20
BAB II PROSES PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE
2.1 Proses Pembentukan Kata Proses pembentukan kata atau biasa disebut dengan proses morfologis ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Melalui proses morfologis, kata-kata dapat terwujud. Bentuk dasar dalam proses morfologis dapat berupa morfem, kata, pokok kata, atau juga frasa. Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis ialah proses afiksasi, proses pengulangan, dan proses pemajemukan (Ramlan, 1987: 52). Proses morfologis yang ditemukan dalam objek penelitian lirik lagu Ebiet G. Ade Camellia I-IV dijabarkan sebagai berikut.
2.2 Afiksasi Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Ramlan, 1987: 54). Satuan yang dilekati afiks atau yang menjadi dasar pembentukan bagi satuan yang lebih besar itu disebut dengan bentuk dasar. Dalam proses afiksasi, bentuk dasar merupakan salah satu dari unsur yang bukan afiks. Ada bentuk dasar yang dapat berdiri sendiri sebagai kata, ada juga bentuk dasar yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata dalam penggunaan bahasa. Dalam proses afiksasi melibatkan unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks, dan
20
21
(3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif (Chaer, 2007:177). Afiks adalah satu satuan gramatikal terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata (Ramlan, 1987: 55). Afiks tidak pernah menjadi bentuk dasar bagi struktur yang lebih besar dan tidak memiliki arti leksikal. Afiks selalu berupa morfem terikat, sedangkan bentuk dasar yang dilekatinya dapat berupa morfem bebas ataupun morfem terikat. Afiks dapat membentuk kata jika dirangkaikan dengan satu atau lebih morfem yang merupakan bentuk dasarnya. Berdasarkan posisi afiks pada bentuk dasarnya, afiks dibedakan menjadi lima jenis, yakni prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks (gabungan imbuhan), dan simulfiks (imbuhan gabung). Sedangkan prosesnya disebut dengan prefiksasi, infiksasi, sufiksasi, konfiksasi, dan simulfiksasi. Dalam data lirik lagu Ebiet G. Ade ditemukan semua proses afiksasi, dan dijelaskan sebagai berikut.
2.2.1
Prefiks Prefiks adalah afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar, seperti ber-
pada kata bergetar, meng- pada kata mengajak. Prefiks dapat muncul bersamaan dengan sufiks atau afiks lain (Chaer, 2007:178). Prefiks dalam bahasa Indonesia yakni meng-, ke-, ber-, di-, per-, peng-, se-, ter-. Dalam data lirik lagu Ebiet G. Ade, ditemukan semua jenis prefiks. Berikut dijelaskan lebih rinci.
20
22
2.2.1.1 Prefiks menga) Bentuk Prefiks mengPrefiks meng- dapat bergabung dengan kata dasar berkategori verba, nomina, dan adjektiva. Prefiks meng- dapat membentuk alomorf me-, mem-, men, meny-, meng- dan menge-. Prefiks meng- mengalami proses morfofonemik. Proses morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan (Arifin, 2009: 16). Berikut dijelaskan morfofonemik prefiks meng-. a. Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ə/, /k/, /h/, atau /x/, bentuknya tidak berubah dan tetap meng- /məŋ-/. Contohnya pada data berikut ini. meng- + bentuk dasar yang diawali dengan fonem /a/ (1) meng- + ajak
mengajak (LUSN,08)
(2) meng- + apa
mengapa (LUSN, 01)
(3) meng- + arungi
mengarungi (CML 1, 11)
meng- + bentuk dasar yang diawali dengan fonem /i/ (4) meng- + isi
mengisi (CML 1,12)
meng- + bentuk dasar yang diawali dengan fonem /u/ (5) meng- + usir
mengusir (NR, 08)
(6) meng- + urai
mengurai (DMIM, 04)
20
23
meng- + bentuk dasar yang diawali dengan fonem /h/ (7) meng- + harap
mengharap (CCKSAD, 15)
(8) meng- + hukum
menghukum (KDK, 07)
(9) meng- + hempas
menghempas (LL, 03)
(10) meng- + hibur
menghibur (NPBAMBP, 08)
meng- + bentuk dasar yang diawali dengan fonem
/k/ mengalami
peluluhan. Fonem awal /k/ luluh ke dalam fonem /ŋ/, seperti pada data berikut ini. (11) meng- + kejar
mengejar (CML 2, 06)
(12) meng- + kuak
menguak (DLIDS, 24)
(13) meng- + kucur
mengucur (TRBA, 06)
b. Jika meng- ditambahkan pada dasar yang bermula dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ñ/, /ŋ/, /r/, /y/, atau /w/, bentuknya berubah menjadi me-. meng- + bentuk dasar yang diawali dengan fonem /l/ (14) meng- + lihat
melihat (OKP I/ 203, 12)
(15) meng- + lintas
melintas (BDHC, 12)
(16) meng- + lepas
melepas (YTMKL, 16)
(17) meng- + landa
melanda (JKT 2, 19)
(18) meng- + langkah
melangkah (JKT 2, 19)
20
24
meng- + bentuk dasar yang diawali dengan fonem /m/ (19) meng- + merah
memerah (UK, 05)
(20) meng- + mohon
memohon (DSPM, 06)
meng- + bentuk dasar yang diawali dengan fonem /r/ (21) meng- + rasa
merasa (CCKSAD, 16)
(22) meng- + rekah
merekah (CDKBM, 05)
(23) meng- + renggut
merenggut (HDP 3, 06)
(24) meng- + rintih
merintih (KDD, 15)
(25) meng- + regang
meregang (FR, 06)
(26) meng- + remang
meremang (YTMK, 03)
(27) meng- + rapat
merapat (DSPM, 05)
(28) meng- + renung
merenung (SCYS, 19)
c. Jika meng- ditambahkan pada dasar yang bermula dengan fonem /d/ atau /t/, bentuknya berubah menjadi men- /mən-/. meng- + bentuk dasar yang diawali dengan fonem /t/ (29) meng- + terima
menerima (CML 1, 23)
(30) meng- + tempuh
menempuh (DLIDS, 05)
(31) meng- + tangis
menangis (OKP I/ 203, 27)
(32) meng- + tatap
menatap (BKK, 10)
(33) meng- + tikam
menikam (NO, 19)
(34) meng- + tuai
menuai (CCKSAD, 07)
20
25
(35) meng- + tahan
menahan (CDKBM, 08)
(36) meng- + tunggu
menunggu (KDD, 02)
(37) meng- + tari
menari (FR, 08)
(38) meng- + titi
meniti (SPBI.R., 04)
(39) meng- + timbang
menimbang (SSC, 03)
d. Jika meng- ditambahkan pada dasar yang bermula dengan fonem /b/, /p/, atau /f/, bentuknya berubah menjadi mem- /məm/. meng- + bentuk dasar yang diawali dengan fonem /b/ (40) meng- + basah
membasah (CML 1, 04)
(41) meng- + bimbing
membimbing (PKUMK, 23)
(42) meng- + bara
membara (CDKBM, 03)
(43) meng- + belah
membelah (MDP, 10)
(44) meng- + bawa
membawa (KDK, 04)
(45) meng- + berat
memberat (KDK, 08)
(46) meng- + buang
membuang (EEH, 08)
(47) meng- + bakar
membakar (KDK, 10)
(48) meng- + basuh
membasuh (NR, 22)
(49) meng- + batu
membatu (CML 4, 18)
(50) meng- + bunuh
membunuh (NPBAMBP, 08)
(51) meng- + buru
memburu (NPBAMBP, 09)
(52) meng- + bentang
membentang (SJC, 10)
(53) meng- + bendung
membendung (YTMKL, 17
20
26
meng- + bentuk dasar yang diawali dengan fonem /p/ mengalami peluluhan. Fonem /p/ luluh menjadi fonem /m/, seperti pada data berikut. (54) meng- + peluk
memeluk (NPUIDDUHEM, 09)
(55) meng- + pandang
memandang (FR, 21)
(56) meng- + pancar
memancar (HDP 4, 18)
(57) meng- + pikul
memikul (TRBA, 12)
e. Jika meng- ditambahkan pada dasar yang bermula dengan fonem /c/,/j/, /s/, dan /š/, bentuknya berubah menjadi meny- /məñ/. Di dalam ejaan yang dibakukan, bentuk meny- yang bergabung dengan huruf c, j, dan sy pada awal dasar disederhanakan menjadi men-. meng- + bentuk dasar yang diawali dengan fonem /c/ (58) meng- + cari
mencari (CML 1, 09)
(59) meng- + coba
mencoba (PKUMK, 25)
(60) meng- + cekam
mencekam (DSPM, 18)
meng- + bentuk dasar yang diawali dengan fonem /j/ (61) meng- + jadi
menjadi (DLIDS, 04)
(62) meng- + jaga
menjaga (DSPM, 03)
(63) meng- + jauh
menjauh (SJC, 11)
20
27
meng- + bentuk dasar yang diawali dengan fonem /s/ mengalami peluluhan. Fonem /s/ luluh menjadi fonem /ῆ/ yang ejaannya ialah ny. (64) meng- + singkir
menyingkir (DLIDS, 21)
(65) meng- + seberang
menyeberang (DLIDS, 26)
(66) meng- + sentuh
menyentuh (PST, 22)
(67) meng- + sangka
menyangka (PST, 06)
(68) meng- + sambut
menyambut (EEH, 08)
(69) meng- + simpan
menyimpan (NPBAMBP, 16)
(70) meng- + serah
menyerah (JKT 2, 18)
(71) meng- + sambar
menyambar (SCYS, 18)
(72) meng- + satu
menyatu (SJC, 17)
(73) meng- + sapa
menyapa (DLIDS, 32)
b) Fungsi Prefiks mengPrefiks meng- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif (prefiks verbal aktif, baik transitif maupun taktransitif) (Arifin, 2009:34). Contoh : (74) membasah di daun jambu (CML 1, 02) (75) aku ingin menangis di pangkuanMu (OKP I/ 203, 19) (76) mencari tiang sampan (CML 1, 05) (77) mengarungi nasibmu (CML 1, 06) Kata membasah dan menangis seperti yang terdapat pada kalimat (74) dan (75) adalah kata kerja aktif, tetapi tidak dapat menghadirkan objek. Kedua kata itu berbeda dengan kata mencari dan mengarungi pada kalimat (76) dan (77) yang
20
28
dapat menghadirkan objek. Bagian kalimat di daun jambu yang terletak di belakang predikat membasah dan di pangkuanmu yang terletak di belakang menangis berfungsi sebagai keterangan. Akan tetapi tiang sampan yang terdapat di belakang kata mencari dan nasibmu yang terletak di belakang kata mengarungi berfungsi sebagai objek. Kata membasah dan menangis tidak dapat dipasifkan menjadi dibasah dan ditangis, tetapi kata mencari dan mengarungi dapat dipasifkan menjadi dicari dan diarungi. Keempat kalimat tersebut menunjukkan bahwa ada kata kerja berawalan meng- yang tergolong kata kerja berobjek (aktif transitif) dan ada pula yang tergolong kata kerja takberobjek (aktif taktransitif).
c) Makna Prefiks mengPrefiks meng- mempunyai makna yakni sebagai berikut. 1) ‘melakukan’,’mengerjakan, seperti tersebut pada bentuk dasar (78) menumbuk padi (PST, 20) ‘melakukan, mengerjakan’ (79) menerima karuniaMu (CML 1, 15) ‘melakukan’ (80) kalian pasti menyangka (PST, 03) ‘melakukan’ (81) sedang menyentuh kulit perempuan (PST, 16) ‘melakukan’
2) ‘menjadi’, seperti (82) kadang mampu menyatu dalam satu lagu (SJC, 17) memiliki makna ‘menjadi satu’
20
29
(83) kasih, kemarilah duduk merapat (DSPM, 05) memiliki makna ‘menjadi rapat’ (84) pagi, engkau berangkat hati mulai membatu (CML 4,18) memiliki makna ‘menjadi batu’ (85) pipimu memerah, hasratku merekah (UK, 05) memiliki makna ‘menjadi merah’
3) ‘mengeluarkan (suara)’, seperti (86) sementara korban merintih di kedua kakinya (KDD, 15) memiliki makna ‘mengeluarkan suara rintih’ (87) di matamu memancar makna (HDP 4, 18) memiliki makna ‘di matamu mengeluarkan pancaran makna’
4) ‘menuju’, seperti (88) sebelum dia menyeberang (DLIDS, 26) memiliki makna ‘sebelum dia menuju seberang’
2.2.1.2 Prefiks kea) Bentuk Prefiks kePrefiks ke- tidak mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan pada bentuk dasar. Pada data lirik lagu Ebiet G. Ade ditemukan kata yang mendapatkan prefiks ke-, seperti di bawah ini. (89) ke- + kasih
kekasih (UK, 01)
20
30
b) Fungsi Prefiks keBahasa Indonesia memiliki dua buah prefiks ke-, yaitu prefiks ke- yang berfungsi sebagai pembentuk kata kerja (prefiks verbal dan bertalian dengan prefiks ter-, seperti ketawa yang digunakan dalam ragam lisan tidak resmi dan tertawa) dan prefiks ke- yang berfungsi sebagai pembentuk kata benda (prefiks nominal). Contoh prefiks ke- yang membentuk kata benda yakni : (90)
kekasih (UK, 01)
Kata kekasih merupakan kata jadian yang berasal dari bentuk dasar kasih. Kata kekasih merupakan adjektiva, kemudian mendapat prefiks ke- sehingga menjadi kekasih yang mengubah kategori katanya menjadi nomina.
c) Makna Prefiks ke1) Prefiks ke- berfungsi sebagai pembentuk kata benda (prefiks nominal). Prefiks ke- sebagai pembentuk kata benda memiliki makna sebagai berikut: (a) ‘yang mempunyai sifat atau ciri’ misalnya : (91)
ingin berjalan berdua denganmu kekasih (UK, 01) ‘yang memiliki sifat kasih’
(b) ‘kelompok satuan atau kelompok bilangan yang dianggap satu’ atau ‘kumpulan’, seperti (92)
lihatlah kedua belah tanganku (HDP 3, 09) memiliki makna ‘kumpulan dua belah’
20
31
2.2.1.3 Prefiks bera) Bentuk Prefiks berPrefiks ber- merupakan prefiks yang mengalami proses morfofonemik. Morfofonemik prefiks ber- dijelaskan sebagai berikut. a) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang bermula dengan fonem /r/. Seperti pada data berikut ini. (93)
ber- + rambut
berambut (NPBAMBP, 11)
b) Prefiks ber- tidak mengalami perubahan ketika ditambahkan pada bentuk dasar, seperti pada data berikut. (94) ber- + getar
bergetar (CML 4, 07)
(95) ber- + derai
berderai (LUSN, 07)
(96) ber- + diri
berdiri (LUSN, 12)
(97) ber- + jalan
berjalan (LUSN, 13)
(98) ber- + korban
berkorban (LUSN, 17)
b) Fungsi Prefiks berPrefiks ber- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja (prefiks verbal). Namun, kalimat yang predikatnya berupa kata kerja berawalan ber- tidak memiliki objek, tetapi dapat memiliki pelengkap atau keterangan. Seperti pada data berikut. (99) (100)
agar cinta tak berpaling dariku (UK, 13) musik berdetak seperti lesung di talu (PST , 21)
20
32
Pada kalimat (99) bagian kalimat dariku yang terletak di belakang frasa predikat tak berpaling tidak wajib hadir karena Agar cinta tak berpaling sudah memenuhi syarat bagi terbentuknya sebuah kalimat karena bagian itu sudah memiliki subjek, yakni cinta yang diawali dengan konjungsi. Kata dariku pada kalimat (99) berfungsi sebagai keterangan untuk predikat tak berpaling. Pada kalimat (100) bagian kalimat seperti lesung di talu yang terletak di belakang predikat berdetak tidak wajib hadir karena musik berdetak sudah memenuhi syarat bagi terbentuknya sebuah kalimat, karena sudah memiliki subjek yakni musik. Frasa seperti lesung di talu berfungsi sebagai keterangan.
c) Makna Prefiks berVerbal berawalan ber- memiliki makna sebagai berikut. 1) ‘memiliki’ atau ‘mempunyai’, seperti (101) anak manis berambut panjang (NPBAMBP, 09) memiliki makna ‘memiliki rambut’ (102) anaknya yang mungil dan bermata jernih (JKT 2, 02) ‘memiliki mata’
2) ‘menyatakan’ atau ‘mengakui’, seperti (103) atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita (BKK, 35) memiliki makna ‘menyatakan sahabat’
20
33
3) ‘menghasilkan’ atau ‘mengeluarkan’, seperti (104)
maka wajar saja bila aku berteriak di tengah malam (KDD, 05-06) memiliki makna ‘mengeluarkan teriakan’
(105)
bergetar bibirmu memanggilku (CML 4, 07) memiliki makna ‘mengeluarkan getar’
4) ‘biasa melakukan’,’bertindak sebagai’,’bekerja sebagai’, seperti (106)
aku akan turun berkebun mengerjakan sawah ladangku sendiri (CCKSAD, 06) memiliki makna ‘melakukan pekerjaan kebun’
5) ‘melakukan pekerjaan mengenai diri sendiri’, seperti (107)
berkaca pada sikapmu (NO, 11) memiliki makna ‘mengaca’
(108)
mestinya aku berdiri (LUSN, 12) memiliki makna ‘mendirikan diri’
6) ‘mendapat’,’dapat di-...,’ atau ‘dikenai’, seperti (109)
aku yang tertidur dan tengah bermimpi (NR, 16) memiliki makna ‘mendapat mimpi’
7) ‘memakai’
atau
‘mengenakan’,’menggunakan’,’mengendarai’
‘naik’,seperti (110)
bergincu tebal senandungkan dosa (SBS, 14) memiliki makna ‘memakai gincu’
20
atau
34
8) ‘menjadi kelompok’, seperti (111) bukti keringat basah bersatu (CKBM, 14) memiliki makna ‘menjadi satu’ (112) kini basah bersimbah peluh kita berdua (CKBM, 21) kata berdua pada lirik ini memiliki makna menjadi satu kesatuan.
2.2.1.4 Prefiks dia) Bentuk Prefiks diPrefiks di- ketika dilekatkan pada bentuk dasar tidaklah mengalami perubahan bentuk. Akan tetapi, dari segi ejaan, penulisan di- sebagai prefiks (yang dituliskan serangkai dengan dasar atau kata yang dilekatinya) sering dikacaukan dengan penulisan di- sebagai kata depan (yang dituliskan terpisah dari dasar atau kata yang mengikutinya). Pada data lirik lagu Ebiet G. Ade (LLEGA) ditemukan kata yang mendapatkan prefiks di- yakni sebagai berikut. (113)
di- + ciptakan
diciptakan (LUSN, 21)
(114)
di- + mengerti
dimengerti (DLIDS, 35)
(115)
di- + telan
ditelan (ECYH, 11)
(116)
di- + hempas
dihempas (BKK, 09)
(117)
di- + telan
ditelan (MDP, 09)
(118)
di- + bakar
dibakar (FR, 16)
(119)
di- + anggap
dianggap (KDK, 12)
(120)
di- + terpa
diterpa ( LL, 06)
(121)
di- + sapu
disapu (SBS, 11)
20
35
(122)
di- + luruh
diluruh (UK, 03)
(123)
di- + pikirkan
dipikirkan (JKT 2, 01)
(124)
di- + sesali
disesali (JKT 2, 03)
(125)
di- + kenang
dikenang (JKT 2, 05)
(126)
di- + dengar
didengar (JKT 2, 07)
(127)
di- + bayangkan
dibayangkan (JKT 2, 09)
(128)
di- + impikan
diimpikan (JKT 2, 11)
(129)
di- + tanggalkan
ditanggalkan (JKT 2, 11)
(130)
di- + tulis
ditulis (JKT 2, 15)
(131)
di- + tebus
ditebus (SCYS, 14)
b) Fungsi Prefiks diPrefiks di- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif (prefiks verbal pasif, yang berkaitan dengan prefiks verbal aktif meng-). Seperti pada data berikut. (132)
ada yang dipikirkan sebelum tertidur (JKT 2, 01) kata dipikirkan merupakan verbal pasif, yang berasal dari verbal aktif memikirkan.
c) Makna Prefiks diPrefiks di- memiliki makna sebagai berikut. 1) ‘dikenai laku’ atau ‘dikenai tindakan’, seperti (133) tak kan ku temui lagi suara seruling yang ditiup lelaki kecil sambil berbaring (JKT 1,15-16) memiliki makna ‘dikenai tiupan’
20
36
(134) ku ditelan fatamorgana (BDHC, 05) memiliki makna ‘dikenai tindakan telan’
2) ‘dikenai dengan’, seperti (135) lihatlah geriap lalu lalang disapu debu panas (SBS, 11) memiliki makna ‘dikenai dengan sapu’
2.2.1.5 Prefiks pera) Bentuk Prefiks perPrefiks per- mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan pada bentuk dasar. Karena bentuk dan maknanya berkaitan dengan bentuk dan makna prefiks ber-, perubahan bentuk prefiks per- itu pun seperti yang terjadi pada prefiks ber(Arifin, 2009:42). a) Prefiks per- tetap berbentuk per- apabila dilekatkan dengan bentuk dasar, seperti pada data berikut. (136)
per- + lahan
perlahan (JKT 2, 12)
b) Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila dilekatkan dengan bentuk dasar, seperti pada data berikut. (137)
per- + tani
petani (CCKSAD, 01)
20
37
b) Fungsi Prefiks perBahasa Indoneia memiliki dua buah prefiks per-, yaitu prefiks perpembentuk kata kerja (prefiks verbal) dan per- (pe-,pel-) sebagai pembentuk kata benda (prefiks nominal). Prefiks per- sebagai pembentuk kata kerja adalah sebagai berikut. (138)
semangatnya yang membara perlahan padam (JKT 2, 12)
Prefiks per- sebagai pembentuk kata benda adalah sebagai berikut. (139)
aku pernah punya cita-cita hidup jadi petani kecil (CCKAD, 01)
c) Makna Prefiks perSebagai pembentuk kata kerja, prefiks per- memiliki makna seperti berikut: 1) ‘(men) jadikan lebih’ (biasanya prefiks per- dilekatkan pada dasar berupa kata sifat seperti : (140)
semangatnya yang membara perlahan padam (JKT 2, 12) ‘menjadi lebih lahan’
2) ‘yang biasa melakukan’ (sebagai profesi, kebiasaan, kegemaran) atau ‘yang ber-...’, seperti (141)
aku pernah punya cita-cita hidup jadi petani kecil (CCKAD, 01) ‘yang bertani’
20
38
2.2.1.6 Prefiks penga) Bentuk Prefiks pengPrefiks peng- mengalami perubahan bentuk, karena bentuk dan maknanya berkaitan dengan bentuk dan makna prefiks meng-, perubahan bentuk prefiks peng-, pun sejalan dengan perubahan prefiks meng-,
peng-
peng- +
{vokal, g, k, h, kh, x}
pem-
+
{b, f, p, v}
pen-
+
{t, d, sy, z}
peny- +
{s, c, j}
pe-
{l, r, w, y, nasal}
+
penge- +
{kata ekasuku}
Pada data LLEGA ditemukan kata yang mendapatkan prefiks peng-. (142)
peng- + pandu
pemandu (KAP, 08)
Kata pemandu merupakan kata jadian yang berasal dari bentuk dasar pandu yang mendapatkan prefiks peng- sehingga menjadi pemandu. Fonem /p/ luluh menjadi fonem /m/.
b) Fungsi Prefiks pengPrefiks peng- berfungsi sebagai pembentuk kata benda (prefiks nominal) yang bertalian bentuk dan maknanya dengan prefiks meng-. Kata benda berawalan peng- bertalian bentuk dan maknanya dengan kata kerja berawalan meng-. Seperti: (143)
pemandu (KAP, 08) adalah orang yang memandu.
20
39
c) Makna Prefiks pengPrefiks peng- memiliki makna yakni : 1) ‘yang melakukan’, seperti (144)
meskipun kita pengemis pinggiran jalan. (NP, 13) ‘yang mengemis’
(145)
adalah firmanmu pemandu jalanku (KAP, 08) ‘yang memandu’
2.2.1.7 Prefiks sea) Bentuk Prefiks seBahasa Indonesia memiliki dua jenis se-, yaitu (a) se- yang berupa bentuk klitik dan (b) se- sebagai pembentuk adverbia. Kedua prefiks se- tersebut tidak pernah mengalami perubahan bentuk apabila dirangkaikan dengan kata yang lain (Arifin, 2009:52). Seperti pada data berikut ini. (146)
se- + buah
sebuah (PST, 01)
(147)
se- + orang
seorang (PST, 15)
b) Fungsi Prefiks seFungsi prefiks se- yakni menjadi klitika (dari kata esa), seperti: (148)
sehalaman (CCKSAD, 03)
(149)
sebuah (PST, 01)
(150)
seorang (PST, 15)
20
40
Fungsi prefiks se- yang kedua adalah membentuk adverbia, seperti : (150) sesampainya (BKK, 20).
c) Makna Prefiks sePrefiks se- memiliki makna yakni : 1) se- yang berupa bentuk klitik (dari kata esa) bermakna a) ‘satu’, seperti (151)
pada sebuah pesta (PST, 01) ‘satu buah’
(152)
aku kehilangan sesuatu (PST,02) ‘satu suatu’
b) ‘sama’ atau ‘sampai’, seperti (153)
kudengar suara jerit tangismu sesepi gunung (DSDS, 01) ‘sepinya sama dengan sepi’
(154)
kulihat bening bola matamu sesejuk gunung (DSDS,02) ‘sejuknya sama dengan sejuk’
2.2.1.8 Prefiks tera) Bentuk Prefiks terPrefiks ter- mengalami proses morfofonemik. Proses morfofonemik yang terjadi pada prefiks ter- dijelaskan sebagai berikut. 1) Prefiks ter- tetap menjadi ter- apabila ditambahkan dengan bentuk dasar yang berawalan dengan fonem vokal, serta bentuk dasar yang berawalan selain /r/ dan selain kata anjur. Seperti pada data berikut.
20
41
(155)
ter- + akhir
terakhir (CML 3, 21)
(156)
ter- + ingat
teringat (PST, 25)
(157)
ter- + tidur
tertidur (NPUIDDUHEM, 08)
(158)
ter- + lupa
terlupa (NPUIDDUHEM, 14)
2) Prefiks ter- berubah menjadi te- apabila dilekatkan dengan bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /r/ atau suku pertama mengandung fonem /er/. Seperti pada data berikut ini. (159) ter- + rasa
terasa (BDHC, 03)
3) Prefiks ter- berubah menjadi tel- apabila dilekatkan dengan kata anjur. (160) ter- + anjur
telanjur (KDK, 11)
b) Fungsi Prefiks terBahasa Indonesia memiliki dua buah prefiks ter-, yaitu (1) prefiks tersebagai pembentuk kata kerja (prefiks verbal, yang bertalian dengan prefiks ber-) dan (2) prefiks ter- sebagai pembentuk kata sifat (prefiks adjektival). Prefiks tersebagai pembentuk kata kerja seperti : (161) tercipta (PKUMK, 10) Prefiks ter- sebagai pembentuk kata sifat seperti : (162) terakhir (CML 3, 21).
20
42
c) Makna Prefiks tera) Prefiks ter- sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna yakni : 1) ‘telah dilakukan’ atau ‘dalam keadaan’, seperti (163)
anak kita tertidur menahankan lapar (NPUIDDUHEM, 08) memiliki makna ‘dalam keadaan tidur’
(164)
engkau terpejam bibirmu merekah (CDKBM, 05) memiliki makna ‘dalam keadaan terpejam’
2) ‘telah mengalami’, ‘menderita keadaan atau kejadian (dengan tidak sengaja atau dengan tiba-tiba)’, seperti (165)
aku yang tertegun di dalam rindu (NO, 07) memiliki makna ‘tibatiba tertegun’
(166)
terpaku menatap langit (BKK,19) memiliki makna ‘tiba-tiba terpaku’
b) Prefiks ter- pembentuk kata sifat memiliki arti ‘paling’, seperti (167)
ternyata kembangmu kembang terakhir (CML 3,18) ‘paling akhir’
2.2.2 Infiks Bahasa Indonesia memiliki sisipan –el-, -em-, -er-, dan –in-, yang tidak lagi produktif. Sekarang kata dengan sisipan cenderung dianggap sebuah kata (Arifin, 2009:57-58). Pada data LLEGA ditemukan hanya infiks –em-, dan –ersaja.
20
43
Bentuk dasar yang mendapatkan infiks –em- yakni: (168)
guruh + -em-
gemuruh ( JKT 1, 04)
(169)
gertak + -em-
gemertak (NO, 12)
(170)
jari + -em-
jemari (UK, 04)
(171)
getar + -em-
gemetar (TRBA, 09)
(172)
gerlap + -em- + -an
gemerlapan (JKT 1, 04)
Bentuk dasar yang mendapatkan infiks –er- yakni: (173)
suling + -er-
seruling (JKT 1, 15)
Kata gemuruh merupakan bentukan kata dengan bentuk dasar guruh, mendapatkan infiks –em-. Kata gemertak merupakan bentukan kata dengan bentuk dasar gertak, mendapatkan infiks –em-. Kata seruling bentuk dasarnya adalah suling yang mendapatkan infiks –er-.
2.2.3 Sufiks 2.2.3.1 Sufiks -an a) Bentuk Sufiks –an Sufiks –an ketika dilekatkan dengan bentuk dasar tidaklah mengalami perubahan. Pada data LLEGA ditemukan beberapa kata yang mengalami sufiksasi, seperti contoh berikut. (174)
pinggir
+ -an
pinggiran (NPUIDDUHEM, 10)
(175)
ribu
+ -an
ribuan (DLIDS, 04)
20
44
(176)
jalan
+ -an
jalanan (JKT 1, 11)
(177)
nyanyi
+ -an
nyanyian (JKT 1, 18)
(178)
hembus + -an
hembusan (OKP I/203, 13)
(179)
laut
lautan (ECYH, 04)
+ -an
b) Fungsi sufiks –an Sufiks –an memiliki fungsi yakni sebagai pembentuk kata benda (sufiks nominal, yang bertalian dengan verba meng-), seperti : (180)
jalanan (JKT 1, 11)
(181)
lautan (ECYH, 04)
c) Makna sufiks –an Sebagai pembentuk kata benda, akhiran –an berarti ‘hasil’, ‘perolehan’, ‘akibat’, atau ‘yang dikenai laku’, seperti (182)
atau nyanyian bambu-bambu (JKT 1, 18) kata nyanyian memiliki makna ‘hasil menyanyi’
(183)
keriput tulang pipimu gambaran perjuangan (TRBA, 16-17) kata gambaran memiliki makna ‘yang digambarkan’
Sufiks –an juga berarti seperti berikut: 1) ‘kumpulan’, ‘gugusan’, seperti (184)
akan selalu menjadi ribuan cerita (DLIDS, 04) ‘kumpulan ribu’
(185)
apakah pada gelombang lautan (ECYH,04) ‘kumpulan laut’
20
45
2) ‘yang mempunyai atau yang mengandung’, seperti (186)
debu-debu panas di jalanan (JKT 1, 11) ‘di jalan’
2.2.3.2 Sufiks -i a) Bentuk sufiks –i Sufiks –i ketika dilekatkan dengan bentuk dasar tidaklah mengalami perubahan. Pada data LLEGA ditemukan beberapa kata yang mengalami sufiksasi -i, seperti contoh berikut. (187)
cumbu
+ -i
cumbui (LUSN, 25)
(188)
tangis
+ -i
tangisi (NPUIDDUHEM, 27)
(189)
jelajah
+ -i
jelajahi (DLIDS, 11)
(190)
lewat
+ -i
lewati (NPUIDDUHEM, 05)
(191)
telanjang + -i
telanjangi (KDK, 04)
(192)
benah
benahi (KDK, 13)
+ -i
b) Fungsi Sufiks –i Di dalam bahasa Indonesia terdapat dua buah sufiks –i, yaitu sufiks –i sebagai pembentuk kata kerja (sufiks verbal) seperti dan sufiks –i (-iah, -wi, wiah) sebagai pembentuk kata sifat (sufiks adjektival) (Arifin, 2009:60). Verba bersufiks -i adalah verba transitif, yang berlaku juga sebagai pangkal (stem) dalam pembentukan verba inflektif (Chaer, 2008:119). Pada LLEGA hanya ditemukan kata bersufiks –i sebagai pembentuk kata kerja. (193)
cumbui (LUSN, 25)
20
46
c) Makna Sufiks –i Sufiks –i mempunyai makna sebagai berikut. 1) Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘berulang kali’ Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan (+ sasaran). Pada LLEGA ditemukan pada data : (194)
biar ku cumbui bayangmu (LUSN, 25) kata cumbui memiliki makna ‘bercumbu berulang kali’
(195)
la la la la la la la usah kau tangisi (NPUIDDUHEM, 27) kata tangisi memiliki makna ‘menangis berulang kali’
2) Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘tempat’ Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ tempat). Seperti : (196)
dia jelajahi jagat raya ini (DLIDS, 11) ‘menjelajah tempat’
(197)
matamu tajam berbinar tembusi kegelapan malam (SJC, 07) ‘menembus’
3) Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘merasa sesuatu pada’ Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ sikap batin) atau (+ emosi). Seperti : (198)
kekerasanmu mulai aku sukai (SSC, 20) ‘merasa suka’
20
47
4) Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘jadikan’ atau ‘sebabkan’ Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ keaadaan) atau (+ sifat). Pada lirik lagu Ebiet G. Ade ditemukan pada data : (199)
turunnya hujan basahi bumi ini (DSPM, 08) artinya ‘jadikan basah’
(200)
seperti hendak telanjangi dari kulit jiwaku (KDK, 04) artinya ‘jadikan telanjang’
5) Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal ‘lakukan pada’ Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ tindakan) dan (+ tempat). Seperti (201)
ku benahi kusut gaunmu (CDKBM, 19) artinya ‘lakukan benah’
(202)
tak kan ku temui lagi suara seruling (JKT 1,15) artinya ‘bertemu lagi’
2.2.3.3 Sufiks -kan a) Bentuk sufiks –kan Sufiks –kan ketika dilekatkan dengan bentuk dasar tidaklah mengalami perubahan. Pada data LLEGA ditemukan beberapa kata yang mengalami sufiksasi -kan, seperti contoh berikut. (203)
biar
+ -kan
biarkan (LUSN, 06)
(204)
gores
+ -kan
goreskan (LUSN, 09)
(205)
isyarat
+ -kan
isyaratkan (LUSN, 15)
20
48
(206)
laku
+ -kan
lakukan (LUSN, 16)
(207)
sebut
+ -kan
sebutkan (LUSN, 19)
(208)
sandar
+ -kan
sandarkan (LUSN, 26)
b) Fungsi sufiks –kan Akhiran –kan berfungsi sebagai akhiran pembentuk kata kerja (sufiks verbal), Dalam LLEGA ditemukan beberapa kata yang mendapatkan sufiks –kan seperti : (209)
sandarkan (LUSN, 26)
(210)
lakukan (LUSN, 16)
(211)
isyaratkan (LUSN, 15).
c) Makna sufiks –kan 1)
Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan’ atau ‘menjadikan’ (212)
mari tidurlah, lupakan sejenak (NPUIDDUHEM, 23) ‘jadikan lupa’
(213)
2)
kau diamkan (NO, 05) ‘jadikan diam’
Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan untuk orang lain’ (214)
kabarkan pada awan cerita ini (SJC, 23) ‘lakukan kabar’
20
49
3)
Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan akan’ (215)
perlahan kau tengadahkan wajah sibakkan rambutmu (SJC, 06) ‘lakukan sibak’
(216)
apa yang dibayangkan tentang Jakarta (JKT 2, 09) ‘apa yang dibayang’
2.2.3.4 Sufiks -nya a) Bentuk Sufiks –nya Sufiks –nya ketika dilekatkan dengan bentuk dasar tidaklah mengalami perubahan. Pada data lirik lagu Ebiet G. Ade ditemukan beberapa kata yang mengalami sufiksasi -nya, seperti contoh berikut. (217)
mesti
+ -nya
mestinya (LUSN, 12)
(218)
akhir
+ -nya
akhirnya (DLIDS, 37)
(219)
kira
+ -nya
kiranya (JKT 1, 30)
(220)
layak
+ -nya
layaknya (NO, 10)
(221)
nampak
+ -nya
nampaknya (KDK, 03)
(222)
biasa
+ -nya
biasanya (KDK, 20)
b) Fungsi Sufiks –nya Sufiks –nya memiliki dua bentuk yakni –nya sebagai pronomina persona ketiga tunggal, dan –nya sebagai sufiks yang membentuk nomina. Sufiks –nya sebagai pronosmina persona ketiga tunggal yakni : (223)
kakinya (DLIDS, 06)
20
50
(224)
tangannya (DLIDS, 07)
(225)
kepalanya (DLIDS, 08)
Sufiks –nya sebagai pembentuk nomina yakni : (226)
biasanya (KDK, 20)
(227)
nampaknya (KDK, 03)
(228)
layaknya (NO, 10).
c) Makna sufiks –nya Sufiks –nya memiliki makna gramatikal sebagai berikut. 1) Nomina bersufiks –nya memiliki makna ‘hal’, seperti : (229)
coba bayangkan betapa sakitnya (SCS, 03)
(230)
sementara aku tengah bangganya (SCS, 08)
2) Nomina bersufiks –nya memiliki makna gramatikal ‘penegasan’, seperti : (231)
mari kita tunggu datangnya hujan (DSPM, 01)
(232)
yang biasanya ramah kini membakar hati? (KDK, 20)
2.2.3 Konfiks Konfiks adalah imbuhan tunggal yang terdiri atas dua unsur yang terpisah, satu unsur terletak di sebelah kiri dan satu unsur lagi di sebelah kanan dasar yang dilekatinya. Konfiks juga sering disebut dengan imbuhan terbelah (Arifin, 2009:75). Sebagai imbuhan tunggal, walaupun kedua unsurnya terbelah, konfiks
20
51
harus melekat sekaligus atau harus melekat secara bersamaan pada dasar yang dilekatinya.
2.2.3.1 Konfiks ke-an a) Bentuk Konfiks ke-an Konfiks ke-an ketika dilekatkan dengan bentuk dasar tidaklah mengalami perubahan. Pada data LLEGA ditemukan beberapa kata yang mengalami konfiksasi ke-an, seperti contoh berikut. (233)
gelap
+ ke-an
kegelapan (SJC, 07)
(234)
damai
+ ke-an
kedamaian (CML 4, 09)
(235)
mati
+ ke-an
kematian (DMIM, 05)
(236)
teguh
+ ke-an
keteguhan (KAP, 13)
(237)
kering
+ ke-an
kekeringan (DSPM, 16)
(238)
sendiri
+ ke-an
kesendirian (SJC, 20)
b) Fungsi Konfiks ke-an Bahasa Indonesia memiliki tiga jenis konfiks ke-an yaitu : 1) ke-an sebagai pembentuk kata kerja (konfiks verbal) seperti : (239)
kesendirian (SJC, 20)
(240)
kekeringan (DSPM, 16).
2) ke-an sebagai pembentuk kata sifat (konfiks adjektival) seperti : (241)
kegelapan (SJC, 07)
20
52
(242)
kemerahan (JKT 1, 37).
3) ke-an sebagai pembentuk kata benda (konfiks nominal) seperti (243)
kematian (DMIM, 05).
c) Makna Konfiks ke-an 1) Sebagai pembentuk verbal, konfiks ke-an berarti ‘menderita atau mengalami kejadian’;’menderita atau mengalami keadaan’, seperti (244)
basahi sawah kita yang kekeringan (DSPM, 16) ‘mengalami kering’
(245)
sedetik 'ku tertegun dalam kesendirian (SJC, 20) ‘dalam keadaan sendiri’
2) Sebagai pembentuk kata sifat, konfiks ke-an berarti ‘terlalu’ atau ‘terlampau’ dan bisa juga bermakna ‘agak’ Seperti pada data berikut. (246)
matamu tajam berbinar tembusi kegelapan malam (SJC, 07) ‘yang terlampau gelap’
(247)
dengan warna kuning kemerahan (JKT 1, 31) ‘agak merah’
3) Sebagai pembentuk kata benda, konfiks ke-an berarti ‘mempunyai ciri atau sifat’, seperti: (248)
kematian ini memisahkan kita (DMIM, 05) memiliki makna ‘sifat mati’
20
53
2.2.3.2 Konfiks ber-an a) Bentuk Konfiks ber-an Konfiks ber-an ketika dilekatkan dengan bentuk dasar tidaklah mengalami perubahan. Pada data LLEGA ditemukan beberapa kata yang mengalami konfiksasi ber-an, seperti contoh berikut. (249)
terbang
+ ber-an
berterbangan (JKT 1, 39)
(250)
kilau
+ ber-an
berkilauan (MDP, 03)
(251)
lebih
+ ber-an
berlebihan (CML 3, 06)
b) Fungsi Konfiks ber-an Konfiks ber-an berfungsi sebagai pembentuk kata kerja (konfiks verbal). Pada data LLEGA ditemukan beberapa kata yang mendapatkan konfiks ber-...-an seperti : (252)
berlebihan (CML 3, 06)
(253)
berkilauan (MDP, 03)
(254)
berterbangan (JKT 1, 39).
c) Makna Konfiks ber-an Konfiks ber-an memiliki makna sebagai berikut. 1) ‘melakukan sesuatu dengan laku atau pelaku banyak’, ‘tidak beraturan’, seperti pada data berikut. (255) di bawah burung-burung mulai berterbangan (JKT 1, 39) ‘banyak yang terbang’
20
54
(256) butir pasir berterbangan, sinar bulan berkilauan (MP, 3) ‘berkilau’ (257) bergetaran rasa jiwaku (CML 1, 14) ‘bergetar dan tidak teratur’
2) Verba berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘saling’ atau ‘berbalasan’, seperti pada data berikut. (258) berkejaran di pematang, basah (JKT 1, 21) ‘saling mengejar’ (259) nafasku dan nafasmu saling bertautan (SPBI.R., 03) ‘saling bertaut’
2.2.3.3 Konfiks per-an a.
Bentuk Konfiks per-an Konfiks per-an memiliki variasi bentuk yakni per-an, pel-an, dan pe-an.
Pada data LLEGA ditemukan kata yang mengalami konfiksasi per-an, seperti pada data berikut ini. 1) Konfiks per-an tetap menjadi per-an apabila dilekatkan dengan bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /j/, seperti pada data berikut. (260) jalan + per-an
perjalanan (NPUIDDUHEM, 21)
(261) juang + per-an
perjuangan (TRBA, 23)
2) Konfiks per-an mengalami pelesapan fonem /r/ sehingga menjadi pean apabila dilekatkan dengan bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /l/
20
55
(262)
b)
latar + per-an
pelataran (DSPM, 02)
Fungsi Konfiks per-an Konfiks per-an berfungsi sebagai pembentuk kata benda (konfiks
nominal), yang bertalian dengan awalan pembentuk verbal ber-. Pada data LLEGA ditemukan kata dengan kofiks per-an yakni :
c)
(263)
perjalanan (NPUIDDUHEM, 21)
(264)
perjuangan (TRBA, 23)
(265)
pelataran (DSPM, 02).
Makna Konfiks per-an 1) Makna gramatikal konfiks per-an adalah ‘perihal’ atau ‘yang berhubungan dengan’, seperti : (266) esok hari perjalanan kita (NPUIDDUHEM, 21) ‘perihal berjalan’ (267) keriput tulang pipimu gambaran perjuangan (TRBA, 22-23) ‘gambaran perihal berjuang’
2) Konfiks per-an juga memiliki makna gramatikal ‘tempat ber...’, seperti (268) duduk bersanding di pelataran (DSPM, 02) ‘tempat berlatar’
20
56
2.2.3.4 Konfiks se-nya a)
Bentuk Konfiks se-nya Konfiks se-nya ketika dilekatkan dengan bentuk dasar tidaklah mengalami
perubahan. Pada data LLEGA ditemukan beberapa kata yang mengalami konfiksasi se-nya, seperti contoh berikut.
b)
(269)
sampai
+ se-nya
sesampainya ( BKK, 20)
(270)
harus
+ se-nya
seharusnya (PKUMK, 16)
Fungsi Konfiks se-nya Konfiks se-nya digunakan untuk membentuk kata keterangan (konfiks
adverbial). Konfiks itu dapat dilekatkan pada dasar yang berupa adjektiva perulangan ataupun bukan perulangan.
c)
(271)
sesampainya ( BKK, 20)
(272)
seharusnya (PKUMK, 16)
Makna Konfiks se-nya Konfiks se-nya yang dilekatkan pada adjektiva perulangan, se- + R + -nya,
digunakan untuk menyatakan makna ‘paling’ atau tingkat elatif yang tinggi (Arifin, 2009:90). Dalam data lirik lagu Ebiet G. Ade tidak ditemukan kata dengan konfiks se-nya yang melekat pada perulangan. Dalam data hanya ditemukan dua buah kata berkonfiks se-nya yang bentuk dasarnya bukan perulangan. (273)
sesampainya di laut (BKK, 20) ‘setelah sampai’
20
57
(274)
2.2.4
apa yang seharusnya aku lakukan (NR, 02) ‘paling harus’
Simulfiks Simulfiks atau imbuhan gabung adalah dua imbuhan atau lebih yang
ditambahkan pada kata dasar tidak sekaligus, tetapi secara bertahap (Arifin, 2009:7). Pada data LLEGA ditemukan beberapa data yang mengalami simulfiksasi seperti pada data berikut ini. (275) anak kita tertidur menahankan lapar (NPUIDDUHEM, 08) Pada data di atas, kata menahankan merupakan contoh simulfiks mengkan yang melekat pada kata menahankan. Afiks yang pertama kali melekat pada kata dasar tahan adalah prefiks meng- menjadi menahan, setelah itu melekat sufiks –kan sehingga menjadi menahankan. (276) dia yang berjalan melintasi malam (DLIDS, 01) Pada data ini, kata melintasi merupakan kata yang mendapatkan simulfiks me-i.Afiks yang pertama kali melekat pada kata dasar lintas adalah prefiks meng-, sehingga menjadi melintas. Setelah itu, barulah melekat sufiks –i, sehingga menjadi melintasi.
2.3
Reduplikasi Dalam bahasa Indonesia, reduplikasi merupakan mekanisme yang penting
dalam pembentukan kata, di samping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi (Chaer,2008: 178). Reduplikasi/ perulangan adalah salah satu proses pembentukan kata yang dilakukan dengan cara mengulang sebagian atau seluruh bentuk dasar.
20
58
Proses ini menghasilkan kata baru, yang lazim disebut kata ulang. Proses mengulang kadang-kadang berkombinasi dengan afiksasi, atau terjadi perubahan bentuk bunyi (Simpen, 2009: 48).
2.3.1
Reduplikasi Fonologis Reduplikasi fonologis berlangsung terhadap dasar yang bukan akar atau
terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi daripada akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, tetapi menghasilkan makna leksikal (Chaer, 2008: 179). Pada data lirik lagu Ebiet G. Ade (LLEGA) ditemukan lima kata yang mengalami reduplikasi fonologis, yakni sebagai berikut. (277) (278) (279)
tetapi rindu tetap bergayut di dada (LL, 17) di sisi manakah ‘ku harus berdiri (SSC, 16) gadis-gadis kecil menjajakan cincin (NR, 07)
Kata dada, sisi, dan cincin adalah kata yang dapat dikategorikan sebagai kata yang mengalami reduplikasi fonologis. Bentuk-bentuk tersebut tidak berasal dari da, si, dan cin. Bentuk-bentuk tersebut adalah kata yang bunyi kedua suku katanya sama. (280)
nyanyikan kupu-kupu hinggap di rambutmu (UK, 10)
Kata kupu-kupu merupakan kata yang mengalami reduplikasi fonologis. Bentuk ini jelas sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya tidak melahirkan makna gramatikal, tetapi hanya menghasilkan makna leksikal.
20
59
2.3.1.2 Reduplikasi Semantis Reduplikasi semantis adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim (Chaer, 2008: 180). Berikut dijelaskan lebih rinci. (281) (282) (283)
meski samar tapi jelas tegas (CML 3, 09) kadar cinta kasihku kepadamu (SSC, 04) biar pun harus ku tembus padang ilalang (CML 2, 08)
Frasa jelas tegas, cinta kasihku, dan padang ilalang merupakan frasa yang mengalami reduplikasi semantis. Kata jelas dan tegas memiliki makna yang sama. Kata cinta dan kasih pada frasa cinta kasihku pun memiliki makna yang sama, hanya saja pada kata kasih mendapat klitik –ku yang menyatakan kepemilikan. Kata padang memiliki makna yang sama dengan kata ilalang.
2.3.1.3 Reduplikasi Morfologis Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi dan pengulangan sebagian (Chaer, 2008: 181). a) Pengulangan Akar Bentuk dasar yang berupa akar memiliki tiga macam proses pengulangan, yaitu pengulangan utuh, pengulangan sebagian dan pengulangan dengan perubahan bunyi. 1) Pengulangan utuh, artinya bentuk dasar itu diulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. Pada data LLEGA ditemukan proses ini yakni sebagai berikut.
20
60
(284) (285) (286) (287) (288) (289) (290) (291) (292) (293) (294) (295) (296) (297) (298) (299) (300) (301) (302) (303) (304) (305) (306) (307) (308)
yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi (CML 1, 15) langit-langit seperti berputar, hm, berputar (PST, 13) batu-batu seperti menyingkir (DLIDS, 21) semak-semak seperti menguak (DLIDS, 24) gadis-gadis selalu menyapa (DLIDS, 32) debu-debu panas di jalanan (JKT 1, 11) atau nyanyian bambu-bambu (JKT 1, 18) mengiringi anak-anak telanjang bermain (JKT 1, 20) di bawah burung-burung mulai berterbangan (JKT 1, 39) yang gelap dan dingin penuh angan-angan (OKP I/ 203, 18) yang kotor dan kecil penuh cita-cita (OKP I/ 203, 21) butir-butir cintaku (ECYH, 02) atau tubuh-tubuh panas jalanan (ECYH, 17) semua bintang-bintang, akan kutembus (ECYH, 20) yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa (BKK, 33-34) gugusan hari-hari (CML 2, 01) aku pernah punya cita-cita hidup jadi petani kecil (CCKSAD, 01) ranting-ranting patah gemertak (NO, 12) wajah-wajah dusta masih tega tertawa (KDD, 14) aku masih ragu-ragu (FR, 19) bercumbu dengan bayang-bayang (EEH, 06) kulihat kaki-kaki burung berdansa (SSC, 11) kudengar putik-putik kembang berdendang (SSC, 12) pucuk-pucuk cemara bergoyang-goyang (LL, 05) sama-sama arungi danau biru (NR, 10)
2) Pengulangan sebagian, yakni yang diulang dari bentuk dasar itu hanya salah satu suku katanya saja (dalam hal ini suku awal kata) disertai dengan “pelemahan” bunyi. Pada data LLEGA ditemukan beberapa proses ini yang dijabarkan sebagai berikut. (309) dia lelaki gagah perkasa (DLIDS, 38) Kata lelaki merupakan kata yang mengalami pengulangan sebagian. Kata lelaki berasal dari bentuk dasar laki, kemudian diulang menjadi laki-laki, setelah itu menjadi lalaki, dan terakhir mengalami pelemahan bunyi menjadi lelaki. Lebih jelasnya, akan ditampilkan dalam bagan berikut.
20
61
laki
laki-laki
lalaki
lelaki 3) Pengulangan dengan perubahan bunyi, artinya bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vokalnya dan bisa pula bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki unsur pertama, bisa juga menduduki unsur kedua. Seperti: (310) tinggalkan kampung halaman yang ramah tamah (JKT 2, 04) (311) lihatlah geriap lalu lalang disapu debu panas (SBS, 08)
b) Pengulangan Dasar Berafiks Dalam pengulangan dasar berafiks terdapat tiga macam proses afiksasi dan reduplikasi. Pertama, sebuah akar diberi afiks terlebih dahulu, baru kemudian diulang atau direduplikasikan. Kedua, sebuah akar direduplikasikan dulu, baru kemudian diberi afiks. Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan. 1) Akar berprefiks berAda dua macam pengulangan akar yang berprefiks ber-, yakni : a) Pada akar mula-mula diimbuhkan prefiks ber- , lalu dilakukan pengulangan sebagian dan yang diulang hanya akarnya saja. Pada LLEGA ditemukan proses ini pada data berikut. 20
62
(312)
pucuk-pucuk cemara bergoyang-goyang (LL, 05)
Akar goyang mula-mula diberi prefiks ber- menjadi bergoyang, kemudian baru diulang menjadi bentuk bergoyang-goyang.
b) Pengulangan dilakukan serentak dengan pengimbuhan prefiks ber-. (313) dan di kandang belakang rumah kupelihara bermacam-macam peliharaan (CCKSAD, 04) Kata bermacam-macam berasal dari akar kata macam, kemudian direduplikasikan menjadi macam-macam yang serentak juga dengan pengimbuhan prefiks ber-.
2) Akar bersufiks -an Ada dua cara mereduplikasikan akar bersufiks –an. Pertama, dengan mengulang secara utuh bentuk bersufiks –an itu; dan kedua mengulang akarnya saja yang sekaligus disertai dengan pengulangannya. Pada data LLEGA hanya ditemukan proses yang kedua saja. (314)
serangkaian kenang-kenangan (YTMK, 06)
Di samping kedua cara tersebut, masih ada satu cara lagi yang kurang produktif, yakni dengan mengulang sebagian (hanya suku pertama dari akar). Ebiet G. Ade ternyata juga memilih proses yang kurang produktif ini untuk membentuk kata yang ia gunakan dalam lirik lagunya. Dalam LLEGA ditemukan beberapa kata yang mengalami proses ini. (315) (316)
di atas hijau dedaunan (JKT 1, 38) di tanah kering bebatuan (BKK, 07) 20
63
(317) (318)
ati tergetar menampak kering rerumputan (BKK, 10-11) sangatlah nyata beda antara berdiri di bebukitan sejuk (SBS, 17)
2.4 Komposisi/ Pemajemukan Komposisi atau pemajemukan adalah proses morfologis yang mengubah gabungan leksem menjadi satu kata, yakni kata majemuk (Arifin, 2009:12). Komposisi adalah proses pembentukan kata yang dilakukan dengan cara menggabungkan satu bentuk (bebas atau terikat) dengan satu bentuk (bebas atau terikat) yang lain, sehingga menghasilkan kata majemuk. Kata majemuk dapat berbentuk : bentuk bebas + bentuk bebas, bentuk bebas + bentuk terikat, dan bentuk terikat + bentuk bebas (simpen, 2009: 48). Tujuan utama membentuk komposisi adalah untuk menampung atau mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan kita tetapi belum ada wadahnya dalam bentuk sebuah kata (Chaer, 2008: 213). Konsep-konsep yang ada dalam kehidupan kita sangatlah banyak, sedangkan jumlah kosakata terbatas. Oleh karena itu, proses komposisi ini dalam bahasa Indonesia merupakan satu mekanisme yang cukup penting dalam pembentukan dan pengayaan kosakata. Istilah yang sering digunakan terkait dengan komposisi adalah kata majemuk. Alisjahbana dalam Chaer mengungkapkan konsep bahwa kata majemuk mengacu pada gabungan dua buah kata atau lebih yang memiliki makna baru. Dari uraian tersebut dapat ditarik dua kesimpulan yakni konsep kata majemuk yang diungkapkan Alisjahbana adalah identik dengan konsep idiom dalam kajian semantik, dan dibuatnya dikolomi kata majemuk dan bukan kata majemuk. Kridalaksana dalam Chaer menyamakan istilah komposisi sama dengan perpaduan atau pemajemukan, yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih 20
64
yang membentuk kata. Hasil proses itu disebut paduan leksem atau kompositum, yang menjadi calon kata majemuk.Kridalaksana juga menjelaskan kalau kata majemuk yang berasal dari paduan leksem atau kompositium adalah hasil proses morfologi, maka yang disebut frase adalah hasil proses sintaksis. Frase dibentuk dari pemaduan kata dengan kata, bukan leksem dengan leksem. Jadi dengan kata lain kalau morfologi adalah masalah morfologi, maka frase adalah masalah sintaksis. Oleh karena itu, ada kemungkinan adanya sebuah data kebahasaan bila dilihat dari segi morfologi sebagai sebuah komposisi, tetapi kalau dilihat dari segi sintaksis sebagai sebuah frase.
2.4.1 Komposisi Nominal 2.4.1.1 Bentuk Yang dimaksud dengan komposisi nominal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori nomina. Komposisi nominal dapat dibentuk dari dasar : a) nomina + nomina, seperti: (319) bulu mata (LUSN, 05) (320) bola mata (DSIDS, 03)
b) nomina + verba, seperti (321) pesta dansa (PST, 11)
c) nomina + adjektiva seperti (322)
lelaki kecil (JKT 1, 16)
20
65
(323) anak manis (NPBAMBP, 15) (324) gadis manis (LL, 13)
2.4.1.2 Fungsi Fungsi dari komposisi adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan nyata tetapi belum ada kosakatanya dalam bentuk tunggal.
2.4.1.3 Makna a)
Komposisi Nominal Bermakna Gramatikal Makna
gramatikal
adalah
makna
yang
muncul
dalam
proses
penggabungan dasar dengan dasar dalam pembentukan sebuah komposisi (Chaer, 2008: 217). Makna gramatikal yang muncul dalam proses pembentukan komposisi nominal yang terdapat pada LLEGA adalah sebagai berikut. 1)
‘gabungan biasa’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Makna gramatikal ‘gabungan biasa’ ini akan terjadi apabila kedua unsurnya memiliki komponen makna :
a.
( + pasangan antonim relasional). Misalnya : (325)
bapak ibunya telah lama mati (BKK, 18)
Komposisi bapak ibunya pada frasa di atas merupakan pasangan antonim relasional. Bapak ibunya dapat diartikan bapak dan ibunya. b.
( + anggota dari satu medan makna). Misalnya : (326)
tinggalkan kampung halaman yang ramah tamah (JKT 2, 04)
20
66
Kampung halaman pada frasa di atas merupakan anggota dari satu medan makna. Komposisi kampung halaman dapat diartikan kampung dan halaman. (327)
biarpun harus ku tembus padang ilalang (CML 2, 08) Komposisi padang ilalang merupakan anggota dari satu medan makna. Padang ilalang dapat diartikan padang dan ilalang.
2) ‘bagian’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari. Makna gramatikal ‘bagian’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna ( + bagian dari unsur kedua) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ keseluruhan yang mencakup unsur pertama). Seperti yang penulis temukan pada data : (328)
langit di atas simpang jalan (YTMK, 09)
3) ‘jenis’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata jenis. Makna gramatikal ‘jenis’ dapat terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna (+ benda generik), sedangkan unsur kedua memiliki komponen makna (+ benda spesifik). Dalam data ditemukan contoh : (329) berjalan di hutan cemara (BDHC, 01)
b.
Komposisi Nominal Bermakna Idiomatik Ada sejumlah komposisi nominal memiliki makna idiomatik, baik berupa
idiom penuh maupun berupa idiom sebagian. Yang berupa idiom penuh artinya,
20
67
seluruh komposisi itu memiliki makna yang tidak dapat diprediksi, baik secara leksikal maupun secara gramatikal (Chaer, 2008: 222). Pada data ditemukan contoh sebagai berikut. (330)
barangkali di sana ada jawabnya (BKK, 28) barangkali dalam arti ‘mungkin’
(331)
matahari pagi di atas puncak bukit karang (MDP, 09) matahari dalam arti ‘benda angkasa, titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yang mendatangkan terang dan panas pada bumi pada siang hari'.
Komposisi yang berupa idiom sebagian adalah yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya. Seperti yang ditemukan dalam data berikut. (332)
dengar denting harpa menikam pagi buta (NPBAMBP, 19)
(333)
kapankah terbuka selimut rindu (NPBAMBP, 10)
Kata pagi pada komposisi pagi buta, kata rindu pada komposisi selimut rindu masih memiliki makna leksikalnya, sedangkan yang bermakna idiomatik adalah kata-kata buta dan selimut.
c.
Komposisi Nominal Metaforis Ada sejumlah komposisi nominal yang salah satu unsurnya digunakan
secara metaforis, yakni dengan mengambil salah satu komponen makna yang dimiliki oleh unsur tersebut (Chaer, 2008: 223). (334)
siapa tahu nanti aku 'kan terpilih jadi kepala desa (CCKSAD, 11)
20
68
(335)
seperti didengar lagi gerit daun pintu bambu (JKT 2, 07)
(336)
langit di atas simpang jalan (YTMK, 09)
(337)
di pinggir kali yang bening (CML 1, 05)
Komposisi kepala desa, daun pintu, simpang jalan, dan pinggir kali merupakan komposisi nominal yang salah satu unsurnya digunakan secara metaforis yakni kata kepala, daun, simpang, dan pinggir.
d.
Komposisi Nominal Nama dan Istilah Ada sejumlah komposisi nominal yang berupa nama atau istilah. Sebagai
nama atau istilah komposisi ini tidak bermakna gramatikal, tidak bermakna idiomatik, juga tidak bermakna metaforis (Chaer, 2008:224). Seperti pada data berikut. (338)
sejuk, lembut angin di bukit Kintamani (NR, 06)
Frasa bukit Kintamani merupakan komposisi nominl yang berupa nama. Kata bukit merupakan nominal, sedangkan Kintamani merupakan nama suatu daerah di Pulau Bali.
e.
Komposisi Nominal dengan Adverbia Ada sejumlah komposisi nominal yang dibentuk dari kelas adverbial dan
kelas nominal. Makna komposisi jenis ini ditentukan oleh makna ‘leksikal’ dari kata adverbia itu (Chaer, 2008: 224-225). Adverbia yang mendampingi nomina adalah adverbia yang menyatakan negasi, dan adverbia yang menyatakan jumlah. Seperti yang terdapat pada data berikut.
20
69
(339)
banyak gadis yang memandangku (NPBAMBP, 02)
Komposisi banyak gadis pada frasa di atas merupakan komposisi nominal dengan adverbia. Adverbia banyak merupakan adverbia yang menyatakan jumlah. Komposisi dengan unsur preposisi juga dapat dimasukkan ke dalam kelompok ini. Seperti pada data berikut. (340)
dan mati ada di tanganmu (KAP, 03)
(341)
berselimut sarung tua bekal dari kerabatnya yang masih tersisa (JKT 2, 14)
(342)
segera luruh jatuh ke bumi (DSPM, 24)
(343)
kabarkan pada awan cerita ini (SJC, 12)
2.4.2 Komposisi Verbal 2.4.2.1 Bentuk Komposisi verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal (Chaer, 2008: 225). Komposisi verbal dapat dibentuk dari dasar : a. Verba + verba, seperti : (344)
jatuh berderai (LUSN, 07)
b. Verba + nomina c. Verba + adjektiva, seperti : (345)
jatuh cinta (PST, 07)
d. Adverbia + verba
20
70
2.4.2.2 Fungsi Fungsi dari komposisi adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan nyata, tetapi belum ada kosakatanya dalam bentuk tunggal.
2.4.2.3 Makna a.
Komposisi Verbal Bermakna Gramatikal Dalam proses pembentukan komposisi verbal muncul beberapa makna gramatikal, antara lain adalah makna yang menyatakan :
1)
‘gabungan biasa’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila: Kedua unsurnya merupakan anggota dari satu medan makna. Seperti : (346) segera luruh jatuh ke bumi (DSPM, 14)
2)
‘sambil’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sambil. Makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsur itu merupakan dua tindakan yang dapat dilakukan bersamaan. (347) duduk bersanding di pelataran (DSPM, 02)
3)
‘lalu’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disipkan kata lalu. (348) kasih, kemarilah duduk merapat (DSPM, 05)
4)
‘menjadi’, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata menjadi. Pada data LLEGA ditemukan contoh seperti berikut.
20
71
(349) aku lagi jatuh cinta (SJC, 13)
5)
‘secara’, sehingga di antara kedua unsurnya dapa disisipkan kata secara. Misalnya : (350) kematian adalah tidur panjang (CML 4, 15)
20