BAB II MODEL PEMBELAJARAN ANTARA PROJECT BASED LEARNING, PENGUASAAN KONSEP DAN MOTIVASI SISWA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP A. Pembelajaran Project Based Learning 1. Project Based Learning (PjBL) Project Based Learning (PjBL) merupakan salah satu model pembelajaran dengan menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam berkreatifitas secara nyata. Kemudian masalah tersebut dipecahkan secara berkelompok. Dalam pembelajaran ini siswa mampu menemukan penyelesaian dari tugas atau pertanyaan yang diberikan dan menyelesaikan sebuah produk. Sebuah proyek bermakna jika memenuhi dua kriteria. Pertama, siswa harus merasa bahwa pekerjaan tersebut penting bagi dirinya, sehingga siswa ingin yang terbaik dalam mengerjakannya. Kedua, sebuah proyek yang bermakna diajukan untuk memenuhi tujuan pembelajaran. Desain dan implementasi yang baik dalam PjBL penting bagi kedua kriteria tersebut (Larmer & Mergendoller: 2010). Berikut adalah pengertian project based learning menurut beberapa ahli pendidikan: a. Project based learning adalah model pengajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajar ke dalam pembelajaran pengetahuan dan
8
keahlian yang kompleks, pertanyaan authentic dan perancangan produk dan
tugas (University of Nottingham dalam Nurohman;
2007). b. Project based learning adalah pendekatan komperhensif untuk pengajaran dan pembelajaran yang dirancang agar pelajar melakukan riset terhadap permasalahan nyata (Blumenfeld et al., dalam Nurohman, 2007). c. Project based learning adalah cara yang konstruktivis dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus pada aktivitas pelajar (Bood & Felleti dalam Nurohman; 2007). Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, maka pembelajaran berbasis proyek dapat dipandang sebagai pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung seperti membuat karya. Proyek tersebut memiliki tujuan dan ketentuan khusus, menghasilkan sebuah produk yang hasilnya kemudian dapat dipresentasikan. 2. Pelaksanaan Project Based Learning (PjBL) dalam pembelajaran Model PjBL dalam pelaksanaannya terbagi menjadi beberapa tahapan. The George Lucas Educational Foundation mengembangkan langkah-langkah
pembelajaran
dalam
Project
Based
Leraning
(Nurohman; 2007), terdiri dari :
9
a.
Start With the Essential Question (memulai dengan pertanyaan mendasar) Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
b. Design a Plan for the Project (merencanakan desain proyek) Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. c. Create a Schedule (membuat jadwal) Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik apabila mereka membuat rencana yang tidak sesuai dengan proyek,
10
dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. d. Monitor the Students and the Progress of the Project (mengawasi siswa dan kemajuan proyek) Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. e. Assess the Outcome (penilaian terhadap hasil) Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. f. Evaluate the Experience (mengevaluasi pengalaman) Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
Pada
tahap
ini
peserta
didik
diminta
untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam
11
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran. Secara garis besar, langkah-langkah di dalam melakukan pembelajaran berbasis proyek berdasarkan uraian Buck Institute of Education (2007) dalam Made (2009:145), yaitu: a. Memberikan informasi proyek yang akan dikerjakan b. Menentukan lokasi pengerjaan proyek, waktu dan lamanya kegiatan c. Memberikan gambaran langkah-langkah pengerjaan proyek d. Menugaskan kelompok untuk memulai kegiatan e. Menugaskan masing-masing kelompok untuk menyajikan produk dan menampilkannya didepan kelas f. Menarik kesimpulan Pada model Project Based Learning, pengajar berperan sebagai fasilitator bagi peserta didik untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penuntun. Sedangkan pada kelas konvensional pengajar dianggap sebagai seseorang yang paling menguasai materi dan karenanya semua informasi diberikan secara langsung kepada peserta didik. Pada kelas Project Based Learning, peserta didik dibiasakan bekerja secara kolaboratif, penilaian dilakukan secara autentik, dan sumber belajar bisa sangat berkembang. Hal ini berbeda dengan kelas konvensional yang terbiasa dengan situasi
12
kelas individual, penilaian lebih dominan pada aspek hasil daripada proses, dan sumber belajar cenderung tetap (Nurohman; 2007). B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah perubahan energi dari dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan untuk mencapai tujuan (Hamalik; 2003). Ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu: a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahanperubahan tertentu didalam sistem neuropisiologis dalam diri manusia,
misalnya
karena
terjadi
perubahan
dalam
sistem
pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak diketahui. b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar. c. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju ke
13
arah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan. 2. Motivasi dalam pembelajaran Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan. Sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Menurut Maslow, tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan-kebutuhan ini (yang memotivasi tingkah laku seseorang) dibagi oleh Maslow ke dalam 7 kategori (Slameto; 2003), yaitu:
Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow Sumber: http://mahardikhareza.blogspot.com/2011/01/motivasi.html
14
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh guru agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Slameto (2003) berpendapat bahwa guru akan dapat melihat perbedaan motif yang mendasari tingkah laku masingmasing siswanya yang wujudnya bisa sama bila teori Maslow tersebut diterapkan dalam suasana pengajaran. Sehubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa, Sukadi (2006) mengajukan 5 fungsi pengajar: 1) Menciptakan persaingan (Kompetisi) Persaingan di dalam kelas, antara lain dapat diciptakan dengan cara memberikan hadiah (reward) kepada siswa yang memiliki prestasi unggul. Persaingan yang sehat pada siswa juga dapat diciptakan dengan mengadakan lomba-lomba tertentu dalam waktu yang relatif singkat. 2) Menciptakan tujuan antara atau target (Pace Making) Pada umumnya, manusia akan terdorong motivasinya apabila ditantang untuk mencapai tujuan atau target tertentu (tujuan antara). Berkenaan dengan hal ini, guru hendaknya mampu membuat targettarget atau tujuan-tujuan tertentu yang harus dicapai oleh siswa. 3) Memberi kesempatan untuk berhasil Keberhasilan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan, dan membangkitkan rasa percaya diri. Adapun kegagalan akan membawa akibat yang sebaliknya. Oleh sebab itu, guru efektif akan
15
memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mencapai keberhasilan. 4) Mengadakan penilaian Siswa cenderung terpacu motivasi belajarnya apabila ia tahu bahwa tes akan dilakukan. Pembelajaran tanpa diikuti dengan pemberian tes kurang dapat memacu motivasi siswa untuk belajar. 5) Menghargai siswa Manusia cenderung termotivasi untuk melakukan sesuatu apabila dihargai, dihormati, dan diakui. Demikian pula siswa dalam kelas. Apabila guru mampu menghargai siswa sebagai sosok manusia yang memiliki segudang potensi dan kelebihan, maka ia akan termotivasi untuk belajar. Pengajaran yang diberikan berhasil dengan baik adalah menjadi tanggungjawab guru. Karena keberhasilan ini juga banyak bergantung pada usaha guru untuk membangkitkan motivasi belajar murid. 3. Jenis-jenis Motivasi Motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis (Hamalik: 2003), yaitu: a. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercangkup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya timbul dalam diri siswa sendiri. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang
16
fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan. b. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam kegiatan belajar mengajarperanan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar
C. Penguasaan Konsep Penguasaan konsep dalam kegiatan pembelajaran dapat diketahui melalui hasil belajar yang diperoleh siswa. Syamsudin (1995) berpendapat bahwa hasil belajar dapat dimanifestasikan dalam wujud: a. Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip atau hukum dan sebagainya. b. Penguasaan pola-pola perilaku kognitif, perilaku afektif, dan perilaku psikomotor. c. Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian. Hasil belajar juga diartikan sebagai perubahan sungguh-sungguh dalam perilaku dan pribadi seseorang yanng dapat bersifat permanen.
17
Benyamin Bloom et al., mengklasifikasikan hasil belajar kedalam tiga domain (ranah). Bloom membagi masing-masing ranah ke dalam 6 jenjang kategori (Aderson, 2001) yang dikenal dengan istilah Bloom’s Taxonomy revisi (Taksonomi Bloom), salah satunya yaitu ranah kognitif. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam level (Sudjana, 2002): a. Mengingat (C1), kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari. Tipe hasil belajar ini termasuk tingkatan yang paling rendah, namun tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan menangkap informasi kemudian menyatakan kembali informasi tersebut tanpa harus memahami atau dapat menggunakannya. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menyebutkan, mendefinisikan, menggambarkan. b. Memahami (C2), kemampuan memahami tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Syambasari Munaf (2002) mengemukakan bahwa pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengemukakan tentang sesuatu hal dan dapat dapat melihat dari berbagai segi. Pada tingkatan ini, selain hafalan siswa juga harus menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik, meramalkan
berdasarkan
kecenderungan
tertentu,
serta
18
mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu membedakan, menjelaskan, menentukan. c. Mengaplikasikan (C3), kemampuan menggunaka prinsip, teori hukum, aturan metode yang dipelajari pada situasi baru atau pada situasi nyata. Tingkatan ini merupakan jenjang yang lebih tinggi dari pemahaman. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menghitung, menunjukkan, dan mengklasifikasikan. d. Menganalisis (C4), kemampuan untuk memilah materi atau konsep kedalam
bagian-bagian
sehingga
struktur
susunannya
dapat
dipahami. Dengan analisis diharapkan seseorang dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang lebih rinci atai lebih terurai dan memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menganalisis, membandingkan, mengklasifikasikan. e. Evaluasi
(C5),
kemampuan
memeriksa,
mengritik
dan
mempertimbangkan suatu pernyataan, uraian, pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu yang telah diterapkan. f. Mencipta (C6), kemampuan merumuskan, merencanakan, dan memproduksi suatu hal baru berdasarkan konsep maupun prinsip yang telah dipelajari.
19
D. Keanekaragaman Tumbuhan Tumbuhan dapat diklasifikasikan menjadi tumbuhan berspora dan tumbuhan berbiji. Tumbuhan berspora terdiri dari Bryophyta (tumbuhan berspora non vaskuler) dan Pterydophyta (tumbuhan berspora vaskuler), sedangkan tumbuhan berbiji dikelompokkan menjadi Gymnospermae (tumbuhan vaskuler berbiji terbuka), dan Angiospermae (tumbuhan vaskuler berbiji tertutup) (Campbell et al., 2003). 1. Bryophyta (Tumbuhan Lumut) Tumbuhan nonvaskuler lumut daun, lumut hati dan lumut tanduk dikelompokkan bersama dalam satu divisi tunggal bryophyta. Bryophyta tidak memiliki jaringan yang diperkuat oleh lignin, yang diperlukan untuk menyokong tumbuhan tinggi di daratan. Meskipun bryophyta dapat merentang secara horisontal sebagai hamparan lumut di atas permukaan yang luas, bryophyta selalu memiliki profil yang rendah. Sebagian besar tingginya hanya 1–2 cm, dan bahkan yang paling besarpun umumnya memiliki tinggi kurang dari 20 cm (Campbell et al., 2003). Profil lumut dihamparan yang luas dapat dilihat pada Gambar 2.2:
20
Gambar 2.2 Profil Tumbuhan Lumut di Hutan Sumber: http://arnold040993.wordpress.com/2009/02/18/lumut-bryophyta/moss/ a. Lumut daun (Moss) Hamparan lumut daun sesungguhnya terdiri dari banyak tumbuhan dalam kelompok yang padat, yang saling menyokong satu sama lain. Hamparan tersebut memiliki sifat seperti karet busa, yang memungkinkan untuk menyerap dan menahar air. Masing-masing tumbuhan yang ada dalam hamparan tersebut melekat pada substrat dengan sel yang memanjang atau filamen seluler yang disebut rhizoid. Sebagian besar fotosintesis terjadi pada bagian atas tumbuhannya, yang memiliki banyak tambahan seperti batang dan seperti daun. Akan tetapi, “batang”, “daun” dan “akar” (rhizoid) lumut daun tidak homolog dengan struktur yang sama pada tumbuhan vaskuler.
21
Gambar 2.3 Lumut Daun Sumber: http://www.blogcatalog.com/blogs/anakunhas/3 b. Lumut hati (Liverworth) Lumut hati merupakan tumbuhan yang kurang mencolok mata dibandingkan dengan lumut daun. Tubuh lumut hati dibagi menjadi beberapa lobus, yang bentuknya pasti mengingatkan seseorang akan lobus hati pada hewan (wort artinya “herba”). Hutan tropis merupakan rumah bagi jenis lumut hati dengan keanekaragaman yang paling besar. Contoh anggota dati Hepaticeae adalah Marchantia sp.
Gambar 2.4 Lumut Hati Sumber: http://dhifanhanifan.blogspot.com/2011/02/metagenesis-lumut-danpaku.html
22
c. Lumut tanduk (Hornworth) Lumut tanduk mirip dengan lumut hati, tetapi dibedakan melalui sporofitnya yang membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari hamparan gametofit yang menyerupai keset.
Gambar 2.5 Lumut Tanduk Sumber: http://mahirdi-mahirdi.blogspot.com/2009/04/klasifikasikingdom-plantae.html
2. Pteridophyta (Tumbuhan Paku) Tumbuhan paku merupakan tumbuhan kormus berspora yang disebut Pteridophyta. Umumnya tumbuhan paku memiliki susunan daun yang membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu. Daun mudanya membentuk gulungan (Yudianto, 1992). Spora pada tumbuhan paku berbeda-beda, baik bentuk, ukuran maupun sifatnya. Atas dasar ini, tumbuhan paku dibedakan menjadi tumbuhan paku homospora, heterospora dan tumbuhan paku peralihan yang memiliki sifat antara keduanya. Pada paku heterospora akan dihasilkan jenis spora yang disebut makrospora (megaspora) dan
23
mikrospora yang beda sifatnya. Sedangkan pada tumbuhan paku homospora hanya dihasilkan satu jenis spora dalam sporangiumnya (Yudianto, 1992). Tumbuhan paku dibagi menjadi empat kelas (Yudianto, 1992): a. Psilotinae Paku primitif meliputi jenis-jenis tumbuhan tumbuhan paku yang sebagian besar anggotanya sudah punah. Kelas tumbuhan ini ada yang belum memiliki daun, ada juga yang memiliki daun tetapi kecikecil. Beberapa paku primitif belum memiliki akar. Contoh paku primitif adalah Psilotum.
Gambar 2.6 Psilotum Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Psilotum b. Lycopodiinae Paku kawat memiliki daun serupa rambut atau sisik dan batangnya seperti kawat, kecil-kecil, tidak bertangkai dan bertulang daun satu. Sporangium tersusun dalam strobilus. Contoh paku kawat adalah Lycopodium.
24
Gambar 2.7 Lycopodium Sumber: http://www.naturephoto-cz.eu/lycopodium-clavatum-picture-3889.html c. Equisetiinae Paku ekor kuda memiliki batang yang bercabang-cabang dan beruas-ruas. Daunnya kecil serupa selaput halus, serupa rambut atau sisik. Sporangium tersusun dalam strobilus, membentuk seperti ekor kuda.. Contoh paku ekor kuda adalah Equisetum.
Gambar 2.8 Equisetum Sumber: http://luirig.altervista.org/schedeit/ae/equisetum_fluviatile.htm
25
d. Filicinae Paku sejati dikenal sebagai tu,buhan paku yang sebenarnya. Memiliki daun berukuran besar, banyak tulang daun, daun muda menggulung. Paku sejati ada yang tumbuh di darat membentuk sporangium dalam sorus, contohnya suplir. Sedangkan yang tumbuh di air membentuk sporangium dalam sporokarpium, contohnya semanggi.
Gambar 2.9 Semanggi Sumber: http://uminatichusnahsharing.blogspot.com/2011/04/normal-0false-false-false-en-us-x-none.html
3. Gymnospermae (Tumbuhan Berbiji Terbuka) Gymnospermae
dikelompokkan
dalam
empat
divisi,
tiga
diantaranya adalah divisi yang relatif kecil: Cycadophyta, Ginkophyta, Coniferophyta, dan Gnetophyta. Contoh genus dari divisi Cycadophyta adalah Cycas, tubuhnya menyerupai tanaman palem. Ginko merupakan satu-satunya jenis yang masih hidup dari divisi Ginkophyta. Tumbuhan ini memiliki daun seperti kipas yang warnanya berubah keemasan dan rontok pada musim gugur. Conifer yang hidup pada saat ini mempunyai
26
daun yang tahan terhadap kekeringan, contohnya adalah Pinus. Salah satu genus dari Gnetophyta adalah Gnetum, tumbuh di daerah tropis meliputi tumbuhan yang berupa pohon. Ciri utama dari kelompok ini adalah bijinya tidak diselubungi oleh daun buah (karpel) sehingga dikatakan sebagai berbiji telanjang (Sudarsono et al., 2003).
Gambar 2.10 Pinus Sumber: http://it.wikipedia.org/wiki/File:Pinus_strobus_%28Bauer%29.jpg
4. Angiospermae (Tumbuhan Berbiji Tertutup) Angiospermae fotosintetik, Angiospermae
merupakan
mempunyai
ukuran
dikelompokkan
divisi
terbesar
tubuh
yang
lagi
menjadi
dari
organisme
sangat
bervariasi.
dua
kelas
yaitu
Monocotyledonae dan Dicotyledonae. Contoh famili dari monokotil adalah Palmae, Graminaceae, Pandanaceae, Musaceae, dan Orchidaceae. Diantara
banyak
famili
dikotil
adalah
Rosaceae,
Leguminoseae,
Casuarinaceae, Myrtaceae, dan Asteraceae (Sudarsono et al., 2003).
27
Beberapa perbedaan utama antara tumbuhan monokoti dan dikotil dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Perbandingan Monokotil dan Dikotil Karakteristik Bagian-bagian bunga Kotiledon Pertulangan daun Xilem, floem
Dikotiledon Kelipatan empat atau lima 2 Seperti jala Tersusun melingkar
Monokotiledon Kelipatan tiga 1 paralel Tersebar
Berikut adalah gambar foto perwakilan dari monokotil dan dikotil:
Gambar 2.11 Jagung Sumber: http://species.wikimedia.org/wiki/Zea_mays
Gambar 2.12 Mangga Sumber: http://www.ask.com/wiki/National_symbols_of_India
28