BAB II TINJAUAN dan LANDAS AN TEORI
II.1
Tinjauan Umum
II.1.1 Pengertian Kos (Indekost) Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Phoenix. April 2007 ¾ Indekost adalah menumpang tinggal dan makan dengan membayar ; memondok. Kos dalam bahasa Inggris adalah ”Boarding House” Berdasarkan www.wikipedia.com, the free encyclopedia, November 2007 ¾ A boarding house can also be called a "rooming house" (mainly in the United States) or a "lodging house". It is a house (often a family home) in which people on vacation or lodgers rent one or more rooms for one or more nights, and sometimes for extended periods of weeks, months and years. Years ago the boarders would typically share washing, breakfast and dining facilities; in recent years it has become common for each room to have its own washing and toilet facilities. Such boarding houses were often found in English seaside towns (for holidaymakers) and college towns (for students).
8
II.1.2 Karakteristik Kos Berdasarkan (http:/dinasperumahan.jakarta.go.id/doc/sosialisasi_pemukiman.ppt) Tempat tinggal kos – kosan biasanya terdapat dalam areal yang dekat dengan kampus. Pemiliknya biasanya merupakan penduduk setempat ataupun pemilik modal yang besar. Kos – kosan untuk mahasiswa biasanya terdiri dari 1 kamar, dan di dalamnya terdapat 1 tempat tidur, 1 meja belajar dan 1 lemari. Dan biasanya menggunakan kamar mandi dan dapur secara kolektif. Pada saat sekarang ini pembangunan kos – kosan semakin berkembang dan fasilitas yang diberikan juga semakin eksklusif. Hal ini terlihat dalam penyediaan AC, kamar mandi dalam, ruang tamu, dan lain-lainnya. Sistem pembayaran kos – kosan didasarkan pada jangka waktu sebulan, terkadang bisa 3 bulan langsung. Pembayaran untuk jangka waktu yang panjang biasanya akan diberikan potongan oleh pemilik kos – kosan. M enurut pemerintah atau dinas perumahan rumah, kos dapat memiliki ciri – cirri atau diartikan sebagai berikut :
Perumahan pemondokan / rumah kos adalah rumah yang penggunaannya sebagian atau seluruhnya dijadikan sumber pendapatan oleh pemiliknya dengan jalan menerima penghuni pemondokan minimal 1 (satu) bulan dengan memungut uang pemondokan;
Pengelola
rumah kos adalah pemilik perumahan dan atau orang yang
mendapatkan dari pemilik untuk mengelola rumah kos;
Penghuni adalah penghuni yang menempati rumah kos sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dengan membayar uang pemondokan;
9
Uang Pemondokan / kos adalah harga sewa dan biaya lainnya yang dibayar oleh penghuni dengan perjanjian.
II.1.3 Fungsi Kos Kos - kosan dirancang untuk memenuhi kebutuhan hunian yang bersifat sementara dengan sasaran pada umumnya adalah mahasiswa dan pelajar yang berasal dari luar kota ataupun luar daerah. Namun tidak sedikit pula, kos-kosan ditempati oleh masyarakat umum yang tidak memiliki rumah pribadi dan menginginkan berdekatan dengan lokasi beraktifitas. Oleh karena itu, fungsi dari kos - kosan dapat dijabarkan sebagai berikut :
Sebagai sarana tempat tinggal sementara bagi mahasiswa yang pada umumnya berasal dari luar daerah selama masa studinya.
Sebagai sarana tempat tinggal sementara bagi masyarakat umum yang bekerja di kantor atau yang tidak memiliki rumah tinggal agar berdekatan dengan lokasi kerja.
Sebagai sarana pembentukan kepribadian mahasiswa untuk lebih berdisplin, mandiri dan bertanggung jawab
Sebagai tempat untuk menggalang pertemanan dengan mahasiswa lain dan hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya.
10
II.1.4 Jenis – jenis Kos M enurut Garis Panduan dan Peraturan bagi Perancangan Bangunan oleh Jawatan kuasa kecil piawaian dan Kos bagi JPPN jabatan Perdana M enteri M alaysia tahun 2005, kos mahasiswa / pelajar dibedakan menjadi :
Sistem 2 orang pada satu kamar (double room); untuk double room, tempat tidur yang digunakan adalah tempat tidur tingkat (double decker), dan bila mahasiswa atau pelajar tersebut sudah masuk pada tingkat yang lebih tinggi diperbolehkan untuk mengganti tempat tidur dengan tempat tidur terpisah (twin decker)
Sistem satu orang satu kamar (single room); dimana hanya diperbolehkan satu pelajar pada tiap kamar
Sistem campuran antara ketiga sistem diatas, biasanya digunakan pada institut pada tingkat kebangsaan / antar bangsa.
II.1.5 Pengertian Hotel Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Phoenix. April 2007 ¾ Hotel adalah bangunan atau rumah inap dengan memiliki banyak kamar. Berdasarkan sumber dari internet : "http://id.wikipedia.org/wiki/Hotel" ¾ Hotel adalah tempat penampungan buat pendatang atau bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum. Pengertian Hotel menurut SK Menparpostel Nomor: KM 34/ HK 103/ MPPT 1987
11
¾ Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makanan dan minuman serta jasa lainnya untuk umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan
di dalam keputusan
pemerintah. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW – 301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977 ¾ Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersil, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum.
II.1.6 Pengelompokan Hotel Kategori hotel bintang adalah kriteria penggolongan hotel berdasarkan jumlah poin yang didapatkan dari hasil penilaian. Di Indonesia, berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM 3/KW 001/MKP 02, kategori hotel dibagi menurut kemampuan hotel dalam fisik bangunan, sistem manajemen dan operasional hotel, penyediaan sarana, prasarana, lokasi dan mutu pelayanan. Kategori hotel di Indonesia adalah : •
Hotel murah
: hotel bintang 1
•
Hotel ekonomi
: hotel bintang 2
•
Hotel kelas menengah
: hotel bintang 3
•
Hotel kelas 1
: hotel bintang 4
12
•
Hotel mewah
: hotel bintang 5
M enurut ketentuan Dirjen Pariwisata, Hotel dapat dibagi menjadi 4 golongan menurut jenis tamu yang datang yaitu : •
Transit Hotel
•
Business Hotel
•
Resort Hotel
•
Residential Hotel
II.1.7 Karakteristik Hotel Bintang Tiga sebagai batasan fasilitas pada proyek Karya Tulis Tugas Akhir adalah : (secara lengkap dapat dilihat di lampiran) Untuk menunjang kelancaran operasional hotel, disetiap departemen harus dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk mendukung departemen dalam menjalankan operasionalnya. Dibawah ini adalah fasilitas-fasilitas hotel yaitu: 1) Fasilitas Penunjang Operacional Hotel o Function room o Fitness centre o Kolam renang o Fasilitas lainya : Poliklinik, musholla, driver room, massage, salon, toko obat, Business Center, toko bunga, money changer, coffee shop, lounge bar, restoran.
13
2) Fasilitas Penunjang Operacional Departemen o General M anager and secretary office o Front Office Department o Housekeeping Department -
Laundry
o Engineering Department o Food and Beverage Department -
M ain Kitchen
o Personal manager o Accounting Department -
Purchasing
o M arketing o Pos Security o Rambu-rambu o WC karyawan pria/wanita
II.1.8 Persyaratan Hotel Bintang Tiga (3) Untuk pembahasan dari paper ini, klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi hotel bintang 3. Hotel bintang 3 termasuk ke dalam golongan city hotel. (secara lengkap dapat dilihat di lampiran) Unsur-unsur persyaratan hotel bintang tiga ( diambil dari Buku ”manajemen hotel” karya Richard Komar ) adalah : 1. Lokasi dan Lingkungan
14
a) Lokasi hotel mudah dicapai kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi roda empat dengan akses langsung ke area hotel. b) Hotel harus menghindarkan pencemaran yang diakibatkan gangguan luar. 2. Taman Hotel memiliki taman luar dan taman dalam. 3. Tempat parkir Tersedia tempat parkir kendaraan tamu hotel dan pengunjung. 4. Olaraga dan Rekreasi a) Hotel menyediakan sarana kolam renang untuk dewasa dan untuk anak-anak. b) Hotel menyediakan 2 (dua) sarana olaraga dan rekreasi lainnya yang merupakan pilihan dari : fitnes centre, sauna, squash, game room, bowling, dan tenis. 5. Bangunan Bangunan hotel memenuhi persyatan perizinan sesuai dengan undangundang yang berlaku. Persyaratan dari bangunan adalah : a) Keadaan bangunan bersih dan terawat dengan baik (tidak berdebu, berlumut, sarang laba-laba,dan lain sebaginya ). b) Pengeturan ruang hotel ditata sesuai dengan fungsi sehingga memudakan : arus tamu, arus karyawan dan arus barang/produk hotel.
15
c) Unsur dekorasi indonesia harus tercermin dalam: ruang lobi, restoran, kamar tidur, atau function room. d) Peralatan
teknis
bangunan
terdiri
dari
:
transportasi
mekanis/lift/elevator. Setiap bangunan dengan 4 lantai ke atas harus dilengkapi dengan lift/elevator dan memiliki sertifikat keamanan sesuai dengan ketetapan DEPNAKER. Utilitas air dimana tersedia air yang cukup dan memenuhi persyaratan keseatan (PERM ENKES No 01 tahun 1975) serta mempunyai sertifikat dari PAM mengenai kualitas air, kapasitas air minimal 500 L/orang/hari dan tersedia instalasi air panas. Listrik adanya pemasangan instalasi listrik memenuhi persyaratan pemerintah (PUIL 1977), tersedia pembangkit tenaga listrik cadangan dengan kapasitas minimal 50% dari kapasitas PLN. Tata udara dimana diatur dengan atau tanpa alat pengatur suhu, ruangan yang tidak mempergunakan AC harus mempunyai ventilasi yang baik. Komunikasi hotel antara lain : Tersedianya telepon satu saluran yang dapat digunakan untuk sambungan lokal, interlokal, dan internasional. Tersedia saluran telepon dalam ( aiphone), tersedia sentral radio dan musik pegiring. Hotel juga menyediakan pencegah bahaya kebakaran seperti : alat deteksi dini (asap/panas) disetiap ruangan, alat pencegahan pemadam kebakaran, dan alat kontrol lokasi kebakaran. Tersedia juga petunjuk cara menyelamatkan diri di setiap koridor dan pembuangan limbah.
16
6. Kamar Tamu Untuk kamar tamu atau kamar penghuni hotel mempunyai klasifikasi ukuran-ukuran dan klasifikasi lainnya seperti : a) Jumlah kamar minimal 15 buah .dan dilengkapi kamar mandi dalam b) Luas minimal kamar standar 20 m². c) Tinggi kamar minimal 2,6 m. d) Kamar tidur kedap suara,. e) Disarankan seluruh lantai dilapisi karpet. f) Jendela dengan tirai yang tidak tembus sinar dari luar. g) Tata udara diatur dengan atau tanpa pengatur suhu. h) Interior kamar mencerminkan suasana Indonesia. i) Tersedia sekurang-kurangnya satu stop kontak di tiap kamar dan satu kamar mandi khusus untuk alat cukur. j) Seluruh dinding kamar mandi harus dengan bahan kedap air. k) Tersedia perlengkapan kamar tidur.
II.1.9 Pengertian Kostel Dikarenakan tidak adanya pengertian dari kostel yang disahkan, berdasarkan pengertian dari kos menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan pengertian dari hotel menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW – 301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977, maka saya berasumsi bahwa yang dimaksud dengan kostel adalah bangunan bersusun yang diperuntukan sebagai
17
tempat penyewaan kamar yang bersifat sementara dengan jangka waktu tertentu dan dilengkapi dengan operasional dan fasilitas serta pelayanan seperti hotel.
II.1.10 Karakteristik Kostel Karakteristik dari kostel dari pembahasan mengenai kos dan hotel. Untuk batasan hotel, klasifikasi hotel yang digunakan adalah hotel bintang 3 dengan jenis hotel termasuk ke dalam residential hotel yaitu hotel yang menyediakan akomodasi para tamu yang ingin menikmati keindahan dimana kamar disewakan unuk jangka waktu yang panjang dengan layanan layaknya suatu hotel biasa. Disesuaikan dengan persyaratan hotel bintang 3 (tiga), karakteristik kos dan hasil survey lapangan, maka saya berasumsi untuk karakteristik kostel sebagai berikut :
M emiliki jumlah lebih dari 1 lantai.
Terdiri dari beberapa unit hunian dalam 1 lantai.
Terdapat kamar mandi dalam di setiap unit hunian.
Terdapat fasilitas telepon di dalam kamar.
M emiliki fasilitas meja, lemari dan TV di dalam kamar
Terdapat dapur dan tempat cuci pakaian di setiap lantai.
Terdapat ruang komunal.
Terdapat akses vertikal berupa tangga/lift/elevator.
M emiliki sistem pembayaran per bulan seperti kos-kosan.
M endapatkan pelayanan seperti hotel yaitu adanya pelayanan laundry (cuci pakaian) dan pelayanan pemberian makan pagi.
Terdapat kantin sebagai tempat makan bersama.
18
M emiliki sistem house keeping seperti hotel.
Terdapat fasilitas olah raga seperti : fitness centre, spa & sauna, kolam renang, lapangan tenis/outdoor.
M emiliki area parkir tamu dan pengunjung.
Akses keamanan 24 jam.
M emiliki taman sebagai area hijau.
II.1.11 Fungsi dan Tujuan Kostel (Kos – kosan Hotel) •
Fungsi Kostel adalah sebagai berikut : ¾ Tempat tinggal sementara bagi mahasiswa selama dalam masa studinya ¾ Sarana berkumpul atau bersosialisasi dengan lingkungan sosial di sekitarnya ¾ Sarana penunjang dalam proses belajar.
•
Tujuan Kostel adalah sebagai berikut : ¾ M embantu mahasiswa dengan menyediakan suatu tempat tinggal sementara khusunya bagi mahasiswa yang berasal dari luar kota Jakarta yang dekat dengan lingkungan kampus. Namun tidak tertutup kemungkinan bagi mahasiswa dari dalam kota yang memiliki rumah tinggal jauh dari lingkungan kampus. ¾ M enampung kontinuitas belajar mahasiswa, sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan.
19
II.2
Tinjauan Khusus
II.2.1 Tinjauan terhadap Tapak Data – data Tapak : Peta 2.1 Lokasi Tapak dan besaran tapak
Lokasi Tapak
Jenis Proyek
: Fiktif
Pemilik Proyek
: Swasta
Lokasi
: Jl. Rawa Belong dan Jl. Kebon Jeruk Raya
Luas Tapak
: ± 7547.75 m²
Batas-batas
:
Utara
: Area Pemukiman
Selatan
: Jl. Kebon Jeruk Raya, row 6 m
Barat
: Area Permukiman
Timur
: Jl. Rawa Belong, row 12 m
RWBK DKI Jakarta :
Peruntukkan Lahan Pada tapak
: Area Perkantoran dan Perdagangan
KDB
: 80 % x 7548 m² = 6038 m²
20
KLB
: 3.5 x 7548 m² = 26418 m²
Ketinggian Bangunan
: 6 lantai
GSB
: - 6 m dari Jl. Rawa Belong - 10 m dari Jl. Kebon Jeruk Raya
II.2.2 Tinjauan Terhadap Topik dan Tema Topik : Arsitektur Berkelanjutan – Hemat Energi Tema : Bangunan berkelanjutan yang berbasis pada arsitektur tropis dan hemat Energi
II.2.3 Pengertian Arsitektur Berkelanjutan – Hemat Energi II.2.3.1 Pengertian Arsitektur Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2002 ¾ Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan serta membuat konstruksi bangunan, serta metode dan gaya merancang suatu konstruksi bangunan. Berdasarkan
www.wikipediaindonesia.com,
ensiklopedia
bebas
berbahasa
Indonesia. 27 Februari 2007, 14.20 WIB ¾ Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
21
II.2.3.2 Pengertian Berkelanjutan Berdasarkan The World Congress of Architects di Chicago, USA, Juni 1993 ¾ Berkelanjutan (sustainability) berarti memenuhi keperluan generasi masa kini tanpa harus berkompromi dengan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
II.2.3.3 Pengertian Arsitektur Berkelanjutan Arsitektur berkelanjutan adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan yang dapat memenuhi kebutuhan masa kini tanpa harus berkompromi dengan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka nanti. Berdasarkan www.wikipedia.org ¾ Arsitektur Berkelanjutan adalah suatu pembangunan yang tidak pernah punah, yang memaksimalkan kualitas kehidupan generasi sekarang dan tidak menyebabkan penurunan kualitas kehidupan generasi mendatang. Menurut Probo Hindarto ¾ Arsitektur Berkelanjutan adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama. Menurut Ir. Budi Sudarwanto, Februari 2008 ¾ Arsitektur Berkelanjutan adalah suatu eksplorasi rancangan arsitektur yang berbasis pada keberlanjutan alam dan lingkungannya yang dilakukan oleh manusia yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan secara aktif dan terus-menerus.
22
II.2.3.4 Bangunan Arsitektur Berkelanjutan (Sustainable Building) Sustainable Building adalah bentuk gabungan dari berbagai displin ilmu yang bertanggung jawab soal lingkungan menjadi suatu disiplin yang selalu mengacu pada efek lingkungan, sosial, ekonomi, dari sebuah bangunan atau proyek terbangun secara keseluruhan. Tujuan diterapkannya kebijaksanaan mengenai sustainable building : o M enyelamatkan manusia dan lingkungan dari bahaya yang dihadapi. o M enunjukkan komitmen kota terhadap lingkungan, ekonomi dan pelayanan sosial. o M enghasilkan penghematan dunia bagi pembangunan. o M enyediakan lingkungan kerja yang sehat bagi staf dan pengunjung. o M empercepat pencapaian tujuan kota dalam melindungi, mengkonversi,
dan
meningkatkan
sumber-sumber
lingkungan.
Suistainable building berkaitan dengan : o Lingkungan ( Environment Sustainability ) o Ekonomi ( Economic Sustainability ) o Sosial ( Social Sustainability )
23
Kehidupan sejahtera bagi umat manusia Lingkunga
Ekonomi
Sosial
Gambar 2.1 Hubungan integrasi lingkungan, ekonomi dan sosial ( Sumber : Sustainable Architecture and Building Design )
Adanya kenaikan suhu pada bumi yang diakibatkan oleh pemanasan global, polusi udara di hampir setiap negara maju dan berkembang dan pengurangan sumber tenaga, maka permasalahan energi berkelanjutan merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan. Buletin Environmental Building News telah menyatakan bahwa ada 11 permasalahan dalam perancangan yang berkaitan dengan desain berkelanjutan. Daftar prioritas untuk bangunan berkelanjutan (Sustainable Building) : 1. Hemat Energi : merancang dan membangun bangunan hemat energi 2. Bangunan Daur – ulang : memanfaatkan ulang bangunanyang ada serta infrastrukturnya daripada menggunakan ruang terbuka
24
3. M embangun M asyarakat : merancang masyarakat untuk mengurangi ketergantungan pemakaian kendaraan bermotor serta mendorong kepekaan masyarakat sekitar 4. M engurangi Pemakaian Bahan : mengoptimalkan rancangan yang menggunakan ruang lebih kecil serta memanfaatkan materi dengan lebih efisien 5. M elindungi dan meningkatkan M utu Lahan : menjaga kelestarian dan mengembalikan ekosistem lokal dan keanekaragaman 6. M emilih Bahan Bangunan yang Berdampak paling rendah terhadap Lingkungan : menggunakan materi bangunan yang berdampak paling kecil terhadap lingkungan dan juga bahan dengan sumber efisien 7. M emaksimalkan Umur Panjang : merancang agar dapat bertahan lama dan mudah beradaptasi 8. M enyelamatkan Air : merancang bangunan serta ruang luar yang hemat air 9. M embuat Bangunan Sehat : menghasilkan lingkungan ruang dalam yang aman serta nyaman 10. M eminimalisasi Sampah Konstruksi dan Sampah Hasil Penghancuran Bangunan : mengembalikan, memakai ulang, serta mendaur ulang sampah dari bidang pekerjaan dan mempraktikan sifat peduli lingkungan 11. ”M enghijaukan” Bisnis Anda : meminimalkan dampak lingkungan di tempat anda bekerja dan menyebarluaskan konsep ini
25
II.2.3.5 Pengertian Hemat Energi Berdasarkan An English-Indonesian Dictionary, John H. Eckols dan Hassan shadily, Agustus 2000 ¾ Hemat adalah tepat guna, berdaya guna Berdasarkan buku Arsitektur Sadar Energi dan Prasasto Satwiko2005, ppl ¾ Energi adalah kemampuan untuk mengerjakan sesuatu Berdasarkan An English-Indonesian Dictionary, John H. Eckols dan Hassan shadily, Agustus 2000 ¾ Energi adalah tenaga, daya atau kekuatan Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Phoenix. April 2007 ¾ Energi adalah suatu tenaga / daya kekuatan yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses aktifitas Kesimpulan : Hemat Energi adalah kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan daya secara tepat guna. Berdasarkan sumber Majalah Idea, Februari 2008 Hemat energi berarti :
M emilih teknologi baru penambah kenyamanan hidup yang menggunakan energi lebih sedikit
Bijaksana menggunakan energi
M engurangi pemborosan atau kebocoran energi
26
II.2.4 Tinjauan terhadap Arsitektur Hemat Energi Dikutip dari Tri Endangsih, ST dalam makalah “Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan” ¾ Arsitektur Hemat Energi adalah arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan,
kenyamanan
maupun
produktivitas
penghuninya”
dengan
memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir secara pasif.
Pada saat ini konsumsi energi di dunia semakin meningkat. Peningkatan bukan hanya terjadi pada sektor industri dan transportasi namun juga dalam sektor bangunan atau arsitektur. Hal ini dikarenakan perkembangan tekonologi moderen yang konsumtif terhadap pemakaian energi. Konsumsi energi dalam bangunan untuk penerangan, AC, lift, dsb tercatat hampir seperempat dari suplai tahunan energi dunia pada akhir tahun 80’an. Sehingga diperkirakan pada jangka waktu tidak lebih dari 100 tahun, usia cadangan energi akan semakin menipis. Hal ini juga berlaku di negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia yang menggunakan teknologi secara besar-besaran tanpa memikirkan resiko pengurangan sumber energi yang tidak terbaharukan. (Tri Harso Karyono, Kemapanan Pendidikan Kenyamanan dan Penhematan Energi) Sumber energi yang digunakan dalam sebuah bangunan dapat dibagi menjadi 2 kelompok utama yaitu sumber energi yang dapat diperbarui dan tidak dapat diperbarui. Yang termasuk energi yang dapat diperbarui sebagai berikut : •
Energi M atahari.
27
•
Energi Angin.
•
Energi Photovoltaic
•
Energi Biomass.
•
Energi Hydroelectric ( hidro-listrik).
•
Energi Geothermal.
Sementara yang termasuk dengan energi yang tidak dapat diperbarui adalah sebagai berikut : •
Bahan bakar minyak bumi.
•
Bahan bakar gas alam
•
Bahan bakar batu bara
Dalam prinsip Arsitektur Hemat Energi, penggunaan energi tidak terbarukan digantikan oleh energi yang terbarukan agar terjadi penghematan dalam penggunaan energi. Penggantian ini menjadi faktor utama dalam desain arsitektural yang mengarah pada bangunan hemat energi. Untuk itu saat ini dituntut bagi seorang arsitek agar dapat menghasilkan karya yang tidak hanya bertujuan seni atau fungsional namun dapat memperhatikan dari segi bangunan yang nyaman dan hemat energi. Dari hal ini pengetahuan mengenai arsitektur hemat energi haruslah dapat dikuasai dengan baik. Dalam sasaran perancangan bangunannya, penghematan pemakaian energi menjadi tujuan utama tanpa mengorbankan kenyamanan dari penghuninya. Beberapa strategi umum dalam melakukan penghematan energi di dalam bangunan tanpa mengorbankan kenyamanan dari penghuninya :
28
•
M encegah terjadinya efek rumah kaca.
•
M encegah terjadinya akumulasi panas pada ruang antara atap dan langit-langit.
•
M eletakkan ruang-ruang penahan panas pada sisi timur-barat.
•
M elindungi pemanasan dinding yang menghadap timur atau barat.
•
M encegah jatuhnya radiasi matahari pada permukaan keras.
•
M emanfaatkan aliran udara malam hari yang bersuhu rendah.
II.2.5 Tinjauan Terhadap Bangunan Hemat Energi Menurut Prasasto Satwiko dalam buku arsitektur sadar energi Efisiensi energi bukanlah kriteria baru dalam desain arsitektur (Watson, 1979). Peran energi di dalam arsitektur sangatlah luas. Pada proyek komersial, kebutuhan energi perlu dihitung rinci, atau paling tidak dipikirkan, antara lain untuk : •
Survei
•
Proses perancangan
•
Pembukaan dan penyiapan lahan
•
Transportasi material bangunan
•
Konstruksi (pembangunan)
•
Operasional : 1. Penerangan (ruang dalam dan ruang luar) 2. Ventilasi (sistem penyejukan udara, fan)
29
3. Penyediaan air (minum, sanitasi, mandi, penyiraman) 4. Transportasi (lift untuk transportasi lokal, kendaraan untuk mencapai lokasi bangunan) 5. Penyimpanan (ruang pendingin) •
Perawatan berkala 1. Pembersihan 2. Penggantian elemen bangunan 3. Pengecatan
•
Renovasi besar (penyesuaian bangunan untuk fungsi baru, facelift)
•
Penghancuran (bangunan tidak layak dipertahankan, lahan akan dipakai
untuk fungsi baru) •
Pengangkutan runtuhan bangunan ke lahan lain
Setiap material bangunan juga membawa serta karakter kandungan energi sendiri- sendiri, misalnya alumunium dikenal sebagai bahan yang boros listrik pada waktu pembuatannya. Dalam kehidupan sehari – hari, energi untuk kegiatan operasional dan perawatan lebih sering dirasakan dan diusahakan penghematannya. M asing – masing bangunan, sesuai aktivitas di dalamnya, mempunyai komposisi alokasi energi sendiri – sendiri. Namun pada umumnya, energi untuk sistem penyejuk udara mengambil porsi terbanyak, disusul energi untuk penerangan dan keperluan rumah tangga yang lain.
30
Dengan menfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah. Strategi yang paling baik adalah dengan memaksimalkan potensi positif dan meminimalkan dampak potensi negatif yang ada di lahan. Hal itu dapat berarti mengolah total setiap elemen desain, baik yang langsung pada bangunan maupun yang ada di lingkungannya. Harus selalu diingat bahwa lingkungan harus dirancang sedemikian rupa agar dapat mendukung terciptanya kualitas hidup yang baik (nyaman, produktif). Itu dapat melipatkan pemakaian energi yang sangat banyak, sehingga perlu ditata. Dalam konteks iklim tropis seperti di Indonesia (panas, lembab), maka konsep rancangan bangunan dan lingkungan perlu diarahkan untuk : •
M eminimalkan energi yang diperlukan untuk memperoleh kenyamanan termal;
•
M eminimalkan energi yang diperlukan untuk memperoleh penerangan yang sehat dan indah;
•
M eminimalkan energi yang diperlukan untuk pengadaan air;
•
M eminimalkan energi yang diperlukan untuk transportasi vertikal;
•
M eminimalkan energi yang diperlukan untuk merawat dan mengganti peralatan;
•
M eminimalkan energi yang diperlukan untuk merawat elemen bangunan.
Pertimbangan dalam pengefisiensian energi didalam arsitektur lebih rinci memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
31
•
Lokasi daerah : ketinggian dan lingkungan.
•
Lahan : topografi, dimensi dan ketinggian air tanah.
•
M assa : jumlah dan bentuk, orientasi, ketinggian.
•
Organisasi ruang : pengelompokan ruang.
•
Elemen bangunan : atap, dinding, lantai.
•
Penerangan : penerangan alami dan buatan.
•
Penghawaan : penghawaan alami dan buatan.
•
Struktur : penggunaan struktur ringan, pemakaian bahanbahan lokal, dan pemilihan bahan-bahan hemat energi.
•
Berdasarkan
Utilitas : penyediaan air dan transportasi vertikal.
Karyono,
T.H.,
Arsitektur,
Kemapanan,
Kenyamanan,
dan
Penghematan Energi, Catur libra Optima, Jakarta, 1999 Beberapa strategi umum dalam menekan penggunaan energi dalam bangunan (tanpa harus mengorbankan kenyamanan) adalah sebagai berikut : 1.
M encegah terjadinya efek rumah kaca Efek rumah kaca adalah akumulasi panas di dalam bangunan / ruang akibat radiasi matahari. Dinding - dinding transparan (kaca) yang ditembus oleh cahaya matahari langsung akan menimbulkan efek rumah kaca. Jika hal ini terjadi dalam bangunan dengan skala pemanasan bangunan
akan
meningkat.
Untuk
yang besar, suhu dalam
menurunkannya
diperlukan
mesin
pengkondisian udara dengan kapasitas yang lebih besar dibanding jika bangunan
32
tidak / atau sedikit mengalami efek rumah kaca. Energi untuk pendinginan akan menjadi besar akibat efek rumah kaca ini. Untuk mencegah efek rumah kaca, dinding – dinding transparan harus dihindari dari jatuhnya sinar matahari langsung. 2.
M encegah terjadinya akumulasi panas pada ruang antara atap dan langit – langit Untuk bangunan dengan atap miring perlu dipikirkan untuk menghindari terjadinya akumulasi panas pada ruang antara atap dengan langit – langit. Untuk itu ruang ini perlu diberi bukaan, sehingga memungkinkan aliran udara silang menyingkirkan panas yang terakumulasi ini. Jika hal ini tidak dilakukan ruang dibawah langit – langit akan panas, sehingga bangunan memerlukan energi ekstra (misalnya mesin pendingin) untuk menurunkan suhu ruang tersebut.
3.
M eletakkan ruang – ruang penahan panas pada sisi timur – barat Pada sisi – sisi timur dan barat bangunan yang langsung berhadapan dengan jatuhnya sinar matahari sebaiknya diletakan ruang – ruang yang berfungsi sebagai ruang antara guna mencegah aliran panas menuju ruang utama misalnya ruang kantor. Ruang – ruang antara ini dapat berupa ruang tangga, gudang, toilet, pantry, dan sebagainya.
4.
M elindungi pemanasan dinding yang menghadap timur atau barat Seandainya pada sisi timur dan barat bangunan tanpa dapat dihindari harus diletakan ruang – ruang utama, maka untuk menghindari pemanasan pada ruang tersebut dinding – dinding ruang perlu diberi penghalang terhadap sinar matahari langsung. Atau dinding dibuat rangkap dimana diantara kedua dinding tersebut diberi ruang antara yang diberi lubang – lubang ventilasi. Hal ini akan
33
sangat berpengaruh terhadap perilaku termis ruang utama di dalamnya, dimana suhu udara ruang akan lebih rendah secara mencolok dibanding hanya menggunakan dinding tunggal. 5.
M encegah jatuhnya radiasi matahari pada permukaan keras Karena permukaan keras (aspal, beton, dsb) cenderung merupakan material yang menyerap panas (kemudian dipancarkan kembali ke udara), maka suhu udara di atas permukaan keras yang terkena radiasi matahari cenderung lebih tinggi dibanding dengan diatas rumput atau perdu misalnya. Penggunaan material keras sebagai penutup halaman, jalan, tempat parkir, dsb. Akan menaikan suhu udara di sekitar bangunan seandainya permukaan tersebut dibiarkan terbuka terhadap radiasi langsung matahari. Untuk itu permukaan dengan material padat / keras sebaiknya dilindungi (dipayungi) dari jatuhnya radiasi langsung matahari agar suhu udara sekitar bangunan tetap rendah.
6.
M emanfaatkan aliran udara malam hari yang bersuhu rendah Suhu udara minimum rata – rata Jakarta adalah 23°C, dan ini terjadi pada malam hari menjelang pagi. Dalam rangka penghematan energi dalam bangunan potensi ini dapat dimanfaatkan dengan cara mengalirkan angin yang bersuhu rendah tersebut melalui dinding (yang dibuat rangkap – berongga) serta lantai (berongga, dengan raised floor). Tujuan dari pengaliran udara ini adalah menurunkan suhu massa bangunan (building fabric) serendah mungkin mendekati atau sama dengan suhu udara minimum tersebut. Suatu ruang yang memiliki lantai, dinding dan langit – langit dengan suhu rendah akan lebih mudah mencapai kenyamanan meskipun suhu udara luar relatif tinggi, karena
34
pada kenyataan sensasi suhu (termis) tidak saja ditentukan oleh suhu udara, namun juga oleh suhu radiasi permukaan ruang (lantai, dinding dan langit – langit). Beberapa percobaan model dengan simulasi komputer serta uji coba pada bangunan – bangunan baru telah membuktikan keampuhan teknik pendinginan malam hari ini dalam usaha menekan penggunaan energi dalam bangunan.
II.2.6 Contoh – contoh Bangunan Hemat Energi II.2.6.1 Wisma Dharmala Sakti, Jakarta Bangunan perkantoran yang berlokasi di Jakarta ini juga merupakan hasil karya Paul Rudolph. Bangunan
ini
juga
menggunakan
konsep
berkelanjutan hemat energi yang dipadu dengan konsep bangunan vernakular. Bangunan ini dirancang untuk
memecahkan
persoalan
diperlukannya
penghematan energi serta iklim tropis namun tetap berpegang pada kaidah – kaidah arsitektur Indonesia.
Gambar 2.2 Wisma Dharmala Sakti
II.2.6.2 Wisma Dharmala, Surabaya Wisma Dharmala ini merupakan Satu dari 5 karya Paul Rudolph (new york) Yang ada di Surabaya Dan sudah Berdiri. Dan terdiri dari 12 lantai. Wisma Dharmala Surabaya Oleh Paul Rudolph diberi semboyan “Health Of Future” Yaitu Sebuah gedung yang peduli dengan kesehatan mental dan fisik
35
penghuninya, ini berkat penempatan balkon serta teras yang tersebar merata di setiap lantai. Desain gedungnya cenderung ramping Sehingga membuahkan akses langsung ruang per ruang, dengan sinar matahari dan udara segar. Dan akan sangat bermanfaat jika AC sedang black down. Desain bangunan ini menerapkan konsep Tropis Vernakular. Arsitek menkombinasi berbagai potensi alami yang tersedia di lingkungan site berada, dan memanfaatkan untuk membantu life cycle bangunan. Seperti bagaimana menyiasati sinar matahari yang berlimpah, Arsitek membuat teras ditambah kanopi aluminium spandrill di tiap muka unit ruang. Gunanya untuk mencacah sinar ultra violet M atahari. Hasilnya hanya 20% panas yang berhasil masuk tetapi ruangan tetap terang dengan cahaya matahari.
Gambar 2.3 Treatment panas matahari ke dalam ruangan
Dari skema diatas kita dapat melihat bagaimana angin dapat masuk kedalam ruangan sehingga kan terjadi suatu pergerkan udara yang pada akhinya akan isebut dengan ventilasi alami. Dan juga dengan desain teras yang panjang keluar yang berfungsi sebagai penangkap angin.
36
Gambar 2.4 Potongan melintang
Gambar 2.6 Tampak bangunan
Gambar 2.5 Tampak Mata burung bangunan
Gambar 2.7 Suasana saat malam
37
II. 3 S tudi Banding II.3.1 Studi Lapangan Kostel dan Kos-kosan Tabel 2.1 Perbandingan studi lapangan P anorama Kost
P arahyangan Hall
Villa Ravi
Lokasi
Jl. Lebak Bulus II No. 8, Cilandak, Jakarta Selatan
Jl. Bukit Indah Dalam No. 105 E, Ciumbeluit, Bandung
JL. Tubagus Ismail VIII No.2 Dago, Bandung
Kapasitas
18 – 32 orang
75 orang
45 orang
Jumlah lantai
3 lantai
2 lantai
2 lantai
Jumlah kamar
9 – 16 kamar / per unit Total : 80 kamar
67 kamar
40 kamar
Jenis kamar
Double room ( 2 orang )
Single room ( 1 orang )
- Single room ( 1 orang ) - Suite room ( 3 orang )
Harga sewa kamar ( per bulan )
Rp. 1.500.000,- hingga Rp.2.900.000,-
Rp.1.500.000,-
- Rp.1.250.000,- ( kamar non tv, non AC ) - Rp.1.500.000,- ( kamar non tv, AC ) - Rp.3.000.000,- ( uite room)
Luasan kamar
4 m× 5 m
3 m × 3,5 m
Single room : 4 m × 4 m Suite room : 4 m × 6 m
38
Kamar mandi
Di dalam kamar
Di dalam kamar
Di dalam kamar
Sasaran penghuni
Mahasiswa Univ.P rasetya Mulia dan pekerja
Mahasiswa Univ.P arahyangan dan pekerja
Mahasiswa UNIKOM dan pekerja
Ruang komunal
Ada 1 di setiap unit bangunan terletak di lantai dasar.
Terdapat di setiap lantai
Terdapat di luar bangunan berupa gazebo
Dapur
Dapur bersama terdapat di lantai dasar
Terdapat di setiap lantai
-
Ruang Laundry
1 unit bangunan terdapat 1
Terdapat di setiap lantai
Ada 1 untuk secara keseluruhan bangunan
Sistem laundry
1 hari maksimal 2 pasang potong celana / baju
1 hari maksimal 5 potong pakaian, lebih dikenakan charge Rp.1000,-/ potong
1 hari maksimal 6 potong pakaian.
39
Akses vertikal
Tangga
Tangga
Tangga
Sistem keamanan
Sekuriti 24 jam
Sekuriti 24 jam + CC TV
P enjaga Kostel biasa
Area parkir
Di sekitar bangunan, ± 25 mobil
Basement dengan iuran Rp.100.000,/bulan
Di sekitar bangunan
Ruang makan/kantin
Di lantai dasar kantor pemasaran
-
Di gazebo
Fasilitas fitness
-
Membership Rp.100.000,-/bln
( dalam pembangunan )
Fasilitas kolam renang
Ada 1 untuk keseluruhan
-
-
Fasilitas spa & sauna
-
-
( dalam pembangunan )
40
Fasilitas Lapangan Outdor
Ada 1 untuk keseluruhan
-
-
Keunggulan
- Jumlah massa bangunan mencapai 9 rumah - Dapat disewakan per hari atau per minggu
Menggunakan card key sistem ( 1 kartu untuk masuk pintu kamar dan tombol listrik kamar)
Massa bangunan terpisah oleh taman sehingga dapat akses langsung ke ruang luar begitu keluar dari kamar.
41
II.3.2 Kesimpulan Studi Lapangan Tabel 2.2 Kesimpulan dari studi lapangan
Kostel Subyek
Parahyangan Hall
Villa Rafi
Panorama Kost
( Bandung )
( Bandung )
( Jakarta)
Penghuni
Total = 67 orang
Total = 20 orang
Total = 18-32 orang
Bangunan
Mahasiswa, karyawan Atau Masyarakat umum Menggunakan konsep arsitektur
Mahasiswa, Karyawan Atau Masyarakat umum Menggunakan konsep arsitektur
Mahasiswa, Karyawan Atau Masyarakat umum Menggunakan konsep arsitektur
Hemat energi, terlihat dari :
Hemat energi, terlihat dari :
Hemat energi, terlihat dari :
-
Banyak bukaan untuk
-
Banyak bukaan untuk
-
Banyak bukaan untuk
pencahayaan alami dan
pencahayaan alami dan
pencahayaan alami dan
pengudaraan alami
pengudaraan alami
pengudaraan alami
Jumlah Massa
Hunian = 1 massa
Bangunan Kostel
Kantor pengelola = 1 massa
Hunian = 4 massa
Hunian = 1 massa Kantor pengelola = 1 massa
42
Kamar Tidur
Fasilitas
1 kamar untuk 1 orang
1 kamar untuk 1 orang
1 kamar untuk 1 orang
Luas = 3.5 m x 3 m
Luas = 4 m x 4 m
Luas = 4 m x 5 m
Tinggi = ± 2.50 m
Tinggi = ± 2.50 m
Tinggi = ± 2.50 m
Ruangan memiliki jendela satu,
Ruangan memiliki jendela satu,
Ruangan memiliki jendela dua,
untuk mendapatkan aliran udara
untuk mendapatkan aliran udara
untuk mendapatkan aliran udara
dan pencahayaan alami
dan pencahayaan alami
dan pencahayaan alami
Terdapat di dalam kamar
Terdapat di dalam kamar
Terdapat di dalam kamar
Tidak tersedia
Tidak tersedia
Tidak tersedia
Berada di ruang komunal
Berada di gazebo depan
Ruang komunal
Ruang Belajar Bersama & Ruang TV Fasilitas Ruang Serba Guna
Ruang duduk
43
Mushola
Tidak tersedia
Tidak disediakan
Tidak disediakan
Kamar mandi dan
Terdapat di dalam kamar tidur
Terdapat di dalam kamar tidur
Terdapat di dalam kamar tidur
Ruang Cuci &
Terdapat pada setiap lantai.
Terdapat pada setiap lantai.
Terdapat pada setiap lantai.
Jemur
Ruangan memiliki banyak
Ruangan memiliki banyak
Ruangan memiliki sedikit bukaan.
bukaan sehingga tidak lembap.
bukaan sehingga tidak lembap.
Dapur terdapat di setiap lantai
Dapur terdapat di setiap lantai
Dapur terdapat di setiap lantai
Tidak disediakan kantin
Tidak disediakan kantin
Kantin terdapat di halaman depan
Fasilitas Olah Raga
Tidak terdapat fasilitas olah
Tidak tersedia fasilitas olah raga
Tersedia kolam renang
& Rekreasi
raga dalam area kostel
Hanya tersedia halaman terbuka
Parkir
Tersedia parkir mobil dengan
Tersedia parkir mobil dan
Tersedia parkir mobil dan
kapasitas ± 24 mobil dan
parkir motor
parkir motor
Toilet
Dapur & Kantin
parkir motor dengan kapasitas ± 30 motor.
44
Keamanan
Pos Jaga berlokasi di depan
Pos Jaga berlokasi di depan
Pos Jaga berlokasi di depan
kostel dan adanya patroli
kostel dan adanya patroli
kostel dan adanya patroli
keamanan setiap malam.
keamanan setiap malam.
keamanan setiap malam.
Kesimpulan : Bangunan kostel harus mampu menampung segala kegiatan penghuni khususnya mahasiswa mulai dari kegiatan akademis sampai pada kegiatan sehari-hari, seperti : makan, tidur, bersosialisasi, olahraga, belajar dan sebagainya. Hal tersebut harus dipikirkan dengan menyediakan ruang-ruang seperti : o Ruang tidur o Ruang komunal (ruang bersama) o Ruang pengelola o Lapangan outdoor o Fasilitas seperti kantin, fitness centre, laundry, dll. Untuk ruang service, harus selalu diperhatikan antara pencahayaan dan pengudaraan alami, agar di ruangan tersebut bisa menjadi lebih nyaman Perlu diperhatikan antara pembagian ruang service yang jelas, seperti ruang cuci dan kamar mandi yang terpisah
45
II.3.3 Studi Literatur Hotel Bintang Tiga Tabel 2.3 Studi literatur hotel bintang tiga
Hotel Ibis Slipi Jakarta
Hotel Santika Bandung
Hotel All Seasons Bali
Kesimpulan
Lokasi
Jl Letjen S.Parman Kav.59 11066, Jakarta
Jl. Sumatra No. 52-54, PO Box 1314, Bandung
Jl. Legian , Denpasar, Bali.
Terletak di pusat kota
Jumlah lantai
16 lantai
2 lantai
3 lantai
Jumlah kamar
338 kamar
70 kamar
113 kamar
Jenis kamar
- Standart room dgn single beds - Standart room dgn queen bed
- Superior
Rata-rata memiliki ±7 lantai atau lebih Rata-rata memiliki ± 174 kamar Rata-rata memliki 2 jenis kamar yaitu single dan double room.
Harga sewa kamar ( per hari )
- Standart room : Rp.530.000,-
Sasaran penghuni
Masyarakat umum, pengusaha, wisatawan.
- Deluxe
- Santika suite - Family suite
- Junior suite - Suite - Superior : Rp.663.300,- Deluxe : Rp.723.700,- Junior suite : Rp.1.031.000,- Suite : Rp.1.152.400,-
Wisatawan, masyarakat umum.
-
Single room Double room Family room
Single room : Rp.325.000,Double room : Rp.527.000,Family room : Rp.644.000,-
Harga per kamar berkisaran antara Rp.300.000,- hingga Rp 700.000,- per malam
Wisatawan asing, wisatawan lokal, masyarakat pendatang.
Sasaran pada umumnya adalah wisatawan atau pengusaha
46
Akses vertikal
Lift dan tangga berjalan
Tangga
Tangga
Akses vertikal yang digunakan adalah tangga dan lift
Fasilitas Penunjang
Restoran, ruang pertemuan, bussiness center, bar, gymnasium, kolam renang, safe deposit box, currebt exchange, 24 jam room service, pelayanan keamanan 24 jam, laundry, parkir.
Restoran, function room, fitnes center, kolam renang, hot spot, cable tv, 24 jam room service, pelayanan kesehatan, laundry, valetparking, parker basement.
Rumah makan, bar, kolam renang, ruang pertemuan, 24 jam room service, laundry, spa, money exchange, parkir, pelayanan kesehatan dan pelayanan keamanan.
Fasilitas yang terdapat pada umumnya : restoran, kolam renang, ruang pertemuan, laundry, parker, 24 jam room service dan keamanan 24 jam.
47