10
BAB II PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA SUNDA ANAK DAN MEDIA FLASH CARD
A. Kosakata 1. Pembelajaran Kosakata Kosakata memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, karena ide dan pikiran seseorang hanya akan dipahami dengan baik oleh pihak lain apabila ide tersebut dapat diungkapkan dengan kosakata yang dipilih secara tepat. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu & Zain: 2001), kosakata berarti perbendaharaan kata-kata, dan perbendaharaan, berarti pemahaman serta keterampilan. Sehingga perbendaharaan kosakata bahasa Sunda dapat diartikan sebagai pemahaman serta keterampilan mengenai perbendaharaan kata-kata bahasa Sunda. Dari pendapat tersebut diungkapkan bahwa kosakata merupakan aspek dasar yang sangat penting untuk mempelajari bahasa Sunda dan terdapat hubungan erat antara belajar bahasa dengan belajar kosakata. Bunawan dkk. yang dikutip dari Krismas (2005: 27) menyebutkan bahwa kosakata adalah salah satu unsur bahasa yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan lancar. Selain itu, Kerap (1987: 68) menjelaskan pengertian kosakata adalah perbendaharaan kata, yaitu kata-kata yang segera akan diketahui artinya bila mendengarkan kembali, walaupun
jarang
atau
tidak
pernah
percakapan/tulisannya sendiri.
10
lagi
dipergunakan
dalam
11
Menurut Soedjito (1992: 1), kosakata adalah: a. b. c. d.
Semua kata yang terdapat dalam satu bahasa Kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan Daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata adalah perbendaharaan kata yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan lancar. Kosakata diperoleh seseorang melalui komunikasi dengan lingkungan sekitar, baik itu dengan orang dewasa maupun dengan teman sebaya. Komunikasi itu dapat terjadi ketika bermain maupun belajar, begitu pun dengan pembelajaran bahasa Sunda. Belajar bahasa Sunda tidak akan terlepas dari belajar kosakata, penguasaan kosakata merupakan hal terpenting dalam keterampilan berbahasa Sunda. Tanpa penguasaan kosakata yang memadai maka keterampilan berbahasa anak sulit dicapai dan pemahaman anak mengenai kosakata bahasa Sunda tidak akan berkembang. Untuk itu kosakata merupakan dasar pembelajaran bahasa Sunda. Tingkatan kosakata merupakan indeks dari kemampuan inteligensi. Dengan demikian kualitas dan kuantitas kosakata seseorang turut menentukan kualitas dan bobot kemampuan inteligensi. Kosakata yang baik mencerminkan alam pikiran yang baik dan sebaliknya, karena itu penguasaan kosakata yang memadai turut menentukan keberhasilan seseorang dalam kehidupannya. Penguasaan kosakata dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Keberhasilan proses belajar mengajar salah satunya ditentukan
12
oleh penguasaan kosakata yang dimiliki oleh anak. Hal ini mudah dipahami karena penguasaan kosakata sangat membantu dalam keterampilan berbahasa. Penguasaan kosakata merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai penguasaan bahasa, semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya. Perkembangan penguasaan kosakata seseorang berpengaruh pula pada kemampuan dan keterampilannya mengungkapkan ide dan bahasa secara tepat, hal ini berarti perkembangan kosakata akan menempatkan konsep baru dalam tatanan yang lebih baik dari konsep-konsep yang telah ada tentang kosakata. Setiap kata merupakan satu konsep, maka perkembangan kosakata adalah perkembangan konseptual (konsepsi) atau perkembangan pengertian. Dengan kata lain, setiap penambahan kosakata baru dalam pengalaman mampu meningkatkan taraf kehidupan, inteligensi, perkembangan konseptual, proses berpikir kritis, dan memperluas cakrawala pandangan hidup para siswa. Berkaitan dengan anak TK, meningkatkan penguasaan kosakata berarti meningkatkan kemampuan bicara dan inteligensi. Para guru seharusnya dapat melihat perkembangan kosakata itu sebagai perkembangan konseptual, perkembangan pengertian atau konsepsi. Walaupun setiap kata merupakan suatu konsep, namun istilah konsep itu sendiri jauh luas dan lebih dalam daripada kata. Perkembangan kosakata mengandung pengertian lebih daripada penambahan kata-kata baru ke dalam perbendaharaan pengalaman kita. Perkembangan kosakata berari menempatkan konsep-konsep baru dalam
13
tatanan yang lebih baik atau ke dalam urutan-urutan atau susunan-susunan tambahan. Pendek kata, merubah kosakata berarti merubah kehidupan. Bila seoerang guru mengatur serta memperlengkapi suatu program pengembangan kosakata dengan sistematis maka pada prinsipnya dia telah mengubah kehidupan anak-anak. Guru haruslah menyadari benar-benar bahwa pertumbuhan kosakata bukanlah hanya sekedar bagian luar dari kehidupan kita, tetapi justru merupakan pusat dan inti kehidupan. Pertumbuhan kosakata dapat menuntun serta membimbing anak kearah pengalaman-pengalaman yang lebih luas yang pada gilirannya menurunkan pengalaman-pengalaman baru yang lebih banyak. Salah satu tugas pokok pengembangan kosakata yang diemban oleh para guru ialah menolong anak-anak untuk melihat persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Dan selanjutnya, bila kita menyadari bahwa setiap bahasa memiliki kehalusan, kepelikan, keunikan serta nuansa-nuansa sendiri, maka wajarlah bahwa telaah kosakata kita tidak boleh hanya memikirkan kata baru atau kata yang terkenal saja, tetapi yang terpenting justru kata yang tepat. Apabila anak-anak dapat mempergunakan kata-kata yang tepat, berarti mereka telah mempunyai pilihan kata yang serasi.
2. Pembelajaran Kosakata untuk Anak TK Pada dasarnya kosakata dibagi kedalam tiga tingkatan, yaitu: a. Tingkat Kosakata Masa Kanak-Kanak
14
Pada tingkat ini anak membutuhkan istilah-istilah untuk menyebutkan kata-kata secara lepas, ingin mengetahui sebanyak-banyaknya namanama barang yang ada disekitarnya, ingin mengetahui kata-kata untuk kebutuhan pokoknya seperti makan, minum, tidur, nama bagian tubuh, menyebutkan anggota bagian keluarga, bagian - bagian rumah. Pada intinya anak ingin mengetahui semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Peranan keluarga, guru dan teman sebaya sangat penting dalam meningkatkan kosakata. b. Kosakata Masa Remaja Perluasan kosakata pada masa remaja berlanjut dari proses yang pertama hingga proses belajar, baik melalui pengajaran bahasa maupun bentuk pengajaran lainnya. c. Kosakata Dewasa Proses perluasan kosakata pada orang dewasa berlangsung lebih intensif karena harus mengetahui berbagai hal, bermacam-macam keahlian dan keterampilan serta komunikasi dengan anggota masyarakat. Dalam mengembangkan kosakata, anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi, karena banyak kata yang memiliki arti yang lebih dari satu dan karena sebagian kata bunyinya hampir sama. Tetapi memiliki arti yang berbeda, maka membangun kosakata jauh lebih sulit daripada mengucapkannya. Lebih lanjut, terdapat peluang yang lebih besar untuk salah dalam belajar mengaitkan arti dengan bunyi yang tepat daripada dalam mengucapkan kata.
15
Anak mempelajari dua jenis kosakata yakni kosakata umum dan kosakata khusus. Kosakata umum terdiri atas kata yang dapat digunakan dalam berbagai situasi yang berbeda seperti: “manusia”, “baik”, dan “pergi”. Sebaliknya, kosakata khusus terdiri atas kata dengan arti spesifik yang hanya digunakan dalam situasi tertentu. Karena kata-kata dalam kosakata umum paling banyak digunakan, maka kata-kata tersebut dipelajari terlebih dahulu. Pada setiap jenjang umur, kosakata umum lebih banyak dari pada kosakata khusus. Menurut Hurlock (1978: 188) kosakata masa kanak-kanak dibagi dalam kosakata umum dan kosakata khusus. a. Kosakata Umum Kosakata umum mencakup kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, dan kata perangkai dan kata ganti. 1) Kata benda termasuk kata yang pertama digunakan oleh anak, kata yang umumnya bersuku kata satu yang diambil dari bunyi celotehan yang disenangi. 2) Setelah anak mempelajari kata benda yang cukup untuk menyebutkan nama orang dan benda dalam lingkungan yang bersangkutan, mereka mulai mempelajari kata-kata baru dalam hal ini kata kerja khususnya yang melukiskan tindakan seperti: “beri”, “ambil”, atau “pegang”. 3) Kata sifat muncul dalam kosakata anak yang berumur 1,5 tahun. Pada mulanya kata sifat yang paling umum digunakan adalag “baik”, “buruk”, “bagus”, “nakal”, “panas”, dan “dingin”. Pada
16
prinsipnya, kata-kata tersebut digunakan pada orang, makan, dan minum. 4) Kata keterangan digunakan pada umur yang sama untuk kata sifat. Kata keterangan yang muncul paling awal dalam kosakata anak, umumnya adalah “di sini” dan “di sana”. 5) Kata perangkai dan kata ganti muncul paling akhir karena paling sulit digunakan. Misalnya, anak bingung kapan menggunakan “ku” dan “nya”, “kami” dan “mereka”. b. Kosakata Khusus Kosakata khusus berkaitan dengan warna, bilangan, waktu, mata uang, dan ucapan populer. 1) Nama warna dasar diketahui sebagian besar anak pada usia 4 tahun. Seberapa cepat mereka akan mempelajari nama warna lainnya bergantung pada kesempatan belajar dan minat mereka tentang warna. 2) Bilangan dikuasai anak secara berbeda, dalam skala inteleginsi Stanford-Binet, anak yang berusia 5 tahun diharapkan dapat menghitung tiga objek, dan pada usia 6 tahun diharapkan cukup baik memahami kata: “tiga”, “sembilan”, “lima”, “sepuluh”, dan “tujuh”, untuk menghitung biji. 3) Kosakata waktu seperti: pagi, siang, malam, musim panas, dan musim hujan biasanya diketahui anak pada usia 6 dan 7 tahun.
17
18
3. Manfaat Kosakata Manfaat penguasaan kosakata adalah untuk kelancaran komunikasi. Keraf (1987) mengungkapkan mengenai pentingnya penggunaan kosakata yaitu bahwa masyarakat menusia kontemporer tidak akan berjalan tanpa komunikasi. Komunikasi dalam hal ini mempergunakan bahasa, bahasa adalah alat yang vital bagi masyarakat, dan salah satu syaratnya adalah menguasai sejumlah besar kosakata (perbendaharaan kata yang dimiliki masyarakat bahasa). Semakin banyak kita menggunakan bahasa, keterampilan bahasa kita semakin meningkat. Keterampilan berbahasa kita akan meningkat bila kuantitas dan kualitas kosakatanya meningkat. Oleh sebab itu setiap guru haruslah berusaha memperkaya kosakata anak, memperkaya perbendaharaan kata siswa, sehingga meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Pada umumnya anak akan mengalami kesulitan dalam menguasai kosakata bahasa Sunda karena ada yang tidak suka atau kurang senang, ada yang suka tapi tidak mau belajar dan alasan lainnya yang membuat anak kesulitan dalam penguasaan kosakata bahasa Sunda. Namun, bidang pengembangan bahasa Sunda ini bisa ditempuh dengan berbagai cara untuk membangkitkan minat berbahasa melalui berbagai latihan dan pendekatan-pendekatan dalam penyampaiannya. Salah satunya adalah dengan pemilihan dan pemanfaatan media sebagai alat bantu dalam mencapai tujuan pembelajaran.
19
B. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Secara umum media merupakan kata jamak dari ”medium”, yang berarti perantara atau penganatar (Badudu & Zian: 2001). Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media penyampaian pesan, media pengantar magnet atau media pengantar panas. Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran. Ada beberapa konsep atau definisi media pendidikan atau media pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli. Suyanto (2005) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, televisi, koran, majalah dan sebagainya. Menurutnya alat-alat semacam radio dan televisi apabila digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka dapat disebut media pembelajaran. Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan anak dapat memperoleh pengetahuan. Saylor (1981: 224) menyatakan: ”A medium, conceived is any person, material or event that establish condition which enable the learner to acquire knowledge, skill and attitude”. Menurut Saylor, secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan anak memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
20
AECT (Association of Education and Communication Technology) dalam Arif S. Sadiman (1990) memberi batasan tentang media sehigga segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan. Dari beberapa pernyataan tersebut di atas, maka dapat disampaikan bahwa media pembelajaran merupakan suatu perantara baik itu berupa alat atau bahan serta kegiatan yang digunakan untuk mempermudah atau penyampaian informasi guru kepada anak agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Manfaat Media Pembelajaran Anak Taman Kanak-Kanak belajar dalam situasi yang holistik dan terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari. Oleh karena itu, guru menggunakan media pembelajaran yang relevan dengan karakteristik dan kebutuhan tersebut. Pada prinsipnya, media pembelajaran yang dipandang cocok bagi anak TK adalah yang sederhana, kongkrit, sesuai dengan dunia kehidupan anak, terkait dengan situasi pengalaman langsung, atraktif dan berwarna, mengundang rasa ingin tahu anak, bermanfaat, dan terkait dengan aktivitas-aktivitas bermain anak. Adapun
penggunaan
media
pembelajaran
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan proses belajar mengajar yang selanjutnya dapat mempertinggi kualitas hasil belajar. Menurut Nana Sudjana (2001:3) beberapa manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
21
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apabila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran. d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat mempunyai manfaat yaitu memperjelas penyajian pesan, membangkitkan motivasi belajar, mengatasi batas ruang dan waktu, memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara anak dengan lingkungannya, mengatasi perbedaaan kemampuan belajar serta dapat menyampaikan informasi yang lengkap.
3. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran Salah satu aspek yang dapat menunjang dalam proses pembelajaran adalah media pembelajaran. Fungsi utama media pengajaran menurut Arsyad (2000: 15) adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisis, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Menurut Ali (1984: 69) yang dikutip dari Krismas (2005: 20) menyatakan bahwa: Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan,
22
perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkrit.
Dengan demikian, dapat kita harapkan hasil pengalaman belajar berarti bagi siswa. Dalam hal ini Gagne dan Briggs (1979) yang dikutip dari Krismas (2005: 21) menekankan pentingnya medai sebagai alat untuk merangsang proses belajar. Kata media dalam Sadiman (2002: 6) berasal dari bahasa latin dan merupakan kata jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Daryanto (1993: 1) media dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai dengan baik. Dengan kata lain media dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi dalam proses belajar mengajar agar siswa mudah memahami pesan yang disampaikan guru. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sadiman (2002: 11) bahwa: Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan prosedur media; salurannya media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.
Sejalan dengan uraian di atas Sujana dan Rivai (2001: 3) mengemukakan penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nila-nilai sebagai berikut: Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan, membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa, memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan
23
cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.
Menurut Arsyad (2000: 16) disamping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Namun demikian, peran yang dimainkan guru itu sendiri juga menentukan terhadap ketepatan penggunaan media dalam pembelajaran. Peran ini tercermin dari kemampuan memilih aneka ragam media sesuai dengan situasi dan kondisi. Dapat disimpulkan bahwa media sangat memiliki peran dalam membantu proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
4. Fungsi Media Pengajaran Fungsi dan keuntungan penggunaan media pembelajaran antara lain (Daryanto, 1993: 3); a. Untuk menghindari terjadinya verbalisme (pengajaran dengan kata-kata saja) b. Untuk membangkitkan motivasi c. Untuk mengatasi keterbatasan ukuran, ruang dan waktu d. Untuk memperjelas informasi yang disampaikan guru
24
e. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyampaian f. Untuk menambah variasi teknik penyajian pembelajaran g. Untuk menambah pengertian nyata suatu informasi h. Pendidikan akan lebih produktif, dapat memberikan pengalaman yang tidak dapat diberikan oleh guru, merangsang sifat ingin tahu, dan membuka cakrawala yang lebih luas. i. Dapat mendorong interkasi optimal antara siswa dan guru j. Memberikan kesamaan dan pengamatan sehingga mengurangi salah tafsir/salah faham.
5. Jenis-Jenis Media Pengajaran Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran. Sudjana (2001: 3) mengelompokkan jenis media pengajaran ke dalam beberapa kelompok, yaitu: a. Media dua dimensi adalah media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, poster, kartun, komik, dan lain-lain. b. Media tiga dimensi seperti model padat, model penampang, model duduk, dan model kerja. c. Media proyeksi, seperti slide, film, dan OHP d. Penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran. Adapun, jenis media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media dua dimensi berupa flash card.
25
C. Media Flash Card 1. Pengertian Flash Card Flash card merupakan media yang termasuk pada jenis media grafis atau media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Menurut Basuki Wibawa (1992) dalam Ratnasari (2003: 16); “flash card biasanya berisi kata-kata, gambar atau kombinasinya dan dapat digunakan untuk mengembangkan perbendaharaan kata dalam mata pelajaran bahasa pada umumnya dan bahasa asing khususnya”. Menurut Arsyad (2000: 119): Flash card adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Flash card biasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Kartu yang berisi gambar-gambar (benda-benda, binatang, dan sebagainya) ini dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja dan memperkaya kosakata.
Surana (2003: 3) menjelaskan; “Permainan Flash card adalah salah satu bentuk permainan edukatif berupa pias-pias kartu yang memuat gambar dan kata, sengaja dirancang oleh Glenn Doman, untuk meningkatkan berbagai aspek diantaranya; belajar membaca dini, mengembangkan daya ingat, melatih kemandirian, dan meningkatkan jumlah kosakata”.
Hal senada terdapat dalam Sutan (2004: 9) yang mengemukakan: Flash card adalah salah satu metode membaca gambar dengan menggunakan kartu-kartu untuk memperkenalkan kosakata. Kartu tersebut memuat gambar dan kata yang akrab di sekeliling anak, misalnya nama keluarga, nama-nama buah dan lain-lain serta memiliki huruf berukuran besar. Berulangkali kartu-kartu itu diperlihatkan kepada anak disertai bunyi bacaannya sehingga terbentuk suatu rantai kaitan mental, yaitu hubungan antara yang dilihat, diingat, dan didengar.
26
Menurut beberapa pendapat di atas, penulis mencoba menyimpulkan Flash card memiliki kelebihan sebagai media, metode, sekaligus permainan berupa kartu baca yang berisi tulisan dan gambar yang bermanfaat untuk membantu meningkatkan penguasaan kosakata dengan cepat. Media adalah alat
yang dapat digunakan secara efektif untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Media Flash card memiliki beberapa pengertian, yaitu: a. Seperangkat kartu berisikan gambar-gambar atau huruf-huruf sebagai alat peraga . b. Kartu pengingat yang diperlihatkan secara sekilas. c. Berisi kata-kata, gambar, atau kombinasinya yang digunakan untuk mengembangkan perbendaharaan kata dalam mata pelajaran bahasa . d. Kartu bergambar yang berukuran 25 x 30, gambar dibuat dengan tangan, atau foto. Gambar-gambar merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan yang tercantum di belakang masingmasing. Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media Flash card merupakan alat peraga berupa serangkaian kartu berisikan gambargambar yang diperlihatkan sekilas, yang isinya merupakan rangkaian pesan yang ingin disampaikan. Media Flash card merupakan seperangkat kartu yang disalah satu atau sisinya terdapat kata dalam bahasa Sunda dan di sisi lain terdapat gambar dari kata tersebut. Media Flash card ini digunakan karena selain mudah membuatnya/mendapatkannya juga banyak keuntungannya. Flash card juga
27
merupakan suatu alternatif media yang diperkirakan efektif dalam membantu pelaksanaan pembelajaran bahasa Sunda. Suatu kata diharapkan dapat dipahami oleh anak bukan hanya kata atau objeknya saja tetapi konsepnya pun harus tetap dimengerti. Dengan menggunakan Flash card diharapkan dapat memberikan suatu gambaran yang utuh terhadap persepsi anak. Hal ini juga didasari oleh pendapat Kemp (1988: 7-8): Perlunya diperhatikan kemungkinan adanya hal-hal yang dapat mempengaruhi persepsi, misalnya ketidakjelasan alat indera (mata, telinga, dan lain-lain), perhatian, minat, pengalaman, serta kejelasan objek yang akan dikenal. Penggunaan Flash card dilakukan dengan menunjukkan gambar secara cepat (satu gambar per detik). Hal ini akan menstimulasi proses kerja otak kanan untuk aktif menerima informasi yang muncul dihadapan mata. Dalam
penelitian
ini,
Flash
card
digunakan
sebagai
alternatif
pembelajaran penguasaan kosakata, yang mana menurut Glenn Doman bahwa media Flash card dapat membantu anak mengembangkan daya ingat dan merupakan cara belajar membaca dini. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Soedarso (2000) yang dikutip dari Ratnasari (2003: 20) bahwa teknik kartu ternyata dinilai efektif untuk membantu mengingat kosakata yang diajarkan dalam jangka waktu lama. Adapun indikator dari kemampuan mengingat yang dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom (depdiknas, 2008: 9) adalah menyebutkan, menentukan, menunjukkan, mengingat kembali dan mendefinisikan. Tom & Sobol (2003: 119) yang dikutip dari Ratnasari (2003: 21) mengatakan bahwa ”Penggunaan clue gambar sangat membantu untuk mengenal
28
dan memahami arti kata bagi pembaca pemula”. Pada saat guru bercerita tntang nama buah-buahan dan guru memperlihatkan gambar jeruk, anak disuruh menyebutkan nama gambar tersebut, kemudian anak mencari pias-pias kata yang sesuai antara gambar dengan kata yang dimaksud yaitu pias kata jeruk. Guru dapat melakukan hal tersebut berulang-ulang. Adapun indikator dari kemampuan memahami kata terdapat dalam kurikulum bahasa Sunda TK/RA (depdiknas: 2004) yakni, penguasaan kosakata yang digunakan untuk komunikasi sehari-hari terdiri dari: kemampuan memahami kata, mengucapkan kata, menirukan kata, menggunakan kata benda, menunjuk dan menyebutkan, serta menunjukkan kata leterangan tempat.
2. Bentuk Flash card Flash card merupakan kartu yang berisi gambar, teks atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun anak kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar tersebut. Flash card juga berupa kartu gambar yang memiliki dua sisi, sisi yang satu menampilkan gambar objek dan sisi yang lain menampilkan kata yang menerangkan objek. Kartu gambar tersebut disimpan dalam satu kotak yang menunjukkan jumlah kartu dari sebuah kelompok gambar. Kelompok gambar menunjukkan tema gambar (binatang, buah-buahan, bagian-bagian tubuh, nam bilangan, nama kendaraan, dan sebagainya).
29
3. Kegunaan Flash card Media Flash card dalam pembelajaran mempunyai kegunaan sebagai berikut: a. Untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas. b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra. c. Menimbulkan kegairahan dalam belajar. d. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. e. Memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4. Keuntungan Flash Card Media Flash card bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan kosakata anak TK. Bagi guru, media ini bertujuan untuk mempermudah dalam mengkondisikan situasi belajar. Keterlibatan siswa secara aplikatif dengan bantuan guru yang proaktif akan menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif dan efisien. Flash card memiliki peran dalam membantu memudahkan anak dalam pembelajaran kosakata bahasa Sunda. Pemilihan gambar-gambar pada Flash card dalam
pembelajaran
kosakata
tentu
harus
disesuaikan
dengan
tujuan
pembelajaran. Gambar-gambar tersebut hendaknya menampilkan gagasan, informasi, konsep-konsep yang mendukung tujuan, serta kebutuhan pengajaran.
30
Pemilihan gambar Flash card dalam pembelajaran pun harus memperlihatkan sasaran yang harus di sesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Arif Sadiman (1996: 33); pemilihan gambar-gambar dalam pembelajaran hendaknya memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut: a. b. c. d. e. f.
Harus autentik, situasi yang sebenarnya. Sederhana, komposisi harus jelas Ukuran relatif Mengandung gerakan/perbuatan Sesuai dengan tujuan pengajaran Bagus dari sudut seri
Media Flash card tergolong dalam media berbasis visual. Media berbasis visual (gambar atau perumpamaan) memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Menurut Arsyad (2000: 89) “media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Media visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan atara isi pelajaran dengan dunia nyata”. Sebagaimana diungkapkan oleh Yunus (1942) dalam Arsyad (2000: 16) bahwasannya: Media pengajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman. Orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat atau melihat dan mendengarnya. Seperti halnya media yang lain,Flash card memiliki keuntungan tersendiri. Riva’i (2001: 1) mengemukakan beberapa keuntungan Flash card, yaitu: a. Mudah dibawa, praktis. b. Mudah disimpan karena ukurannya tidak memerlukan tempat besar. c. Pokok-pokok pembicaraan mudah diingat karena disajikan dalam bentuk gambar yang dirangkai berurutan.
31
d. Flash card cocok untuk digunakan dalam kelompok kecil (tidak lebih daro 30 orang). e. Selain itu, anak ikut dilibatkan pada saat penyajiannya (Sudjana, 1991: 2)
Selain manfaat yang dikemukakan di atas dalam Surana (2003) manfaat lain dari Flash card diantaranya: a. b. c. d.
Belajar membaca sedini mugkin—Metode Glenn Doman. Mengembangkan daya ingat otak kanan—Metode Shichida. Melatih kemampuan konsentrasi. Meningkatkan perbendaharaan kata dengan cepat. Surana (2003) menjelaskan pula bahwa permainan Flash card bisa
membantu
memaksimalkan
kemampuan
photographic
memory,
serta
membangkitkan respon otak kanan, yaitu dengan cara mengendalikan pikiran bawah sadar, emosi, kreatif dan intuitif pada anak sejak dini.
5. Penggunaan Flash card dalam Peningkatan Kosakata Seorang anak sangat membutuhkan perkembangan kosakata untuk mengemukakan buah pikiran, ide dan perasaan terhadap orang lain. Ada beberapa tehnik yang dipandang mampu mengembangkan kosakata. Menurut Tarigan (1986: 24) ada beberapa teknik pengembangan kosakata dalam upaya untuk meningkatkan pembelajaran kosakata anak didik, diantaranya: a. Teknik permainan kata, terdiri dari: anagram, asosiasi, awal dan akhir, teka teki silang. 1) Kata anagram berasal dari bahasa Yunani ana ‘kembali; ke belakang’ dan gramma ‘huruf’. Jadi anagram adalah pengubahan
32
urutan huruf-huruf suatu kata untuk membentuk kata yang lain. Contoh: Kain menjadi kina, kian, ikan, naik Gula menjadi lagu, gaul, ugal, agul 2) Asosiasi konsep. Siswa diminta memikirkan nama binatang berdasarkan deskripsi atau tindak tanduk atau kegiatannya. Contoh: Suka bergoyang, senang pada gula >>> semut 3) Awal akhir. Dari sebuah kata tertentu dapat membentuk kata lain dengan cara menambahi sebuah fonem pada awal atau akhir kata. Awal > Alam- malam, salam, talam Akhir> Para- parah, param, parang, paras 4) Teka teki silang. Teka teki silang merupakan permainan kata yang amat populer. Teka teki silang dapat memperkaya kosakata. b. Penggunaan kamus adalah karya acuan yang memuat kata-kata suatu bahasa atau suatu sistem atau bidang pengetahuan dimuat secara alfabetis dan diberi batasan; leksikan (Tarigan, 1986: 230). c. Tes/ujian. Ada 4 cara untuk menguji atau mengetes kosakata; yaitu dengan: 1) Identifikasi: anak didik memberi resfon secara lisan ataupun tertulis dengan mengidentifikasi sebuah kata sesuai dengan batasan atau penggunaannya.
33
2) Pilihan ganda: anak didik memilih makna yang tepat bagi kata yang teruji dari tiga atau empat batasan 3) Menjodohkan: kata-kata yang teruji disajikan dalam suatu lajur dan batasan yang akan dijodohkan disajikan secara seimbang pada lajur lain. 4) Memeriksa: anak didik memeriksa kata-kata yang diketahuinya atau yang tidak diketahuinya. Anak didik dituntut untuk menulis batasan kata-kata yang diperiksanya. Salah satu teknik dalam meningkatkan penguasaan kosakata anak TK dengan menggunakan media flash card adalah dengan teknik permainan. Dengan teknik permainan diharapkan proses pembelajaran akan lebih menarik dan dapat merangsang minat anak. Menurut Dale (1971, dalam Tarigan, 1986: 254), ada delapan alasan digunakannya permainan sebagai bentuk pengembangan minat anak didik terhadap kosakata, yaitu: a. Memberikan unsur kenikmatan, kesenangan, tantangan dan rangsangan dalam telaah bahasa. b. Melatih secara teliti pada kosakata yang merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam pengembangan kosakata. c. Memberikan latihan kepada anak didik dalam hal menimbulkan atau membangkitkan kosakata berdasarkan petunjuk-petunjuk tertentu. d. Memberikan latihan ejaan dan mendorong atau membangkitkan perhatian yang mendalam terhadap pembentukan kata-kata.
34
e. Menentukkan anak didik mencocokan kosakata dengan batasanbatasannya. f. Memperlihatkan pada anak didik bagaimana caranya huruf-huruf dari sejumlah kata dapat memanipulasikan untuk membentuk kata-kata lain. g. Menekankan betapa pentingnya posisi huruf dalam hubungannya dengan makna kata. h. Mendorong
anak
didik
untuk
mengklasifikasikan
dan
mengeneralisasikan konsep-konsep.
6. Cara Penggunaan Flash card Pengajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses pengajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik. Cara menggunakan flash card dijabarkan ke dalam dua bagian, yaitu pada saat sebelum penyajian dan pada saat penyajian. Dalam penelitian ini peneliti memadupadankan cara penggunaan media flash card menurut Surana (2003) dan Riva’i (1992: 1), beberapa cara telah dimodifikasi agar sesuai dengan keadaan anak TK yang diuraikan sebagai berikut. a. Persiapan sebelum penyajian 1) Mempersiapkan
diri:
menguasai
bahan
dan
terampil
menggunakannya. 2) Mempersiapkan flash card: jumlahnya ncukup, urutannya betul, perlu tidaknya media lain untuk membantu.
35
3) Mempersiapkan tempat: posisi penyaji baik atau tidak, bagaimana penerangannya dan apakah semua anak bisa melihat dengan jelas. Pastikan ruangan tidak ada suara-suara bising yang mengganggu. 4) Untuk melatih kecepatan, sebaiknya guru berlatih cara memainkan flash card ini sebelum menunjukkan kepada anak. 5) Permainan ini harus bisa dinikmati oleh guru dan murid dalam suasana yang menyenangkan. Jadi, guru pun harus dalam keadaan rileks tanpa stres dan rasa terpaksa. 6) Jika sudah siap, katakan dengan antusias dan wajah senang bahwa anda (guru) mempunyai kartu flash card, dan tanyakan apakah anak-anak mau bermain bersama. b. Cara penyajian 1) Berdirilah dengan jarak kira-kira 1-1,5 meter dimana seluruh anak dapat melihat anda (guru) dengan jelas. 2) Siapkan kartu-kartu dari kelompok yang sama, ditumpuk dan dipegang dengan tangan kiri (jika anda kidal, tentunya boleh dipegang dengan tangan kanan) setinggi dada. Halaman kartu yang bergambar berada dibagian depan menghadap anak-anak. 3) Untuk menarik perhatian anak, tunjukkan halaman kartu yang bergambar dengan cara mengambil kartu yang paling belakang dan meletakkannya ke urutan paling depan, sambil mengucapkan dengan jelas nama gambar tersebut, misalnya “BENTANG”.
36
BENTANG Bagian depan
Bagian belakang
Gambar 2.2 Contoh flash card 4) Kemudian baliklah gambar bentang tersebut sehingga tulisannya “bentang”
berada
di
bagian
depan,
sambil
mengucapkan
“BENTANG”. Lakukan tindakan ini dengan cepat, masingmasing tidak lebih dari 1 detik. 5) Mintalah anak untuk mengikuti/mengulang apa yang anda (guru) ucapkan. 6) Setelah itu, ambil kartu kedua dari kartu yang diurutan paling belakang, kemudian lakukan seperti langkah no. 3 dan 4. 7) Lakukan secara berurutan sampai dengan kartu terakhir, dengan kecepatan tidak lebih dari 1 detik untuk tiap-tiap gambar dan tulisan yang ditunjukkan. Menunjukkan kartu dengan cepat ini akan memicu otak kanan untuk bekerja menerima informasi yang ada di kartu.
37
8) Setelah seluruh kartu selesai disebutkan satu persatu secara cepat. Berikan kartu-kartu yang telah diterangkan itu kepada anak yang duduk di dekat guru. 9) Mintalah agar siswa melihat lagi kartu-kartu itu satu persatu, lalu teruskan kepada yang lain. Setelah karti-kartu dikembalikan, lanjutkan dengan diskusi kelas sebagai upaya untuk memperbaiki kesalahan dan penguatan ingatan.