BAB II PENGGUNAAN PARONYME DALAM MENULIS KALIMAT BAHASA PERANCIS
2.1 Kompetensi Berbahasa Pengertian kompetensi berbahasa itu sendiri yaitu ; “ Tindak menggunakan bahasa secara nyata untuk maksud berkomunikasi. Kegiatan berbahasa merupakan wujud nyata kompetensi kebahasaan seseorang” (Nurgiyantoro 2010: 282). Nurgiyantoro juga berpendapat bahwa kompetensi berbahasa dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu: kompetensi memahami dan mempergunakan. Kompetensi memahami bersifat reseptif dan kemampuan mempergunakan bersifat produktif. Menurut Harris dalam Nurgiyantoro (2010:282) “Kemampuan reseptif merupakan proses décoding, proses usaha memahami apa yang dituturkan orang lain. Sedangkan kemampuan produktif merupakan merupakan proses encoding, proses usaha mengkomunikasikan ide, pikiran, atau perasaan melalui bentuk-bentuk kabahasaan. ˝ Berkaitan dengan kompetensi reseptif dan produktif, Eco (1994 : 3) mengungkapkan bahwa : Dans cette méthode d’apprentissage des langues, l’effort de communication se concentre sur des compétences de réception de la langue étrangère (lire, écouter) et met entre parenthèses les compétences de production d’une langue étrangère (parler, écrire). Penjelasan tersebut mengungkapkan bahwa dalam metode pembelajaran bahasa, upaya-upaya komunikasi berfokus pada kompetensi reseptif bahasa asing yaitu
6
7
membaca dan mendengar sedangkan kompetensi produktif bahasa asing yaitu berbicara dan menulis. Menurut Nida dalam Tarigan (1994 : 1) terdapat empat kompetensi berbahasa yaitu : (1) kompetensi menyimak ; (2) kompetensi berbicara ; (3) kompetensi membaca ; (4) kompetensi menulis. Kemampuan berbahasa tersebut dapat dijadikan tolak ukur seseorang dalam penguasaan suatu bahasa. Masih menurut Tarigan (1994: 1) menyatakan bahwa “Dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mulai dari menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. " Urutan kompetensi di atas ditulis berdasarkan tingkat kemampuan yang diperoleh. Seseorang dalam belajar bahasa diawali dengan mendengarkan, berbicara,
kemudian
berangsur-angsur
mencoba
menirukan
atau
mengucapkannya, kemudian memahami bahasa tersebut dalam bentuk tulisan, yakni dengan belajar membacanya kemudian menulis.
2.2 Penguasaan Kosakata 2.2.1 Pegertian Kata dan Kosakata Menurut Pateda (1995 : 202) kata adalah bentuk linguistik yang berdiri sendiri, dapat dipindahkan, dapat diganti, bermakna, dan berfungsi dalam ujaran. Pengertian kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995 : 451) adalah : (1) unsur bahasa yang diucapkan dan dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa; (2) ujar, bicara; (3). a. morfem
8
satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas; b. satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri terjadi dari morfem tunggal (misalnya: batu, rumah, datang) atau gabungan morfem (misalnya; pejuang, mengikuti, pancasila, mahakuasa). Yang dimaksud dengan kosakata adalah Vocabulaire atau Lexique adalah kosakata atau perbendaharaan kata (Labrousse, 1991;429). Sehubungan dengan kosakata Bénac (1993; 43) menguraikan bahwa perkembangan kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapatan, kemampuan, bawaan, dan status sosial serta faktor-faktor geografis. Dari keteranagan di atas dapat disimpulkan bahwa kata atau Vocabulaire adalah satuan terkecil dari bentuk linguistik yang berdiri sendiri, bermakna dan berfungsi dalam ujaran. 2.2.2 Manfaat Penguasaan Kosakata Tarigan (1986: 2) menyatakan bahwa “Kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas tergantung pada kuantitas atau kualitas kosakata yang dimilikinya”. Semakin banyak kosakata yang dimiliki, maka semakin besar pula kemungkinan kita terampil dalam berbahasa. Penguasaan kosakata sangat penting kedudukannya ketika seseorang mempelajari bahasa, karena penguasaan kosakata akan mempengaruhi keterampilan berbahasa seseorang. Selain itu Keraf (1996: 24) juga berpendapat bahwa mereka yang kaya kosakatanya akan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk
9
mewakili maksud atau gagasannya, sebaliknya yang miskin kosakatanya akan sulit menemukan kata yang tepat. Dengan banyaknya kosakata yang dimiliki seseorang maka akan semakin mudah untuk mengungkapkan gagasan yang ingin disampaikan. Adapun manfaat penguasaan kosakata tidak hanya terbatas dalam kepentingan pendidikan, melainkan juga dalam kehidupan sosial, seperti yang dikemukakan oleh Keraf (1996: 23) bahwa “Mereka yang terlibat dalam jaringan komunikasi masyarakat kontemporer ini memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu”. Persyaratan itu antara lain: ia harus menguasai sejumlah besar kosakata yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan kemampuannya itu menjadi jaringan-jaringan kalimat yang jelas dan efektif, sesuai dengan kaidah-kaidah sintaksis yang berlaku, untuk menyampaikan rangkaian pikiran dan perasaannya kepada anggota-anggota masyarakat lainnya. Dari berbagai pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa manfaat
penguasaan
kosakata
sangatlah
luas
terutama
untuk
berkomunikasi. Selain itu semakin kaya penguasaan kosakata seseorang maka orang tersebut akan lebih mudah menyampaikan pendapat dan gagasannya baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
10
2.3 Paronyme dalam Bahasa Perancis 2.3.1 Pengertian Paronyme Bagi pembelajar bahasa asing, khususnya bahasa Perancis, perlu mengerti dan memahami makna setiap kata, karena setiap kata mempunyai makna yang berbeda. Menurut Dumarest dan Morsel (2004 :170) dalam bukunya menyebutkan bahwa On dira que ces mots sont « paronymes ». Si le mot comporte plusieurs syllabes et si le phonème différent est à l’intérieur : Ex. allocation//allocution, la ressemblance peut entraîner des erreurs, des malentendus ou des lapsus de la part de locuteurs étrangers aussi bien que des français. Dari kutipan di atas, Dumarest dan Morsel menyebut kata-kata itu sebagai paronyme yaitu ‘’Jika kata tersebut mengandung lebih dari satu suku kata dan memiliki fonem yang berbeda didalamnya misal : ‘allocation (Tunjangan)
//
allocution
(pidato)’,
kemiripan
tersebut
dapat
mengakibatkan kesalahan, kesalahfahaman atau kekhilafan (lisan, tulisan) baik pada penutur asing maupun orang perancis itu sendiri’. Makna suatu kata barulah jelas bila berada dalam konteks kalimat. Contoh dalam bahasa Perancis, kata ‘le médecin’ yang berarti ‘dokter’ dan ‘la médecine’ yang berarti ‘ilmu kedokteran’, bila kedua kata tersebut berdiri sendiri maka akan menimbulkan pertanyaan bagi pembelajar, karena kedua kata tersebut mempunyai kemiripan bentuk, ejaan, dan lafal. Inilah yang disebut dengan paronyme. Kosakata paronyme akan lebih jelas maknanya bila berada dalam suatu kalimat, contohnya: - Le médecin est en train d’examiner ses patients.
11
( Dokter sedang memeriksa beberapa pasiennya.) - Ma sœur apprend la médecine à l’université de Gajah Mada . ( Saudara perempuanku belajar ilmu kedokteran di universitas Gajah Mada.) Masih menurut Dumarest dan Morsel (2004 :170) mendefinisikan paronyme sebagai berikut Définitions / Paronymes à origine commune : Il arrive en français que deux mots aient un signifié différent et un signifiant voisin : seule une différence phonique minime les sépare : deux phonèmes intervertis : percepteur / précepteur, deux phonèmes différents : recouvrir / recouvrer, un phonème supplémentaire : gradation / graduation. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu: paronyme yang terjadi dalam bahasa Perancis yaitu dua buah kata yang memiliki makna yang berbeda dan memiliki unsur kata yang sangat mirip atau hampir sama : hanya perbedaan pengucapan yang minim seperti : dua fonem yang terbalik : percepteur (petugas pajak) / précepteur (guru les), dua fonem yang berbeda:
recouvrir
(menyampuli/menutupi)
/
recouvrer
(pulih),
penambahan sebuah fonem : gradation (peningkatan) / graduation (pembagian skala)’. Definisi paronyme yang lainnya yaitu (Hartmann dan James
dalam Dictionary
of
Lexicography.
Routledge,
1998
http;//grammar.about.com. ) Paronymy: The relationship between two or more words partly identical in form and/or meaning, which may cause confusion in reception or production. In the narrow sense the term paronymy refers to 'sound a likes' (cognate near-homophones such as affect/effect or feminine/feminist), but in the wider sense it covers any 'look a like' or 'mean a like' confusable words
12
Dari kutipan di atas diketahui bahwa paronyme yaitu hubungan antara dua kata atau lebih yang bagian dari kata tersebut identik dalam bentuk dan / atau makna, yang dapat menyebabkan kebingungan dalam pemahaman atau penggunaan .Dalam arti sempit istilah paronyme mengacu pada 'terdengar seperti' (satu famili dekat dengan homofon seperti kata affect (mempengaruhi) /effec’ (pengaruh)
atau feminine (feminin) / feminist
(pejuang hak wanita), tetapi dalam arti luas yang mencakup setiap katakata yang terlihat seperti atau memiliki arti seperti kata-kata yang membingungkan.’ GREV. (1975 : http://www.cnrtl.fr/definition/paronyme) yang disebut dengan paronim yaitu Les paronymes sont des mots presque homonymes, ne présentant qu'une ressemblance approximative de son ou d'orthographe: Inculper, inculquer; conjecture, conjonctur; collision, collusion. Grev berpendapat bahwa paronyme adalah kata-kata yang mirip dengan homonim, tetapi tidak menunjukkan sebuah persamaan perkiraan dari bunyi dan tulisan kata tersebut, sebagai contoh kata : Inculper (menuduh), inculquer (menanamkan); conjecture (dugaan), conjoncture (situasi); collision (tabrakan), collusion (sekongkolan). Selanjutnya menurut Mauffrey dan Cohen (2000: 241) “Paronymes sont la ressemblance entre deux mots peut être source de confusion et d’erreur.” Kutipan tersebut mengandung arti bahwa paronyme adalah kesamaan antara dua kata yang dapat membingungkan sehingga dapat menimbulkan kesalahan.’
13
Dari
berbagai
istilah
paronyme
di
atas,
peneliti
dapat
menyimpulkan bahwa paronyme disebut juga homonim yang palsu (de faux homonyme) yang artinya kata yang penandanya hampir sama (mirip) namun berbeda arti. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa paronyme adalah kata-kata yang hampir mirip cara pengucapannya, bentuk tulisan yang hampir berdekatan namun maknanya berbeda. 2.3.2 Keterkaitan Paronyme dengan Linguistik Setiap bahasa memiliki tata bahasanya tersendiri begitu pula dengan bahasa Perancis memiliki tata bahasa yang dalam tata bahasa tersebut terdapat bagian-bagian yang disebut: Fonologi (Phonologie), Morfologi (Morphologie), dan Sintaksis (Syntaxe). Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keraf (1979: 28) ˝ Tata bahasa itu meliputi bidang-bidang tata bunyi (Fonologi), tata bentuk (Morfologi), dan tata kalimat (Sintaksis) ˝. Teori tersebut juga senada dengan ungkapan bahwa La spirale de l’apprentissage: solliciter les acquis linguistique (phonétique, lexique, morphologie et syntaxe de la langue) d’une séance sur une autre est un des principes pédagogiques de base de l’apprentissage de la langue étrangère comme de tout apprentissage ( Desmons et al. 2005 : 16 ) Ungkapan dari Desmons tersebut mengandung arti bahwa ‘Lingkup pembelajaran: yang ada dalam linguistik yaitu : (fonetik, leksikon, morfologi dan sintaksis bahasa) disamping itu hal tersebut merupakan sebuah prinsip-prinsip dasar pedagogis pembelajaran bahasa asing untuk semua pembelajaran.’
14
Jika dilihat dari teori-teori tersebut bahwasannya dalam linguistik mencakup tiga bidang diantaranya yaitu fonologi, morfologi, dan sintaksis. Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa paronyme termasuk dalam bidang linguistik yang berkaitan dengan linguistik yaitu dalam bidang fonologi dan morfologi. Hal ini sesuai dengan pengertian atau definisi dari paronyme itu sendiri merupakan kata-kata yang hampir mirip cara pengucapannya, bentuk tulisan yang hampir berdekatan namun maknanya berbeda.
2.4 Kosakata Paronyme pada Materi Bahasa Perancis dalam Buku Pegangan Écho I dan Écho II s/d Unité 4 Mahasiswa semester IV Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI tahun akademik 2010/2011, dianggap telah mempelajari tentang sistem bahasa yang disebut ortografi dan kosakata yang terdapat dalam buku Écho I dan Écho II . Pada proses pembelajaran, mahasiswa menggunakan buku pegangan Écho I dan Écho II sebagai buku pegangan dalam pembelajaran bahasa Perancis. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan mereka dalam mengenali bentuk kosakata bahasa Perancis yang mirip serta pemahaman mereka akan tata bahasa dan kosakata. Kosakata paronyme yang berhasil peneliti temukan dalam buku pegangan Écho I dan Écho II dan kemudian peneliti kelompokkan kedalam kelaskata yaitu terdiri atas 12 pasang verba paronyme, 14 pasang nomina paronyme, dan 1 pasang adjektiva paronyme.
15
Pengklasifikasian kosakata paronyme akan disajikan dalam 3 tabel sebagai berikut:
Tabel . 2.1 Daftar Verba Paronyme Kelas Kata Paronyme Verba
Arti
Se lever dan Se laver
bangun tidur/berdiri dan mandi , membersihkan diri
Emmener dan Amener
membawa
/
mengajak
(pergi
seseorang)
dan
mengantarkan (seseorang), membawa serta Réparer dan Préparer
memperbaiki dan mempersiapkan
Raconter dan Rencontrer
Menceritakan dan bertemu (dengan), berkenalan dengan seseorang.
Monter dan Montrer
naik dan menunjukkan
Entendre dan Attendre
mendengar dan menunggu
Permettre dan Promettre
mengijinkan, memperbolehkan dan berjanji
Offrir dan Ouvrir
Memberikan, mempersembahkan (hadiah, kado) dan membuka
Repousser dan (se)Reposer
Menolak seseorang, mendorong seseorang (agar menjauhi dirinya) dan beristirahat/ meletakkan kembali
Tromper dan Tremper
Membohongi, menipu dan membasahi, merendam
Vouloir dan Valoir
Ingin, mau, hendak dan berharga, bernilai
Recouvrer dan Recouvrir
Mengambil sesuatu sebagai miliknya, pelih kembali, sembuh dan menyampuli (buku)
16
Tabel. 2.2 Daftar Nomina Paronyme
Kelas Kata Paronyme Nomina
Arti
Le minuit dan La minute
tengah malam dan menit
Le magasin dan Le magazine
toko dan majalah
L’humeur (f) dan L’humour (m)
suasana hati, rasa senang, dan humor
Le change dan La chance
pertukaran uang/barang dan keberuntungan, kesempatan baik
Le médecin dan La médecine
dokter dan obat
dessous (m) dan Dessus (m)
bagian bawah dan bagian atas
La proposition dan La préposition
usulan, pendapat, kalimat dan kata depan (preposisi)
La conversation dan La conservation
percakapan dan pemeliharaan
dernier, ière(f) dan Derrière (m)
bagian akhir dan bagian belakang
Le poisson dan Le poison
ikan dan racun
Le champagne dan La campagne
sampanye dan pedesaan
Les cheveux dan les Chevaux
rambut dan kuda (jamak)
Le complément dan Le compliment
Pelengkap, tambahan dan pujian
La variété dan La vérité
Berbagai-macam, jenis macam-macam dan kebenaran
17
Tabel. 2.3 Daftar Adjektiva Paronyme Kelas Kata Paronyme Adjektiva
Arti
Jaune dan Jeune
warna kuning dan muda
2.5 Kompetensi menulis dalam FLE 2.5.1 Pengertian Menulis Ada empat macam kompetensi berbahasa, dari keempat macam kompetensi tersebut salah satunya adalah menulis karena Dilihat dari segi kompetensi berbahasa, menulis adalah aktivitas aktif produktif, aktivitas menghasilkan bahasa. Sedangkan dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa (Nurgiyantoro 2010: 425). Menulis bukanlah kegiatan pasif melainkan kegiatan aktif yang dapat menghasilkan sesuatu “Écrire : Tracer, imprimer ou graver des signes sur Orthographier” (Dictionnaire De La Langue Française de Maxi - Poche Réferences
1995 :
163).
Maksud
dari
kutipan
tersebut
bahwa
menulis adalah membuat coretan, mencetak atau mengukir simbol-simbol atau lambang-lambang pada ortograf. Tarigan (1994: 1) juga berpendapat bahwa “Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Dalam kegiatan menulis ini maka penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.” Dari definisi tentang menulis tersebut peneliti dapat menyatakan bahwa menulis adalah kegiatan produktif mengekpresikan gagasan yang
18
ada dalam pikiran ke dalam bentuk lambang- lambang bahasa (tulisan) yang telah disepakati dengan memperhatikan ortograf, tata bahasa, dan kosakatanya. 2.5.2 Kompetensi Menulis dalam FLE Agar kalimat dapat dibaca dan mengandung makna serta agar maksud dari si penulis dapat tersampaikan dengan baik maka dibutuhkan keterampilan dalam menulis. Keterampilan menulis dalam bahasa Perancis dan bahasa Indonesia tentulah berbeda karena bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dan bahasa Perancis merupakan bahasa asing. Keterampilan menulis dalam Francais Langue Étrangère atau FLE yaitu dalam hal ini bahasa Perancis sebagai bahasa asing. Bahasa Perancis bukan merupakan bahasa ibu ataupun sebagai bahasa kedua pembelajar oleh karena itu membutuhkan proses mental yang ekstra kompleks. Menurut Desmons et al. (2005: 53) dalam bukunya menerangkan “… les processus mentaux mis en œuvre dans la production écrite ( en langue maternelle comme en étrangere) sont extrêmement complexes.˝ Maksudnya adalah proses-proses mental yang terlibat dalam menulis dalam bahasa Perancis sebagai bahasa asing sangatlah kompleks. Maka dari itu dalam proses menulis diuraikan dalam 3 tahap yaitu : 1) Tahap pengembangan 2) Tahap format teks, dan 3) Tahap revisi
19
Proses tersebut sesuai dengan teori "L’acte d’écrire se décomposerait en trois phases : une phase d’élaboration, une phase de mise en texte, et une phase de révision˝ (Desmons et al. 2005 :54). Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa upaya untuk mencapai keterampilan menulis adalah dimulai dengan menyusun kalimatkalimat efektif, sehingga pesan penulis dapat dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, keterampilan menulis harus dilaksanakan secara terpadu pada komponen kebahasaan, pemahaman dan penggunaan, maupun dengan keterampilan berbahasa yang lain dan melalui beberapa tahapantahapan.
2.6 Penulisan Kalimat dalam Bahasa Perancis 2.6.1 Pengertian Kalimat Kalimat terbentuk berawal dari kumpulan beberapa huruf-huruf yang bergabung membentuk kata, yang kemudian kata-kata tersebut dirangkai menjadi kalimat. Dengan kata lain kalimat merupakan kumpulan dari beberapa kata. Namun beberapa ahli mendefinisikan kalimat berbeda satu dengan yang lain. Menurut Alwi (1998:311), “Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkap pikiran yang utuh.” Wujud lisan sebuah kalimat ditandai dengan intonasi dan dalam bahasa tulis ditandai dengan tanda baca. Sedangkan Chaer (2003:240) berpendapat bahwa ˝Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur dan yang berisi pikiran yang lengkap.˝
20
Selanjutnya pengertian kalimat menurut Delatour et al. (2004: 10) adalah Une phrase est un assemblage de mots formant une unité de sens. À l’écritle premier mot commence par une majuscule et le dernier est suivi d’un point (.), d’un point d’interrogation ( ?), d’un point d’exclamation ( !) ou des points de suspension (…). Berdasarkan kutipan di atas menurut Delatour bahwa pengertian dari kalimat adalah kumpulan kata yang membentuk satu kesatuan arti. Pada bahasa tulis, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda seru ( !), tanda tanya ( ?), atau titik-titik (…)’. Dari beberapa pendapat mengenai definisi kalimat di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah konstruksi gramatikal yang bermakna dan dalam bahasa tulisan ditandai dengan tanda baca. 2.6.2 Pengklasifikasian Kalimat Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis dan macamnya. Loiseau (1997: 9) mengklasifikasikan kalimat ke dalam empat jenis yaitu: 1. Kalimat berita Sebuah kalimat dapat menyatakan suatu kejadian atau gagasan. Kalimat ini bisa berbentuk afirmatif atau negatif : Contoh : J’aime le chocolat.
(bentuk afirmatif)
(Saya suka coklat) Je n’aime pas le chocolat.
(bentuk negatif)
(Saya tidak suka coklat) Menurut Loiseau (2005 : 56) ciri-ciri umum kalimat negatif adalah sebagai berikut :
21
1. 1 Ne… pas (ragam bahasa sastra : ne..point) a) Dengan verba kala simple, ne…pas mengapit verba. Contoh : Je ne fume pas. (Saya tidak merokok) b) Dengan verba kala composé, ne…pas mengapit verba
bantu.
Contoh : Je n’ai pas fumé depuis trois jours. (Saya sudah tidak merokok sejak 3) c) Untuk memberi tekanan pada bentuk negatif, digunakan : absolutement pas atau pas du tout. Contoh : Il n’a pas du tout d’argent atau il n’a absolutement pas d’argent. (Dia sama sekali tidak memiliki uang) 1. 2 Ne…rien a) negasi ne… rien digunakan jika rien menunjuk pada pelengkap berwujud benda mati dari suatu verba. Contoh : kala simple : Je ne compronds rien. Cela ne (Saya apa-apa.
sert à rien. tidak
mengerti Hal
itu
22
membuat tidak
saya merasa
berguna
sama
Kala composé : Je n’ai rien compris.
Cela
sekali.)
n’a servi à rien. (Saya telah tidak mengerti apa-apa. Hal itu membuat saya
merasa
telah
tidak
berguna sama sekali.) b) Rien dapat digunakan tanpa ne. Contoh : Il veut tout ou rien. (Dia menginginkan semuanya atau tidak sama sekali.) 1. 3 Rien ne… Rien ne… digunakan jika rien menunjuk pada subyek pelengkap berwujud benda mati suatu verba. Contoh : Rien ne lui fait peur. (Sama
sekali
menakutkannya.) 1. 4 Ne… personne
tidak
ada
yang
23
Negasi ini digunakan jika personne merupakan pelengkap verba. Contoh : Je ne vois personne (Saya tidak melihat seorang pun.) 1. 5 Personne ne… Negasi ini digunakan jika personne merupakan pelengkap verba. Contoh : Personne ne vient. (Tidak ada seorang pun yang datang.) 1. 6 Ne… plus Ne… plus digunakan untuk menunjukkan kebalikan suatu tindakan atau suatu situasi yang sudah lampau : Contoh : Aujourd’hui je ne suis plus fatigué (hier, je l’étais). (Hari ini saya tidak lebih lelah (kemarin saya merasa lebih lelah dari pada hari ini.) Bentuk negasi ini bisa diperkuat oleh absolument plus. 1. 7 Ne… pas encore
24
Ne… pas encore digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu tindakan belum dilakukan, tetapi akan dilakukan kemudian. Contoh : Je n’ai pas encore fini mon travail. (Saya
masih
belum
menyelesaikan
pekerjaan saya.) 1. 8 Ne… jamais Ne… jamais digunakan untuk menunjukkan suatu tindakan atau situasi yang tidak pernah terjadi pada waktu lampau, sekarang atau pada waktu yang akan datang. Contoh : kala simple : Je ne vais jamais au cinéma. (Saya tidak pernah pergi ke bioskop.) kala composé : je ne suis jamais allé au cinéma. (Saya sama sekali belum pernah pergi ke bioskop.) Jamais juga bisa ditempatkan di awal kalimat : Contoh : Jamais je n’ai dit cela. (Tidak pernah saya mengatakan hal itu.) 1. 9 Ne… plus digunakan dengan rien, personne, jamais
25
a) Rien dan personne sebagai subyek verba. Contoh : Plus rien ne m’étonne. (Tidak
ada
yang
lebih
mengagetkanku.) b) Dalam kasus-kasus lain ; Dengan
verba yang digunakan dalam kala
simple : Contoh: Je ne dirai plus rien (Saya tidak akan mengatakan apapun lagi.) Dengan verba dalam kala composé : Contoh : Je n’ai plus rien dit (Saya sudah tidak mengatakan apapun lagi.) 1. 10 Ne… guère= ne… beaucoup Contoh : Je n’ai guère le temps de me promener. (=
je
n’ai
pas beaucoup le temps de me
promener). (Saya sudah tidak punya waktu lagi untuk jalan-jalan.) 1. 11 Ne… que = seulement
26
Contoh : je n’ai que dix franc sur moi. (= j’ai seulement dix francs sur moi). (Saya hanya punya sepuluh franc yang ada pada saya sekarang.) 1. 12 Ne… pas que= ne… pas seulement Contoh : Je n’apprends pas que le français ; j’apprends
aussi ‘anglais.
(Saya tidak hanya belajar bahasa Perancis tetapi saya juga belajar bahasa Inggris.) 1. 13 Ne… plus que= seulement Contoh : Je n’ai plus que cinq francs sur moi. (Saya hanya punya lima Franc yang ada pada saya sekarang (sebelumnya, saya punya lebih).) 1. 14 Ne… même pas = ne… même plus Bentuk ini digunakan jika ingin memberi tekanan pada hal yang diungkapkan dalam bentuk negatif. Contoh: Il ne s’intéresse à rien : il ne lit même pas le journal. (Dia tidak tertarik pada apapun : dia juga tidak tertarik membaca koran.) 1. 15 Aucun, nul
27
Aucun dan nul Contoh : Aucun homme n’est parfait. (Lelaki manapun tidak ada yang sempurna.) 2. Kalimat interogatif Sebuah kalimat dapat merupakan suatu pertanyaan. Contoh : Est-ce que tu aimes le chocolat ? (Apakah kamu suka coklat ?) ˝Kalimat interogatif adalah kalimat tanya yaitu kalimat interogatif yang hanya berisi pertanyaan yang diajukan, disebut kalimat interogatif langsung˝ (Loiseau 1994 : 51). Contoh : Où habitez-vous ? (Di mana Anda tinggal ?) Dalam bahasa tulis, kalimat interogatif langsung selalu diikuti dengan tanda tanya ( ?). Sebuah kalimat yang mengandung verba yang menunjukkan bahwa kita mengajukan pertanyaan, disebut kalimat interogatif tak langsung : Contoh : Je vous demande où vous habitez. (Bolehkah saya tahu di mana anda tinggal?) Dalam bahasa tulis, kalimat interogatif tak langsung tidak diikuti dengan tanda tanya.
28
2.1 Kalimat interogatif langsung Di dalam bahasa lisan, sering digunakan kalimat interogatif
yang mengikuti susunan kalimat berita dan
bentuk kalimat interogatif dengan est-ce que. Bentuk
yang
pengulangan
lain
yaitu :
Inversi
subyek
dan
subyek nomina denngan pronomina il
(ils) atau elle (elles), terutama digunakan dalam bahasa tulis. Tetapi, beberapa ungkapan seperti : Quelle heure est – il ?
Comment allez-vous ? sering digunakan juga
dalam bahasa lisan. 2.2 Kalimat interogatif tak langsung Kalimat Iinterogatif tak langsung dibentuk dengan menggunakan verba seperti : demander (meminta), se demander (bertanya-tanya dalam hati), dire (berkata), ignorer (tidak tahu-menahu/masa bodoh), savoir (mengetahui), dan sebagainya. Dalam kalimat interogatif tak langsung, kata atau frasa yang berisi pertanyaan diletakkan sesudah verba yang mendahului petanyaan, biasanya susunan kalimatnya seperti dalam kalimat berita :
29
Contoh : Je te demande si tu as dîné. (Maukah kamu makan malam denganku.) 3. Kalimat perintah Kalimat ini bisa berbentuk afirmatif maupun negatif. Contoh : Va acheter du chocolat !
(perintah afirmatif)
(pergilah beli coklat !) Ne mange pas de chocolat ! (perintah negatif) (jangan makan coklat !) 4. Kalimat eksklamatif Sebuah kalimat yang berupa seruan Contoh : C’est bon, le chocolat ! (Enak sekali, coklat ini !) Sementara itu Delatour et al. (2004: 10) mengklasifikasikan kalimat menjadi dua, yaitu phrase simple ‘kalimat sederhana’ dan phrase complèxe ‘kalimat majemuk’. 1. La phrase simple . Delatour et al. (2004: 10) mendefinisikan kalimat sederhana sebagai ˝La phrase simple contient un seul verbe conjugué : elle forme une « proposition »˝ ‘Kalimat sederhana berisi hanya satu konjugasi kata kerja, kata kerja tersebut berbentuk klausa’. Kalimat sederhana dibagi menjadi empat tipe, Delatour et al. (2004: 11), yaitu:
30
1.1 Sujet + verbe Contoh : Les cloches sonnent. (Lonceng-lonceng berbunyi). Kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang terdiri dari satu verba, yaitu sonnent yang berasal dari verba infinitif sonner. 1.2 Sujet + verbe + attribut Contoh : Ces fleurs sont magnifiques. (Bunga-bunga ini indah sekali). Kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang memiliki satu verba sont yang berasal dari verba infinitif être. Kalimat ini juga memiliki satu attribut yaitu kata magnifique. 1.3 Sujet + verbe + complément d’objet a) Sujet + verbe + complément d’objet direct Contoh : Le soleil éclaire la Terre. (Matahari menerangi bumi). Kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang mempunyai satu verba yaitu éclaire yang berasal dari verba infinitif éclairer dan memiliki satu objek langsung yaitu la terre. b) Sujet + verbe + complément d’objet indirect
31
Contoh : J’ai écrit à ma meilleure amie. (Saya telah menulis kepada teman saya). Kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang mempunyai satu verba yaitu écrit yang berasal dari verba infinitive écrire dan memiliki satu objek tidak langsung yaitu ma meilleure amie. c) Sujet + verbe + COD + COI Contoh : J’ai écrit une lettre à ma meilleure amie. (Saya telah menulis sebuah surat kepada teman
saya).
Kalimat di atas merupakan kalimat sederhana yang mempunyai satu verba yaitu écrit yang berasal dari verba infinitif écrire, memiliki satu objek langsung yaitu une lettre dan memiliki satu objek tidak langsung yaitu ma meilleure amie. 2. La phrase complèxe Delatour (2004: 12) mendefinisikan kalimat majemuk sebagai ˝La phrase complexe contient deux ou plusieurs verbes conjugués : elle contient deux ou plusieurs « propositions ».˝ ‘Kalimat majemuk adalah kalimat yang berisi dua kata kerja atau lebih yang dikonjugasikan : jadi mengandung dua klausa atau lebih’.
kalimat yang
32
Selanjutnya Delatour membagi kalimat majemuk menjadi tiga, yaitu la subordination dan la coordination. 2.1 Juxtaposition Kalimat kompleks yang terdiri dari dua kalusa atau lebih
yang
satu
dengan
yang
lainnya
tidak
berhubungan. Dalam hal ini, hubungan antara ide-ide yang tersirat, kalusa tersebut berupa koma, titik-koma, atau titik dua. Contoh
:
Marie
vient
d’obtenir
son
diplôme
d’ingénieur, elle trouvera facillement du travail. (Mary
baru
saja
memperoleh
gelar
insinyur, ia menemukan pekerjaan dengan mudah). Kalimat tersebut menggunakan klausa koma. 2.2 Coordination Kalimat majemuk yang terdiri dari dua klausa atau lebih yang dihubungkan dengan konjungsi koordinatif seperti et, ou, ni, mais, car, donc. Setiap klausa tidak tergantung pada klausa yang lain dan memiliki kedudukan yang sama. Contoh: Pour les vacances, Je ferai une croisière ou je passerai huit jours à Florence.
33
(Untuk Liburan, Saya akan melakukan sebuah pelayaran atau saya akan melewatinya selama delapan hari di Florensia). Kalimat di atas terdiri dari dua klausa. Kedua klausa memiliki kedudukan yang setara, yaitu sebagai klausa bebas dan menggunakan konjungsi koordinatif ou ‘atau’. 2.3 Subordination Kalimat kompleks bisa terdiri dari dua klausa atau lebih, klausa satu berfungsi sebagai klausa atasan dan yang lain berfungsi sebagai klausa bawahan. Contoh : Antoine est très heureux / que sa femme attende un enfant. (Antoine sangat bahagia / bahwa istrinya sedang menanti seorang anak). Kalimat di atas terdiri dari dua klausa, Antoine est très heureux, merupakan klausa atasan dan sa femme attende un enfant adalah klausa bawahan. Klausa bawahan tidak akan bermakna jika tidak ada klausa atasan. 2.6.3 Fungsi-Fungsi Utama dalam Kalimat Bahasa Perancis Dalam bahasa Perancis terdapat elemen-elemen yang menyusun sebuah kalimat dan elemen-elemen tersebut memiliki fungsinya masing-
34
masing sesuai dengan kaidah struktur kalimat dalam bahasa Perancis. Menurut Loiseau (1997 : 10) fungsi-fungsi utama dalam kalimat bahasa Perancis yaitu : 1) Fungsi subyek Dalam kalimat : Je marche.
Nous marchons
(Saya berjalan.)
(Kami berjalan)
Le chat dort
Les chats dorment.
(Kucing itu tidur)
(Kucing-kucing itu tidur)
Où est ma cravate ?
Où sont mes chaussures ?
(Di mana dasi saya ?)
(Di mana sepatu saya ?)
Je, nous dalam kalimat di atas berfungsi sebagai subyek dari verba marcher ; Le chat, les chats pada kalimat di atas berfungsi sebagai subyek dari verba dormir ; dan Ma carvate, mes chaussures berfungsi sebagai subyek dari verba être. Verba berubah sesuai dengan subyeknya : orang/bendanya (pertama, kedua, ketiga) dan jumlahnya (tunggal atau jamak). 2) Fungsi obyek pelengkap pertama (OPP) Contoh kalimat ada pada table di bawah ini:
35
Tabel. 2. 4 Fungsi Obyek Pelengkap (OPP) Subyek
Verba
OPP
Le mécanicien
a réparé
la voiture.
J’
ai pensé
à vous.
s’est aperçu
De son erreur.
Il
Keterangan Kalimat dalam Tabel. 2.1 yaitu: la voiture adalah obyek pelengkap pertama dari verba réparer ; à vous adalah obyek pelengkap pertama dari verba penser ; de son erreur adalah obyek pelengkap pertama dari verba s’apercevoir. Pelengkap la voiture disebut obyek pelengkap pertama dalam struktur langsung. Pelengkap à vous dan de son erreur yang mengandung preposisi à dan de disebut obyek pelengkap pertama dalam struktur tak langsung. Struktur obyek pelengkap pertama tergantung pada verbanya. 3) Fungsi obyek pelengkap kedua (OPK) Contoh kalimat ada pada table di bawah ini : Tabel. 2.5 Fungsi Obyek Pelengkap Kedua (OPK) Subyek
Verba
OPP
Il
à envoyé
une
Elle
à parlé
postale à Pierre
OPK carte à ses amis. de ses vacances.
36
Keterangan kalimta dalam tabel. 2.2 sebagai berikut : Pelengkap à ses amis dan de ses vacances yang mengandung preposisi à dan de disebut obyek pelengkap kedua. 4) Fungsi atribut Contoh kalimat ada dalam table berikut ini: Tabel. 2.6 Fungsi Atribut Subyek
Verba
Atribut
Mon frère
Est
médcin.
Votre ami
Est
sympathique.
Keterangan dari tabel di atas yaitu : Nomina médcin mengacu pada subyek : mon frère. Ajektiva sympathique mengacu pada subyek : votre ami. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai atribut dari subyek dan dihubungkan dengan subyek oleh verba être. Beberapa verba lain dapat mempunyai fungsi sama, misalnya : paraître, sembler, devenir. Contoh : -
Ce chien semble malade. (Anjing ini terlihat sakit.)
-
Il devient vieux. (Dia sudah tua.)
37
2.6.4
Strategi
Menulis
Kalimat
Bahasa
Perancis
dengan
Menggunakan Paronyme Dalam menulis perlu memperhatikan ortograf dan definisi paronyme yaitu kata-kata yang pengucapannya hampir mirip dan bentuk ejaan katanya hampir mirip. Maka dari itu diperlukan strategi agar dapat menggunakan paronyme dalam menulis kalimat bahasa Perancis dengan benar. Dalam bukunya Desmons et al. (2005: 55) menyebutkan bahwa: Nous distinguons deux types de savoir-faire écrits à enseigner : 1). Savoir orthographier (assurer le passage du code oral au code écrit, activité qui implique la connaissance du système graphique du français ) ; 2). Savoir rédiger (construire une phrase écrite, enchaîner des paragrahes, produire un texte cohérent). Menurut Desmons terdapat dua buah strategi menulis kalimat dalam bahasa Perancis yaitu: 1) Mengetahui ejaan (untuk memastikan bagian dari kode lisan yang ditulis dalam kode tulisan, suatu kegiatan yang memerlukan pengetahuan tentang system grafis dalam bahasa Perancis) 2) Mengetahui bagaimana menulis (menyusun kalimat secara tertulis, merangkai paragraf, menghasilkan teks yang koheren) Masih menurut Desmons et al. (2005: 57) ˝l’orthographe est à l’écrit ce que la phonétique est à l’oral, à savoir un code qu’il faut maîtriser si l’on veut bien écrire une langue . ˝ Artinya bahwa ejaan adalah tulisan fonetik yang diucapkan untuk mengetahui sebuah kode yang harus dikuasai agar kita dapat menulis dengan baik dalam sebuah bahasa. Dalam bahasa Perancis korespondensi antara bahasa lisan dan tertulis adalah dengan cara
38
menulis abjad yaitu yang disebut dengan fonem (code lisan) dan grafem (kode tertulis). Dalam bukunya Desmon et al. (2005 : 58) juga menyebutkan Le graphemes est la plus petite unité distinctive et signivicative de la chaîne écrite. Il peut être constitué par une lettre (avec ou sans accent [ε, é] ; avec ou sans signe auxiliaire [∫, ç]), ou un groupe de lettre s [des digrammes comme ai, des trigrammes comme eau]). ‘Grafem merupakan unit terkecil yang khas dan signifikatif yang berupa tulisan berderet. Hal ini mungkin terdiri dari sebuah tulisan (dengan atau tanpa aksen [ε, é] ; dengan atau tanpa imbuhan [∫, ç], atau sekelompok tulisan (digraf seperti ai, trigram seperti eau)’. Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam menulis kita harus sangat memperhatikan ortograf atau ejaan. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kosakata paronyme, untuk menguasai kosakata paronyme maka diperlukan pemahaman terhadap ortograf atau ejaan, karena pengertian paronyme itu sendiri yaitu kata-kata yang ejaannya hampir mirip namun maknanya berbeda. Jadi strategi dalam menulis kalimat dalam menggunakan paronyme adalah sebagai berikut: a) Perencanaan Dalam menulis sebaiknya kita melakukan perencanaan terlebih dahulu atau memikirkan apa yang akan kita tulis. b) Pemilihan kata-kata yang tepat
39
c) Mengatur
ide-ide
kemudian
merangkainya
menjadi
kalimat d) Struktur teks koheren e) Melakukan revisi f) Memerikasa sintaksis kalimat g) Memeriksa kosakata h) Memeriksa ejaan i) Publikasi j) Penyelesaian, dan k) Perealisasian tulisan
2.7 Tes Pemahaman dan Penggunaan Kosakata Paronyme Keterkaitan antara aspek memahami dan aspek mempergunakan dalam kompetensi berbahasa sangatlah erat kaitannya, karena “Memahami itu bukan merupakan suatu proses yang pasif, melainkan proses yang aktif dalam menyampaikan suatu pesan” (Ahmadi 1990:8). Kekeliruan dalam memahami makna kata dapat menyebabkan kekeliruan dalam memahami makna secara keseluruhan. Demikian pula dalam memahami paronyme bahasa Perancis, mahasiswa harus cermat dan mengerti benar akan kedua kata tersebut sehingga dapat mengetahui makna kata tersebut bila digunakan dalam kalimat, ˝ Karena untuk dapat menggali informasi tertulis, diperlukan pengetahuan tentang struktur dan kosakata yang bersangkutan, di samping juga sistem ejaan (grafologinya) ˝ (Nurgiyantoro 2010:283).
40
Berdasarkan alasan tersebut maka penelitian ini lebih menekankan pada aspek pemahaman dan penggunaan paronyme bahasa Perancis dalam bentuk tulisan. Teori yang memperkuat alasan tersebut adalah teori yang dinyatakan oleh Desmons et al. (2005: 53) yaitu ˝La compétence de production écrite dépendante des textes lus et compris antérieurement .˝ Teori tersebut menyatakan bahwa kompetensi untuk menghasilkan teks tertulis tergantung pada membaca dan pemahaman. Jadi, dapat disimpulkan bahwa memahami merupakan kemampuan untuk mengenali dan menangkap pesan/informasi yang disampaikan melalui lambang lisan maupun tulisan. Kemudian dengan memahami kata-kata yang paronyme tersebut mahasiswa diharapkan dapat menggunakannya dalam menyusun kalimat secara tertulis. Maka dari itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes kompetensi bahasa (kompetensi linguistik). Menurut Nurgiyantoro (2010 : 281) ˝Tes yang menyangkut kompetensi kebahasaan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tes struktur dan kosakata.˝ Bentuk dari tes kompetensi bahasa dalam penenelitian ini yaitu tes kosakata paronyme, didalam bukunya Nurgiyantoro (2010 : 338) juga menyebutkan ˝Tes kosakata adalah tes yang dimaksudkan mengukur kompetensi peserta didik terhadap kosakata dalam bahasa tertentu baik yang bersifat reseptif maupun produktif .˝ Jenis tes kosakata dalam penelitian ini adalah tes penempatan kosakata paronyme dalam konteks. Masih menurut Nurgiyantoro (2010 : 345) ˝Dalam tes jenis ini peserta didik dituntut untuk dapat memilih dan menerapkan kata-kata, istilah, atau ungkapan tertentu dalam suatu
41
wacana atau kalimat secara tepat, atau mempergunakan kata-kata tersebut untuk menghasilkan wacana atau kalimat.˝ Contoh bentuk tes dari teori tersebut sebagai berikut : -
Tes membuat atau menulis kalimat dengan menggunakan kosakata yang tersedia. Buatlah kalimat dengan menggunakan kosakata paronyme berikut ini !: a) Le médecin. b) La medicine. Sesuai dengan teori tersebut tes ini diharapkan dapat mengukur tingkat
kemampuan mahasiswa dalam menggunakan atau mengaplikasikan kosakata paronyme kedalam kalimat bahasa Perancis. ˝Untuk dapat memilih dan memergunakan kata dalam suatu wacana atau kalimat atau untuk menghasilkan wacana atau kalimat secara tepat, peserta didik dituntut untuk telah memahami makna atau arti kata yang bersangkutan˝ (Nurgiyantoro 2010 : 345). Contoh bentuk tes dari teori tersebut sebagai berikut : -
Tes Pemakaian gaya bahasa dan kosakata : Betapa sedih hatinya mendengar berita, bahwa orang tuanya yang sangat dicintainya itu telah (mati/berpulang/meninggal/mampus/wafat). Berdasarkan pernyataan tersebut maka tes ini juga diharapkan mampu
mengukur kemampuan mahasiswa dalam memahami kosakata paronyme.