Gelora Senayan (RIKGS), yang ditandatangani bersama oleh Gubernur DKI Jakarta (Bapak Suryadi Sudirja) dan Menteri/Sekretaris Negara selaku Ketua Badan Pengelola Gelora Senayan (Bapak Moerdiono). Bentuk Pengelolaan Wisma Atlet Gelora Bung Karno adalah: 1. Sebagai sarana akomodasi para atlet pada saat event-event olahraga. 2. Sebagai “Youth Hostel” ataupun disewakan kepada umum secara terbatas, apabila tidak ada even olahraga. Jumlah kamar minimal 200 kamar yang dapat dihuni 2-3 orang tiap kamar. 3. Sebagai tempat “Seminar/Pelatihan Olahraga” baik bagi official, juri/wasit, maupun altlet sendiri. 4. Sebagai “Function Room/Ruang Serbaguna” untuk kepentingan KONI, BPGBK, maupun para atlet
10
II.1.3 Studi Banding Wisma Atlet Tabel 2.1 Perbandingan Studi Banding 1
Wisma putra & putri
Wisma putra
Wisma putri
Fasilitas
Kamar tidur (2-3 orang), km/wc dalam, r. Jemur, r. Bersama, r. Laundry, r. Gosok, linen room, pantry, r. Serbaguna, r. Pengelola.
Wisma (4 orang), km/wc luar (5 km & 5 wc tiap lantai), ruang bersama, ruang laundry, ruang linen,pantry, lapangan
Massa bangunan
Huruf U
Persegi panjang dengan void di tengah
Persegi panjang
Struktur
Portal beton
Portal beton
Portal beton
Sirkulasi
Single loaded
Single loaded
Double loaded
Jumlah lapis
3
3
1
Kapasitas
450 orang
132 orang
27 orang
Jumlah unit bangunan
1
2
5
Kelebihan
Kebutuhan primer para atlet sudah tersedia di dalam satu bangunan, lapangan dan ruang serbaguna mempermudah pelaksanaan briefing sebelum bertanding atau berlatih.
Kebutuhan primer para atlet sudah tersedia di dalam satu bangunan, lapangan dan ruang serbaguna mempermudah pelaksanaan briefing sebelum bertanding atau berlatih
Kebutuhan primer para atlet sudah tersedia di dalam satu bangunan
Kekurang an
Ruang makan serta fasilitas penunjang lain jauh dari wisma atlet ini sendiri.
Ruang makan serta fasilitas penunjang lain jauh dari wisma atlet ini sendiri
Ruang makan serta fasilitas penunjang lain jauh dari wisma atlet ini sendiri
Zoning bangunan
Wisma (3 orang), km/wc (3 wc & bak besar), ruang bersama, ruang cuci&jemur, pantry, gudang
11
Lainnya
Bangunan lain dalam satu komplek: poliklinik (r.massage, kamar mandi/wc, ruang psikologi, ruang perawat, ruang rawat inap, ruang praktek, ruang tunggu, ruang obat-obatan, ruang pendaftaran dan administrasi), dapur & r. Makan, fitness center & klinik, wisma pelatih
Gambar 2.8 Wisma Atlet Ragunan
Gambar 2.9 Zoning Wisma Atlet Ragunan
Gambar 2.10 Ruang Tidur
Gambar 2.11 Kamar Mandi/WC dan Ruang Jemur
Gambar 2.12 Ruang Belajar dan Lemari Pakaian
12
Gambar 2.13 Ruang Bersama
Gambar 2.14 Ruang Laundry
Gambar 2.16 Pantry
Gambar 2.15 Ruang Gosok dan Linen Room
Gambar 2.17 Ruang Serbaguna
Gambar 2.18 Ruang Pengelola
13
Gambar 2.19 Wisma Hanamesa
Gambar 2.20 Dapur
Gambar 2.21 Fitness Center
Gambar 2.22 Ruang Klinik
Gambar 2.23 Ruang Obat dan Ruang Praktek
Gambar 2.24 Wisma Pelatih
14
Gambar 2.25 Asrama Pria
Gambar 2.26 Zoning Asrama Pria
Gambar 2.27 Selasar
Gambar 2.28 Ruang Tidur
Gambar 2.29 Kamar Mandi/WC
15
Gambar 2.30 Asama Wanita
Gambar 2.31 Zoning Asama Wanita
Gambar 2.32 Ruang Tidur
Gambar 2.33Ruang Bersama
Gambar 2.34 Ruang Jemur
Gambar 2.35 R. Cuci
16
Tabel 2.2 Perbandingan Studi Banding 2
Wisma nakhon ratchasima
Beijing athlete village
Asrama atlet pb djarum
Zoning bangunan/ Foto Fasilitas
Wisma, km/wc, Wisma, km/wc, ruang bersama ruang bersama, fasilitas penunjang lain
Wisma, km/wc, ruang bersama, pantry, ruang cuci & gososk, pantry, ruang cuci, ruang loker
Massa bangunan
Persegi
Persegi panjang
Persegi panjang
Struktur
Portal beton
Portal beton
Portal beton
Sirkulasi
Single Loaded
Double Loaded
Double Loaded
Jumlah lapis 1
6&9
2
Kapasitas
40 orang
16.800 orang
40 orang
Jumlah unit bangunan
50
22 & 20
20
Kelebihan
Kebutuhan primer para atlet sudah tersedia di dalam satu bangunan
Bangunan ini digunakan sebagai hunian setelah olimpiade selesai
Berbentuk seperti town house
Kekurangan
Harus memiliki lahan yang sangat luas, fasilitas penunjang jauh dari bangunan wisma itu sendiri
Tidak terdapat cukup Tidak terdapat cukup open public open public space space
Lainnya
Gudang, plaza, ruang permainan (game room), massage center, internet café, av cinema, gymnasium, religious center, laundry, polyclinic,
Klinik, restaurant, perpustakaan, pusat hiburan,fitnes, kolamrenang, lapangantenis, lapangan basket dan areajoging. Barbershop, internet
Madding,kantin, fisioterapi, lapangan, hall of fame
17
cafetaria, shuttle bus
asrama, cafe, kantor pos, kantor pengiriman barang ups, toko souvenir olympic, supermarket, ruang dvd,ruang recording, ruang rekreasi, klub, hall karaoke, ruang fitness, dan 5 ruang ibadah.
Gambar 2.36 Fasilitas di Nakhon Ratchasima
Gambar 2.37 Zoning Wisma Atlet di Thailand
18
Gambar 2.38 Asrama
19
Gambar 2.39 Denah Bangunan Fasilitas
20
Gambar 2.40 Perspektif Mata Burung Beijing Athlete Village
Gambar 2.41 Asrama Atlet di Olympic Village
Gambar 2.42 Klinik Kesehatan
Gambar 2.44 Ruang Tidur
Gambar 2.43 Restauran
Gambar 2.45 Kamar Mandi/WC
21
Gambar 2.46 Alat Fitness
Gambar 2.47 Ruang Fisioterapi
Gambar 2.48 Kantin
Gambar 2.49 Asrama Atlet PB Djarum
22
Gambar 2.50 Ruang Tidur Asrama Putri
Tabel 2.3 Perbandingan Studi Banding 3
London athlete village
Singapore olympic village
Fasilitas
Wisma, km/wc, ruang bersama, fasilitas penunjang lain
Wisma, km/wc, ruang bersama, fasilitas penunjang lain
Massa bangunan
Persegi panjang
Persegi panjang
Struktur
Portal beton
Portal beton
Sirkulasi
Double loaded
Double loaded
Jumlah lapis
10
5
Kapasitas
17.000 orang
5.000 orang
Jumlah unit bangunan
20
3
Kelebihan
Digunakan sebagai hunian setelah Olimpiade selesai. Ada
Fasilitas penunjang berbentuk lingkaran
23
taman, dekat sungai Kekurangan Lainnya
Tidak terdapat cukup open public space Shuttle, plaza, pertokoan, restoran, klinik, ruang media
Toko retail,bank, kantor pengelola, kantor pos, dan kantor biro perjalanan, media sub centre, ruang makanbersama, pusat digital media termasuk internet centre, klinik kesehatan, Ruang tv, ruang meeting, internet nirkabel, hot-spot akses, ruang ibadah, dan klinik bersama, laundry
Gambar 2.51 London Athletes’ Village
Gambar 2.52 Young Olympic Village, Singapore
Kesimpulan : •
Fasilitas utama: kamar atlet & pelatih, ruang pengelola, kamar mandi / wc, ruang bersama, laundry room, gudang, pantry, ruang makan & dapur, ruang serbaguna, ruang gym, tempat ibadah , klinik, massage room, plaza/open space, shuttle bus, parkir sepeda, info center/lobby, meeting room
24
•
Fasilitas Penunjang: café, minimart, game room, audio visual room, karaoke room, internet area, klub, barbershop, kantor pos, jasa pengiriman barang , souvenir shop, jasa travel, perpustakaan, hall of fame, atm center
•
Massa bangunan persegi panjang
•
Struktur portal beton
•
Sirkulasi pada umumnya double loaded
II.2 Tinjauan Khusus II.2.1 Arsitektur Hemat Energi Menurut Tri Harso Karyono (2010), arsitektur hijau merupakan suatu rancangan lingkungan binaan, kawasan, dan bangunan yang komprehensif. Rancangan harus memenuhi criteria hemat dalam menggunakan sumber daya alam, minim menimbulkan dampak negative, serta mampu meningkatkan kualitas hidup manusia. Dari standar hijau yang digunakan oleh beberapa negara, terlihat bahwa secara umum aspek pemilihan tapak, pengolahan tapak, transportasi (jalur pedestrian dan transportasi kawasan), konservasi air, penghematan energi, penggunaan energy terbarukan, penggunaan material yang berkelanjutan, pengolahan limbah, penutup tanah berpori, meminimalkan efek heat island, penggunaan material bangunan yang sehat merupakan aspek yang penting untuk diperhitungkan dalam tingkat hijau bangunan. Bangunan dan infrastruktur yang dibangun tidak menimbulkan kerusakan tapak, tidak menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya banjir, polusi air, tanah, dan udara. Demikian pula penempatan fasilitas atau bangunan perlu menyelaraskan dan mengoptimalkan kondisi tapak yang ada. Penataan bangunan yang satu dengan yang lain dibuat sedemikian pula agar warga dapat berjalan kaki atau menggunakan sepeda dengan mudah dan terjangkau. Perubahan tapak dilakukan seminimal mungkin, sementara pengolahan tapak dilakukan seefektif mungkin demi efisiensi penggunaan energy, air, dan sumber daya alam lain.
25
Dalam rangka pengolahan tapak dan peningkatan kualitas tapak, perkerasan permukaan tanah perlu mempertimbangkan aspek ‘penyerapan’ air hujan. Material
berpori,
conblock,
grassblock,
merupakan
material
yang
direkomendasikan. Jalur pedestrian atau pejalan kaki serta jalur sepeda perlu disediakan secara memadai dari sisi dimensi dan kenyamanan pengguna. Jalur tersebut perlu diteduhi dengan pohon pelindung sehingga pengguna jalan tersebut terlinding dari sengatan matahari serta meminimalkan efek heat island. Konservasi atau penghematan energi yang dibicarakn lebih mengarah kepada penghematan operasional kawasan dan bangunan. Rancangan dan tata letak massa bangunan di suatu kawasan permukiman sangat mempengaruhi penggunaan energi kawasan secara menyeluruh. Orientasi bangunan, arah hadapan bangunan, mempengaruhi tingkat kenyamanan fisik serta konsumsi energi. Demikian pula ‘jarak’ antara bangunan atau fungsi yang saling terkaitakan memengaruhi konsumsi energi bagi perpindahan manusia atau transportasi dari satu tempat ke tempat lain. Prinsip utama dalam memnurunkan suhu (panas) di dalam rumah adalah mengurangi perolehan panas (heat gain) radiasi matahari yang jauh mengenai bangunan. Pengurangan radiasi matahari ii dapat melalui ‘pembayangan’ bangunan lain di sekitar nya, atau dengan pembayangan pohon besar di sekitar rumah. Jika perolehan panas matahari dapat diminimalkan, maka suhu udara di dalam rumah akan rendah. Meskipun ini bersifat relative, artinya jika kondisi suhu udara luar di sekitar rumah sudah tinggi, maka suhu udara di dalam rumah juga cendrung akan tinggi. Dari hasil penelitian Tri Harso Karyono, suhu nyaman di Jakarta dicapai antara 24,5 hingga 28,5 °C, dengan kelembaban di bawah 70% dan aliran udara di atas 0,2 m/detik. Namun seandainya pengondisian udara mekanis (AC) tetap harus digunakan, maka dengan memperhatikan hal-hal berikut diharapkan beban pendinginan AC menjadi lebih rendah, artinya kapasitas daya yang digunakan berkurang dan konsekuensinya menghemat pemakaian energi listrik. Prinsip-prinsip green architecture menurut Brenda dan Robert Vale, dalam buku Green Architecture Design for A Sustainable future :
26
a. Hemat energi /
Conserving energy
: Pengoperasian bangunan harus
meminimalkan penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin memaksimalkan energi alam sekitar lokasi bangunan ). b. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bagunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada. c. Minimizing new resources
: mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan
sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang /penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam. d. Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut / Respect for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ). e. Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya. f. Menetapkan seluruh prinsip-prinsip green architecture secara keseluruhan / Holism : Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita. Arsitektur hemat energi adalah arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran meminimalkan penggunaan energy tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya. Arsitektur hemat energy berdasarkan pada prinsip konservasi energi (sumber yang tidak terbarukan) yang menciptakan istilah forms follows energy (Sumber: Energyefficient Architecture, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau, Juimmy Priatman, 2002). Standar ACE (Asean Centre of Energy) menyatakan bahwa gedung hemat energi bila penggunaan listriknya maksimal 200 kWh per meter persegi per tahun dan OTTV-nya maksimal 45 watt per meter persegi. Rancangan gedung juga diharapkan menyatu dengan lingkungan sekitar. Standar ini dapat digunakan sebagai acuan mencapai bangunan hemat energi.
27
Penghematan Energi : Rancangan Hemat Energi 1. Meminimalkan Perolehan Panas Matahari Menghalangi radiasi matahari langsung pada dinding-dinding trasnparan yang dapat mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca, yang berarti akan menaikkan suhu dalam bangunan. 2. Mengurangi transmisi panas dari dinding-dinding massif yang terkena radiasi matahari langsung, dengan melakukan penyelesaian rancangan tertentu, misalnya: a. Membuat dinding lapis (berongga) yang diberi ventilasi pada rongganya. b. Menenpatkan ruang-ruang service (tangga, toilet, pantry, gudang, dan sebgainya). c. Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit-langit (pada bangunan rendah) agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang tersebut. 3. Orientasi Bangunan Utara-Selatan (Memanjang Timur-Barat) Efek dari orientasi bangunan, ketebalan dinding, dan warna dinding terhadap suhu udara di dalam bangunan diperlihatkan oleh percobaan Givoni. Di kawasan sekitar equator, sisi barat-timur mendapatkan panas yang lebih tinggi disbanding sisi utara-selatan. Dalam percobaan dengan dinding warna putih, terlihat bahwa suhu udara ruang berfluktuasi terhadap suhu udara luar. Pada siang hari umumnya suhu udara di dalam bangunan lebih rendah disbanding suhu luar, sementara malam hari suhu udara di dalam bangunan lebih tinggi disbanding suhu luar. Semakin tebal dinding, fluktuasi semakin kecil, karena kondisi suhu udara di dalam bangunan semakin stabil. Efek orientasi bangunan terhadap suhu udara di dalam bangunan juga tampak jelas. Suhu ruang rata-rata pada sisi dinding timurbarat lebih tinggi disbanding suhu ruang pada sisi selatan. Perbedaan suhu ruang rata-rata timur-barat dengan ruang sisi selatan mencapai hamper 1°C untuk dinding tipis (10cm) dan lebih dari 1,5°C untuk dinding tebal (20cm). Untuk dinding warna abu-abu, pengaruh orientasi dan ketebalan dinding terhadap perbedaan suhu lebih jelas terlihat. Untuk ketebalan dinding 10cm suhu ruang dalam terendah hamper selalu di bawah suhu luar. Sementara itu, perbedaan terbesar rata-rata antara ruang pada sisi yang berbeda dapat mencapai
28
4,5°C, sedangkan perbedaan pada waktu tertentu, maksimum dapat mencapai 7,5°C. Semakin tebal dinding, variasi suhu udara di berbagai waktu dan orientasi semakin rendah. Dinding tebal membuat fluktuasi suhu semakin kecil. 4. Organisasi uang : Aktivitas/Ruang Utama Diletakkan di Tengah Bangunan, Diapit oleh Ruang-Ruang Penunjang/Service di Sisi Timur-Barat Dinding ruang di bagian barat akan mendapatkan radiasi matahari siang dan sore yang sangat tinggi, dan membuat ruang di dalamnya panas. 5. Memaksimalkan Pelepasan Panas Bangunan Pelepasan panas bangunan ke udara di sekitarnya terjadi melalui proses radiasi, konduksi, dan konveksi. Pelepasan panas bangunan melalui proses radiasi umumnya terjadi pada malam hari ketika suhu udara sekitar bangunan turun, maka terjadi perpindahan panassecara radiasi dari bangunan ke udara di sekitarnya. Pelepasan panas melalui proses konduksi terjadi dari bangunan ke tanah, dimana panas bangunan mengalir melalui struktur, dinding, dan lantai ke tanah di bawahnya. Sementara itu, pelepasan panas melalu konveksi terjadi setiap waktu, dimana angin yang bersuhu lebih rendah dari suhu bangunanakan bersinggungan dengan bagian-bagian bangunan seperti atap, dinding, termasuk bagian dalam bangunan (melalui proses ventilasi). Udara yang bergerak (angin) mengambil panas dari bagian-bagian bangunan yang disentuhnya sehingga bagian bangunan teresebut menjadi lebih dingin. Salah satu hal penting adalah membuat rancangan bangunan yang memungkinkan perpindahan panas secara konveksi berlangsung optimal, yakni membuat bukaan, jendela, jalusi, dan sebagainya yang memungkinkan ventilasi udara silang terjadi secara optimal di dalam bangunan. Aliran udara sangat berpengaruh menciptakan ‘efek dingin’ pada tubuh manusia sehingga sangat membantu pencapaian kenyamanan termis manusia. 6. Meninimalkan Radiasi Panas dari Plafon (untuk Lantai Teratas) Untuk meminimalkan radiasi panas yang berasal dari plafon, perlu diusahakan agar ‘ruang atap’, yakni ruang diantara penutup atap dan langitlangit, diberi ventilasi semaksimal mungkin. Dalam membuat bukaan perlu dicegah masuknya burung atau kelelawar ke dalam ‘ruang atap’, untuk itu lubang-lubang ventilasi perlu diberi kawat (ayakan pasir). Atap yang cukup
29
tinggi (volume ruang antara penutup atap dan langit-langit besar) membantu mengurangi pemanasan ruang-ruang yang berada di bawahnya. 7. Hindari Radiasi Matahari Memasuki Bangunan atau Mengenai Bidang Kaca Ketika sinar matahari secara langsung menembus bidang kaca, radiasi yang dipancarkan matahari dalam bentuk gelombang pendek akan memanaskan benda-benda di dalam bangunan tersebut seperti lantai, meja, kursi, manusia, serta kaca itu sendiri. Akibat pemanasan tersebut, benda-benda akan memancarkan kembali radiasinya, dalam bentuk gelombang panjang, ke udara di sekelilingnya. Karena bahan kaca umumnya tidak dapat meneruskan gelombang panjang, panas yang ditimbulkan oleh benda-benda tersebut akhirnya tidak dapat keluar dari bangunan dan terperangkap di dalamnya. Hal ini mengakibatkan kenaikan suhu ruang akibat radiasi. Peristiwa ini disebut dengan the green house effect. Rumah kaca memanaskan ruang akibat dari pemanasan benda-benda di dalam ruang. Pemanasan ini sering kali dijawab dengan memasang mesin pendingin (AC), sehingga memerlukan energi yang seharusnya tidak perlu. Selasar di tepi bangunan mencegah masuknya radiasi matahari secara langsung ke bidang kaca, dapat mencegah terjadinya efek rumah kaca. 8. Manfaatkan Radiasi Matahari Tidak Langsung untuk Menerangi Ruang dalam Bangunan Untuk menerangi ruang, usahakan mengambil cahaya langit, bukan cahaya langsung matahari. Cahaya langit adalah cahaya yang dihasilkan dari cahaya diffuse matahari. Cahaya ini tidak memberikan efek pemanasan terhadap ruang yang diterangi. Untuk daerah di wilayah selatan equator seperti Bandung dan Jakarta, sisi selatan banguan tidak akan mendapatkan cahaya langsung matahari antara April hingga September. Sementara untuk sisi utara tidak akan mendapatkan cahaya langsung antara Oktober hingga Maret. Sky light plafon merupakan penerangan alami yang diciptakan dari plafon yang diemnsinya dibuat optimal agar cahaya masuk secukupnya tanpa memanaskan ruang.
30
9. Optimalkan Ventilasi Silang (untuk Bangunan Non-AC) Jika ruang tidak menggunakan AC, usahakan agar terjadi aliran udara yang menerus (ventilasi silang) di dalam rumah, terutama bagi ruang-ruang yang dirasa panas. Dari sisi akustik hal ini memang kurang menguntungkan, namun ini merupakan pilihan, mana yang perlu dikalahkan. Aliran udara penting untukmenciptakan efek dingin bagi tubuh manusia. Ventilasi silang terjadi jika ada sedikit dua bukaan di sisi yang berbeda di bangunan. 10. Warna dan Tekstur Dinding Luar Bangunan Warna terang cenderung memantulkan panas, sementara itu warna gelap menyerap lebih banyak panas. Tekstur kasar menyerap lebih banyak panas disbanding tekstur halus. 11. Rancangan Ruang Luar Meminimalkan penggunaan material keras (beton, aspal) untuk menutup permukaan halaman, taman atau parkir tanpa adanya peneduh. Material keras yang terkena radiasi matahari langsung akan menaikkan suhu udara di sekitar rumah dan akhirnya membuat ruangan di dalam rumah panas. Menurut Jimmy Priatman (2002), arsitektur hemat energi adalah arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran meminimalkn penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuni. Arsitektur hemat energi berdasarkan pada prinsip konservasi energi(sumber energi yang tidak terbaharui) yang menciptakan istilah forms follows energi. Konsep hemat energi masih menjadi hal yang penting untuk digunakan saat ini dalam berbagai bidang. Para ahli dan praktisi masih mencari cara untuk menerapkan konsep ini dengan baik. Perkembangan dalam dunia arstitektur juga mengalami
kemajuan,
terutama
dalam
perancangan
aktif,
sehingga
menghasilkan suatu konsep baru seperti zero-energy building, sustainable architecture, intelegent building, dan sebagainya. Pendekatan perancangan hemat energi dapat dibagi dua, yaitu: 1.
Perancangan Pasif Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari
31
menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu dan dapat mengantisipasi iklim luar. Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya. 2. Perancangan Aktif. Perancangan aktif bersifat tambahan. Pengertian perancangan aktif adalah salah cara penghematan energi dengan bantuan alat-alat teknolgi yang dapat mengontrol, mengurangi pemakaian, atau menghasilkan energi baru. Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai. Prinsip perancangan arsitektur hemat energi dilihat dari parameter disain arsitektural adalah sebagai berikut: 1. Konfigurasi bangunan dipengaruhi oleh iklim 2. Orientasi bangunan merupakan hal yang krusial 3. Fasade bangunan yang responsif terhadap iklim 4. Sumer energy berasal dari pembangkit yang terbarukan 5. Penggunaan system operasional aktif dan kombinasi 6. Konsumsi energi yang rendah 7. Tingkat kenyamanan yang konsisten 8. Pertimbangan terhadap ekologi tapak (Sumber: Energy-efficient Architectute, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau, Jimmy Priatman, 2002)
II.2.2 Bukaan terhadap Kenyamanan Termal Penghawaan silang seharusnya selalu dilakukan, sekalipun pada ruang yang menggunakan AC. Sekali waktu pasti membutuhkan udara segar untuk menggantikan udara panas dalam ruangan. Ventilasi di sisi ruangan bisa
32
berfungsi sebagai sekop angin diletakkan di pojok fasade akan menangkap angin. Bisa digunakan bila kecepatan angin tinggi. Pola dan konfigurasi bukaan mempengaruhi radiasi, aliran udara, dan pencahayaan. Luasan, bentuk, lokasi, dan posisinya juga berpengaruh pada pergerakan udara, pencahayaan, dan silau pada ruang dalam. Jika bukaan tidak terbayangi, maka akan mempengaruhi panas radiasi yang didapatkan. Bukaan pada level yang lebih tinggi, menambah aliran udara, dikenal sebagai ‘stack effect’. Posisi bukaan mempengaruhi distribusi cahaya pada ruang dalam sebagaimana dia mempengaruhi refleksi pada ruang dalam. Untuk daerah tropis, bukaan harus lebar untuk memfasilitasi masuknya udara. Sosoran yang lebar lebih disukai bila memotong radiasi matahari. Ketinggian bukaan harus menimbulkan distribusi udara yang baik bagi tubuh manusia. Ambang bukaan bawah mungkin lebih disukai. Jendela yang tinggi menyediakan distribusi yang baik untuk cahaya langsung dan difus. Jendela yang rendah memungkinkan tanah memantulkan cahaya. Partisi seharusnya tidak diletakkan di dekat jendela karena akan merubah dan mengacaukan arah aliran angin. Akan lebih disukai untuk menyediakan setiap ruangan dengan jendela paling tidak di dua sisi dinding. Ventilasi dibutuhkan 85% setahun, dan ventilasi silang timur barat diperlukan. Elemen-elemen seperti layar, louvre, dan jalusi digunakan untuk mengalirkan udara dan untuk melindungi dari matahari. Struktur seharusnya dilindungi dari matahari dan hujan, serta harus dilindungi dari radiasi sinar matahari dan silau. Daun penutup jendela yang bisa dipindahkan lebih disukai untuk perlindungan angin ribut. Gambar 2.53. Posisi Jendela Terhadap Pencahayaan dan Ventilasi
33
Gambar 2.54. Macam Konfigurasi Bukaan dan Efeknya Terhadap Aliran Udara
Orientasi bukaan berepngaruh terhadap radiasi sinar matahari yang diterima dan pergerakan udara. Untuk menghasilkan distribusi yang baik dari aliran udara di dalam bangunan, arah angin dan arah inlet-outlet seharusnya tidak sama. Seharusnya antara 45º tegak lurus arah angin. Menyusun bangunan dengan bukaan utamanya menghadap utara dan selatan akan memberikan keuntungan dalam mengurangi beban AC. Gambar 2.55. Posisi bukaan yang ideal (Krishan, 2000)
Kontrol bukaan akan mempengaruhi radiasi, pergerakan udara, dan pencahayaan alami. Penempatan kaca, pembayangan, kasa, light shelves, dan area jendela silang bisa menjadi suatu control. Hal-hal tersebut dapat mencegah radiasi sinar matahari. Penggunaan kaca akan mengontrol solar radiasi. Pembayangan, vertical dan horizontal akan mengontrol panas radiasi yang didapat. Light shelves akan membawa banyak cahaya ke dalam ruangan, yang akan dipotong oleh pembayangan horizontal. Kasa akan mengontrol masuknya serangga dan mengurangi kecepatan angin di dalam bangunan. Untuk
34
meningkatkan ventilasi, bisa didapat dengan memodifikasi jendela itu sendiri (Givoni B.:1994) Yang dimaksud dengan ventilasi silang yaitu bukaan atau lubang untuk aliran udara yang perletakkannya tidak pada satu sisi dinding melainkan pada dua atau tiga sisi yang berlawanan sehingga angin dapat mengalir masuk kedalam ruangan. Bukaan ventilasi yang tepat merupakan vaktor yang sangat penting bagi kenyamanan ruang. Ventilasi yang baik adalah yang memungkinkan terjadinya aliran udara selama 24 jam tanpa bantuan peralatan mekanis. Harus ada ventilasi untuk malam hari bila jendela dan pintu ditutup. Perletakan dan luas ventilasi dapat menentukan arah aliran dan volume udara sesuai yang diinginkan. Aliran udara sebaiknya terbentuk pada tempat dimana manusia berada. Ventilasi yang hanya pada satu sisi dinding menyebabkan angin tidak mengalir. (Lihat gambar). Gambar 2.56 Flow Udara
Angin berhembus dari daerah bertekanan tinggi ke rendah. Lubang angin masuk tanpalubang angin keluar, angin tidak mengalirsebab tekanan udara ruang menjadi tinggi. Dengan ventilasi silang, membuka jalanudara masuk dan keluar,udara mengalir. Lubang keluar < lubang masuk= Aliran lambat, Lubang keluar > Lubang masuk=Aliran cepat
Lubang keluar dekat lubang masuk terjadidaerah yang tidak dialiri angin.
Bila diinginkan lubang keluar pada dua sisi, udara berputar lebih jauh masuk kedalam ruangan.
35
Supaya angin dapat mengalir harus ada lubang udara masuk atau inlet dan lubang udara keluar outlet. Penempatan dan luas inlet dan outlet sangat menentukan volume udara yang mengalir. Luas bukaan sangat tergantung dari jumlah penghuni, aktivitas penghuni, suhu udara , kecepatan angin, Penghuni dengan jumlah yang lebih banyak, dan aktivitas lebih berat membutuhkan pertukaran udara yang lebih besar dalam kondisi suhu dan kecepatan angin yang sama. Luas lubang ventilasi dipengaruhi pula oleh suhu udara dan kecepatan angin. Bahwa semakin rendah suhu udara semakin perlahan pula hendaknya arus angin. Kecepatan angin 0,5 m/sec pada o
o
suhu 30 C masih terasa nikmat, tetapi kecepatan 0,5 m/sec pada suhu 12 C terasa sangat dingin. Artinya luas lubang ventilasi harus lebih kecil untuk daerah bersuhu dingin. Tetapi bisa dikatakan pula sangat tergantung dengan kebiasan penghuninya, yang terbiasa didaerah bersuhu dingin, sedang atau panas. Untuk tempat yang sering dihembus angin kencang seperti daerah pantai ventilasinya harus diatur agar angin berhembus secara perlahan lahan. Jadi luas ventilasi pada satu ruangan sangat tergantung dari jumlah penghuni, aktifitas penghuni, suhu udara, kecepatan angin (Sri Umiati:2008) Penelitian kenyamanan termis yang dilakukan Tri Harso Karyono memperlihatkan manusia di Jakarta merasa nyaman pada suhu udara (Ta) 26,4oC atau suhu operasi (To) 26.7oC. Sementara rentang nyaman antara 24.9 - 28.0 Ta dan 25.1 - 27.9 To.. Standar kenyamanan termis di Indonesia yang berpedoman pada standar Amerika [ANSI/ASHRAE 55-1992] merekomendasikan suhu nyaman dengan rentang antara 22 - 26 oCTo. Perbedaan ini akan berakibat pada jumlah energi yang dikonsumsi oleh bangunan. Sejumlah 596 karyawan dan karyawati yang bekerja pada tujuh bangunan kantor, yakni Gedung AgamaThamrin, Gedung BPPT Thamrin, Gedung BCA-Sudirman, Gedung DepdikbudSudirman, Gedung Pajak-Sudirman, Gedung Widjojo-Sudirman, dan Gedung LIPI-Gatot Subroto, berpartisipasi dalam penelitian kenyamanan termis ini. Sementara itu standar kenyamanan termis dari Internasional Standard, ISO 7730:1994 menyatakan bahwa sensasi manusia terhadap suhu merupakan fungsi dari empat faktor iklim yaitu, suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara, dan
36
kecepatan angin, serta dua faktor individu yakni, tingkat kegiatan yang berkaitan dengan tingkat metabolisme tubuh, serta jenis pakaian yang dikenakan. Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk daerah khatulistiwa adalah 19°C TE (batas bawah) – 26°C TE (batas atas). Pada temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya tahan dan kemampuan kerja manusia mulai menurun pada temperatur 26°C TE – 30°C TE. Kondisi lingkungan yang sukar mulai dirasakan pada suhu 33,5°C TE– 35,5 °C TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C TE kondisi lingkungan tidak dapat ditolerir lagi. Produktifitas manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin atau terlalu panas. Produktifitas kerja manusia meningkat pada kondisi suhu (termis) yang nyaman (Idealistina , 1991). Gambar 2.57 Diagram Kenyamanan sebagai Fungsi dari Temperatur, Kelembaban dan Kecepatan Angin
Bangunan Tropis, Georg. Lippsmeier
Mengaitkan penelitian Lippsmeier (menyatakan pada temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat serta daya tahan dan kemampuan kerja manusia mulai menurun) dengan pembagian suhu nyaman orang Indonesia menurut Yayasan LPMB PU, maka suhu yang kita butuhkan agar dapat beraktifitas dengan baik adalah suhu nyaman optimal (22,8°C - 25,8°C dengan kelembaban 70%). Angka ini berada di bawah kondisi suhu udara di Indonesia yang dapat mencapai angka 35°C dengan kelembaban 80%.
37
Bagaimana usaha mengendalikan faktor-faktor iklim di atas untuk memperoleh kenyamanan termal di dalam bangunan?. Cara yang paling mudah adalah dengan pendekatan mekanis yaitu menggunakan AC tetapi membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit. Pendekatan kedua adalah mengkondisikan lingkungan di dalam bangunan secara alami dengan pendekatan arsitektural. Pengkondisian lingkungan di dalam bangunan secara arsitektural dapat dilakukan dengan mempertimbangkan perletakan bangunan (orientasi bangunan terhadap matahari dan angin), pemanfaatan elemen-elemen arsitektur dan lansekap serta pemakaian material/bahan bangunan yang sesuai dengan karakter iklim tropis panas lembab. Melalui ke-empat hal di atas, temperatur di dalam ruangan dapat diturunkan beberapa derajat tanpa bantuan peralatan mekanis. Kecepatan angin di daerah iklim tropis panas lembab umumnya rendah. Angin dibutuhkan untuk keperluan ventilasi (untuk kesehatan dan kenyamanan penghuni di dalam bangunan). Ventilasi adalah proses dimana udara ‘bersih’ (udara luar), masuk (dengan sengaja) ke dalam ruang dan sekaligus mendorong udara kotor di dalam ruang ke luar. Ventilasi dibutuhkan untuk keperluan oksigen bagi metabolisme tubuh, menghalau polusi udara sebagai hasil proses metabolisme tubuh (CO2 dan bau) dan kegiatan-kegiatan di dalam bangunan. Untuk kenyamanan, ventilasi berguna dalam proses pendinginan udara dan pencegahan peningkatan kelembaban udara (khususnya di daerah tropika basah), terutama untuk bangunan rumah tinggal. Kebutuhan terhadap ventilasi tergantung pada jumlah manusia serta fungsi bangunan. Posisi bangunan yang melintang terhadap angin primer sangat dibutuhkan untuk pendinginan suhu udara. Jenis, ukuran, dan posisi lobang jendela pada sisi atas dan bawah bangunan dapat meningkatkan efek ventilasi silang (pergerakan udara) di dalam ruang sehingga penggantian udara panas di dalam ruang dan peningkatan kelembaban udara dapat dihindari. Jarang sekali terjadi orientasi bangunan yang baik terhadap matahari sekaligus arah angin primer. Penelitian menunjukkan, jika harus memilih (untuk daerah tropika basah seperti Indonesia), posisi bangunan yang melintang terhadap arah angin primer lebih dibutuhkan dari pada perlindungan terhadap radiasi matahari sebab panas radiasi dapat dihalau oleh angin yang berhembus.
38
Kecepatan angin yang nikmat dalam ruangan adalah 0,1 – 0,15 m/detik. Besarnya laju aliran udara tergantung pada: 1. Kecepatan angin bebas 2. Arah angin terhadap lubang ventilasi 3. Luas lubang ventilasi 4. Jarak antara lubang udara masuk dan keluar 5. Penghalang di dalam ruangan yang menghalangi udara Pola aliran udara yang melewati ruang tergantung pada lokasi inlet (lobang masuk) udara dan shading devices yang digunakan di bagian luar. Secara umum, posisi outlet tidak akan mempengaruhi pola aliran udara. Untuk menambah kecepatan udara terutama pada saat panas, bagian inlet udara ditempatkan di bagian atas , luas outlet sama atau lebih besar dari inlet dan tidak ada perabot yang menghalangi gerakan udara di dalam ruang. Gerakan udara harus diarahkan ke ruang ruang yang membutuhkan atau ruang keluarga. Penggunaan screen serangga akan mengurangi aliran udara ke dalam bangunan. Bukaan jendela (Jalousie atau louvered akan membantu udara langsung ke tempat-tempat yang membutuhkan. Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit-langit (khususnya bangunan rendah) sangat perlu agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang tersebut. Panas yang terkumpul pada ruang ini akan ditransmisikan ke ruang di bawah langit-langit tersebut. Ventilasi atap sangat berarti untuk mencapai suhu ruang yang rendah (Basaria Talarosha:2005) Sebuah hunian tidak lepas dari peran lingkungan sekitar yang mempengaruhi orang-orang atau manusia yang berada atau tinggal disekitarnya. Menurut pendapat Tri Endangsih, ST. (2007) yang menyatakan bahwa kenyamanan bangunan erat hubungannya dengan kondisi alam atau lingkungan disekitarnya dan upaya pengkondisian atau pengaturan ruang dalam bangunan. Selain itu terdapat beberapa pendapat dari para arsitektur dunia seperti Ken Yeang dalam bukunya. The Green Skyscraper (Yeang, 2000). Yang menyatakan bahwa terdapat beberapa parameter yang menjadi konsep dasar desain sadar energi dintaranya:
39
1. Kenyamanan Termal Bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan sinar matahari sesuai dengan kebutuhannya. Bangunan yang berada pada iklim dingin harus mampu menerima radiasi matahari yang cukup untuk pemanasan, sedangkan bangunan yang berada pada iklim panas, harus mampu mencegah radiasi matahari secukupnya untuk pendinginan. 2. Kenyamanan Visual Membahas mengenai bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan cahaya matahari (penerangan) sesuai dengan kebutuhannya. 3. Kontrol Lingkungan Pasif Dilakukan untuk mencapai kenyamanan termal maupun visual dengan memanfaatkan seluruh potensi iklim setempat yang dikontrol dengan elemen – elemen bangunan (atap, dinding, lantai, pintu, jendela, aksesoris, lansekap) yang dirancang tanpa menggunakan energi (listrik). 4. Kontrol Lingkungan Aktif Dilakukan untuk mencapai kenyamanan termal dan visual dengan memanfaatkan potensi iklim yang ada dan dirancang dengan bantuan teknologi maupun instrumen yang menggunakan energi (listrik). 5. Kontrol Lingkungan Hibrid Dilakukan untuk mencapai kenyamanan termal maupun visual dengan kombinasi pasif dan aktif untuk memperoleh kinerja bangunan yang maksimal. Untuk menciptakan kenyamanan termal, kita harus memahami tidak hanya mekanisme hilangnya panas dari badan manusia, tetapi juga terhadap 4 kondisi lingkungan yang dapat menjadikan panas hilang, 4 kondisi yang dimaksud adalah: 1. Suhu Udara Suhu udara akan menentukan kecapatan panas yang akan hilang yang sebagian besar dengan cara konveksi (pengembunan). Di atas 98.6°F, aliran udara akan berbalik dan badan akan mendapatkan panas dari udara. 2. Kelembapan Relatif Sebagian besar penguapan uap air pada kulit merupakan fungsi kelembapan udara. Udara kering dapat secara cepat menyerap uap air dari kulit, dan hasilnya
40
adalah penguapan yang cepat dan efektif untuk menyejukkan badan. Sebaliknya, saat kelembapan relatif (Relative Humidity/RH) mencapai 100%, udara akan menampung semua uap air yang mampu ditampungnya dan pendinginan dari penguapan berhenti. Untuk kenyamanan, RH sebaiknya berada di atas 20% sepanjang tahun. Pada tingkat kelembapan yang sangat rendah akan timbul sejumlah keluhan terhadap beberapa bagian tubuh yang terasa kering seperti hidung, mulut, mata, dan kulit, serta penyakit pernapasan. Kelembapan tinggi tidak hanya mengurangi kecepatan pendinginan melalui penguapan, tetapi juga mendukung pembentukan uap air (keringat) pada kulit yang membuat badan terasa tidak nyaman. Lebih lagi, tumbuhnya jamur juga merupakan masalah yang timbul ketika kelembapan tinggi. 3. Kecepatan Udara Gerakan udara mempengaruhi kecepaan panas yang hilang baik dengan cara konveksi maupun penguapan. Oleh karena itu, kecepatan udara memiliki dampak yang nyata pada proses hilangnya panas. Jangkauan yang nyaman berkisar 20-60 fpm / ± 0,6 – 0,2 mph, gerakan udara akan terlihat, namun masih dapat diterima terantung pada kegiatan yang sedang dilakukan. DI atas 200 fpm (2mph), geakan udara dapat menjadi sedikit kurang nyaman dan mengganggu (contoh: kertas yang tertiup ke mana-mana). Aliran udara draft adalah pendinginan lokal oleh pergerakan udara pada badan manusia yang tidak diinginkan dan merupakan masalah termal yang cukup serius. 4. Mean Radiant Temperature (MRT) Saat MRT memiliki perbedaaan yang sangat besar dari suhu udara, efeknya harus dipertimbangkan. Sinar matahari dapat menigkatkan MRT pada sebuah tingkat yang terlalu tinggi untuk kenyamanan.
41
II.3 Tinjauan Terhadap Kondisi Tapak II.3.1 Lokasi Tapak Gambar 2.58 Long Range Kinematic (LRK) Tapak
Tapak berada di Jalan Pintu Satu Senayan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat 10270. Lokasi ini merupakan pilihan yang baik untuk dijadikan lokasi hunian karena lokasi yang sangat strategis, kegiatan dan lingkungan yang menunjang, serta aksesibilitas yang baik. Lokasi ini dakat dengan tempat perhentian transportasi massal, yaitu Halte Bus Trans Jakarta. Batas Tapak Utara
: Jalan Pintu Satu Senayan
Timur
: Hotel Atlet Century
Selatan
: Jalan Manila, Kebayoran Lama
Barat
: Kantor Badan Pengelola Komplek Gelora Bung Karno
Tapak ini memiliki potensi kebisingan dan kepadatan yang cukup tinggi, terutama jika ada acara di area utama Komplek Gelora Bung Karno (KGBK). Jalan di sekitar tapak yang sangat ramai tidak dilewati oleh angkutan umum sehingga kondisi relatif lancar karena tidak ada angkutan umum yang berhenti di sembarang tempat. Pada tapak ini, sudah berdiri 3 buah tower yang difungsikan sebagai hunian. Lahan lainnya difungsikan sebagai area parkir mobil dan motor dari wisma tersebut dan bangunan di sekitar tapak. 42
II.3.2 Luas, Ukuran, dan Peraturan Tapak Gambar 2.59 RUTRK Tapak
Luas Lahan
: 10.150 m2
KDB
: 20% x 10.150 m2 = 2.030 m2
KLB
: 2,5 x 10.150 m2 = 25.375 m2
Ketinggian Max.
: 24 lapis
Peruntukan
: Kut (karya umum taman)
GSB
: Utara 10 m Selatan 8 m
Lebar Jalan
: Utara 26 m Selatan 18 m
II.3.3 Pencapaian ke Tapak Tapak dapat dicapai dengan kendaraan pribadi, bersepeda, atau dengan berjalan kaki.. Akses ke dalam tapak hanya bisa dari utara (Jalan Pintu 1 Senayan), dari selatan (Jalan Manila, Kebayoran Lama), dari barat (ada jalan yang langsung menghubungkan tapak ini ke kantor Kantor BPKGBK, sedangkan di bagian timur langsung berbatasan dengan Hotel Atlet Century.
43
II.3.4 Vegetasi Gambar 2.60 Penyebaran Vegetasi di Sekitar Tapak
Keadaan vegetasi di tapak dan sekitarnya cukup baik, terutama di bagian utara karena wilayah tersebut masuk ke dalam area utama Komplek Gelora Bung Karno yang memang sangat menjaga luasan area hijaunya yang mencapai 80%. Namun pada bagian timur, selatan, dan barat tidak memiliki cukup vegetasi sebagai penghijauan karena dijadikan area parkir dan bangunan. Penambahan vegetasi di dalam tapak dan sekitarnya diperlukan agar dapat menciptakan lingkungan yang baik dan menghasilkan iklim mikro yang nyaman. Tapak ini memiliki 37 buah pohon besar dan 29 pohon di bagian depan. Gambar 2.61 Pohon dalam Tapak
II.3.5 Status Kepemilikan Tapak Tapak dan bangunan ini dimiliki oleh Badan Pengelola Komplek Gelora Bung Karno (BPKGBK).
44
II.3.6 Fungsi Sekitar Tapak Gambar 2.62 Fungsi Sekitar Tapak
Keterangan: Lokasi tapak
Hunian
Fasilitas ibadah
Pusat perbelanjaan
Pusat perkantoran
Sarana olahraga
Tapak ini dekat dengan berbagai macam fasilitas seperti pusat perbelanjaan seperti FX Plaza, Senayan City, Ratu Plaza, dan Plaza Senayan. Hal ini menunjang bangunan wisma atlet karena atlet dapat berrekreasi ke lokasi perbelanjaan tersebut. Halte Trans Jakarta juga cukup dekat dengan tapak. Masjid Al-Bina ang ada di utaa tapak juga mudah diakses, bisa hanya dengan berjalan kaki. Karena tapak ini masih merupakan Komplek Gelora Bung Karno yang fungsi utamanya adalah memfasilitasi kegiatan olahraga, fungsi di sekitar tapak berupa sarana olahraga. Tapak ini juga dekat dengan berbagai bangunan perkanoran yang pada hari kerja selalu ramai. Di bagian barat daya sedang ada pembangunan apartemen dan di bagian timur berbatasan langsung dengan Hotel Atlet Century, yang juga merupakan hunian.
45
II.3.7 Kondisi Sosial Komplek Gelora Bung Karno pada awalnya memang diperuntukkan sebagai pusat sarana olahraga. Namun seiring berjalannya waktu, sebagian wilayahnya disewakan kepada pihak lain dan dikelola oleh pengembang tertentu. Sebagian wilayahnya disewakan sebagai pusat perbelanjaan, perkantoran, serta hunian. Dengan fungsi seperti ini, tapak menjadi pusat keramaian. Setiap hari terjadi kepadatan dari bangunan perkantora, di akhir minggu ramai dari pusat perbelanjaan. Apa lagi jika sedang acara besar yang diadakan pada fasilitas olahraga yang ada di sekitar tapak. Kondisi di sekitar tapak dapat dipastikan selalu ramai setiap hari dan dapat mengurangi kenyamanan audio di dalam tapak. II.3.8 Potensi dan Kendala Tapak Potensi Tapak •
Penghijauan yang cukup baik di utara tapak
•
Dekat dengan berbagai fasilitas penunjang
•
Tapak memanjang cenderung timur-barat
•
Dapat diakses melalui jalan besar dan jalan lingkungan
•
Dekat dengan Halte Trans Jakarta
•
Terdapat akses ke kantor Badan Pengelola KGBK
Kendala Tapak •
Bising karena berbatasan langsung dengan jalan besar
•
Padat karena pusat perbelanjaan dan perkantoran di sekitar tapak
•
Penghijauan di bagian selatan dan di dalam tapak kurang
•
Faktor keamanan kurang karena mudah diakses
•
KDB 20% sehingga harus mengoptimalkan luas lantai dasar
•
Tapak miring sehingga orientasi massa bangunan perlu diperhatikan
46