22
BAB II PERILAKU JUJUR DAN PELAJARAN AQIDAH AKHLAK A. Prilaku jujur 1. Perilaku Perilaku adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan.1 Perilaku adalah sifat-sifat dan aspek-aspek tingkah laku yang ada dalam diri individu yang bersifat psikofisik dalam interaksinya dengan lingkungan yang menyebabkan individu itu berbuat dan bertindak seperti apa yang dia lakukan dan menunjukkan ciri-ciri yang khas yang membedakan individu dengan individu yang lainnya.2 Menurut ngalim Purwanto perilaku adalah perbuatan atau sikap sebagai
respon
stimulus.3Menurut
atau
reaksi
sarlito
terhadap
wirawan
suatu
sarwono,
rangsang perilaku
atau adalah
pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu.4 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah segala aktivitas manusia dalam bentuk perubahan. Tindakan dan
1
Pusat pembinaan pengembangan bahasa, kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm.992 2 Abdul Khobir,Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Press, 2007), hlm.130 3 Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995)cet. 10, hlm 141 4 Surlito wirawan sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), cet. V, hlm. 224-225
23
kegiatan yang nyata baik disadari maupun tidak disadari yang merupakan hasil belajar. Tingkah laku secara umum juga disebut akhlak, perangai atau kelakuan. 2. Jujur a. Pengertian jujur Jujur dalam kamus Umum bahasa Indonesia diartikan dengan lurus hati, tidak curang. Sedangkan dalam kamus Besar bahasa Indonesia, jujur diartikan dengan lurus hati, tidak curang, tulus, ikhlas.5 Imam Suraji dalam bukunya Etika dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Al-Hadist menjelaskan bahwa jujur atau benar dalam bahasa Arab disebut shiddiq. Secara hakikat jujur dapat diartikan dengan menyampaikan segala sesuatu sesuai dengan kenyataan yang ada. Penyampaian tersebut tidak hanya melalui perkataan, tetapi juga melalui tulisan, isyarat dan perbuatan. Kejujuran harus meliputi seluruh
aktifitas
setiap
muslim,
dimulai
dari
niat
sampai
pelaksanaannya, baik berupa perkataan, tulisan, kesaksian ataupun perbuatan-perbuatan lainnya. Kejujuran atau kebenaran adalah salah satu sendi penting dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.6
5
WJS Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(jakarta: Balai Pustaka, 1988),hlm. 367 6 Imam, Suraji, Etika Dalam Persepektif Al-Quran dan Al-Hadist,(Jakarta: Pustaka AlHusna Baru, 2006),hlm.250
24
Nurul Zuriah menerangkan bahwa jujur diartikan sebagai sebagai sikap dann perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata apa adanya, berani mengakui kesalahan.7 Dari beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa jujur merupakan salah satu sifat mulia atau akhlak terpuji yang berasal dari ketulusan dan kelurusan hati, sehingga melahirkan kesesuain antara setiap yang diucapkan, dilakukan dan yang terdapat di dalam hati sanubari seseorang. Jujur mempunyai arti yang sama dengan shidiq yang berarti kebenaran. Amanah atau kepercayaan ialah menjaga tanggung jawab dan menunaikannya dengan baik menurut semestinya.8Amanah adalah suatu tanggung jawab yang harus ditunaikan sedangkan jujur adalah menyampaikan segala sesuatu sesuai dengan kenyataan yang ada. b. Jenis-jenis perilaku jujur Jenis-jenis kejujuran sebagaimana dipaparkan oleh M. Amin Syukur dalam bukunya dari Hati ke Hati, menjelaskan tentang beberapa jenis kejujuran sebagai berikut:
7
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), Ed. 1, Cet. 2, hlm. 83 8 Oemar Bakri, Akhlak Muslim,(Bandung: Angkasa, 1993), hlm.42
25
a. Jujur dalam hati (Shidqu al-qalb) Jujur dalam hati yaitu menghiasi hati dengan iman kepada Allah, sehingga akan bersih dari hati yang kotor. Hati yang jujura akan tercermin dalam niat yang tulus dan ikhlas. b. Jujur dalam Perkataan (Shidqu al-qaul) Jujur dalam perkataan berarti bahwa segala yang disampaikan, pertanyaan yang diajukan, dan jawaban yang diberikan, sematamata adalah kebenaran. Orang yang jujur dalam perkataan akan dipercaya oleh siapa saja. c. Jujur dalam perbuatan dan pergaulan (Shidqu al-„amal) Jujur dalam perbuatan yaitu segala prilakunya sesuai dengan syariat islam. Orang yang memiliki sifat ini, tidak menipu, tidak memalsu dan tidak berkhianat, serta dalam berbuat baik tidak pernah mengharap balasan, kecuali dari Allah. d. Jujur dalam kemauan (Shidqu al-„azam) Orang yang memiliki sifat jujur dalam kemauan, sebelum melakukan tindakan akan dilakukan terlebih dahulu penilaian dan pertimbangan,
kemudian
diputuskan
dan
diniatkan
untuk
melakukan perbuatan tersebut. Jadi, kemauan tersebut dimantapkan setelah diyakini benar manfaatnya. Setelah itu orang tersebut tidak terpengaruh oleh suara-suara orang lain yang mengomentarinya.
26
e. Jujur dalam Kenyataan Hidup (Shidqu al-hal) Jujur dalam kenyataan hidup yaitu bersikap apa adanya, dalam berbuat dan berkata kapanpun dan dimanapun, tidak menambahnambah atau mengurangi karunia Allah yang diberikan kepadanya. Jadi tidak perlu merasa malu kalau mungkin ada kekurangan dalam diri kita dan tidak perlu mencoba mengubahnya dengan segala upaya agar tidak terlihat oleh orang lain.9 Oemar Bakri dalam bukunya Akhlak Muslim, menjelaskan bahwa kejujuran dibagi menjadi empat jenis. Semua jenis kejujuran tersebut saling terkait dan berhubungan satu sama lain. Keempat jenis kejujuran tersebut yaitu sebagai berikut: a. Jujur dalam berpikir Jujur dalam berpikir yaitu menjalankan hasil pemikiran dengan jujur, tidak dipengaruhi oleh rasa takut, sombong, sehingga pikiran yang murni itu dirubah atau disembunyikan dalam perbuatan. b. Jujur dalam perkataan (ucapan) Jujur dalam perkataan ialah mengatakan apa yang sebenarnya dan berterus terang. Kebenaran yang disampaikan dapat berupa peristiwa yang terjadi, sesuatu yang didengarl, dan sesuatu yang ada dalam pikiran.
9
Amin Syukur, Dari Hati kehati, (Semarang: Lembaga bimbingan dan konsultasi tasawuf, 2009), hlm. 39-41
27
c. Jujur dalam perbuatan Jujur dalam amal perbuatan berarti tidak bersifat munafik, yaitu lain di hati, lain pula dalam perkataan dan perbuatan. d. Jujur dalam pergaulan Jujur dalam pergaulan ialah berkata dan berbuat benar kepada setiap orang dalam hidup bermasyarakat. Hubungan antara sesama manusia di dunia ini hendaknya selalu dilandasi dengan sikap kejujuran.10 Dari uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
kejujuran pada dasarnya mempunyai kesamaan yaitu mempunyai dasar kesamaan yaitu mempunyai dasar kebenaran dan kesesuaian antara yang dilakukan, diucapkan dan yang terdapat dalam hati. c. Ciri-ciri orang jujur Orang yang memiliki karakter jujur dicirikan oleh perilaku berikut: a. Jika bertekad (inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan. b. Jika berkata tidak bohong (benar apa adanya). c. Adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang dilakukannya.11
10
Oemar Bakri, Akhlak Muslim,(Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 28-30 Darma kesuma, et al, Pendidikan Karakter,(Bandung: Remaja Risdakarya,2011),hlm.17 11
28
Mendidik manusia supaya berprilaku jujur merupakan esensi pendidikan, sedangkan esensi pendidikan kejujuran adalah keteladanan yang baik. Orang yang jujur, secara psikologis hatinya akan merasa tentram, damai dan bahagia. Sebaliknya, orang yang tidak jujur hidupnya menjadi tidak tenang karena dikejar-kejar oleh “pemberontakan”
hati
kecilnya
yang
selalu
menyuarakan
kebenaran. Dia selalu merasa khawatir kebohongannya itu terbongkar. Kebiasaan tidak jujur itu sangat berbahaya, tidak hanya bagi orang lain, tetapi juga bagi dirinya sendiri. Kepercayaan dan kewibawaannya akan hilang. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak jujuran Lawrence E. Shapiro dalam buku “Mengajarkan Emotional Intelligensi pada anak”, dengan merujuk pendapat Paul Ekman, menerangkan bahwa anak berkata tidak jujur karena berbagi macam alasan. Mereka paling sering berkata jujur dengan maksud untuk menghindari hukuman, untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan atau untuk mendapat pujian dari sesama teman. Anak remaja cenderung tidak jujur karena untuk melindungi
29
privasinya, untuk menguji kewibawaan orang tua, atau untuk melepaskan diri dari rasa malu.12 Dian Ibung menjelaskan bahwa seseorang berbuat tidak jujur atau melakukannkecurangan mempunyai alasan tersendiri mengapa mereka melakukan hal tersebut. Alasan itu diantaranya adalah sebagai berikut: a. Adanya tuntutan dari lingkungan pada diri seseorang agar berhasil dalam suatu bidang. Anak yang sangat peduli terhadap lingkungannnya,
sangat
mengharapkan
penerimaan
lingkungannya, sangat mengharapkan penerimaan lingkungan terhadap dirinya. Hal ini menyebabkan anak tersebut merasa “membebani” tuntunan dari lingkungan itu. Apabila tuntunan itu
melebihi
kemampuan
dirinya,
anak
tersebut
akan
melakukan berbagai cara agar memenuhi tuntunan itu, salah satunya dengan berbuat curang. b. Adanya karakteristik anak yang tidak mau kalah. Lepas dari ada tidaknya tuntunan lingkungan, anak tidak ingin gagal dalam melaksanakan tugas tertentu. Oleh karena itu, anak berbuat tidak jujur atau curang agar berhasil. Hal ini mungkin terjadi pada anak yang tidak pernah atau jarang merasakan
12
Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emotional Intelligensi pada Anak,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1997), cet. 2, hlm. 63
30
kegagalan atau pada anak yang hanya memikirkan dirinya sendiri.13 Irawati Istadi dalam buku Mendidik dengan Cinta, menjelaskan bahwa penyebab kebohongan yang dilakukan oleh seseorang itu ada beberapa hal: a. Kebohongan timbul karena seseorang ingin dipuji (haus pujian). Pendorong adalah naluri yang bersifat egosenteris dan cinta diri. Jika diarahkan dengan benar, naluri haus pujian ini akan berangsur hilang sesuai perkembangan usia dan kepribadian anak. b. Seseorang melakukan kebohongan karena merasa bahwa apabila berkata jujur akan berakibat tidak baik bagi dirinya (merasakan pahitnya kejujuran). Oleh karena itu, baik orang tua maupun guru harus menghargai setiap kejujuran yang disampaikan oleh anak atau peserta didiknya, sepahit apapun kejujuran itu. c. Seseorang berbuat kebohongan karena menyembunyikan kesalahan. Hal ini terjadi biasanya kerena seseorang ingin menghindari hukuman yang akan diterima sebagai akibat dari kesalahan yang telah diperbuat.14
13
Dian Ibung, Mengembangkan Nilai Moral pada Anak: Panduan bagi Orang tua untuk Membimbing anaknya menjadi anak yang Baik,(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009), hlm. 81. 14 Irawati Istadi, Mendidik dengn Cinta,(Jakarta: Pustaka Inti, 2003), hlm. 170-173
31
Sedangkan M. Jalaludin mahfuzh dalam buku Psikologi Anak dan Remaja Muslim, menjelaskan bahwa: Faktor-faktor
yang
mendorong
siswa
merasa
perlu
berbohong adalah sebagai berikut: Seorang siswa ingin berbohong karena ingin terbebas dari sanksi hukuman. a. Seorang siswa berbohong untuk menyelamatkan temannnya. b. Seorang siswa berbohong untuk mewujudkan keinginan pribadinya. c. Seorang siswa berbohong untuk kebanggaan kepada temantemannya d. Seorang siswa berbohong karena berprasangka buruk dan tidak percaya pada orang lain. e. Seorang
siswa
melampiaskan
berbohong dendam
untuk
kepada
menyusahkan
orang
lain
atau
yang tidak
disukainya. f. Seorang
siswa
berbohong
agar
timbul
fitnah
untuk
memecahkan belah orang lain. g. Seorang siswa berbohong karena merasa bahwa bohong itu nikmat. h. Seorang siswa berbohong karena sudah merasa terbiasa dengan kebohongan.
32
i. Seorang siswa berbohong karena ingin menutupi kekurangan pada dirinya. j. Seorang siswa berbohong karena tidak ada rasa percaya diri pada dirinya. k. Seorang siswa berbohong karena memang hidup dilingkungan yang buruk. l. Seorang siswa berbohong karena ada kekacauan-kekacauan hubungan keluarga. m. Seorang
siswa
berbohong
karena
tidak
mendapatkan
pendidikan agama secara baik, termasuk pendidikan Islam atau dengan kata lain karena lemahnya pendidikan agama.15 Pedoman tersebut bisa memperbesar peluang benar dalam mendeteksi kebohongan. Namun, bukan berarti bahwa mereka yang memenuhi ciri-ciri seperti dalam pedoman tersebut pasti melakukan kebohongan. Kita harus tetap berhati-hati dalam menyimpulkan seseorang berbohong atau tidak. B. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak 1. Pengertian Mata pelajaran Aqidah akhlak Sebelum membahas pengertiam mata pelajaran Aqidah Akhlak, penulis akan menelaah dan menjelaskan pengertian dari masing-masing kata tersebut, seperti yang tertera di bawah ini :
15
Muhammad Jamaludin Ali Mahfud, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), cet.1, hlm. 179
33
a. Aqidah Akidah secara bahasa berasal dari kata („aqada-yaqiduaqidatan) yang berarti ikatan atau perjanjian. Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu. Kata „akidah‟ tersebut dapat digunakan untuk ajaran lain diluar Islam. Sehingga ada Istilah akidah Akidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya. Hal itu terbukti bahwa orang rela mati untuk mempertahankan kenyakinan.16 Akidah („Aqidah) adalah aspek teoritis (nazhari) yang harus diyakini kebenarannya tanpa ragu-ragu oleh setiap muslim. Dalam ternologi Al-qur‟an, aqidah disebut “Al-iman” (kepercayaan).17 Aqidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati anda membenarkannya, yang membuat jiwa anda tenang tentaram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan anda yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.18 Doktrin (Aqidah): Doktrin atau akidah (kenyakinan hati) ini merupakan topic-topik yang harus dimengerti dan diimani, seperti
16
Z. A. Syihab, Akidah Ahlus sunnah,(Jakarta: PT Bumi Aksara,2004),hlm.1 Zurkani Jahja, Teologi al-Ghazali,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),hlm.1 18 Syekh hasan Al-Banna, Aqidah Islam,(Bandung: PT alma‟arif,1983),hlm.9 17
34
keesaan Allah, sifat-sitaf Allah, kenabian yang sifatnya universal dan terbatas dan seterusnya.19 Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau kenyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipengang atau dimiliki oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. b. Akhlak Kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa bearti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.20 Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlak dalam bentuk jamak, sedang mufrodnya adalah khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.21 Sementara itu dari sudut terminologi (istilah) ada banyak pendapat yang mengemukakan istilah akhlak. Diantaranya adalah yang dikemukakan oleh beberapa ulama berikut ini:
19
Murtadha Muthahhari, Mengenal Ilmu Kalam,(Jakarta: Pustaka Zahra, 2002),hlm. 17 Mustofa, Akhlak Tasawuf,(bandung: pustaka setia 1997)hlm. 11 21 Nur Hidayat, Akhlak Tasawuf,(Yogyakarta: Penerbit Ombak,2013),hlm.1 20
35
Pertama¸ Al-Gozali: “Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan” Kedua, Ibrohim Anis: “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya muncul macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.22 Dari beberapa definisi diatas disepakati bahwa akhlak itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan apabila dibutuhkan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.23 Menurut Ahmad Amin dalam bukunya Etika Ilmu Akhlak, Akhlak ialah kebiasaan, kehendak. Berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaan itu disebut akhlak.24 Moral (Akhlak): moral atau akhlak berkaitan dengan perintah dan ajaran yang ada hubungannya dengan karakteristik spiritual dan moral manusia, seperti adil, takwa, berani, arif, bersahaja, bersih, arif, sabar, setia, jujur, dapat dipercaya, menjaga amanat dan seterusnya, dan merekomendasikan harus bagaimana semestinya manusia.25
22
Ibid, hlm. 4-5 Ibid, hlm.8 24 Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak ,(Jakarta: PT Bulab Bintang,1995) hlm.62 25 Murtadha Muthahhari, op,cit hlm. 17 23
36
Akhlak adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab yang diartikan sama atau mirio dengan “budi pekerti” yang berasal dari bahsa sanskerta, yang memiliki kedekatan dengan istilah tata krama. Akhlak pada dasarnya mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan Tuhan Allah penciptanya, sekaligus bagaimana seseorang harus berhubungan dengan sesama manusia. Inti ajaran akhlak adalah niat kuat untuk berbuat Atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan rida Allah atau Tuhan.26 Berdasarkan berbagai keterangan di atas maka pengertian mata pelajaran Aqidah akhlak adalah suati cabang ilmu agama Islam yang merupakan perwujudan keimanan kepada rukun Islam melalui kehendak,prilaku,sikap yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi mata pelajaran akidah Akhlak mengandung arti pengajaran yang membicarakan tentang keyakinan dari suatu kepercayaan dan nilai dari suatu perbuatan baik dan buruk, yang dengannya diharapkan tumbuh suatu kenyakinan yang tidak dicampuri karagu-raguan serta perbuatannya dapat dikontrol oleh ajaran agama. Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perbuatan pada dirinya. Dan pelajaran akidah akhlak sangat strategis untuk di berikan agar 26
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai karakter, (Depok: PT Raja Grafindo Persada,2013), hlm.53
37
siswa dapat bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya dan penciptanya (Tuhan) dengan baik.27 2. Tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak Aqidah akhlak merupakan salah satu bidang studi dalam pendidikan agama Islam. Maka tujuan umum pendidikan aqidah akhlak sesuai dengan tujuan umum pendidikan agama Islam. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, tujuan umum pendidikan agama Islam adalah membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah atau sekurang-kurangnya mempersiapkan peserta didik kejalan yang mengacu pada tujuan akhir manusia. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk patuh secara total kepedaNya.28 Hal ini sesuai firman Allha :
Artinya:”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz Dzariyat: 56) Sedangkan tujuan khusus pelajaran Aqidah akhlak menurut direktorat Jendral kelembagaan Agama Islam adalah sebagai berikut:
27
Mustofa,op cit, hlm.109 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur‟an (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2005). Cet. Ke-III, hlm. 133 28
38
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan serta pengamalan pesrta didik tentang Aqidah dan akhlak islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt aerta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebuh tinggi.29 Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa tujuan pelajaran Aqidah Akhlak searah dengan tujuan pendidikan nasional yaitu: meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Sedangkan tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak sebagaimana yang dilakukan di madrasah atau sekolah adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlak yang
terpuji,
melalui
pemberian
dan
pemupukan
pengetahuan,
penghayatan, dan pengalaman, serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah Akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus
29
Nana Sudjana. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung: Sinar Baru 1998) cet. 1, hlm 21.
39
berkemban dan meningkat kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT, serta berAkhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. 3. Dasar pembelajaran Aqidah Akhlak 1) Dasar pembelajaran Aqidah Akhlak, bisa ditemukan di dalam AlQuran dan Al hadist. a. Dasar pembelajaran Aqidah Akhlak dalam Alquran
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”.( QS Ali imron:
Artinya:” dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(QS Al-Qalam:4 ) b. Berdasarkan Al-hadist Mengenai Al-hadist ada sebuah riwayat yang menerangkan bahwa ketika siti Aisyah, ditanya tentang Aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW Siti Aisyah berjata:
40
كاى خلفَ ا لقراى Artinya: “Aklahknya Beliau adalah Al-Quran (HR Al-Bukhari dan Muslim)
اًوا بعثت التون هكارم اال خالق Artinya: “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan Akhlak yang mulia (HR Ahmad dari sahabat Abu Hurairoh ra)
- رواٍ احود- خلقا
اكول الوؤ هٌيي ايوا ًااحسٌهن
Artinya: orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik Ahlaknya (HR Aahmad)30 c. Dasar yuridis Dasar yuridis pemeblajaran Aqidah Akhlak ada dua yaitu: Dasar dari UUD ‟45 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: 1. Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu. Undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 36 Undang-undang tersebut berbunyi sebagai berikut:
30
Imam suraji , Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam Persepektif Al-Quran dan Hadist (Pekalongan: STAIN Press, 2010)hlm. 162
41
1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. 3) Kurikulum disusun sesuai dengan jemjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan republik indonesia dengan memperhatikan: a. Peningkatan iman dan takwa. b. Peningkatan akhlak mulia c. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional f. Tuntunan dunia kerja g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni h. Agama i. Dinamika perkembangan global dan j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
42
4) Mengenai
pengembangan
kurikulum
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.31 Dilihat dari isi undang-undang tersebut bahwa nampaklah dasar UU sisdiknas sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dicanangkan pemerintah. Tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Jadi pada intinya pembelajaran Aqidah Akhlak mempunyai ketetapan dasar yang kuat, baik dasar secara Al-quran, Al hadist dan dasar yuridis. 4. Materi pelajaran Aqidah Akhlak Menurut Imam suraji dalam bukunya prinsip-prinsip pendidikan anak dalam persepektif Al-Quran dan Al-Hadist, menemukakan bahwa materi pengajaran Aqidah Akhlak dapat dibagi menjadi dua sub pokok pengajaran, yaitu materi pendidikan Aqidah dan materi pendidikan Akhlak. Adapun masing-masing penjabarannya adalah sebagai berikut:
31
Media Wacana, Undang-undang sistem Pendidikan Nasional(Jogjakarta: Media Wacana Press,2003)hlm. 26
43
a. Materi Pendididkan Aqidah Untuk materi pendidikan Aqidah pada anak, adalah sebagai berikut: a. Membaca kalimat tauhid pada saat anak dilahirkan. b. Menanamkan rasa cinta kepada Allah c. Menanamkan
kecintaan
kepada
Rasulluah
SAW
dan
keluarganya d. Mengajarkan Al-Quran e. Menanamkan niali perjuangan dan pengorbanan.32 b. Materi pendidikan Akhlak Untuk materi pendidikan Ahklak, pada fase anak, materi yang diajarkan pada fase anak-anak lebih ditekankan pada tuntunan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, seperti: cara makan, minum, berbicara, bergaul dan berpakaian, menghormatiorang tua dsb. Anak juga dilatih cara-cara menghormati orang lain, berkata dan bersikap jujur, menolong orang lain, memaafkan kesalahan temannya dan bertanggungf jawab. Anak juga dibiasakan untuk menghindari sifat-sifat tercela, seperti : berbohong, menipu, iri hati, dengki, sombong, dendam, kikir dsb. Sedangkan materi pendidikan akhlak pada fase akhir anak-anak pada prinsipnya masih sama dengan fase awal masa anak-anak hanya
32
Imam suraji, Op. Cit. Hlm. 162
44
penyampaiannya lebih diperkaya dan menekankan kepada pelaksanaan kewajiban yang menjadi tanggung jawab. Pendidikan Akhlak pada anak harus dilakukan secra kontinyu dan meningkat sesuai pertambahan usia dan kemampuan psikis sang anak sehingga pribadi karakter anak akan terbentuk menjadi pribadi yang berakhlak mulia, bertanggunga jawab, baik dengan dirinya sendiri maupun kewajiban
yang
berkait
dengan
orang
lain
dalam
kehidupan
bermasyarakat.33 Pada dasarnya materi pendidikan Aqidah Akhlak mengatur tiga Aspek hubungan. Aspek hubungan tersebut adalah sebagai berikut: a. Hubungan manusia dengan Allah Dalam pandangan Omar muhammad Al Taumy Al sybani seperti yang dikutip oleh hasan langgulung mengemukakan behwa materi akhlak mengatur tentang hubungan manusia dengan Allah, tidak hanya mengatur mengenai hubungan antara hamba dengan tuhannya semata, melainkan bahwa aklhak dalam hal ini adalah hasil perwujudan antara iman dan ibadah yang telah dilaksanakan dalam kesehariannya, maka tidaklah sempurna iman dan ibadah manusia kecuali kalau timbul dari situ akhlak yang mulia dan muamalah yang baik terhadap Allha dan makhluknya.
33
Ibid, hlm. 174
45
Sehingga tidaklah sempurna akhlak seseorang, apabila imannya terhadap Allah juga tidak sempurna kecuali ia benar-benar beriman, menyempurnakan
apa
yang diperintahkan,
dan
ikhlas
dalam
menjalankan segala perintahnya.34 b. Hubungan sesama manusia Materi aqidah akhlak selain mengatur tentang hubungan manusia dengan Allah, juga mengatur hubungan manusia dengan manusia. Akhlak dapat mempengaruhi watak, adat kebiasaan dan tingkah laku manusia. Hal ini terlihat seperti orang arab yang berubah akhlaknya karena islam telah memberinya petunjuk, dari yang kasar menjadi penyayang, dari yang zalim menjadi adil tehadap sesama, hal ini berubah karena adanya akhlak.35 c. Hubungan manusia dengan lingkungannya Aspek hubungan manusia dengan alam ini dimaksudkan agar siswa mencintai, menyelidiki dan mampu mengolah alam dan memenfaatkannya untuk beribadah. Ajaran ini dimaksudkan agar siswa dapat menambah rasa syukur terhadap nikmat-nikmatnya yang
34
Oumar muhammad altaumy al-saibani, Falsafah Pendidikan Islam,(Jakarta: Bulan Bintang,1979) 312 35 Ibid, 323
46
telah diberikan Allah kepada manusia, sehingga akan mempertebal rasa iman kepada Allah.36 Ketiga hal atau materi pokok diatas merupakan hal penting dalam mewujudkan aktivitas yang serasi, penuh nilai-nilai agama. Terlaksananya hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya dapat menciptakan kehidupan yang sejahtera, penuh kebahagiaan, dan sarat dengan keseimbangan materi dan rohani. Sehingga terciptalah lingkungan yang bersih dari cacimaki dan perbuatan jelek lainnya, dengan demikian akan terbentuklah masyarakat yang saling menolong dan perbuatan baik lainnya dibawah satu ikatan aqidah islam.
36
Departemen Agama, Kurikulum Bidang Studi Aqidah Akhlak, (Jakarta: Dirjen Pembinaan kelembagaan Agama Islam, 2001),hlm.27-31