BAB II SEKOLAH SEBAGAI SISTEM SOSIAL DAN TUGAS-TUGAS ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Pokok Bahasan: Sekolah Sebagai Sistem Sosial dan Tugas-Tugas Administrasi Pendidikan. Kompetensi Dasar: Memahami Sekolah
Sebagai Sistem Sosial dan Tugas-Tugas Administrasi
Pendidikan. Indikator: 1. Menjelaskan sekolah sebagai sistem sosial. 2. Menjelaskan bidang-bidang garapan administrasi pendidikan.
MATERI PEMBELAJARAN A. Konsep Sekolah Sekolah merupakan suatu sistem organisasi. Lubis dan Husaini (1987) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan organisasi adalah sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia, yang berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masingmasing, yang sebagai satu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungannya. Selanjutnya Sutarto (1985) mengemukakan bahwa organisasi adalah sistem yang saling berpengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Gorton, 1976 (Sagala, 2010:71) mengemukakan bahwa “sekolah adalah suatu sistem organisasi, dimana terdapat sejumlah orang yang bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan sekolah,...”. Sekolah merupakan satuan pendidikan yang memiliki fungsi mendasar, yaitu sebagai wahana atau tempat berlangsungnya proses pembelajaran,
proses
penanaman
dan
pengembangan potensi-potensi individu
manusia, sehingga akan membentuk insan manusia yang mulia. Wahjosumidjo (2011:81) mengemukakan bahwa: “Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik”. Bersifat kompleks, menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu sistem
sosial di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang saling berkaitan satu sama lain. Sedangkan bersifat unik, menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lain, seperti tempat terjadinya proses pembelajaran dan pembudayaan kehidupan manusia. Dengan demikian sekolah adalah suatu sistem organisasi pendidikan formal yang membutuhkan pengelolaan dalam mejalankan fungsi dasarnya yaitu sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran, proses penanaman dan pengembangan potensi individu manusia, yang diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, dan dapat memberikan kontribusi yang kuat terhadap pembangunan bangsa. B. Sekolah Sebagai Sistem Sosial Organisasi adalah suatu kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Sedangkan pengertian dari sosial adalah manusia yang berkaitan dengan masyarakat dan para anggotanya. Dengan demikian sistem sosial merupakan suatu kesatuan orang-orang dalam masyarakat yang disusun oleh karakteristik dari suatu pola hubungan dan dikoordinasikan secara berkelanjutan untuk mencapai suatu tujuan. Sekolah merupakan suatu sistem organisasi pendidikan formal, yaitu suatu lembaga sosial yang direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah merupakan sebuah sistem sosial yang unik dengan berbagai budaya individu yang berbeda menyatu ke dalam satu sistem sekolah. Oleh karena itu, sekolah tidak bisa lepas dari kepercayaan dan nilai-nilai dari masyarakat sekitarnya. Persimpangan terbuka antara sebuah sekolah dan lingkungan eksternal, nilai-nilai komunitas dan keyakinan berdampak
pada bagaimana budaya sekolah berkembang. Sistem
penggabungan budaya sistem sosial sangat penting, karena mempengaruhi berbagai reaksi, kegiatan, dan perilaku. Sekolah terdiri dari orang-orang yang memiliki hubungan satu sama lain. Setiap orang yang berada di sekolah memiliki peran yang harus dijalankan supaya sistem interksi tersebut tetap terjaga. Peran yang dapat diidentifikasi di sekolah adalah guru, siswa, kepala sekolah, staf TU, laboran, pustakawan, penjaga sekolah,
satpam sekolah. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Lawang (1995:26) bahwa: “Setiap sistem sosial selalu mempertahankan batas-batas yang memisahkan dan membedakannya kegiatan-kegiatan
dari
lingkungan,
yang
serta
mempertahankan
memungkinkannya
terus
keseimbangan
bertahan
dan
dari
beroperasi”.
Pandangan organsiasi sebagai suatu sistem sosial dapat ditelusuri dari teori yang dikemukakan oleh Getzel dan Guba mengenai dimensi nomtetik dan idiografis suatu organisasi (Lipham, Rankin, Hoeh Jr,1985:35). Dalam pandangannya Getzel dan Guba melihat kepentingan yang dimiliki oleh personil berbeda dengan kepentingan yang ada di organisasi. Dari perbedaan inilah nantinya akan menghasilkan interkasi antara kebutuhan individu dan organisasi. Model sistem sosial dalam lingkungan sekolah dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: Dimensi Nomotetis Kultur
Tradisi
Lembaga
Peranan
Nilai Harapan
Sistem Sosial
Perilaku Sosial Individu
Kepribadian Disposisi Kebutuhan Dimensi Idiografis
Sistem Sosial dalam Lingkungan Sekolah (Getzel dan Guba) Interaksi model Getzels di atas menunjukkan (1) adanya interaksi antara orang dilihat dari perannya dalam organisasi dengan karakteristik individunya. (2) adanya saling interaksi antara kebutuhan individu dengan kebutuhan organisasi. (3) munculnya perilaku sebagai modifikasi terhadap upaya pemenuhan kebutuhan psikologis
dan
sosiologisnya.
Komponen
nomothetik
dari
sistem
sosial
menggambarkan lembaga formal dengan peran yang ditentukan berbagai aturan birokrasi, dan peran, harapan. Sedangkan komponen idiograpis model Getzels-Guba menggambarkan perbedaan individu yang ada di antara orang-orang dalam sistem sosial. Komponen idiografik sistem sosial mengacu pada kebutuhan, keinginan, dan kepribadian orang yang berada dalam sistem sosial.
C. Administrasi Pendidikan Administrasi pendidikan
merupakan
perpaduan
dari dua kata,
yakni
“administrasi” dan “pendidikan”. Pada hakekatnya administrasi pendidikan adalah penerapan ilmu administrasi dalam dunia pendidikan atau dalam pembinaan, pengembangan dan pengendalian usaha praktek-praktek pendidikan. Administrasi sekolah
merupakan
salah
satu
bagian
dari
administrasi
pendidikan,
yaitu
administrasi pendidikan yang dilaksanankan di sekolah. Administrasi merupakan keseluruhan proses kerja sama antara dua orang atau lebih yang didasari atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sagala administrasi
(2008:21) adalah
mengemukakan
melayani
secara
bahwa
intensif,
secara
sedangkan
teoritik
pengertian
secara
etimologis
administrasi dalam bahasa Inggris “administer” yaitu kombinasi dari kata latin yang terdiri dari “ad” dan “ministrare” yang berarti “to serve” melayani, membantu, dan memenuhi. Lebih jelas lagi, kata “ad” artinya intensif sedangkan “ministrare” berbentuk kata benda yang berarti melayani, membantu, atau mengarahkan. Jadi, secara etimologis administrasi adalah melayani secara intensif. Kata “administratio” dan kata “administrativus” yang kemudian masuk ke dalam bahasa Inggris menjadi “administration” dalam bahasa Indonesia menjadi administrasi. Administrasi telah dirumuskan dalam berbagai cara bergantung pada titik pandangan, keyakinan dan pemahaman dari orang yang merumuskannya. Untuk sekedar memberikan ilustrasi, beberapa penulis mendefinisikannya sebagai berikut : 1.
Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang yang bekerjasama mencapai tujuan tertentu (The Liang Gie,1983:81).
2.
Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang P. Siagian, 1985: 3).
3.
Administrasi
ialah
keseluruhan
proses
yang
mempergunakan
dan
mengikutsertakan semua sumber potensi yang tersedia dan yang sesuai, baik personal maupun material, dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien (Moch. Rifai, 1987:51).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat dikemukakan bahwa administrasi mengandung makna adanya: 1.
Tujuan yang mesti dapat direalisasikan guna kepentingan lembaga, individu ataupun kelompok.
2.
Keterlibatan personil, materil dan juga finansial dalam posisinya yang saling mendukung dan satu sama lain saling memerlukan dan juga saling melengkapi.
3.
Proses yang terus menerus dan berkesinambungan yang dimulai dari hal yang kecil dan sedehana samapai kepada hal yang besar dan rumit.
4.
Pengawasan atau kontrol guna keteraturan, keseimbangan dan keselarasan.
5.
Tepat guna dan berhasil guna supaya tidak terjadi penghambur-hamburan waktu, tenaga, biaya dan juga fasilitas agar dapat mencapai keberhasilan dan produktivitas yang cukup memadai.
6.
Hubungan manusiawi yang menempatkan manusia sebagai unsur utama dan terhormat serta memiliki kepentingan di dalamnya. Adminstrasi pendidikan merupakan penerapan kaidah-kaidah administrasi
dalam bidang pendidikan. Mendefinisikan administrasi pendidikan tidak begitu mudah, karena menyangkut pengertian yang luas ditinjau dari berbagai aspek yang melingkupinya.
Beberapa pengertian administrasi pendidikan menurut beberapa
ahli, diuraikan sebagai berikut: 1. Hadari Nawawi (1989:11): Administrasi pendidikan adalah serangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai
tujuan
pendidikan
secara
berencana
dan
sistematis
yang
diselenggarakan dalam lingkungan tertentu, terutama berupa lembaga pendidikan formal. 2. Ngalim Purwanto keseluruhan, perencanaan,
(2003:14): Administrasi pendidikan adalah suatu proses
kegiatan
bersama
pengorganisasian,
dalam
bidang
pengarahan,
pendidikan pelaporan,
yang
meliputi:
pengkoordinasian,
pengawasan, dan pembiayaan, dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personel, spirituil maupun materiil, untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. 3. Robert E. Wilson, 1966 (Sagala: 2008:39) : The coordination of forces necessary for the good instruction of all children with in a school organization into an
orderly plan for accomplishing the unit’s objectives, and the assuring of their proper accomplishment.
Artinya administrasi pendidikan adalah koordinasi
kekuatan penting untuk pengajaran yang lebih baik bagi seluruh anak di dalam organisasi sekolah untuk mencapai tujuan dan menjamin pencapaian tujuan. 4. Engkoswara
(1987:42)
bahwa
administrasi
pendidikan
ialah
ilmu
yang
mempelajari penataan sumber daya yaitu manusia, kurikulum atau sumber belajar dan fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan penciptaan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta dalam mencapai tujuan pendidikan
yang
disepakati.
Secara
skematis,
wilayah
kerja
Administrasi
Pendidikan dapat digambarkan pada matrik di bawah ini : Garapan Fungsi Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan
SDM PD G PJ
SB (K) SL M A
SDF D F
TP
Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan (Engkoswara: 1987) Keterangan: SDM SB (K) SDF PD G PJ
: Sumber Daya Manusia : Sumber Belajar : Sumber Dana dan Fasilitas : Peserta Didik : Guru : Pengguna Jasa Pendidikan
SL M A D F TP
: Silabus : Metode Pengajaran : Alat/ Media/ Buku Pelajaran : Dana : Fasilitas : Tujuan Pendidikan
Batasan ruang lingkup atau bidang garapan Administrasi Pendidikan yaitu meliputi: sumber daya manusia (SDM), sumber belajar, dana, dan fasilitas yang secara sistematis dijalankan melalui tiga fungsi administrasi, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan adalah kumpulan kebijakan yang secara sistematis disusun dan dirumuskan berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan serta dapat dipergunakan sebagai pedoman kerja setiap orang. Dalam perencanaan terkandung makna pemahaman terhadap apa yang telah dikerjakan, permasalahan apa yang dihadapi dan alternatif manakah yang terbaik untuk mengatasi
masalah
atau
untuk
melaksanakan
prioritas
kegiatan
yang
telah
ditentukan.
Pelaksanaan
adalah kegiatan untuk
mewujudkan rencana menjadi
tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Sedangkan pengawasan mengandung arti mengamati terus menerus, merekam, memberikan penjelasan dan petunjuk. Pengawasan juga mengandung arti pembinaan,
dan
pelurusan
terhadap
berbagai ketidaktepatan
dan
kesalahan.
Pengawasan ini merupakan kunci keberhasilan proses manajemen, maka dari itu pengawasan perlu dilihat secara komprehensip. Don Moyer dan Scheurich, (1995:28) mengutip pendapat National Policy Board of Educational Administration (1989,5-7) mengemukakan terdapat tujuh area kajian dalam administrasi pendidikan, yaitu 1) societal and cultural influence on schooling, 2) teaching and learning processes and school improvement, 3) organizational theory, 4) methodologies of organizational studies and policy analysis, 5) leadership and management processes and functions, 6) policy studies and politics of education, dan 7) moral and ethical dimensions of schooling. Senada dengan pendapat tersebut, The University Council for Educational Administration (UCEA),
sebagaimana
dikutip
oleh
Don
Moyer
dan
Scheurich
(1995:28)
merekomendasikan enam domain kajian administrasi pendidikan, yaitu 1) school improvement, 2) organizational studies, 3) economic and financial dimensions of schooling, 4) leadership and management process, 5) policy and political studies, 6) legal and ethical dimensions of schooling. Selanjutnya Hoy dan Miskel (2001:31) juga menjelaskan ruang lingkup materi kajian administrasi pendidikan, bersumber dari pemikiran bahwa sekolah merupakan suatu sistem sosial. Sekolah sebagai sistem sosial memiliki
empat
elemen atau subsistem penting, yaitu struktur, individu, budaya, dan politik. Perilaku organisasi merupakan fungsi dari interaksi elemen-elemen ini dalam konteks pengajaran dan pembelajaran. Lingkungan juga merupakan aspek penting dari kehidupan organisasi. lingkungan tidak hanya menyediakan sumber bagi sistem tetapi juga menyediakan kendala dan peluang. Selanjutnya Hoy dan Miskel juga mengajukan Model Sistem Sosial untuk Sekolah seperti tampak pada gambar berikut.
Model Sistem Sosial Sekolah (Hoy dan Miskel) Sekolah sebagai organisasi sosial memandang organisasi dalam konteks sistem sosial yang memiliki tujuan tertentu. Organisasi sosial adalah organisasi yang dicirikan oleh ketergantungan antar bagian, kejelasan anggota, perbedaan dengan lingkungannya, hubungan sosial yang kompleks, dan budaya organisasi yang khas. Setiap organisasi akan memiliki aktivitas untuk mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan organisasi akan meminta sejumlah aktivitas individu atau kolektif yag harus dikoordinasikan supaya terarah pada pencapaian tujuan. Disinilah interaksi sosial berlangsung yang tidak hanya dipengaruhi struktur dan anggotanya, tetapi juga oleh budaya, politik, teknik produksi, dan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa menurut Hoy dan Miskel (2001) ruang lingkup materi kajian administrasi pendidikan meliputi: 1) poses belajar mengajar, 2) struktur sekolah, 3) individu, 4) budaya dan iklim sekolah, 5) kekuasaan dan politik di sekolah, 5) lingkungan eksternal sekolah, 6) efektivitas dan kualitas sekolah, 7) pembuatan keputusan, 8) komunikasi, dan 9) kepemimpinan.
Secara sederhana proses pengelolaan dalam sebuah lembaga pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut :
SCHOOLING
PRODUKTIF BIDANG GARAPAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN KURIKULUM PESERTA DIDIK TENAGA KEPENDIDIKAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN FASILITAS PENDIDIKAN HUBUNGAN SEKOLAH Dan MASYARAKAT
POAC POCCC POSDCORB POMC
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
EFEKTIF EFISIEN
Sekolah pendidikan
merupakan
yaitu
suatu
mengembangkan
lembaga pendidikan yang mengemban misi dan
menumbuhkembangkan potensi individu
manusia, sehingga menjadi manusia yang berakhlak mulia, berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Berbagai karakteristik individu dari adat/ budaya yang berbeda menyatu ke dalam satu sistem persekolahan. Oleh karena itu, sekolah disebut juga sebagai sistem sosial. Dalam membangun dan mengembangkan potensi sekolah, tentunnya sekolah memerlukan suatu proses kerja sama antar komponen sekolah. Proses kerja sama tersebut disebut juga sebagai administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan adalah suatu proses kerja sama seluruh komponen dalam sistem pendidikan melalui proses pengelolaan yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
dan
pengawasan
yang
dikoordinasikan
untuk
mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien. Bidang garapan administrasi pendidikan meliputi: pengelolaan pendidikan, kurikulum, peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan, serta hubungan sekolah dengan masyarakat. Seluruh komponen pendidikan tersebut dikelola melalui fungsi utama administrasi pendidikan yaitu proses manajemen yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Proses manajemen menurut berbagai para ahli berbeda-bada, diantaranya dapat terlihar pada tabel berikut:
Fungsi Manajemen Menurut Para Ahli Ahli G. R Terry
Henry Fayol
Luther Gullick
John F. Mee
Funsi Manajemen POAC: Planning (Perencanaan) Organizing (Pengorganisasian) Actuating (Penggerakkan Pelaksanaan) Controlling (Pengawasan) POCCC: Planning (Perencanaan) Organizing (Pengorganisasian) Commanding (Pengarahan) Coordinating (Pengkoordinasian) Controlling (Pengawasan) POSDCoRB: Planning (Perencanaan) Organizing (Pengorganisasian) Staffing (Penempatan) Directing (Penggerakkan) Coordinating (Pengkoordinasian) Reporting (Pelaporan) Budgeting (Penganggaran) POMC: Planning (Perencanaan) Organizing (Pengorganisasian) Motivating (Pemotivasian) Controlling (Pengawasan)
Hal penting dalam pengelolaan lembaga pendidikan, bukan perbedaan secara teoritik, akan tetapi bagaimana kegiatan sekolah dapat berjalan dengan baik dan sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara produktif, efektif, dan efisien. RANGKUMAN Sekolah merupakan suatu kesatuan individu atau kelompok manusia yang saling berintegrasi dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan yaitu tujuan pendidikan. Oleh karena itu sekolah disebut sebagai sistem sosial. Sekolah adalah suatu sistem organisasi pendidikan formal yang direncanakan dan membutuhkan pengelolaan dalam mejalankan fungsi dasarnya yaitu sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran, proses penanaman dan pengembangan potensi individu manusia.
Model sistem sosial menurut Getzel menunjukkan bahwa sekolah adalah sebuah organisasi yang dinamis, dimana ada interaksi antara sistem formal dan informal; kebutuhan individu dan organisasi, serta tujuan kelembagaan dan kepribadian individu. Sekolah merupakan unit organisasi pendidikan, dengan tata kerja dan personil khusus yang terlibat di dalamnya. Sebagai suatu organisasi, sekolah mengemban suatu tugas dan tanggung jawab yang besar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini
administrasi
pendidikan
sangat
berperan
penting.
Administrasi
pendidikan
merupakan tindakan mengkoordinasikan perilaku manusia dalam pendidikan untuk menata sumber daya yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Mengacu pada pendapat Engkoswara (1987) bahwa ruang lingkup atau bidang garapan administrasi pendidikan yaitu meliputi: sumber daya manusia (SDM), sumber belajar, dana, dan fasilitas yang secara sistematis dijalankan melalui tiga fungsi administrasi, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. DAFTAR REFERENSI Don Moyer R. et. al. (1995). The Knowledge Base in Educational Administration. New York: The State University of NY Press. Engkoswara. (1987). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Hoy, Wayne. K. & Miskel, CecilG. (2001). Educational Administration: Theory, Research, and Practice (Sixth Edition). New York: McGraw Hill. Lawang, Robert MZ. (1995). Materi Pengantar Sosiologi. Jakarta: Universitas Terbuka. Lipham, JM., Rankin, RE., dan Hoeh Jr., James A. (1985). The Principalship; Concept, Competencies, and Cases. New York, London: Longman. Lubis, H. dan Husaini, M. (1987). Teori Organisasi; Suatu Pendekatan Makro. Jakarta: Pusat Antar Ilmu-ilmu Sosial UI. Purwanto, N. (2003). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Rifai, Moch. (1987). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars
Sagala, S. (2008). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta. _________. (2010). Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi, dan Pemberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah. Bandung: Alfabeta. Sondang, P. S. (1985). Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung. Sutarto. (1985). Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Wahjosumidjo. (2011). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.