BAB II PEMBAHASAN SURAT AL-MUJADALAH AYAT 11 A. Pembahasan Umum Surat Al-Mujadalah Surat al-Mujadalah terdiri dari 22 ayat, termasuk golongan surat Madaniyah diturunkan sesudah surat al-Munafiqun. Surat ini dinamai "alMujadalah" (wanita yang mengajukan gugatan), karena pada awal surat ini disebutkan bantahan seorang wanita. Dan dinamai juga "al-Mujadalah" yang berarti perbantahan.1 1. Munasabah surat a. Hubungan dengan surat al-Hadiid (sebelumnya). Pada surat al-Hadiid disebutkan beberapa Asmaul Husna, di antaranya "al-Bathin" dan "mengetahui segala sesuatu" sedang pada al-Mujadalah disebutkan bahwa Allah SWT mengetahui pembicaraanpembicaraan yang dirahasiakan. Dan di akhir surat al-Hadiid disebutkan bahwa Allah SWT mempunyai karunia-Nya kepada wanita, yaitu dengan menghilangkan hal-hal yang merugikan pihak wanita pada hukum zhihar yang berlaku di kalangan Arab Jahiliyah.2 b. Hubungan dengan surat al- Hasyr (sesudahnya) Pada akhir surat al-Mujadalah Allah SWT menyatakan bahwa agama Allah SWT akan menang, sedang pada permulaan surat alHasyr diterangkan salah satu kemenangan itu, yaitu pengusiran Bani Nadhir dari Madinah. Dalam surat al-Mujadalah Allah menyebutkan bahwa orangorang yang menentang Allah SWT dan Rasul-Nya akan mendapat kebinasaan. Sedang dalam surat al-Hasyr Allah SWT menyebutkan 1
A. soenarjo, dkk, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Thoha Putra, 1971), hlm.
2
Ibid., hlm. 907.
885.
9
10
bahwa orang-orang yang menentang Allah SWT dan Rasul-Nya akan mendapat azab yang sangat.3 Menurut A. Soenarjo , pokok-pokok isi surat al- Mujadalah adalah : a. Hukum Zhihar dan sangsi-sangsi bagi orang yang melakukannya bila ia menarik kembali perkataannya; larangan menjadikan musuh Allah SWT menjadi teman. b. Menjadi adab sopan santun dalam suatu majlis pertemuan; adab sopan santun terhadap Rasulullah SAW. B. Tafsir Surat Al-Mujadalah Ayat 11
ﻢ ﻪ ﹶﻟﻜﹸـ ﺴ ِﺢ ﺍﻟﱠﻠ ﻳ ﹾﻔ ﻮﺍﺴﺤ ﺲ ﻓﹶﺎ ﹾﻓ ِ ﺎِﻟﻤﺠ ﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟﺴﺤ ﺗ ﹶﻔ ﻢ ﻮﺍ ِﺇﺫﹶﺍ ﻗِﻴ ﹶﻞ ﹶﻟ ﹸﻜﻣﻨ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎ ﹶﺃﻳ ﺕ ٍ ـﺎﺭﺟ ﺩ ﻢ ﻮﺍ ﺍﹾﻟ ِﻌ ﹾﻠﻦ ﺃﹸﻭﺗ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻢ ﻭ ﻮﺍ ﻣِﻨ ﹸﻜﻣﻨ ﻦ ﺁ ﻪ ﺍﱠﻟﺬِﻳ ﺮﹶﻓ ِﻊ ﺍﻟﱠﻠ ﻳ ﻭﺍﺰﻭﺍ ﻓﹶﺎﻧﺸﺸﺰ ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﻗِﻴ ﹶﻞ ﺍﻧ (11 :ﺪﻟﻪ )ﺍ.ﲑ ﺧِﺒ ﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﻌ ﺗ ﺎ ِﺑﻤﺍﻟﻠﱠﻪﻭ Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah SWT akan melapangkan (tempat) untukmu. Dan apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdiri, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi Ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah SWT Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS.al- Mujadalah ayat : 11) 4. a. Mufradat (penjelasan kata).
( ﺢ ُ ﺴ ) َﺗ َﻔ ﱠlapangkanlah, dan hendaknya sebagian kamu melapangkan kepada sebagian yang lain.
ْ ) َﻳ ْﻔ َﺴ ِﺢ اﻟﱠﻠ ُﻪ َﻟﻜAllah melapangkan rahmat dan rezekinya untukmu. ( ُﻢ
( ﺸ ﺰُوا ُ ) اﻧBangkitlah untuk memberi kelapangan kepada orang-orang yang datang.
3
Ibid, hal. 913.
4
Ibid., hlm. 910.
11
( ﺸﺰُوا ُ ) َﻓﺎﻧBangkitlah kamu dan jangan berlambat-lambat.
( ﻦ ﺁ َﻣﻨُﻮا َ ) َﻳ ْﺮ َﻓ ِﻊ اﻟﻠﱠ ُﻪ اﱠﻟﺬِﻳAllah meninggikan orang-orang yang beriman
( ت ٍ ﺟﺎ َ ﻦ أُو ُﺗ ﻮ ا اﻟ ِﻌ ْﻠ َﻢ َد َر َ ) وَاﱠﻟ ﺬِﻳDan Allah meninggikan orang-orang yang berilmu di antara mereka, khususnya derajat-derajat dalam kemuliaan dan ketinggian kedudukan5.
b. Asbabun Nuzul. Menurut Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil bahwa ayat ini turun pada hari jum'at, di saat pahlawan-pahlawan Badar datang ke tempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang tidak memberi tempat kepada yang baru datang itu, sehingga terpaksa mereka berdiri. Rasulullah menyuruh berdiri kepada pribumi, dan tamu-tamu itu (pahlawan Badar) disuruh duduk di tempat mereka. Orang-orang yang disuruh pindah tempat itu merasa tersinggung perasaannya. Dan juga ayat ini turun sebagai perintah kepada kaum mukmin untuk mentaati perintah Rasulullah dan memberikan kesempatan duduk kepada sesama mukmin.6 c. Tafsir isi kandungan ayat. Dalam pembahasan ini, penulis akan mengemukakan beberapa pendapat ahli tafsir (mufassir) sebagai berikut: 1. Menurut Ibnu Katsir Allah Ta'ala berfirman guna mendidik hamba-hamba-Nya yang beriman dan memerintahkan kepada mereka agar satu sama lain bersikap baik di majlis.
ﻪ ﺴ ِﺢ ﺍﻟﱠﻠ ﻳ ﹾﻔ ﻮﺍﺴﺤ ﺲ ﻓﹶﺎ ﹾﻓ ِ ﺎِﻟﻤﺠ ﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟﺴﺤ ﺗ ﹶﻔ ﻢ ﻮﺍ ِﺇﺫﹶﺍ ﻗِﻴ ﹶﻞ ﹶﻟ ﹸﻜﻣﻨ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎ ﹶﺃﻳ .ﻢ ﹶﻟ ﹸﻜ Karena siapa yang menanam kebaikan maka ia juga akan memperoleh kebaikan. Karena ayat ini turun berkenaan dengan majlis5 Ahmad Mustafa Al Maraghi, Terjemahan Tafsir Al Maraghi, (Semarang: Thoha Putra, tt), hlm.22-23. 6
Qomarudin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, (Bandung: Diponegoro, 1986), hlm. 502.
12
majlis zikir, yaitu apabila mereka mempersempit tempat duduk di samping Rasulullah SAW, kemudian Allah SWT memerintahkan kepada mereka untuk melapangkan tempat duduk satu sama lain.7 Telah dikukuhkan pula bahwa para sahabat Nabi tidak pernah berdiri untuk menyambut kedatangan beliau, sebab mereka tahu bahwa beliau sangat tidak menyukai hal itu.
ﻤﻠﹸـﻮ ﹶﻥ ﻌ ﺗ ﺎ ِﺑﻤﺍﻟﻠﱠﻪﺕ ﻭ ٍ ﺎﺭﺟ ﺩ ﻢ ﻮﺍ ﺍﹾﻟ ِﻌ ﹾﻠﻦ ﺃﹸﻭﺗ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻢ ﻭ ﻮﺍ ﻣِﻨ ﹸﻜﻣﻨ ﻦ ﺁ ﻪ ﺍﱠﻟﺬِﻳ ﺮﹶﻓ ِﻊ ﺍﻟﱠﻠ ﻳ .ﲑ ﺧِﺒ Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi Ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan, yaitu janganlah kamu mengira bila kamu memberikan kelapangan kepada saudaramu yang datang atau bila ia diperintahkan untuk keluar, lalu dia keluar, akan mengurangi haknya. Bahkan itu merupakan ketinggian dan perolehan martabat di sisi Allah SWT. Sedang Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan hal itu. Bahkan dia akan memberikan balasan kepadanya di dunia dan di akhirat. Karena orang yang merendahkan diri karena Allah SWT, maka Allah SWT akan mengangkat derajatnya dan akan mempopulerkan namanya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, yaitu, Maha Mengetahui orang yang berhak untuk mendapatkan hal itu dan orang yang tidak berhak untuk mendapatkannya.8 2. Dalam tafsir al-Mishbah Ayat ini menerangkan tentang perintah untuk memberi kelapangan dalam segala hal kepada orang lain. Ayat ini juga tidak menyebut secara tegas bahwa Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang berilmu. Tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki 7
M. Nasib Ar-Rifai, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (jakarta: Gema Insani, 2000), hlm.
8
Ibid., hlm. 632.
629.
13
derajat-derajat yakni yang lebih tinggi dari sekadar beriman, tidak disebutkan kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimiliki itulah yang berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu.9 Yang dimaksud dengan
واﻟ ﺬﻳﻦ اوﺗ ﻮااﻟﻌﻠﻢ
yang diberi
pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman jadi dua, yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh, yang kedua beriman, beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kedua kelompok ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan atau tulisan maupun keteladanan.10 Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan hanya ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dan dalam pandangan al-Qur'an ilmu tidak hanya ilmu agama, tetapi juga yang menunjukan bahwa ilmu itu haruslah menghasilkan rasa takut dan kagum pada Allah SWT, yang pada gilirannya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan mahkluk.11 3. Dalam tafsir al-Maraghi Ayat
ini
mencakup
pemberian
kelapangan
dalam
menyampaikan segala macam kebaikan kepada kaum muslimin dan yang menyenangkannya. Dan Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang
mukmin
dengan
mengikuti
perintah-perintah-Nya,
khususnya orang-orang yang berilmu di antara mereka, derajat-derajat yang banyak dalam hal pahala dan tingkat-tingkat keridhaan.12 9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur'an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 79. 10
Ibid.,
11
Ibid., hlm. 80.
12
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Op.cit., hlm. 26.
14
4. Dalam tafsir Shafwah at-Tafaasir Ayat ini menjelaskan untuk saling mamberi kelapangan yaitu pada apa-apa yang dibutuhkan manusia pada tempat, rizki, hati dan juga menunjukan bahwa setiap orang yang meluaskan majlis untuk beribadah kepada Allah SWT, maka Allah akan membuka pintu-pintu kebaikan dan kebahagiaan dan Allah akan meluaskan baginya di dunia dan akherat.13 Allah SWT akan mengangkat orang-orang mukmin dengan perumpamaan dan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya, orang-orang yang pandai di antara mereka pada khususnya tingkatan yang tinggi. Allah SWT memberi derajat yang tinggi sampai dengan surga.14 Ayat ini sebagai pujian kepada para ulama yang mempunyai kelebihan dengan ilmunya, dalam arti Allah SWT mengangkat orang yang beriman dan berilmu di antara orang mukmin. Sebagaimana safaat kepada tiga orang yaitu para Nabi, ulama, syuhada. Dan keutamaan ilmu dalam keimanan sebagai simbol manusia yang mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah SWT.15 5. Dalam tafsir Fakhrur Razi Ayat ini menunjukan pada setiap orang yang meluaskan majlis untuk beribadah kepada Allah SWT dan dibukakan beberapa pintu kebaikan dan kebahagiaan, berupa kebaikan di dunia dan akherat.16 Dan Allah SWT mengangkat orang yang beriman dengan perumpamaan perintah Rasul-Nya dan orang-orang alim di antara mereka khususnya dalam hal derajat. Karena keutamaan ilmu adalah
13
M. Ali al-Shabuni, Shafwah at-Tafaasir Juz III, (Beirut Libanon: Dar al-Qur'an alKarim, 1981/1401 H), hlm. 340. 14
Ibid. ,
15
Ibid. , hlm. 341.
16
Imam Muhammad ar-Razi Fakhruddin, Tafsir al-Fakhr al-Razi Juz XIX, (Beirut Libanon: Dar al-Fikr, Tt), hlm.270
15
bagaimana cara beribadah dengan khusyu' dan menjalankan perintah dan larangannya.17 Dan keutamaan orang yang berilmu dan beriman adalah bertambah derajat di sisi Allah SWT dan di sisi manusia akan mendapatkan tempat yang baik. 6. Dalam al-Qur'an dan tafsirnya Dalam ayat ini menerangkan bahwa jika disuruh Rasulullah SAW berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang tertentu agar ia dapat duduk, atau kamu disuruh pergi dahulu hendaknya kamu pergi, karena Rasul ingin memberikan penghormatan kepada orang-orang atau beliau ingin menyendiri untuk memikirkan urusanurusan
agama,
atau
melaksanakan
tugas-tugas
yang
perlu
diselesaikan.18 Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT akan mengangkat derajat-derajat orang yang beriman, yang taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan berusaha menciptakan suasana damai, aman dan tentram dalam masyarakat, demikian pula orang yang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakan kalimat Allah SWT. Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah SWT ialah orang yang beriman, berilmu dan ilmunya itu yang diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.19 7. Dalam tafsir al-Azhar
17
Ibid. ,
18
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an Dan Tafsirnya, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990), hlm. 26. 19
Ibid., hlm. 27.
16
Ayat ini menunjukkan bahwa apabila seseorang berlapang hati kepada sesamanya dengan memberi kesenangan dan kebajikan, maka Allah SWT akan memberi kelapangan di dunia dan di akhirat.
ﻢ ﻮﺍ ﺍﹾﻟ ِﻌﻠﹾـﻦ ﺃﹸﻭﺗ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻢ ﻭ ﻮﺍ ﻣِﻨ ﹸﻜﻣﻨ ﻦ ﺁ ﻪ ﺍﱠﻟﺬِﻳ ﺮﹶﻓ ِﻊ ﺍﻟﱠﻠ ﻳ ﻭﺍﺰﻭﺍ ﻓﹶﺎﻧﺸﺸﺰ ﻧﻭِﺇﺫﹶﺍ ﻗِﻴ ﹶﻞ ﺍ ﲑ ﺧِﺒ ﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﻌ ﺗ ﺎ ِﺑﻤﺍﻟﻠﱠﻪﺕ ﻭ ٍ ﺎﺭﺟ ﺩ Ayat inipun mengandung dua tafsir, pertama, jika seseorang disuruh melapangkan majlis, yang berarti melapangkan hati, bahkan jika dia disuruh berdiri sekalipun lalu memberikan tempatnya kepada orang yang patut duduk dimuka, janganlah berkecil hati, melainkan hendaklah dia berlapang dada, karena orang yang berlapang dada itulah kelak orang yang akan diangkat Allah SWT Iman dan Ilmunya, sehingga derajatnya bertambah naik. Orang yang patuh dan sudi memberikan tempat kepada orang lain itulah yang akan bertambah ilmunya. Kedua; memang ada orang yang diangkat Allah SWT derajatnya lebih tinggi dari pada orang kebanyakan, yaitu karena Imannya dan karena Ilmunya. Setiap haripun dapat kita melihat raut muka, pada wajah, pada sinar mata orang yang beriman dan berilmu. Ada saja tanda yang dapat dibaca oleh orang arif dan bijaksana.20 Iman memberi cahaya pada jiwa, disebut juga pada moral, sedang ilmu pengetahuan memberi sinar pada mata. Iman dan Ilmu membuat orang jadi mantap, agung, walau tidak ada pangkat dan jabatan yang disandangnya, sebab cahaya itu datang dari dalam dirinya sendiri. Pokok hidup utama adalah Iman dan pokok pengirimnya adalah Ilmu. Iman tidak disertai ilmu dapat membawa dirinya terperosok mengerjakan pekerjaan yang disangka menyembah Allah 20
Ibid., hlm. 7226.
17
SWT, padahal mendurhakai Allah SWT. Sebaliknya orang yang berilmu saja tanpa disertai iman, maka ilmunya itu dapat membahayakan dirinya sendiri ataupun bagi sesama manusia. Ilmu manusia tentang atom misalnya, alangkah penting ilmu itu kalau disertai iman, karena dia akan membawa faedah yang besar bagi seluruh manusia. Tetapi ilmu itupun dapat digunakan orang untuk memusnahkan
sesama
manusia,
karena
jiwanya
yang
tidak
terkontrol oleh iman kepada Allah SWT. Ayat tersebut di atas selanjutnya sering digunakan para ahli untuk
mendorong
diadakannya
kegiatan
di
bidang
ilmu
pengetahuan, dengan cara mengunjungi atau mengadakan dan menghadiri majlis ilmu. Orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah SWT.21 Dan berbicara tentang etika atau akhlak. Ketika berada di majlis ilmu, etika dan akhlak tersebut antara lain ditujukan untuk terciptanya ketertiban, kenyamanan, dan ketenagan suasana selama dalam majlis, sehingga dapat mendukung kelancaran kegiatan ilmu pengetahuan. Berarti Islam memang memotivasi kepada manusia untuk giat menuntut ilmu pengetahuan, karena dengan hal itu kedudukan kita akan tinggi dalam pandangan Allah SWT. Dari berbagai pendapat di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa sebagai umat Islam yang taat pada Rasulullah SAW, harus menjaga sopan santun, etika, dan akhlak kita di manapun kita berada dan bagaimanapun keadaan kita. Dan juga sebagai seorang muslim hendaknya kita saling tolong-menolong, memberi keluasan hati kepada saudara kita jika mereka membutuhkannya.
21
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002),
hlm. 157.
18
Sesungguhnya Allah SWT menyukai dan memuliakan orangorang yang telah beriman dan bertakwa dengan sebenar-benar iman, disertai dengan pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat, baik ilmu umum maupun ilmu agama. Menuntut ilmu pengetahuan dalam arti luas yaitu ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama, karena kedua ilmu tersebut yang dibutuhkan manusia, khususnya umat Islam agar ilmu pengetahuan yang dipelajari dan diperolehnya dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jadi antara kedua ilmu itu harus saling berpadu, saling mengisi karena
sejak
awal
mula
al-Qur'an
diturunkan
sudah
mulai
memerintahkan agar membaca (berpikir) dengan menyebut nama Allah SWT (berzikir).
(1 :ﻖ )ﻟﻌﻠﻖ ﺧﹶﻠ ﻚ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﺑﺭ ﺳ ِﻢ ﺮﹾﺃ ﺑِﺎ ﺍ ﹾﻗ Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.22 Perintah Allah SWT "bacalah" berarti berpikirlah secara teratur dan sistematik dan terarah dalam mempelajari firman dan ciptaan-Nya. Adapun dalam proses membaca harus dilaksanakan dengan menyebut nama Tuhanmu, berarti harus berpadu dengan zikir.23 Karena mempelajari ilmu agama juga menjadi kewajiban bagi umat Islam sebagaimana firman Allah SWT .
ﻢ ﻃﹶﺂِﺋﻔﹶـ ﹲﺔ ﻬ ﻨـﺮﹶﻗ ٍﺔ ﻣ ﺮ ِﻣﻦ ﹸﻛﻞﱢ ِﻓ ﻧ ﹶﻔ ﻮ ﹶﻻ ﻭﹾﺍ ﻛﹶﺂﻓﱠ ﹰﺔ ﹶﻓﹶﻠﻨ ِﻔﺮﻮ ﹶﻥ ِﻟﻴﺆ ِﻣﻨ ﻤ ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍﹾﻟﻭﻣ ﻭ ﹶﻥـ ﹶﺬﺭﻳﺤ ﻢ ـﻌﱠﻠﻬ ﻢ ﹶﻟ ﻴ ِﻬﻮﹾﺍ ِﺇﻟﹶـﺟﻌ ﺭ ﻢ ِﺇﺫﹶﺍ ﻬ ﻣ ﻮ ﻭﹾﺍ ﹶﻗﻨ ِﺬﺭﻭِﻟﻴ ﻳ ِﻦﻮﹾﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪﺘ ﹶﻔ ﱠﻘﻬﻴﱢﻟ (122 : )ﺍﻟﺘﻮ ﺑﺔ 22
A.Soenarjo dkk, Op.Cit., hlm. 1079.
23
R.H.A.Sahirul Alim, Menguak keterpaduan Sains, Teknologi, dan Islam, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1999), hlm. 102.
19
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiaptiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepada-Nya, supaya mereka itu dapat menyadari dirinya. (Qs.at-Taubah (9):122).24 Ayat tersebut memberikan petunjuk tentang kewajiban memperdalam ilmu agama dalam arti mempelajari sekaligus mengajarkannya pada orang lain, karena perbuatan ini juga mulia dan mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Allah SWT sama dengan berjihad mengangkat senjata melawan musuh.
24
A. Soenarjo, dkk, Ibid., hlm. 301-302.