BAB II PENERBITAN DAN PENDISTRIBUSIAN BUKU SEKOLAH DASAR (SD)
2.1 Pengertian Penerbitan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 91)” Penerbit mengandung arti orang atau perusahaan yang menerbitkan buku , majalah dan sebagainya”. Sedangkan menurut Jacob, sebagaimana dikutip oleh Sofia Mansoor – Niksolihin (1993:67) bahwa pengertian buku yang ditetapkan oleh UNESCO adalah terbitan bercetak yang tidak berkala dengan tebal sekurang- kurangnya empat puluh sembilan halaman, tidak termasuk halaman sampul. Jika dilihat dari pengertian di atas, maka bila ada terbitan bercetak yang tidak berkala yang tebalnya kurang dari empat puluh sembilan halaman, belum layak disebut sebagai buku. Pengertian distribusi buku menurut Paembonan (1990: 103) “Distribusi buku pelajaran diharapkan agar buku dapat tiba disekolah tepat pada waktunya dalam keadaan baik, dengan jumlah yang cukup, biaya yang murah dan cara yang sederhana sehingga mudah di pantau, dikendalikan, dan dipertanggung jawabkan. Penerbitan buku pelajaran terdiri atas tahap penulisan dan penilaian, penyuntingan, resensi serta perbaikan, proses cetak dan distribusi ke sekolah. Selanjutnya dalam menghasilkan buku yang bermutu dituntut peranan editor yang profesioanl. Buku sekolah atau buku pelajaran berbeda dengan buku umum, buku fiksi dan buku sastra. Buku sekolah mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh buku jenis lain, oleh karena itu penerbit harus benar-benar menangani secara khusus.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Perkembangan Dunia Tulis-Menulis Manusia mulai mengenal bahan tertulis dari peninggalan batu bertulis, kepingan batu yang bertatahkan rangkaian huruf yang mirip gambar, seperti hieroglif dari mesir serta tulisan dalam gulungan daun lontar dan papirus. Sebagaimana diketahui bahwa sudah sejak barabad-abad yang lalu manusia mengenal huruf. Menurut catatan sejarah adalah dengan dibawanya sejenis kertas dari negeri Cina oleh para saudagar Eropa pada abad ke-15. Perkembangan lebih lanjut adalah penemuan cikal bakal mesin cetak yang kita kenal sekarang oleh Johann Gutenberg di Mainz, Jerman sekitar tahun 1450. Sejak itulah mesin cetak berkembang pesat dan sekarang sekitar enam tahun setengah abad sejak masa Gutenberg, computer turut berperan dalam dunia tulismenulis. Perkembangan pekerjaan dunia perbukuan diikuti oleh perkembangan peralatan pendukungnya. Mesin tik biasa telah berkembang menjadi mesin tik elektronik dengan berbagai macam kemampuan. Penemuan computer semakin memacu perkembangan peralatan penerbitan dan percetakaan. Pengetikan naskah sudah tidak lagi menggunakan mesin tik, melainkan dengan memanfaatkan computer dengan program pengelolah kata dengan berbagai fasilitas yang tersedia. Selain itu untuk merancang halaman dan sampul buku telah dilakukan dengan program ventura dan coreldraw. Mesin cetak dan mesin pemotong juga telah menggunakan komouter. Buku elektronik yaitu buku dalam bentuk cakram padat kini semakin dikenal, semua kemajuan tehnologi semakin mempermudah pekerjaan penerbitan dan pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan penerbitan buku semakin banyak masalah yang dihadapi, dipihak Adanya penerbitan hak dan kewajiban penulis maupun penyuntingan yang mewakili penerbitan dituntut untuk lebih berpotensi.
2.3 Proses Penerbitan Buku Menurut Purba yang saya kutip dalam sebuah website mengemukakan bahwa proses penerbitan buku adalah sebagai berikut : 1. Misalkan anda sebagai pengarang ingin menegajukan naskah kumpulan puisi ke penerbit A. 2. Yang anda ajukan cukup naskahnya dalam bentuk ketikan (misalnya Ms Word) dan bisa disertai print outnya agar memudahkan Penerbit dalam memproses naskah tersebut. Penerbit biasanya memberikan banyak kemudahan bagi pengarang yang sudah banyak mengarang buku. Penerbit mau saja menerima kiriman naskah melalui email dan sebagainya. 3. Penerbit akan menentukan apakah naskah tersebut layak diterbitkan dan kira-kira dibutuhkan masyarakat (ada penilaian terhadap isi naskah maupun kwalitas/bobot pengarangnya). 4. Lalu penerbit akan mengontak pengarang dan membicarakan isi naskah maupun honor. 5. Sistem honor tergantung sistem yang dianut oleh penerbit. Bisa bersifat langsang (seolah naskah tersebut dibeli oleh Penerbit) dengan memberi harga pada naskah tersebut, misalnya dibeli seharga Rp 3.000.000,. dan dibayar secara sekaligus atau bertahap. Tergantung pengajuan penerbit dan disetujui oleh pengarang.
Universitas Sumatera Utara
6. Kerugian sistem ini bagi pengarang adalah: Penerbit bisa mencetak naskah tersebut dalam jumlah banyak dan bisa dicetak beberapa kali, tanpa memberi honor tambahan lagi kepada pengarang. 7. Bisa juga dengan sistem royalti dimana pengarang memperoleh persentase terhadap harga naskah/ buku tsb. Rata2 nilai royalti: 10% s/d 15% dari harga buku yang terjual. Pengarang-pengarang yang sudah terkenal sering ditawari honor yang tinggi karena Penerbit yakin buku karangannya bakal laku keras. Misalnya: buku tersebut akan dicetak sebanyak 5.000 buah/eksamplar dan dijual dengan harga Rp 15.000.- per eksamplar. Maka pengarang akan memperoleh honor (dianggap semua buku terjual): 10%5.000 x Rp 15.000.- Sering pembayaran ini pun dilakukan secara bertahap misalnya 1 x 3 bulan atau 1 x 6 bulan. Bila buku tsb dicetak ulang lagi, maka penerbit membuat perjanjian lagi dan pengarang akan memperoleh royalti lagi. Biasanya penerbit akan mengontak pengarang lagi untuk cetak ulang (karena bisa jadi pengarang tidak bersedia lagi dan mau pindah ke penerbit lain). 8. Dengan menggunakan softcopy naskah yang diberikan dalam bentuk ketikan Ms.Word tersebut, penerbit akan mengolahnya dan mengatur layout serta membuat desain covernya. Desain cover bisa juga diajukan oleh pengarang bila pengarang juga seorang yang ahli dalam desain. Setelah desain cover dan layout isi buku telah selesai, maka akan dimulai proses cetak.
Universitas Sumatera Utara
9. Proses cetak sering dimulai dengan mencetak contoh (dummy) dulu dan melihat hasilnya agar kelak tidak terjadi kesalahan besar. Setelah itu akan dilakukan proses cetak sejumlah yang diinginkan (misalnya: 5.000 buah buku). 10. Penerbit akan memberikan buku contoh hasil cetakan bagi pengarang untuk file pribadinya dan kemudian penerbit akan melakukan pembayaran kepada pengarang sesuai perjanjian yang telah disepakati/ditandatangani. Bila buku tersebut ingin dicetak terus dan ternyata pengarangnya telah meninggal, maka perjanjian dan hak pembayaran royalti akan diberikan kepada ahli waris (istri/ anaknya) dan seterusnya penerbit akan berurusan dengan ahli warisnya. 11. Penerbit akan menyebarkan buku tersebut ke toko buku untuk dibeli oleh masyarakat. 12. Perjanjian royalti adalah antara pengarang dan penerbit, sedangkan hak Cipta adalah hak pengarang yang bisa diurus oleh pengarang dengan mendaftarkannya ke Departement Kehakiman & HAM, Direktorat Hak Cipta. Penerbit tidak mengurus hak cipta karena cak cipta adalah urusan pengarang (kecuali naskah tersebut telah dibeli oleh penerbit dan sepenuhnya menjadi hak milik penerbit). Tidak banyak buku yang didaftarkan hak ciptanya oleh pengarang, biasanya buku-buku yang sangat terkenal atau buku yg bakal dibutuhkan terus yang didaftarkan hak ciptanya oleh pengarang.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Pengadaan Naskah
Penerbitan buku akan berjalan dengan lancar bila ada naskah. Naskah merupakan bahan baku penerbit yang utama. Naskah tentu saja ditulis oleh penulis atau pengarang. Dengan demikian, pengarang, naskah, dan penerbitan merupakan tiga bagian yang tak terpisahkan. Ketiganya merupakan degup jantung yang menghidupkan penerbit. Penerbit harus mengetahui buku-buku apa saja yang dibutuhkan oleh pembaca, karena itu penerbit membutuhkan langkah-langkah yang berarti, dimana langkah yang pertama adalah mencari buku yang harus diterbitkan dalam bidangnya, contohnya adalah buku-buku sekolah dasar, maka dari itu buku yang dibutuhkan adalah buku banyak menunjang
pelajaran , naskah yang ditulis harus
dapat disesuiakan apabila terjadi penyempurnaan kurikulum, keluesan peyajian isi naskah perlu diperhatikan. Disatu segi kedalaman dan keluasan badan. Metodologi dan system evaluasinya harus sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku serta urutan penyajian bahan disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Langkah kedua adalah mencari pengarang yang mampu menulis buku yang dimaksud. Menurut Paembonan (1990: 30) pengarang yang ditunjuk setidaktidaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Menguasai ilmu dan materi pelajaran yang akan di tulis. 2. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang psikologi belajar, didaktik, dan metodik pengajaran yang bersangkutan. 3. Memiliki pengalaman mengajar dalam mata pelajaran yang akan ditulisnya. 4. Memiliki kemahiran dan pengalaman menulis buku.
Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi, sejalan dengan semakin ketatnya persaingan antar penerbit, maka cara lama dengan menunggu naskah ini sudah mulai ditinggalkan. Penerbit sudah mulai gesit mencari gagasan dan mewujudkannya menjadi buku. Dalam badan penerbitan, tugas mengadakan naskah ini dibedakan kepada penyunting, khususnya penyunting pengadaan naskah. Adapun yang harus diperhatikan dalam pengadaan naskah ini adalah sebagai berikut: a. Sumber Naskah Naskah yang terbaru harus dicari oleh seorang penyunting, ia dapat menemukan gagasan naskah melalui pameran buku, reuni, pertemuan antar pakar bidang ilmu tertentu dan lain sebagainya. Maka dicarilah penulis yang mampu menuangkan gagasannya itu dalam bentuk tertulis. Penulis dapat diketahui dari daftar nama pengarang yang sesuai dengan daftar penulis/pengarang yang dimiliki penerbit. Selain itu dapat pula dengan cara mencari pengrang buku sejenis yang telah beredar. Cara lain untuk mendapatkan naskah adalah penerbit melakukan sayembara mengarang ataupun menghubungi langsung orang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan yang tertentu. Penggunaan buku berbahasa asing dibutuhkan penerjemah naskah. Seorang penerjemah harus menguasai bahasa asing tersebut dengan baik. Penerbitan harus pandai memilih judul serta memilih penerjemah yang berkemampuan baik dan mendapatkan izin penerjemahan dari pemilik hak cipta buku yang asli.
Universitas Sumatera Utara
b. Penilaian Naskah Penyunting bertugas menentukan apakah sebuah naskah akan diterima untuk diterbitkan atau ditolak. Penyunting menilai naskah antara lain dari isinya, cakupannya, penyusunan isi, cara penyajian dan bahasa. Bila penyunting tidak dapat memberi penilain tentang isi dan cakupan naskah, maka ia dapat meminta bantuan seorang penelaah ataupun pakar dalam bidang ilmu yang berhubungan dengan buku tersebut.
2.5 Penerbitan Buku Sekolah Dasar (SD) Naskah buku sekolah harus ditangani secara khusus. Menurut Eneste (1995: 83) ciri buku sekolah harus meliputi: 1. Mengandung nilai/unsur pendidikan 2. Sesuai dengan kurikulum dan Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang berlaku. 3. Dapat dipertanggungjawabkan isi dan materinya, dan 4. Disajikan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan, peranan dan ketersediaan buku-buku bermutu merupakan salah satu sarana yang penting dalam proses pendidikan. Mutu buku tidak hanya diukur dari fisiknya, melainkan diukur dari kemampuan isi buku memenuhi tuntutan kurikulum yang berlaku dan kesesuaiannya dengan perkembangan disiplin buku yang terkandung didalamnya. Titik tolak dari usaha untuk meningkatan mutu buku peranan naskah sebagai bahan awal penerbitan buku adalah sangat menentukan. Peranan penyunting yang profesional dituntut untuk mengolah naskah menjadi bentuk siap produk. Oleh karena itu penyunting harus memiliki pemahaman atas kurikulum, bahasa, isi naskah serta memiliki kemampuan berkomunikasi dengan pihak-pihak
Universitas Sumatera Utara
yang diperlukan dalam proses pengolahan naskah. Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik sorang penyunting harus kreatif, cermat, teliti, tekun dan sabar. Agar buku pelajaran lebih menarik dan tidak menimbulkan kesan monoton, secara bertahap dilakukan penyempurnaan penampilan dan bentuk fisik buku pelajaran dengan memperhatikan ketentuan yang ada. Berdasarkan keperluan dan penggunaan buku disekolah dibedakan antara buku murid dengan buku guru. Untuk sekolah dasar buku murid dibuat tiap catur wulan, isi buku guru diharapakan jadi petunjuk bagaimana mengajarkan pokok-pokok bahasan dalam buku murid dan metodologi belajar pada umumnya. Buku bacaan bagi anak sekolah dasar (SD) merupakan kebutuhan yang mendesak. Hal ini sejalan dengan program pemerintahan dalam meningkatkan kegemaran membaca anak Indonesia, yang terutama harus ditunjukan kepada anak-anak yang baru pandai membaca. Selain itu juga buku-buku mulai dari kelas satu sampai dengan kelas enam. Masa anak-anak yang berminat untuk pandai membaca merupakan saat yang tepat untuk diarahkan menanamkan dan mengembangkan kegemaran membaca yang tinggi. Oleh karena itu kepada mereka perlu disediakan buku bacaan yang cukup menarik baik dari segi isi, ilustrasi maupun cover serta jumlah yang memadai. Karena buku bacaan anak sekolah dasar pada umumnya merupakan buku teks pelengkap bagi buku teks utama bidang studi yang terkait, maka secara khusus pula buku-buku itu harus merupakan perluasan dari pokok bahasan yang disajikan. Buku yang disedikan, dipilih yang telah memperoleh pengesahan untuk sekolah dasar dari DIRJEN DIKDASMEN (Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah)
Universitas Sumatera Utara
Mempertimbangkan jumlah buku yang memenuhi syarat untuk dipakai disekolah dasar lebih banyak dari jumlah buku yang akan disediakan perlu adanya pertimbangan. Menurut Paembonan (1990: 40) Proses pemilihan buku di pertimbangkan hal-hal berikut: a. Pertimbangan buku yang disediakan sekolah untuk semua bidang studi b. Bidang studi atau mata pelajaran yang buku teks utamanya belum tersedia c. Kesesuaian isi ilustrasi dan perwajahan buku yang sesusai untuk anak-anak sekolah dasar. Pada umunya buku Sekolah Dasar (SD) dicetak dalam jumlah yang banyak karena dibeli dalam jumlah yang banyak sekaligus baik oleh pihak sekolah maupun perpustakaan sekolah. Buku sekolah dasar terdiri dari satu buku saja atau dalam beberapa jilid diharapkan buku-buku yang disesuaikan dengan jenjang bahan pelajaran. Dengan pemilihan buku yang tepat diharapkan bukubuku yang disediakan itu akan disenangi oleh anak-anak dan guru disekolah dasar.
2.6 Penyuntingan Naskah Bagian penyuntingan merupakan inti sebuah penerbitan, karena fungsinya yang utama mengembangkan naskah, dibagian inilah bahan baku penerbitan yang berupa naskah diolah dan dipersiapkan sehingga naskah yang tadinya masih mentah menjadi siap dan layak terbit. Yang paling bertanggung jawab atas isi sebuah buku tentu pengarang, namun penerbit yang baik akan menerbitkan naskah yang seharusnya memerlukan penyuntingan atau belum layak terbit.
Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan penyuntingan naskah disebuah penerbitan yang besar terdiri dari: 1. Kontrak Penerbitan Penerimaan naskah oleh penerbitan harus benar-benar hasil karya pengarang yang bersangkutan, bukan hasil jiplakan. Jaminan pengarang dalam hal ini sangat penting dan harus tertuang dalam kontrak penerbitan naskahnya. Kontrak atau surat perjanjian penerbitan itu harus ditanda tangani oleh pengrang dan pihak penerbit sebelum naskah tersebut diolah lebih lanjut. 2. Penyerahan Naskah Naskah biasanya diserahkan oleh pengarang pada pihak penerbit dalam bentuk tertulis, ketikan maupun disket. Naskah diserahkan rangkap satu dan untuk pengarang biasanya memiliki arsipnya. 3. Ketaat Azasan Naskah disebut taat asas bila penyajiannya mengikuti pola tertentu dengan tetap. Di indonesia belum ada pedoman yang mantap mengenai asasan sebuah naskah, namun sebagai patokan penerbit dapat berpedoman ejaan yang disempurnakan (EYD) terbitan pusat pengembangan dan pembinaan bahasa. 4. Tata Bahasa Penggunaan bahasa yang baik dan benar merupakan syarat yang harus di penuhi oleh sebuah naskah. Kalimat yang mengungkapkan pesan pengarang harus dapat dipahami pembaca. Penyuntingan memberikan saran kepada penulis. sehingga naskah yang ada tidak hanya berbobot isinya namun baik bahasanya.
Universitas Sumatera Utara
5. Kelengkapan Naskah Naskah yang telah selesai, diserahkan oleh penyuntingan kegiatan produksi untuk dipersiapkan percetakannya menjadi buku.kelengkapan naskah terdiri dari: a. Cover b. Halaman Judul Utama c. Halaman Persembahan d. Kata Pengantar e. Daftar Isi f. Tabel g. Ilustrasi h. Singkatan i. Lambang j. Catatan Kaki k. Daftar Pustaka l. Lampiran m. Indeks n. Biografi singkat
Universitas Sumatera Utara
2.7 Pendistribusian Buku Dalam pendistribusian buku diperlukan kecermatan dan kesungguhan, sebuah buku yang hilang berarti seorang murid kehilangan kesempatan untuk membaca buku tersebut. Pola dan sistem pendistribusian buku yang selama ini telah berlaku bertujuan untuk menyalurkan buku secara efisien dan efektif, dilihat dari waktu yang diperlukan serta biaya. Untuk meningkatkan pengawasan pendistribusian buku melibatkan bagian diharapkan agar buku dapat segera tiba di sekolah tepat pada waktunya dalam keadaan baik, dengan jumlah yang cukup, biaya yang murah dengan cara sederhana, sehingga mudah dipantau, dikendalikan dan dipertanggungjawabkan. Dengan tepat waktu buku tersebut sampai diharapkan buku tiba di sekolah pada awal tahun pelajaran.
Universitas Sumatera Utara